MODUL 1
“TERAPI ASMA PADA IBU HAMIL”
OLEH :
Kelompok 1 (satu)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN 2019
A. SKENARIO
Skenario 1
“TERAPI ASMA PADA IBU HAMIL”
Ny. Az, usia 24 tahun ditemani suaminya dating ke rumah sakit
waras pada jam 20.30 WITA Dengan riwayat kehamilan Gravid (hamil) ke
3 partus (persalinan) ke 2 dan abortus tidak ada, serta usia kehamilan 36
minggu dengan riwayat penyakit penyerta yaitu asma sejak kecil, pasien
langsung ke IGD kebidanan rumah sakit waras dengan keluhan nyeri perut
tembus kebelakang sejak 3 jam yang lalu namun dari bidan yang
menerima pasien tersebut setelah di cek tanda vital pasien masih dalam
keadaan baik atau normal, adapun detag jantung janin sih ibu setelah di
periksa antara 120 hingga 160 kali per menitsehingga masih dalam
kategori batas normal, serta cairan (air ketuban) yang keluar pervagina
belum ada, namun his (konstraksi yang disertai nyeri pada dinding perut)
yang dirasakan oleh pasien tersebut semakin kuat dirasakan, sehingga
dengan demikian atas petunjuk instruksi dokter ahli kandungan via telepon
pada bidan jaga untuk segera dilakukan observasi pasien tersebut jam
23.15 WITA merasakan sesak, sehingga oleh bidan jaga memutuskan
untuk memanggil dokter dibagian perawatan rumah sakit, hasil dari
pemeriksaan auskultasi (pemeriksaan sekitar dada dengan mengguakan
stetoskop) oleh dokter jaga rumah sakit , didapat suara megi atau wheezing
(saluran nafas didalamrongga paru yang menyempit) pada ke 2 lapang
dada bagian atas sehingga dengan demikian hasil diagnose oleh dojter jaga
dipastikan bahwa penyakit penyerta pasien yaitu asma bronkhiale sedang
kambuh sehingga segera diberikan bantuan sementara berupa oksigen
sambil menunggu terapi pengobatan selanjutnya dari dr ahli kandungan
Dengan demikian bidan meneruskan hasil pemeriksaan atau
diagnose oleh dokter jaga ke dokter ahli kandungan untuk advis
pengobatan atau tindakan selajutnya, adapun terapi yang diintruksikan
oleh dokter ahli kandungan yaitu pemberian obat oral berupa tablet
epinefrin. Sebagai catatan penggunaan obat epinefrin yang juga dikenal
dengan adrenalin, salah satunya dapat di indikasikan untuk pengobatan
reaksi alergi atau serangan asma, selain dalam sediaan tablet ada juga
pemberiaan nya berupa ampul (injeksi) yang dalam dosis tertentu
disuntikka melalui subkutan (dibawah kulit) setelah diresepkan obat
epinefrin tablet tersebut ke apotek , diinformasikan bahwa persediaan obat
yang diinginkan oleh dr ahli kandungan ternyata persediaannya kososng
atau hanya yang tersedia berupa epinefrin injeksi, hal ini kemudian
menjadi pertimbangan oleh dokter ahli kandungan bahwa mengingat efek
kecepatan reaksi dari obat epinefrin jenis injeksi yang ditimbulkan selain
meredakan penyakit asma scepatnya pada pasien, juga dapat terjadi efek
samping secara langsung pada janin., yaitu pada awalnya akan
meningkatkan denyut jantung dari si ibu sehingga dikhuatirkan akan
mempengaruhi pada keadaan janin nantinya., hal ini juga telah dipertegas
oleh food and drug administration (FDA) atau badan pengawas obat dan
makanan amerika serikat bahwa golongan obat epinefrin tergolong dalam
kategori C yang artinya studi pada binatang menunjukan ada nya efek
samping pada janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil ,
sehingga dalamhal obat ini obat epinefrin hanya boleh dipakai jika besar
manfaat yang diharapkan lebih besar daripada resikonya.
Maka atas informasi dari apotek yang mengatakan bahwa
persediaan obat epinefrin hanyalah yang dalam bentuk injeksi, sehingga dr
ahli kandungan menginstruksikan melalui bidan yang mengobservasi agar
segera membuat lembaran konsul untuk diteruskan ke dokter bagian
penyakit dalam, setelah bidan melaksanakan yang diinstruksikan oleh dr
ahli kandungan, jam 23.32 WITA jawaban via telepon dari dr penyakit
dalam memberi saran kebidan untuk mengkonsultasikan ke dr jaga karena
pada saat itu belum bisa dating untuk menjawab konsul dari dr ahli
kandunganm, sehingga dengan demikian atas jawaban tersebut dengan
indikasi yang ada, dr jaga memberikan terapi atau pengobatan melalui
neblizer (uap obat yang dihirupkan selama kurang lebih 15 menit) dengan
pengawasan atau evaluasi frekuensi pernafasan pada pasien, dan setelah
beberapa saat pasien akhirnya memperlihatkan tanda-tanda frekuensi
nafas yang tidak mengindikasikan sesak atau telah normal kembali.
B. KATA KUNCI
- Ny. 24 tahun
- G(3), P (2), A(0)
- Usia Kehamilan 36 minggu
- Riwayat penyakit Asma sejak kecil
- TTV normal
- Detak jantung janin normal
- Air ketuban belum ada
- His semakin kuat
- Suara mengi/wheezing
C. JAWABAN PERTANYAAN
1. Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini
Jawaban : Bidan dilema karena mengikuti intrikusi dokter bahwa pasien
harus di berikan epinefrin oral, tetapi yang tersedia hanya epinefrin injeksi,
dimana obat tersebut termasuk kategori C.
2. Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana pada
satu pihak anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai keluarga
Ny.Novi
Jawaban : Posisi dokter tidak boleh menggunakan obat kategori C untuk
ibu hamil dan instruksi via telpon yang kurang tepat dalam memberikan
tindakan terhadap pasien
3. Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah
Dasar Bioetik, Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan tabel kriteria KDB &
pertanyaan etik klinik Jonsen S)
Jawaban :
ANALISIS DILEMA ETIK
A) BERDASARKAN KAIDAH DASAR BIOETIK
Beneficence
TIDAK
KRITERIA ADA
ADA
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong
tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat
manusia.
7) Pembatasan goal-based.
8) Maksimalisasi pemuasan
kebahagiaan/preferensi pasien.
Non maleficence
TIDAK
KRITERIA ADA
ADA
1) Menolong pasien emergensi.
MEDICAL INDICATION
1 Apakah masalah medis pasien ? Pasien hamil 36 minngu mengalami nyeri perut
Riwayat ? Diagnosis ? tembus kebelakang sejak 3 jam yang lalu dengan
Prognosis ? riwayat penyakit penyerta yaitu asma sejak kecil
2 Apakah masalah tersebut akut ? masalah yang dialami telah kronik namun dapat
kronik ? kritis ? gawat darurat ? ditolong
masih dapat disembuhkan ?
3 Apakah tujuan akhir menolong pasien dari nyeri perut yang dialami
pengobatannya ? serta sesak napasnya yang kambuh namun tetap
menyelamatkan janin dalam perutnya
1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk Kemungkinan untuk dapat
kembali ke kehidupan normal ? kembali ke kehidupan
normal untuk menghindari
bahaya yang terjadi pada
janin
2 Apakah gangguan fisik, mental, dan social yang pasien Tidak mengalami gangguan
alami bila pengobatannya berhasil?
4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, Saat sekarang pasien telah
apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti normal kembali
yang diharapkan?
5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan Untuk tindakan selanjutnya
selanjutnya ? diharapkan telah tersedia
obat yang dibutuhkan
dokter ahli kandungan
QUALITY OF LIFE
PATIENT PREFERENCES
2 Bila berkompeten, apa yang pasien Keluarga pasien dalam kasus ini suami pasien
katakan mengenai pilihan menginginkan pengobatan untuk pasien
pengobatannya ?
3 Apakah pasien telah diinformasikan Tidak ada informasi yang disampaikan baik
mengenai keuntungan dan kepada pasien maupun keluarga pasien
risikonya, mengerti atau tidak
terhadap informasi yang diberikan
dan memberikan persetujuan ?
4. Jelaskan isu lain (jika ada isu hukum & HAM) yang relevan dengan kasus
ini dan bagaimana jika kita melihatnya dalam perspektif agama
Dalam HAM
Dalam Deklarasi Universal HAM (1948)
Pasal 25 (1), Standar Hidup yang Layak dan Jaminan
Perlindungan Kesehatan:
Setiap orang berhak atas hidup yang memadai untuk kesehatan,
kesejahteraan diri dan keluarganya, termasuk atas pangan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatan, serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat pengangguran,
menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau
keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang
berada diluar kekuasaannnya.
- Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia artikel 25:
Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk
hak atas pangan, sandang, papan dan pelayanan kesehatan. pelayanan
sosial yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat
menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia,
atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf
kehidupan yang terjadi di luar kekuasaannya.
- Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus.
Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar
perkawinan, harus menikmati perlindungan sosial yang sama.
- Perlindungan terhadap hak-hak ibu dan anak juga mendapat perhatian
terutama dalam Konvensi Hak Anak. Instrumen internasional lain
tentang hak atas kesehatan juga terdapat pada Pasal 12 dan 14
Konvensi Internasional tentang Penghapusan semua Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan, dan ayat 1 Deklarasi Universal
tentang Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan Gizi.
- Pasal 34 ayat 3 (Tentang pelayanan kesehatan)
“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
- Pasal 28 C ayat 1 (Tentang hak untuk pengajaran )
“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia”.
- Pasal 28 B ayat 2 (Tentang kelangsungan hidup)
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”
- Pasal 28 ayat 1
“Setiap orang atau warga negara berhak untuk hidup, tidak
mendapatkan penyiksaan, bebas dalam pikiran dan hati nurani, berhak
beragama, tidak diperbudak, diakui di hadapan hukum yang berlaku
sebagai seorang pribadi, dituntut atas dasar hukum yang berlaku,
dansemua hak tersebut tidak dapat dikurangi ataupun dihilangkan
dalam keadaan apapun oleh orang lain maupun orang atau warga
negara itu sendiri”.
- Pasal 4 UU No. 23 Tahun 1992
”Setiap orang mempunyai hak yang, sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal”.
- Pasal 25 Universal Declaration Human Right
Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan
kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan
sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda, mencapai usia
lanjut atau mengalami kekurangan mata pencarian yang lain
karena keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
1. Para ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan
istimewa. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di
luar perkawinan, harus mendapat perlindungan sosial yang sama.
- UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 4 (Tentang pelayanan kesehatan)
“Setiap orang berhak atas kesehatan”.
Perspektif Hukum
- Pasal 51 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana
seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan
- Kode Etik Kedokteran Indonesia Pasal 1
Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien
(informed consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam
UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan
Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medis
- Analisa kasus Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Medik Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “Persetujuan
tindakan medik kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
akan dilakukan terhadap pasien
- Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 4 ayat (1)
dijelaskan bahwa “Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan
jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran”
Prespektif Agama
- Dokter dalam berpraktek menjunjung tinggi nilai altruism atau
yang dikenal tanpa pamri dan mencari solusi terbaik dengan tujuan
utama untuk pengobatan, pencegahan, penyembuhan, dan
perawatan penyakit terhadap pasien tersebut, sama halnya dalam
al-qur’an yang kita diperintahkan untuk saling tolong menolong
- Surah Al-Maidah Ayat 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa”
- Surah Al-Maidah ayat 32
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya.”
- Dokter juga manusia biasa yang terkadang lalai dalam tugas, tapi
bukan berarti hal itu menjadi penghalang untuk tetap bekerja
dengan sungguh-sungguh Sebab
”Sesungguhnya Allah Mencintai jika salah seorang di antara
kalian mengerjakan pekerjaan kemudian dia membaguskan
pekerjaannya.” (Hadis hasan lighairihi, Ash-shahihah:1113)