Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS

SOLUSIO PLASENTA

DISUSUN OLEH

Kelompok 5 :

A. AYU LESTARI 1901053


MILY INDIYANA 1901062
NUR AFRIANI 1901066
SITTI KHADIJA 1901073
WA ODE USWATUN HASANAH 1901085
 

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (KONVERSI)

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat serta hidayah-Nya serta sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan  judul “Solusio Plasenta” Di dalam penyusunan makalah
ini penulis menyadari sepenuhnya betapa besar konstribusi para dosen
terhadap peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan  penulis.
Makalah  ini hanya terbatas karya manusia yang tak lepas dari
kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Karena itu
saran dan kritik sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah  ini
bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis.    
Makalah  ini hanya terbatas karya manusia yang tak lepas dari
kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Karena itu
saran dan kritik sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga makalah  ini
bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
penulis.                                                          

14 Oktober 2020

     
Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………...…… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ………………………………………………………………….. 2
B. Klasifikasi …………………………………………………………………. 2
C. Etiologi ……………………………………………………………………. 3
D. Patofisiologi ………………………………………………………………. 3
E. Menifestsi Klink ………………………………………………………….. 4
F. Komplikasi ……………………………………………………………….. 4
G. Penatalaksanaan …………………………………………………………. 5
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………... 6
BAB IV KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ……………………………………………………………….. 10
B. Riwayat Penyakit Sekarang ........................................................................ 10
C. Diagnosa keperawatan …………………………………………………… 11
D. Intervensi …………………………………………………………………12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 15
B. Saran …………………………………………………………………….. 15

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio


placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di
uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini
terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada
luasnya area plasenta yang terlepas.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada


plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak
keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan
perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan
yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah
darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan
ibu berada dalam keadaan syok.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan solusio plasenta ?.
2.      Bagaimanakah patofisiologi terjadinya solusio plasenta ?.
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya solusio plasenta ?.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
2. Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.

1
3.  Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari solusio
plasenta.
4. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari solusio plasenta.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang


normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. (Menurut Winkjosastro, 2002).

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya


sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya
merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar
menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari
tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus serta
menyebabkan perdarahan yang tersembunyi.
B. Klasifikasi Solusio Plasenta
1. Solutio Plasenta ringan
> tanpa rasa sakit.
> pendarahan kurang dari 500cc warna agak kehitam-hitaman.
> plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian.
> fibrinogen diatas 250mg %.
2. Solutio Plasenta sedang
 >Bagian janin masih teraba.
 > Pendarahan antara 500-100cc.
> Terjadi fetal distress.
 > Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian.
3. Solutio Plasenta berat
 > abdomen nyeri,palpasi janin sukar.
 > janin telah meninggal.

3
C. Etiologi Solusio Plasenta

Sebab primer Solutio Plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal
tersebut dapat disebabkan karena:
a. Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsia,
eklamsia).
b. Multiparitas, umur ibu yang tua.
c. Tali pusat pendek.
d. Hidramnion.
e. Tekanan pada vena cava inferior.
f. Defisiensi gizi, defisiensi asam folat.
Disamping itu ada pengaruh:
a. Umur lanjut
b. Multi Paritas
c. Defisiensi gizi
d. Merokok
e. Konsumsi alkohol
f. Penyalahgunaan kokain
D. Patofisiologi Solusio Plasenta

Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua


kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke
endometrium. Akibatnya, proses ini pada tahapnya yang paling awal
memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang menyebabkan
pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya.
Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.

Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga


menyebabkan hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin
banyak pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang

4
memisah dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena masih
teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat berkontraksi untuk menjepit
pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta.
Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan
akhirnya muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan
dalam uterus.
E. Manifestasi Klinik Solusio plasenta
1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus,
wama darah merah  kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
(wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras
4. Fundus uteri makin lama makin naik
5. Auskultasi DJJ sering negative
6. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
7. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan
F. Komplikasi Solusio Plasenta

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi :
1. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta


hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan
segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari
perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat
untukmenghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya

5
kelainan pada pembekuan darah.
2. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada


penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis
tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena
syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi
akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh
karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran
pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio
plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah
yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia,
secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan
pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya


disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
G. Penatalaksanaan Solusio Plasenta
1. Konservatif
        Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila
solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak
menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-
langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga
fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan.

6
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio
caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami
hipovolemia berat. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya
sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan
pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak
dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif.

7
BAB III
PEMBAHASAN
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta,
accidental haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta
biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos
keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak
keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus
serta menyebabkan perdarahan yang tersembunyi.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua
kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke
endometrium. Akibatnya, proses ini pada tahapnya yang paling awal
memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang menyebabkan pemisahan,
penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya. Pada tahap awal
mungkin belum ada gejala klinis. Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua
mengalami rupture sehingga menyebabkan hematom retroplasenta, yang sewaktu
membesar semakin banyak pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian
plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena
masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat berkontraksi untuk
menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi

8
plasenta. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding
uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap
tertahan dalam uterus.

9
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN
KASUS SOLUSIO PLASENTA
A. Pengkajian
 Biodata: Nama, Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Alamat, Riwayat
persalinan,Status perkawinan.
 Pengkajian Cepat
AVPU
A : Kesadaran pasien
V : Verbal stimulus
P : Stimuluis nyeri
U : Unresponsive
SAMPLE
S : perdarahan berulang, nyeri, Rahim keras seperti papan dan nyeri
tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul
dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.

A : Alergi makanan/obat yang dimiliki pasien.

M : obat-obatan yang biasa dikonsumsi pasien

P : riwayat penyakit/kehamilan yang dimiliki pasien

L : makanan terakhir yang dikonsumsi

E : mekanisme kejadian terjadinya perdarahan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Primary Survey
 Airway : Pasien tidak mengeluh sesak, tidak ada nyeri dada, tidak
terdapat suara nafas tambahan, tidak ada secret.
 Breathing : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
penggunakan otot aksesori pernapasan.

10
 Circulation : conjungtiva anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat &
lemas, nadi meningkat/ > 100x/menit.
 Disability
Penilaian GCS : Kesadaran komposmentis (GCS 15)
 Exposure
Merintih kesakitan, nyeri.

2. Secondary Survey
a. Keadaan umum
 Kesadaran : composmetis s/d coma
 Postur tubuh : biasanya gemuk
 Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
 Raut wajah : biasanya pucat
b. Tanda-tanda vital
 TD: normal sampai turun (syok)
 Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
 Suhu : normal / meningkat (> 37ºC)
 RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
c. Pemeriksaan cepalo caudal
 Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas
 Rambut: biasanya rontok / tidak rontok.
 Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
 Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
 Mata : conjunctiva anemis

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai
dengan conjungtiva anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat & lemas.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di
tandai terjadi distress/pengerasan uterus, nyeri tekan uterus.

11
3. Resiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah
ke plasenta berkurang.
4. Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan.

D. Intervensi

Rencana keperawatan tidak hanya terdiri dari tindakan yang dilakukan


karena pesanan/ketentuan medis, tetapi juga koordinasi tertulis dari perawatan
yang diberikan oleh semua disiplin pelayanan kesehatan yang berhubungan.
Tindakan keperawatan mandiri adalah bagian integral dari proses ini.
Tindakan mungkin mandiri atau kolaboratif dan mencakup pesanan dari
keperawatan, kedokteran, dan disiplin lain (Doenges, 2001).

Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa
Diagnos Keperaw Tujuan & Rasional
a atan Kriteria Intervensi
Hasil
Setelah Jelaskan Pasien paham tentang
I Gangguan dilakukan penyebab kondisi yang dialami
perfusi tindakan terjadi
jaringan keperawatan Tensi, nadiyang rendah,
perdarahan
selama 1x24 RR dan suhu tubuh
berhubun
jam Monitor tanda- yang tinggi
gan diharapkan
dengan tanda vital menunjukkan
suplai/
perdaraha kebutuhan gangguan sirkulasi
Kaji tingkat darah.
n ditandai darah
kejaringan perdarahan Mengantisipasi
dengan
terpenuhi setiap 15 – terjadinya syok
conjungti
dibuktikan 30 menit
va dengan Cairan infus isotonik
anemis, kriteria hasil : Kolaborasi dapat mengganti
acral pemberian volume darah yang
dingin,  Conjunctiva cairan infus hilang akiba
Hb turun, tida anemis, isotonic
acral hangat, perdarahan.
muka
Hb normal Kolaborasi
pucat & muka tidak Tranfusi darah
lemas. pemberian mengganti
pucat, tida
tranfusi

12
lemas. darah bila komponen darah
Hb rendah yang hilang akibat
perdarahan
1.      
1.       

II Gangguan Setelah 1.      Kaji tingkat 1.      Pengkajian nyeri


rasa dilakukan nyeri secara yang dilakuakn
nyaman tindakan komprehens secara menyerluruh
keperawatan if (lokasi, akan berguna dalam
nyeri
selama 1x24 durasi, menentukan
berhubun jam kualitas, dan tindakan
gan diharapkan faktor keperawatan
dengan klien dapat presipitasi) selanjutnya.
kontraksi beradaptasi
uterus di dengan nyeri 2.       Mendorong
tandai yang relaksasi dan
dibuktikan 2.      Bantu memberikan klien
terjadi
dengan dengan cara mengatasi dan
distress/pe kriteria hasil : penggunaan mengontrol tingkat
ngerasan          Klien dapat tekhnik nyeri.
uterus, melakukan pernafasan.
nyeri tindakan 3.      Relaksasi dapat
tekan untuk membantu
uterus. mengurangi menurunkan
nyeri. 3.      Anjurkan tegangan dan rasa
         Klien klien untuk takut, yang
kooperatif menggunaka memperberat nyeri.
dengan n teknik
tindakan relaksasi. 4.      Meningkatkan
yang Berikan relaksasi dan
dilakukan. instruksi meningkatkan
bila perlu. kooping dan kontrol
klien.
4.      Berikan
tindakan 5.      Meningkatkan
kenyamanan kenyamanan dengan
(pijatan, memblok impuls
gosokan nyeri.
punggung,
sandaran
bantal,
pemebrian
kompres

13
sejuk, dll).

5.      Kolaborasi
memberikan
sedatif
sesuai dosis.

14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau


lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan
pada vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari
solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solusio
plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan
psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang
dapat mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari
solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi terparah dari solutio plasenta dapat mengakibatkan syok dari
perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada
keselamatan dari ibu dan janin.
B. Saran
1.  Diharapkan mahasiswa bidan  mampu memahami dan mendalami dari
solutio plasenta.
2. Diharapkan mahasiswa mampu meminimalkan faktor risiko dari solusio
plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat
kesehatan ibu dan anak.
3.  Masyarakat mampu untuk mempelajari keadaan abnormal yang terjadi
pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan
secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas pada ibu dan janin.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics


21th edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal/bayi. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-
plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-
periode-1-januari-2002-31-desember-2006/. Diakses tanggal 19 Oktober
2014  

https://www.scribd.com/presentation/361133357/Asuhan-Keperawatan-Gawat-
Darurat-Pada-Solusio-Plasenta

Anda mungkin juga menyukai