Anda di halaman 1dari 21

BENIGNA PROSTAT

HIPERPLASIA (BPH)

“KELOMPOK 8”
JUMRIANI (19.01.060)
RINA SRIANA K (19.01.083)
ZULFI PUJI SRIASTUTI (19.01.084)
WA ODE USWATUN HASANAH (19.01.085)

St.S Syamsiah, S.Kp.,M.Kes


PENGERTIAN
BPH
NORMAL TIDAK NORMAL
DERAJAT BPH
Stadium I
Terjadi obstruksi namun bladder/vesika urinari masih mampu mengeluarkan atau mensekresikan
urin sampai habis.

Stadium II
Pada stadium ini terjadi retensi urin namun vesika urinari masih mampu mengeluarkan urin walau
tidak sampai habis, masih tersisa sekitar 60-150 cc dan pada stadium ini terjadi disuria dan
nocturia.

Stadium III
Pada stadium ini urin setiap berkemih urin tersisa dalam vesika urinari sekitar ≥ 150 cc.

Stadium IV
Pada stadium ini terjadi retensi urin total, vesika urinari penuh sehingga pasien terlihat kesakitan dan
pada stadium ini urin menetes secara periodic.

ETIOLOGI
Menurut Purnomo (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab
prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia
prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar Dehidrotestosteron (DHT) dan
proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hiperplasi prostat adalah :

1 Adanya perubahan keseimbangan antara hormon


testosteron dan estrogen pada usia lanjut.

2 Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan)


sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.

3 Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena


berkurangnya sel yang mati.

4

Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem
sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat
menjadi berlebihan.
HIPOTESIS penyebab timbulnya
hiperplasia prostat

Ketidaksei Berkuran
Teori mbangan Interaksi gnya
Teori sel
dihidrote antara stroma- kematian
estrogen- stem
stosteron epitel sel
testosteron prostat
PATOFISIOLOGI

Mekanisme BPH secara umum hasil


Kelenjar Prostat terdiri patofisiologi penyebab dari faktor statik
dari atas 3 jaringan : BPH secara jelas belum (pelebaran prostat
Epitel atau glandular, diketahui dengan secara berangsur-
stromal atau otot
pasti. angsur) dan faktor
polos, dan kapsul.
Namun diduga dinamik (pemaparan
Jaringan stromal dan
kapsul ditempeli intaprostatik terhadap agen atau
dengan reseptor dihidrosteron (DHT) kondisi yang
adrenergik α1. dan 5α- reduktase tipe menyebabkan konstriksi
II ikut terlibat. otot polos kelenjar.)
MANIFESTASI KLINIK

Gejala ●


Hesitancy
Intermitency
Harus mengedan (training).

Obstruktif

Pancaran lemah

Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil

Gejala ●


Urgency
Frekuensi
Nokturia

Iritatif Disuria

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Laboratorium

Sedimen Urin Kultur Urin


Penatalaksanaan
Pen gawasan
Terapi
TURP (Trans
Misalnya d iindikasikan
Ure tralberkala
Re sek si

Pembedah
Alternatif
Medika


Prostat 90- 95 % ).
pad
Pen agawasan
Terapi
TURP klien
BPH deng
setiapan3-6
d iindikasikan
(Trans berkala
a taUre tral Re sekalsi

Observasi
Misalnya
kriyoterapi
Pembedah
Alternatif
Medika




Re tropubic u e xtrav e sic
Prostat 90- 95y% ).
bu lan
keluhankemudian
prostate
pad a BPH ringan,
c tom
klien deng sedan
setiapansetiap
3-6 g
Observasi
kriyoterapi
Termoterapi,
Re rianal
tropubic a ta u ecxtrav
tom ye sic al
mentosa
lain
an


Pe prostate
tahun
dan berat
tergantun
tanpa gdisertai

bu lan
keluhan
prostate kemudian
c tom
Suprapublic ayringan, sedan
setiap
ta u tranv e sic al g
Termoterapi,

Terapi ultrasonic
mentosa
kead
pen
lain
an
yakit
caan y.ktanpa
lien
● Pe rianal prostate c tom y
tahun
dan berat
tergantun gdisertai

prostate tom

Suprapublic a ta u tranv e sic al

Terapi ultrasonic
keadyakit
pen
prostate caan
tom y.k lien
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
Identitas Klien

pendidikan, tanggal masuk ke rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.

Pasien datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil, nyeri pada pinggang
Keluhan Utama

dan pada saat BAK harus mengejan.


Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan ●


Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan Keluarga


Pola nutrisi, Pola minum Pola eliminasi
Pola Fungsi Kesehatan ●
Pola istirahat/tidur Pola hygiene Pola aktifitas

Data Sosial
Data Psikologis
Pemeriksaan Fisik
Far
m
kol a
ogi
TERAPI BPH
TERAPI FARMAKOLOGI

Jika gejala ringan  maka pasien cukup dilakukan
1

watchful waiting (perubahan gaya hidup).

Jika gejala sedang  maka pasien diberikan obat tunggal


2

antagonis α adrenergik atau inhibitor 5α- reductase.


Jika keparahan berlanjut  maka obat yang
3

diberikan bisa dalam bentuk kombinasi keduanya


Jika gejala parah dan komplikasi BPH,
4

dilakukan pembedahan.
TERAPI NON
FARMAKOLOGI
Pembatasan Minuman Berkafein
Tidak mengkonsumsi alkohol
Pemantauan beberapa obat seperti diuretik,
dekongestan, antihistamin, antidepresan
Diet rendah lemak
Meningkatkan asupan buah-buahan dan
sayuran
Latihan fisik secara teratur
Tidak merokok
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
1 prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung
kemih untuk berkontraksi secara adekuat.


Nyeriakutberhubungan dengan iritasi mukosa
2 buli –buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal,
infeksi urinaria.


Resiko tinggi kekurangan cairan yang
3 berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

Retensi urin berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong klien untuk berkemih
dengan obstruksi mekanik, tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
pembesaran prostat, keperawatan selama ... x 24 jam, dirasakan.
dekompensasi otot destrusor eliminasi urin membaik, dengan 2. Observasi aliran urin,
dan ketidakmapuan kandung perhatian jumlah urindan
kemih untuk berkontraksi kriteria hasil: kekuatan pancarannya.
secara adekuat. a. Sensasi berkemih meningkat 3. Awasi dan catat waktu serta
jumlah setiap kali berkemih
b. Desakan berkemih (urgensi) menurun 4. Berikan cairan sampai 3000
c. Distensi kandung kemih menurun ml sehari dalam toleransi
jantung.
d. Berkemih tidak tuntas (hesitensi) 5. Berikan obat sesuai indikasi
menurun (antisplasmodik)
6. Kolaborasi pemasangan
e. Volume residu urin menurun kateter foley
f. Nokturia menurun
g. Dysuria menurun
h. Anuria menurun
i. Frekuensi BAK membaik
j. Karakteristik urin membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

Setelah dilakukan Manajemen Nyeri:


Nyeri akut
tindakan keperawatan 1. Observasi : Identifikasi lokasi,
berhubungan selama ...x 24 jam, tingkat karakteristik, durasi,
nyeri menurun, dengan frekuensi, kualitas, intensitas
dengan iritasi
kriteria hasil: nyeri
mukosa buli – 1. Kemampun 2. Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas 3. Terapeutik :Berikan teknik
buli, distensi
meningkat nonfarmakologis untuk
kandung kemih, 2. Keluhan nyeri mengurangi rasa nyeri (mis.
menurun TENS, hipnosis,akupresur,
kolik ginjal,
3. Meringis menurun terapi musik, biofeedback,
infeksi urinaria. 4. Perineum terasa terapi pijat, aromaterapi,
tertekan menurun teknik imajinasi terbimbing,
5. Ketegangan otot kompres hangat/dingin, terapi
menurun bermain)
4. Edukasi : Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
5. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Setelah dilakukan 1. Pantau keluaran urin tiap jam
Risiko
tindakan keperawatan bila diindikasikan.
hipovolemia selama ...x 24 jam, status Perhatikan keluaran 100-200
cairan membaik, dengan ml/.
ditandai
kriteria hasil: 2. Pantau masukan dan
dengan 1. Output urin haluaran cairan.
meningkat 3. Awasi tanda-tanda vital,
2. Oliguria membaik perhatikan peningkatan
3. Konsentrasi urin nadi dan pernapasan,
menurun penurunan tekanan darah,
4. Frekuensi nadi diaforesis dan pucat.
membaik 4. Tingkatkan tirah baring
5. Tekanan darah dengan kepala lebih tinggi.
membaik 5. Kolaborasi dalam
6. Dispnea menurun memantau pemeriksaan
7. Intake cairan laboratorium sesuai
membaik indikasi.
EVALUASI
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi S: Pasien mengatakan sudah bisa buang air kecil
mekanik, pembesaran prostat, dekompensasi O: Terpasang kateter, Haluaran urin 500 cc/hari, konsentrasi
otot destrusor dan ketidakmampuan urin pekat, warna urin kemerahan
kandung kemih untuk berkontraksi secara A: Retensi urin
adekuat. P: Lanjutkan intervensi

2. Nyeriakutberhubungan dengan S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang


iritasi mukosa buli –buli, distensi O: Ekspresi wajah meringis
kandung kemih, kolik ginjal, infeksi A: Nyeri akut
urinaria. P:Lanjutkan intervensi

3. Risiko hipovolemia S: -
O: -
TD : 120/80, N : 80 x/m, RR: 16 x/m, S : 36,7oC
A: Risiko hipovolemia
P: Lanjutkan intervensi
CASE STUDY
Seorang laki-laki berusia 67 tahun, dibawa ke IGD RS Wahidin
karena merasa kesakitan pada bagian bawah perutnya, dia juga
mengeluh tidak bisa buang air kecil. Pada saat dilakukan
pemeriksaan oleh seorang perawat selanjutnya diketahui bahwa
sejak dua bulan terakhir buang air kecil pasien tidak lancar,
kadang urinnya berwarna kemerahan sehingga dicurigai
mengandung senyawa keton, pasien juga mengeluhkan setiap
buang air kecil harus mengejan dan terasa nyeri dipinggangnya,
pasien tidak mempunyai riwayat penyakit prostat. Sejak 5 jam
sebelum datang ke rumah sakit, air kencingnya macet total, perut
bagian bawah semakin membesar, menegang dan terasa sangat
nyeri.
THANKS
FOR
ATT EN TI ON

Anda mungkin juga menyukai