Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Perspektif keperawatan, Konsep perawatan paliatif, Etik dalam


perawatan paliatif, Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif, Teknik
menyampaikan berita buruk”
DOSEN: Melisa Frisilia, S.Kep, M.Kes dan Kristin Rosela, SST. M.Kes

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sapta
NIM : 2018.C.10a.0984

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga saya
dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Perspektif keperawatan, Konsep perawatan
paliatif, Etik dalam perawatan paliatif, Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif, Teknik
menyampaikan berita buruk”.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 19 Desember 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………...
1.3 Tujuan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..….
2.1 Perspektif keperawatan.......................................................................................
2.2 Konsep perawatan paliatif..................................................................................
2.3 Etik dalam perawatan paliatif..............................................................................
2.4 Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif………………………………….
2.5 Teknik menyampaikan berita buruk ..…………………………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..
Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-
psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam
arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta,
menjunjung cukup tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dlm
arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik,
dan status sosial ekonomi. Keperawatan adalah Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual
yang dimulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health
Organization, 2014). Perawatan paliatif juga merupakan suatu pendekatan dalam perawatan
pasien yang terintegrasi dengan terapi pengobatan untuk mengoptimalkan kualitas hidup
pasien dengan penyakit kronis atau mengancam jiwa (National Consensus Project for Quality
Palliative Care, 2009)
Perawatan paliatif pada anak merupakan suatu pendekatan aktif dan peduli secara
penuh, dari tegaknya diagnosis, sepanjang hidup, hingga kematian anak.Hal ini mencakup
pendekatan secara fisik, emosional, sosial, spiritual dan berfokus pada peningkatan kualitas
hidup bagi anak dan dukungan bagi keluarga. Perawatan paliatif pada anak dirancang untuk
memenuhi kebutuhan unik dan khusus anak dengan kondisi yang mengancam jiwa seperti
kanker, distrofi otot, cystic fibrosis, masalah otak parah, komplikasi dari prematuritas dan
cacat lahir serta gangguan langka (Association for Children’s Palliative Care, 2009). Pada
tahun 2011, 29.063.194 orang di dunia meninggal karena penyakit yang membutuhkan
perawatan paliatif dan 6% dari jumlah tersebut merupakan anak-anak. Setiap tahunnya
diperkirakan 63 anak dari 100.000 anak dibawah usia 15 tahun membutuhkan perawatan
paliatif pada akhir kehidupannya. Penyebab kematian terbanyak pada anak dengan kebutuhan
perawatan paliatif adalah kelainan konginetal 25,06%, kondisi neonatal 14,64%, penyakit
KEP 14,12%, meningitis 12,62%, HIV/AIDS 10,23% dan penyakit kardiovaskuler 6,18%.

1
Wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah tertinggi kedua dengan anak yang membutuhkan
perawatan paliatif (24%) termasuk Indonesia (WHO, 2014). Perkembangan perawatan
paliatif di Indonesia masih belum merata. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
perawatan paliatif di Indonesia masih terbatas di 5 (lima) ibu kota provinsi yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Sedangkan pasien membutuhkan pelayanan
perawatan paliatif yang bermutu, komprehensif dan holistik. Sehingga Departemen
Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang perawatan paliatif agar dapat
memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan perawatan
paliatif (SK Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 812/ Menkes/ SK/ VII/ 2007).
Perawatan paliatif pada anak sangat penting. Perawatan paliatif pada anak dapat
meningkatkan kualitas hidup pada anak maupun keluarga dan dapat membantu keluarga
dalam mengambil keputusan terkait perawatan pada anak. Perawatan paliatif juga dapat
meningkatkan sistem koping pada anak (Sharon et al, 2007). Selain itu, perawatan paliatif
dapat memastikan kualitas hidup yang terbaik pada anak maupun keluarga. Perawatan paliatif
dapat meningkatkan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritual pada anak dan
keluarga (Liben et al, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Pengertian Perspektif keperawatan ?
2. Jelaskan Konsep perawatan paliatif ?
3. Jelaskan Etik dalam perawatan paliatif ?
4. Jelaskan Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif ?
5. Jelaskan Teknik menyampaikan berita buruk ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Perspektif keperawatan
2. Mengetahui Konsep perawatan
3. Mengetahui Etik dalam perawatan paliatif
4. Mengetahui Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif
5. Mengetahui Teknik menyampaikan berita buruk

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perspektif keperawatan
2.1.1 Falsafah Keperawatan Jiwa
Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu
dihargai. Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing
individu tersebut berpotensi untuk berubah, oleh kita tahu bahwa manusia ialah mahkluk
holistik yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu perilakunya
bermakna, perilaku individu tersebut meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.
2.1.2 Pengertian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan
bidang spesialisasi praktik keperawatan yg menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).
Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses dimana
perawat membantu individu / kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif ,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif
di masyarakat.”
Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental ialah “ proses interpersonal dalam
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien
tersebut bisa individu, keluarga,kelompok,organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”

2.2 Konsep perawatan paliatif


Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala
penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan
dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuannya adalah untuk
mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi
yang serius, penyakit yang kompleks.
Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO pada 1990
Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya tidak
lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas Palliative
Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak respossif terhadap

3
pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun.
Tetapi definisi Palliative Care menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.
Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif
adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka.

2.3 Etik dalam perawatan paliatif


Kode etik merupakan seperangkat system norma,nilai dan aturan , baik tertulis
maupun tidak tertulis yang berlaku bagi semua anggota organisasi profesi tertentu. Kode etik
merupakan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dalam
menjalankan kewajiban profesi. Prinsip dasar kode etika dalah menghargai hak dan martabat
manusia.
Semua jenis profesi memiliki kode etik yang berfungsi sebagai landasan dan standar
kerja profesional yang ditaati oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Kode etik profesi
disusun sebagai sebuah sarana untuk melindungi masyarakat dan anggota organisasi profesi
dari penyalah gunaan keahlian profesi. Kode etik keperawatan merupakan asas tertulis yang
harus dijadikan pedoman bagi setiap perawat dalam proses berinteraksi dengan pasien agar
perilaku perawat tetap dalam koridor kebenaran. Fungsi kode etik keperawatan bukan hanya
sebagai syarat administrative semata, tapi juga sebagai landasan bagi perawat dalam
menjalankan profesinya. Kode etik keperawatan juga mengatur hubungan profesional baik
dengan klien , dokter maupun sesame perawat. Kode etik keperawatan di Indonesia disusun
oleh organisasi keperawatan Indonesia.
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
1. Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang
lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah
Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficence (Berbuat Baik)

4
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak
dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien
baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat
harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai
dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse
darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsip non maleficince.
5. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk
rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan
kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan
kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu

5
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan
kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada
diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat
salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,
dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.

Perawatan paliatif adalah


adalah kesehatan terpadu yang
aktif dan
Perawatan paliatif adalah
adalah kesehatan terpadu yang
aktif dan
2.4 Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif
Aspek medico legal perawatan paliatif di indonesia diaturdalam kepeutusan menteri
kesehatan RI tahun 2007.

1. Pasien harus memahami pelaksanaan perawatan paliatif

2. Persetujuan tindakan kedokteran dilakukan sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan


perundang–undangan

3. Meskipun hanya tindakan kedokteran yang umumnya menggunakan informetconcent


sebaiknya juga diterapkan diperawatan paliatif tindakan yang berisiko

6
4. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan sebaiknya pada
pasien sendiriapabila masih kompeten dgn anggota keluarga sebagai saksi

5. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan ataupernyataan


pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang boleh atau tidakboleh
dilakukan terhadapnya apabula kompetensinya menurun.

6. Pada keadaan darurat demi kepentingan pasien perawat paliatif dapat melakukantindakan


kedokteran. Informasi diberikan pada kesempatan pertama

2.5 Teknik menyampaikan berita buruk


Kabar atau berita buruk memang tidak pernah bagus untuk disampaikan. Oleh karena
itu, bagaimana cara Anda menyampaikan kabar tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
reaksi penerimanya. Nah, agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ini beberapa
strategi untuk menyampaikan berita buruk supaya diterima lebih baik.
1. Persiapkan diri sebelum berbicara
Usahakan untuk mempersiapkan diri sebelum mengatakan maksud dan tujuan Anda
kepada lawan bicara. Termasuk menyiapkan jawaban dari pertanyaan yang mungkin
diutarakan.
Perhatikan pemilihan kata dan waktu untuk mengatakannya. Tidak perlu terburu-buru
karena omongan tidak dapat ditarik kembali. Oleh karena itu, meluangkan waktu sebelum
memberitahu kabar buruk kepada orang lain sangat berguna bagi Anda dan mereka.
2. Menyampaikan sebagian faktanya
Misalnya, ketika Anda akan memecat pegawai atau asisten rumah tangga Anda, tentu
ada sebagian kecil hati Anda yang tidak tega untuk mengutarakan alasannya secara blak-
blakan.
Oleh karena itu, sampaikan bahwa Anda akan memecat mereka dengan berita yang
memang harus mereka dengar, seperti alasannya secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan
agar mereka tidak mengulangi kesalahannya di masa mendatang.
3. Hindari penggunaan nada tinggi
Nah, karena sebagus apapun kata-kata Anda, tetap saja Anda akan menyampaikan
berita buruk. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan adalah nada ketika memberitahu
kabar tersebut. Jika Anda menyampaikannya dengan nada tinggi tentu saja hal tersebut
bisa merusak suasana yang sudah dibangun.
Usahakan untuk menjaga agar suara Anda tetap rendah ketika melewati proses ini.
Hal dimaksudkan agar emosi penerima kabar tidak terlalu takut ketika mendengar kabar
tersebut.

7
4. Berbicara sambil menatap matanya
Salah satu strategi jitu untuk menyampaikan berita buruk adalah dengan menatap
lawan bicara Anda. Pertama-tama ajaklah duduk mereka karena posisi berdiri dapat membuat
lawan bicara Anda terintimidasi, terutama saat memberitahu kabar buruk.
Selain itu, tatap matanya dan beritahu apa yang harus Anda katakan. Memang
terdengar klise, tetapi setidaknya menatap mata lawan bicara adalah hal yang cukup sopan
untuk dilakukan ketika berbicara, terutama mengenai kabar buruk.
5. Tidak perlu mengulang-ulang perkataan
Hindari berbicara terlalu lama dan tidak langsung ke intinya. Berikan apa yang harus
lawan bicara Anda tahu dan biarkan dia bertanya seputar masalah ini. Tentu saja Anda harus
jujur jika mengetahui jawabannya dan mengatakan tidak tahu apabila memang tidak
memahaminya.
Apabila lawan bicara Anda belum paham atau cenderung menolak berita tersebut,
Anda harus menghargainya karena tidak semua orang dapat langsung menerima kabar buruk.
6. Minta bantuan
Strategi lainnya dalam menyampaikan berita buruk adalah membawa teman atau
dukungan. Jika memberitahu kabar buruk adalah hal yang cukup berat dan sulit bagi Anda,
cobalah untuk membawa seseorang yang bisa mendukung kalian berdua secara moral. Selain
itu, Anda bisa juga meminta bantuan kepada ahli tentang masalah yang akan Anda bawa.
Strategi menyampaikan berita buruk sebenarnya mudah jika dibaca, namun sulit
ketika dipraktekan. Oleh karena itu, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah
mempersiapkan diri. Berterus terang secara terburu-buru terkadang bisa membuat kata-kata
sulit dipahami atau menimbulkan salah prasangka.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perspektif keperawatan jiwa merupakan “proses dimana perawat membantu individu /
kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif , meningkatkan pola hubungan
antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif di masyarakat.”
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala
penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan
dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuannya adalah untuk
mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi
yang serius, penyakit yang kompleks.
Kode etik merupakan seperangkat system norma,nilai dan aturan , baik tertulis
maupun tidak tertulis yang berlaku bagi semua anggota organisasi profesi tertentu. Kode etik
merupakan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dalam
menjalankan kewajiban profesi. Prinsip dasar kode etika dalah menghargai hak dan martabat
manusia.
Kabar atau berita buruk memang tidak pernah bagus untuk disampaikan. Oleh karena
itu, bagaimana cara Anda menyampaikan kabar tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
reaksi penerimanya. Nah, agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ini beberapa
strategi untuk menyampaikan berita buruk supaya diterima lebih baik.
3.2 Saran
1. Mahasiswa mampu memahami Perspektif keperawatan jiwa merupakan “proses dimana
perawat membantu individu / kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif ,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih
berproduktif di masyarakat.”
2. Mahasiswa dapat menerapkan Kode etik merupakan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku dalam menjalankan kewajiban profesi.
3. Seorangan perawat dapat menyampaikan Kabar atau berita buruk menggunakan strategi
yang untuk menyampaikan berita buruk supaya diterima lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Efy. “KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF TRANSKULTURAL
DALAM KEPERAWATAN”. http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/
transkulturalnursing.pdf. Aplication pdf (18 Oktober 2011) Andrew, M.M. and Boyle, J.S.
(1995). Transcultural Concepts in Nursing Care. 2 nd Ed. Philadelphia: J.B. Lippincot
Company, hal 1-131. Elsaerodji, Fahmi. “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak: Perspektif
Sosial Budaya Jawa”. http://atfahmi.depsos.org/2011/01/27/pertumbuhan-dan-
perkembangan-anak-perspektifsosial-budaya-jawa.html. css (23 Oktober 2011) Ginger, J. N.
dan Davidhizar (1995). Transcultural Nursing: Assessment and Intervention. St. Louis:
Mosby, hal 1-157. Kozier, B., Erb, G., Berman A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice . 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hal.
205-221. Novieastari, Enie. “Perkembangan Transkultural dalam Keperawatan”.
http://staff.ui.
ac.id/internal/132014715/material/PerkembanganTranskulturaldalamKeperawatan.pdf.
Aplication pdf (18 Oktober 2011) Novieastari, Enie. “Transcultural Nursing Care”.
http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/ material/NursingPerspectiveinTranscultural.pdf.
Aplication pdf (18 Oktober 2011) Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan
Transkultural. Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005).
Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces, and Practice. 6 th Ed. St. Louis, MI: Elsevier
Mosby. Hal. 118-136. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7 th Ed.
(Terj. dr. Adrina Ferderika). Jakarta: Salemba Medika

10

Anda mungkin juga menyukai