Anda di halaman 1dari 6

Defenisi mumifikasi

Mummifikasi berasal dari Bahasa Persia ‘mumiya’ yang berarti bitumen


(aspal kering). merupakan proses pengeringan dan mengisutnya organ tubuh akibat
penguapan cairan dari jaringan tubuh. Mummifikasi memiliki gambaran sebagai
terhambatnya proses dekomposisi di karenakan proses dehidrasi yang berlangsung
cukup cepat. Proses mumifikasi biasanya dibagi menjadi dua kelompok yaitu spontan
dan antropogenik. Tubuh menjadi mumi alami di wilayah dengan lingkungan yang
ekstrim, seperti lingkungan kering atau dingin. Proses ini dikenal sebagai mumifikasi
spontan (spontaneous mummification). Dalam kasus lain, aktivitas manuasia yang
disengaja membantu dalam pelestarian benda, disebut sebagai mumifikasi
antropogenik (anthropogenic mummification), yaitu sering dikaitkan dengan Mesir
kuno. 16,19

Syarat penting terjadinya mumifikasi adalah lingkungan yang kering, dengan arus
udara yang bergerak. Lingkungan kering akan menunjang terhambatnya aktifitas
bakteri dalam proses pembusukan. Pada suhu kering ini dapat terjadi penguapan dari
jaringan tubuh, faktor inilah yang menunjang terjadinya dehidrasi pasca kematian.
Volume darah yang berkurang akan menyebabkan berkurangnya media pertumbuhan
bakteri di dalam tubuh mayat. Sehingga proses dekomposisi akan terjadi dalam waktu
yang lama atau tidak terjadi. Sehingga sangat berguna dalam proses identifikasi.3,17,18

Mumifikasi itu sendiri mungkin dapat terjadi pada sebagian tubuh sementara bagian
tubuh lain tetap mengalami pembusukan yang dinamakan sebagai mummifikasi
partial, hal ini dapat terjadi ketika salah satu bagian tubuh yang terkena lingkungan
yang panas, kering dan lainnya terkena lingkungan yang hangat dan lembab, seperti
yang terjadi ketika bagian tubuh terjepit radiator. Maka bagian yang terkena radiator
akan mengalami mummifikasi sedangkan bagian lainnya akan mengalami
pembusukan.19
Proses mumifikasi pada mayat orang dewasa terjadi sekitar dua atau tiga bulan dan
seorang anak yang baru lahir tidak lebih dari dua minggu. Mumifikasi membuat
mayat sekitar sepuluh kali lebih ringan dari sebelumnya karena proses kehilangan air
dalam jumlah besar dari jaringan karena proses penguapan. Bagian-bagian lunak dari
tubuh menjadi gelap dan tampak kecoklatan. Mayat kering, kurus dan menyusut,
dengan bau seperti daging kering. Organ dalam mengkisut dan berubah menjadi
kehitaman. Rambut biasanya terawat dan tubuh mempertahankan bentuk luarnya.
3,18,19

Adapun ciri mummifikasi antara lain : 17


- Mayat menjadi kecil
- Kering
- Mengkerut atau melisut
- Warna coklat kehitaman
- Kulit merekat erat dengan tulang di bawahnya
- Tidak berbau
- Keadaan anatominya masih utuh
Proses mumifikasi

Apabila ditemukan sebuah mayat maka secara alami akan terjadi proses
pembusukan dan akhirnya skletonisasi dalam beberapa bulan. Tahap pertama dari
pembusukan adalah disebut autolysis, dimana organ yang mengandung enzim
pencernaan (misalnya usus) mulai mencerna dirinya sendiri. Dan selanjutnya akan
dilanjutkan dengan proses pemecahan yang dibantu oleh bakteri. Proses ini sangatlah
bergantung pada berbagai faktor, salah satunya adalah lingkungan atmosfer yang
lembab sehingga memungkinkan bakteri untuk hidup. Namun, pada kondisi yang
sifatnya cukup kering, dan terjadi dehidrasi pada tubuh maka media tumbuh bakteri
akan berkurang sehingga pertumbuhan bakteri menjadi terhambat dan akhirnya
pembusukan tidak terjadi dan mayat menjadi mummi.1,19
Persyaratan untuk mumifikasi adalah lingkungan yang kering dengan gerakan
air yang kondusif. Mumifikasi terjadi melalui proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya
dapat menghentikan pembusukan. Kulit menjadi kering karena dehidrasi sel dan
menampilkan perubahan warna hitam kecoklatan dan perkamen. Mummifikasi
menjadikan jari-jari dan jari-jari kaki dalam keadaan kering, keras dan layu, Organ
internal berkurang dalam ukuran karena kehilangan konten air dan mungkin tidak
mudah diindentifikasi.19
Waktu yang dibutuhkan untuk mummifikasi lengkap tubuh tidak dapat
dinyatakan bervariasi dan tergantung pada beberapa faktor seperti ukuran permukaan
luas tubuh dimana semakin maka semakin mempercepat terjadinya penguapan.
Mumifikasi sering terjadi pada bayi yang meninggal saat baru lahir karena permukaan
tubuh bayi yang lebih luas dengan proporsi badan yang lebih kecil dibandingkan
orang dewasa, serta sedikitnya bakteri dalam tubuh dibanding orang dewasa yang ikut
berperan dalam membantu penundaan proses pembusukan sampai terjadinya
pengeringan jaringan tubuh., Kondisi Atmosfer - suhu panas bagus untuk
pembentukan mummifikasi. Dengan atsmosfer yang panas dapat membuat
lingkungan kering dan tidak lembab, sehingga bakteri tidak dapat hidup karena dia
membutuhkan air untuk bertahan hidup, gerakan udara bebas mempromosikan
pembentukan mummifikasi. 4,1
Gambar 1. Mumifikasi terjadi pada kondisi yang kering. Kulit menjadi
kasar, berubah menjadi kuning-coklat sampai hitam.4

Gambar 2. Kulit yang kering ini dapat menyusut dan kisut..6


Proses mumifikasi atau pengeringan dapat terjadi pada bagian ujung lidah
yang terlihat, bibir, bagian ujung dari jari tangan dan jari kaki serta scrotum. Jika
kelopak mata tidak tertutup setelah kematian, pengeringan sklera dapat terjadi dengan
penampakan garis coklat yang horizontal (taches noires sclera). Perubahan mata lain
dari mata adalah kornea berkabut. Ini terjadi 2-3 jam setelah kematian jika mata
terbuka. Dan setelah 24 jam menutup. Perubahan umum dari kulit menjadi warna
coklat kehitaman dengan konsistensi kasar terjadi bila kondisi yang sangat kering.1
(a)

(b)
Gambar 3. (a) dan (b) Pengeringan setempat dapat mempengaruhi
ujung lidah yang terpapar sebagian, bibir, ujung jari tangan dan kaki.1

DAPUS

1. Chee Hau T, Lian HH. Decomposition Process and Post Mortem Changes :
Review. Sains Malaysiana. 2014;43(12):1873–82.

2. Ribowsky S, Shachtman T. Dead Center behind the Scene World’s Largest


Medical Examuner’s Office: Harper collins e-books; p.73-75

3. Campobasso CP. The Mummified Corpse in a Domestic Setting. Am J


Forensic Med Pathol. 2009;30(October):307.

4. Goff M Lee. Early post-mortem changes and stage of decomposition in


exposed cadavers. USA; 2009.p. 162-163

5. Hariadi A H. Thanatologi, in: Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.


Edisi ketujuh. Surabaya; Fakultas Kedokteran universitas Airlangga. p. 122
6. Shkrum M J, Ramsay D A, The “Complete Autopsy”, in: Forensic Pathology
of Trauma Common Problems for the Pathologist. New Jersey: Humana
Press; 2007. P.49-52

7. Bardale, R. 2011. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. New Delhi:


Jaypee Brother Medical Publisher p. 162-163

8. Dolinak D, Matshes E, Lew E, Postmortem Changes, in: Forensic Pathology


Principles and Practice. USA: Elseiver Academic Press; 2005. P.539-541

Anda mungkin juga menyukai