Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak menjadi target utama dalam tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs) tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5
yaitu menurunkan angka kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan ibu.
Program Kesehatan ibu dan anak menjadi sangat penting karena ibu dan anak
merupakan unsur penting pembangunan.
Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas
Departemen Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu
indikator utama dalam RPJMN periode 2005-2009. Departemen Kesehatan
sebagai sektor yang bertanggung jawab langsung dalam percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) telah melakukan berbagai upaya terfokus. AKI di
Indonesia saat ini telah menunjukkan terjadinya penurunan dari 307/100.000
kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 KH pada tahun
2007 (SDKI, 2007). Angka ini sudah mendekati target sasaran RPJMN 2004-
2009 (226/100.000 kelahiran hidup). Namun demikian masih perlu upaya keras
untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) 102/100.000
KH pada tahun 2015. (Depkes RI, 2009).
Berbagai faktor berkontribusi terhadap kematian ibu, yang secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah berbagai faktor yang
berhubungan dengan adanya komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh
karenanya tenaga medis mempunyai peranan utama dalam penanggulangannya.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah beberapa keadaan/ faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil, mempersulit proses penanganan kedaruratan
kehamilan, persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2009).
Penyebab langsung kematian ibu antara lain perdarahan (28%), hipertensi
dalam kehamilan (24%), infeksi (11%), abortus tidak aman (5%) dan
persalinan lama (5%) (SKRT, 2001). penyebab tidak langsung kematian ibu

1
antar lain Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur yang
mencapai 13,60% (Riskesdas, 2007) dan Anemia Gizi pada Ibu Hamil yang
mencapai 40,1% (SKRT, 2001).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a. Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak
b. Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak
c. Prinsip Pengelolaan Program KIA
d. Indikator Pemantauan
e. Permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak
f. Pencegahan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu
(AKI)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak


Kesehatan ibu, bayi baru lahir adalah paket pelayanan terpadu fokus
intervensi ilmiah efektif menurunkan kematian ibu, kematian bayi dan
meningkatkan kesehatan ibu, bayi baru lahir. Ibu adalah wanita usia subur yang
sedang hamil, bersalin, nifas, dan menyusui. Bayi baru
lahir / neonatal adalah anak usia 0 hari sampai dengan 28 hari. Bayi adalah
anak usia 0 bulan sampai dengan 11 bulan 28 hari. Anak balita adalah anak
usia 0 bulan sampai 59 bulan.
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk mengurangi
AKI dan AKB. Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program ini di
Indonesia dituangkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB),
pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman,
serta pelayanan obstetri esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat.
(Zahtamal, 2011).
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. (Depkes, 2009).
Fasilitas pelayanan kesehatan KIBBL adalah sarana (alat dan sumber
daya) untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah/masyarakat).
Tujuan penyelenggaraan pelayanan KIBBL yaitu :
1. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir,
bayi, dan anak balita;
2. Tercapainya peningkatan akses pelayanan KIBBL sehingga tercapainya
percepatan penurunan angka kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita

3
3. Terjadinya perubahan perilaku masyarakat, pemerintah, dan pemberi
pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
kurang menguntungkan KIBBL.

B. Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak


Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau
TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

4
C. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Depkes RI, (2009) mengatakan Prinsip Pengelolaan Program KIA antara
lain meliputi :
1. Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada Kegiatan pokok sebagai berikut
:
a. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
c. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
d. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
e. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
f. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
g. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
h. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

2. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus,

5
serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah.
c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
d. Ukur tinggi fundus uteri.
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus).
i. Tata laksana kasus
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,


hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.

6
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat.

3. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang di lakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan
yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong
oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Pencegahan infeksi
- Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
- Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
- Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salap mata pada bayi baru lahir.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan.
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 - 14
hari).

7
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 -
42 hari).
Pelayanan yang diberikan adalah :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
- Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervaginam lainnya.
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
- Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
- Pelayanan KB pasca satin

5. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oteh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik
di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
a. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus
- Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 - 48
Jam setelah lahir.
- Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke
3 sampai dengan had ke 7 setelah lahir.
- Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke
8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama
dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama
24 jam pertama.

8
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan
pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
- Perawatan Tali pusat
- Melaksanakan ASI Eksklusif
- Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
- Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
- Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
- Pemberian Imunisasi Hepatitis BO bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir
- Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

6. Deteksi Dini Faktor Risiko Dan Komplikasi Kebidanan Dan Neonatus Oleh
Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang
normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh
karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang
adanya risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini
mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian
ibu dan bayi yang dilahirkannya.

9
a. Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
- Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dan 35 tahun.
- Anak lebih dari 4.
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dan 2 tahun.
- Kurang Energi Kronis (KEK) dengan Iingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan.
- Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
- Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
- Sedang pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
- Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini,. bayi dengan cacat
congenital
- Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
- Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan,
Infeksi masa nifas, psikosis postpartum (postpartum blues).
- Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
- Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
- Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
- Kelainan letak dan posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.

10
b. Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
- Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
- Intra Partum : robekan jalan lahir
- Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
- Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik
> 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-
tibial.
- Ancaman persalinan prematur.
3. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, thus abdominalis,
Sepsis.
4. Distosia : Persalinan macet, persalinan tak maju.
5. Infeksi masa nifas.

c. Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala gejala


sebagai berikut :
- Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
- Riwayat Kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
- Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
- Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
- Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
- Merintih
- Ada pustul kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
- Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
- Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat

11
- Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian
ASI
- BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
- Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

d. Komplikasi pada neonatus antara lain :


- Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
- Asfiksia
- Infeksi Bakteri
- Kejang
- Ikterus
- Diare
- Hipotermia
- Tetanus neonatorum
- Masalah pemberian ASI
- Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,
dan lain-lain.

7. Pelayanan Kesehatan Bayi.


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi adalah :
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari - 2 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 - 5 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 - 8 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 - 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh

12
kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
- Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda -
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

8. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa kecemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara
serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan
moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini
menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau
mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan
anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan
balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan
kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen

13
Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masaiah kematian balita yang disebabkan oleh
Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan
yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita
sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS.
Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan
anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali '4alam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung.
c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.

14
D. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA
meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam
program KIA (Depkes RI, 2009).
Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1
tahun dengan prinsip konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai
sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai sasaran kabupaten).
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1
kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester
ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah, di samping menggambarkan,kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

15
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan
42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi
waktu 6 jam - 3 hari, 8 - 14 hari dan 36 - 42 hari setelah bersalin di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
pada 6 - 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal.
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 - 28 hari (KN Lengkap).
Adalah cakupan neonates yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 - 48 jam, 1 kali
pada hari ke 3 -hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 - hari ke 28 setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu
sendiri.
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan

16
rujukan. Penangaran definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu
hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.
9. Cakupan Penanganan komplikasi neonatus
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara
definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan
definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi
neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa
melihat hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kernudian
ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat
pelayanan yang Iebih tinggi.
10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari - 12 bulan (Kunjungan bayi)
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4
kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari - 2 bulan, 1 kali pada umur 3 - 5 bulan,
dan satu kali pada umur 6 - 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 - 11 bulan sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
11. Cakupan pelayanan anak balita (12 - 59 bulan)
Cakupan anak balita (12 - 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai
standar, meliputi pomantauan pertumhuhan minimal 8x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun.

17
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 - 59 bulan) yang berobat ke
Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih
aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan (Depkes RI,
2009).

E. Permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak


Berikut ini adalah permasalahan kesehatan ibu dan anak dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan :
1. Pada Masa Infant :
- Bayi laki-laki lebih banyak yang dilahirkan dibandingkan dengan wanita
karena adanya seleksi jenis kelamin dan tidak adekuatnya pelaporan dari
regristrasi kelahiran.
- Kematian pada masa infant memiliki resiko pada minggu pertama oleh
karena komplikasi kehamilan, premature, BBLR dan tidak adekuat
prenatal care.
- Faktor penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian pada Infant
adalah kemiskinan, tidak adekuat dukungan sosial dan kurang akses ke
pelayanan kesehatan.
2. Masa Childhood.
- Resiko kematian 2 kali pada anak usia 1-4 tahun dibandingkan usia 5-14
tahun

18
- Adanya perlakuan giskriminasi gender sebagai contoh bayi wanita lebih
cepat disapih sehingga mempunyai resiko kontaminasi makanan, resiko
kekurangan nutrisi, kurang akses ke pelayanan kesehatan dan
pengobatan.
- Resiko morbiditas dan mortalitas karena kondisi Infeksi, terserang Parasit
ISPA, kelainan kongenital, cedera dan keracunan.
- Anak dapat menjadi target dari violence (Kekerasan), abuse (Penyiksaan)
dan neglect (Pengabaian)
3. Masa Remaja
- Merupakan turbulance stage dalam siklus kehidupan karena pada masa
remaja terjadi perubahan fisiologis, psikologis dan sosial.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi proses adapatasi dari peran hormon.
- Resiko morbiditas dan mortalitas oleh perilaku seperti cedera dan
keracunan.
Morbiditas disebabkan oleh STD/PMS (sexual Transmitted disease)  dan
HIV/AIDS
- Peran penting dari faktor sosial yaitu ekspektasi peran gender pada
remaja :
Laki-laki dengan gambaran fisik tinggi dan atletis;
Wanita dengan gambaran kurus, langsing berresiko kurang gizi,
anoreksia, bulimia;
- Target konsumen seperti rokok, obat-obatan, alkohol, sport (motor,
mobil).
4. Masa Dewasa
- Peran sosial baru, dan tanggungjawab sosial
- Muncul isu-isu reproduksi manusia, perkawinan dan karier
5. Masa Transisi Manula
- Perimenopouse dan menopouse
- Perubahan endokrin yang menimbulkan gejala rasa panas pada wajah,
atropy vagina, penambahan berat badan, insomnia, perubahan mood dan
depresi

19
- Resiko osteoporosis dan penyakit jantung
- Therapy sulih hormon (Human Replacement Therapy)
6. Menoupouse 
- Reaksi obat
- Ketidakseimbangan fungsi kognitif dan motorik
- Insomnia
- Gangguan afektif
- Resiko bunuh diri

F. Pencegahan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu


(AKI)
1. Kebijakan dan Strategi
a. Kebijakan KIA
- Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan
selamat serta bayi lahir sehat
- Setiap anak hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal
b. Strategi KIA
- Pemberdayaan perempuan, suami dan keluarga
- Pemberdayaan masyarakat
- Kerjasama lintas sektor termasuk pemerintah daerah dan lembaga
legislatif
- Peningkatan cakupan dan kualitas kesehatan ibu dan anak secara
terpadu dengan komponen KR lainnya
- Pemerintah perlu meningkatkan anggaran program pembinaan
pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi dan program pembinaan
pelayanan kesehatan anak sebesar 6% dari total anggaran sektor
kesehatan dalam APBN 2014.
- Memperkuat basis pelayanan KIA dalam skema Jaminan Kesehatan
Nasional. 
- Revitalisasi program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
di Indonesia.

20
- Pemerintah pusat perlu mendorong setiap pemerintah daerah untuk
membuat Rencana Aksi Daerah (RAD) Penurunan AKI, AKB dan
AKABA (Saputra, 2013)
2. Pemantauan Kesehatan Ibu dan Bayi
- Penurunan AKI dan AKB
- Cakupan kunjungan ibu hamil, pertolongan persalinan, pelayanan nifas,
penanganan komplikasi obstetrik, pelayanan neonatal
- Penurunan BBLR dan gizi buruk/kurang, cakupan imunisasi wajib
- Deteksi Dini Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
- Cakupan pemberian vit A, ASI eksklusif

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan ibu, bayi baru lahir adalah paket pelayanan terpadu fokus
intervensi ilmiah efektif menurunkan kematian ibu, kematian bayi dan
meningkatkan kesehatan ibu, bayi baru lahir.
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk mengurangi
AKI dan AKB. Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program ini di
Indonesia dituangkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB),
pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman,
serta pelayanan obstetri esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

B. Saran
Diharapakan dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan bagi
setiap pembaca, khususnya Mahasiswa Kesehatan Masyarakat untuk bisa
mengetahui secara keseluruhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

22

Anda mungkin juga menyukai