Oleh
DOSEN PEMBIMBING :
John Amos, S.KM, M.Kes
Ludruk adalah seni drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk dimainkan di
atas panggung dengan mengangkat tema sehari-hari, cerita perjuangan, dan
lainnya yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Seni Ludruk sendiri muncul
sebagai pengembangan dari kesenian rakyat Besutan dan Lerok dari Jombang.
Asal – usul kesenian Ludruk dalam buku Baroe Satra Djawa (artinya kamus sastra
jawa) karya W.J.S Poerwadarminta, tahun 1930 jilid I menerangkan makna ludruk
adalah teledek (penari wanita) dan badhut (pelawak). Sedangkan menurut Dukut
Imam Widodo pada bukunya Soerabaia Tempo Doeloe, ludruk berasal dari bahasa
Belanda. Pada masa itu banyak anak-anak muda Belanda yang senang menonton.
Mereka berkata kepada teman-temannya,“Mari kita leuk en druk.” Sampai
sekarang belum dapat dipastikan mengenai tempat asal kelahiran ludruk, karena
selalu terbentur pada dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama mengatakan
bahwa kesenian ini berasal dari Surabaya, sedang pendapat yang kedua
menganggap bahwa ludruk berasal dari Jombang.
B. Kesenian Daerah dari Luar Negeri yang dapat digunakan untuk promosi
kesehatan
Noh adalah bentuk teater musikal yang tertua di Jepang. Penceritaan tidak
hanya dilakukan dengan dialog tapi juga dengan utai (nyanyian), hayashi (iringan
musik), dan tari-tarian. Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang berpakaian
kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu berlapis
lacquer. Topeng-topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang
sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.
Noh adalah seni teater paling tua diantaranya. Teater Noh juga disebut
Nougaku (能楽), adalah teater musikal dimana penceritaan tidak hanya dilakukan
dengan dialog, namun juga nyanyian/utai (謡), iringan musik/hayashi (囃子), dan
tari-tarian. Naskah tertua Noh berasal dari abad ke-14. Aktornya akan
mengenakan kostum sutra warna-warni dan mengenakan topeng. Topeng yang
dikenakan menggambarkan tokoh-tokoh yang dibawakan. Peranan topeng sangat
penting dalam pembawaan teater Noh. Kendati demikian, tidak semua pemeran
mengenakan topeng. Pemain Noh adalah laki-laki, dan akan memerankan peran
laki-laki dan perempuan. Noh biasanya ditampilkan sampai dengan lima hari.
Kisah Noh umumnya berputar mengenai kaum-kaum kelas atas namun juga
diselingi dengan pengajaran moral. Terkadang jalan cerita diadaptasi dari legenda,
sejarah, sastra, dan cerita-cerita pada zamannya. Gerakan-gerakan Noh terstruktur
pada lagu dan tarian. Gerakannya pelan, menggunakan tutur bahasa puitis, dan
mengenakan pakaian elit, berat, dan berlapis.