Syarat penting terjadinya mumifikasi adalah lingkungan yang kering, dengan arus
udara yang bergerak. Lingkungan kering akan menunjang terhambatnya aktifitas
bakteri dalam proses pembusukan. Pada suhu kering ini dapat terjadi penguapan dari
jaringan tubuh, faktor inilah yang menunjang terjadinya dehidrasi pasca kematian.
Volume darah yang berkurang akan menyebabkan berkurangnya media pertumbuhan
bakteri di dalam tubuh mayat. Sehingga proses dekomposisi akan terjadi dalam waktu
yang lama atau tidak terjadi. Sehingga sangat berguna dalam proses identifikasi.3,17,18
Mumifikasi itu sendiri mungkin dapat terjadi pada sebagian tubuh sementara bagian
tubuh lain tetap mengalami pembusukan yang dinamakan sebagai mummifikasi
partial, hal ini dapat terjadi ketika salah satu bagian tubuh yang terkena lingkungan
yang panas, kering dan lainnya terkena lingkungan yang hangat dan lembab, seperti
yang terjadi ketika bagian tubuh terjepit radiator. Maka bagian yang terkena radiator
akan mengalami mummifikasi sedangkan bagian lainnya akan mengalami
pembusukan.19
Proses mumifikasi pada mayat orang dewasa terjadi sekitar dua atau tiga bulan dan
seorang anak yang baru lahir tidak lebih dari dua minggu. Mumifikasi membuat
mayat sekitar sepuluh kali lebih ringan dari sebelumnya karena proses kehilangan air
dalam jumlah besar dari jaringan karena proses penguapan. Bagian-bagian lunak dari
tubuh menjadi gelap dan tampak kecoklatan. Mayat kering, kurus dan menyusut,
dengan bau seperti daging kering. Organ dalam mengkisut dan berubah menjadi
kehitaman. Rambut biasanya terawat dan tubuh mempertahankan bentuk luarnya.
3,18,19
Apabila ditemukan sebuah mayat maka secara alami akan terjadi proses
pembusukan dan akhirnya skletonisasi dalam beberapa bulan. Tahap pertama dari
pembusukan adalah disebut autolysis, dimana organ yang mengandung enzim
pencernaan (misalnya usus) mulai mencerna dirinya sendiri. Dan selanjutnya akan
dilanjutkan dengan proses pemecahan yang dibantu oleh bakteri. Proses ini sangatlah
bergantung pada berbagai faktor, salah satunya adalah lingkungan atmosfer yang
lembab sehingga memungkinkan bakteri untuk hidup. Namun, pada kondisi yang
sifatnya cukup kering, dan terjadi dehidrasi pada tubuh maka media tumbuh bakteri
akan berkurang sehingga pertumbuhan bakteri menjadi terhambat dan akhirnya
pembusukan tidak terjadi dan mayat menjadi mummi.1,19
Persyaratan untuk mumifikasi adalah lingkungan yang kering dengan gerakan
air yang kondusif. Mumifikasi terjadi melalui proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya
dapat menghentikan pembusukan. Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan
menampilkan perubahan warna hitam kecoklatan dan perkamen. Mummifikasi
menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki dalam keadaan kering, keras dan layu, Organ
internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin tidak
mudah diindentifikasi.19
Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat
dinyatakan bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti ukuran permukaan
luas tubuh dimana semakin maka semakin mempercepat terjadinya penguapan.
Mumifikasi sering terjadi pada bayi yang meninggal saat baru lahir karena permukaan
tubuh bayi yang lebih luas dengan proporsi badan yang lebih kecil dibandingkan
orang dewasa, serta sedikitnya bakteri dalam tubuh dibanding orang dewasa yang ikut
berperan dalam membantu penundaan proses pembusukan sampai terjadinya
pengeringan jaringan tubuh., Kondisi Atmosfer - suhu panas bagus untuk
pembentukan mummifikasi. Dengan atsmosfer yang panas dapat membuat
lingkungan kering dan tidak lembab, sehingga bakteri tidak dapat hidup karena dia
membutuhkan air untuk bertahan hidup, gerakan udara bebas mempromosikan
pembentukan mummifikasi. 4,1
Gambar 1. Mumifikasi terjadi pada kondisi yang kering. Kulit menjadi
kasar, berubah menjadi kuning-coklat sampai hitam.4
(b)
Gambar 3. (a) dan (b) Pengeringan setempat dapat mempengaruhi
ujung lidah yang terpapar sebagian, bibir, ujung jari tangan dan kaki.1
DAPUS
1. Chee Hau T, Lian HH. Decomposition Process and Post Mortem Changes :
Review. Sains Malaysiana. 2014;43(12):1873–82.