Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH DEMENSIA PADA LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK PRAKTIKUM

Dosen :

Rindayati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
KHOIROTUN MAULIDA

NIM. 151911913014

Kelas :

4A Gresik

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah yang berjudul “DEMENSIA PADA LANJUT
USIA” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan karya tyulis ilmiah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kepperawatan Gerontik. Rasa terima kasih saya tidak terkirakan kepada yang
terhormat Ibu RINDAYATI S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing materi dalam
pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan
makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang pentingnya pengaruh penyakit skabies pada
psikologis dan psikososial seseorang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan
yang saya miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Gresik, 09 Juni 2021

KHOIROTUN MAULIDA

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ................................................................................................ 3
2.2 Epidemiologi ........................................................................................... 3
2.3 Etiologi .................................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi............................................................................................. 4
2.5 Klasifikasi ................................................................................................ 5
2.6 Manifestasi Klinik ................................................................................... 6
2.7 Pemeriksaan Penunjanga ......................................................................... 7
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................... 8
2.9 Pencegahan dan Perawatan...................................................................... 9
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 10
4.2 Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan dengan jumlah lansia telah menjadi masalah besar bagi pelayanan psikiatri.
Lebih banyak orang hidup sampai tua, dimana mereka berisiko untuk demensia serta
kurangnya kesadaran masyarakat untuk merawatnya. Proses penuaan secara normal
membawa perubahan mental maupun fisik. Penurunan intelektual mulai terlihat pada
dewasa muda, dan semakin jelas pada usia tua. Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya
dan buruknya daya ingat, lupa yang ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relatif
tidak penting. Penuaan juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.
Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan penarikan diri bertahap dari
masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan minat dan pandangan ketakmampuan
menerima pemikiran baru, kecenderungan memikirkan hal yang lampau dan mempunyai
pandangan konservatif. Perubahan ini semakin cepat pada orang tua yang menderita
penyakit mental. Penyakit mental pada orang tua sangat bervariasi, maka terjadilah
masalah besar, seperti masalah sosial dan ekonomi maupun medis yang muncul akibat
demensia senilis dan demensia multi infark penyakit ini sering terjadi bahkan meningkat
karena populasi orang tua bertambah dan tidak tersedianya tindakan pencegahan atau
pengobatan. Banyak orang tua yang menderita demensia juga menderita penyakit fisik
penyerta lain. Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun dan perlu
diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat
hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku
seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep teori dari demensia?

1.3 Tujuan

Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk

1. Tujuan Umum

1
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada

pasien dengan demensia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep medis dari demensia

b. Mengetahui asuhan keperawatan dari demensia

1.4 Manfaat

a. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada lansia

pasien dengan demensia

b. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat

menjadi pedoman dalam persiapan praktik di rumah sakit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan


fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Demensia adalah gangguan kronis
dengan awitan lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah
keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir dan kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap
fungsi kehidupan sehari-hari. Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika
atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak.
2.2 Epidemiologi
Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan
meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70
tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai
lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –
1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 –
4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan
Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak
di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab
kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang
dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit
Alzheimer.
2.3 Etiologi
Demensia disebabkan oleh :
a. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan, bila
kondisi akut yang menyebabkan delirium atau tidak dapat diobati, terdapat
kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat
dianggap sebagai demensia.
b. Penyakit vaskular, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan ateroklerosis
dapat menyebabkan stroke.
c. Penyakit Parkinson : demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.

3
d. Penyakit prion (Protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit
Creutzfeldt-Jakob).
e. Infeksi human imuno defesiensi virus (HIV) dapat menyerang system
saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS.
f. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal hidrosefalus dan
cedera akibat trauma kepala
2.4 Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus
demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun
tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular,
tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium,
virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau
defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis
struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit
Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan
neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit
Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan
bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal
dari protein yang lebih besar, protein precursor amiloid. Keluarga-keluarga
dengan kaitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagai sesuatu yang
diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami
mutasi pada gen APP-nya. Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan awitan
lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat
peningkatan risiko penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada
kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang
saling berpilin yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul
tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter
merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati sistem
saraf. Defisit neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang
kompleks di antara sel-sel pada sistem saraf. Protein dalam cairan serebrospinal
yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal.
Penemuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di
tingkat selular menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut.
4
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling
banyak terjadi. Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang
seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak
semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia.
Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang
dengan demensia multi infark mengalami penyakit yang tiba-tiba, lebih dari
sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan
beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
2.5 Klasifikasi
a. Menurut umur:
1) Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.
2) Demensia prasenilis yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65 tahun.
b. Menurut perjalanan penyakit:
1) Reversibel
2) Irreversibel (normal pressure hidrosefalus, subdural hematoma, vitamin
B defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).
c. Menurut kerusakan struktur otak:
1) Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin asetil
transferase didalam otak dan merupakan penyakit degeneratife akibat
kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan kemunduran fungsi
intelektual atau kognitif, yang meliputi kemunduran daya mengingat dan
proses berfikir. Prilaku yang dialami demensia ini adalah mudah lupa atau
pikun. Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer belum diketahui
secara pasti, beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 %
pasien mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer
sehingga faktor genetik sangat dianggap berperan dalam perkembangan
gangguan didalam sekurangnya beberapa kasus.
2) Demensia non Alzheimer
3) Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit vaskular cerebral
yang multipel yang menyebabkan suatu pola gejala demensia, yang
biasanya juga disebut demensia multi infark. Demensia vascular ini sering

5
terjadi pada laki-laki khususnya pada mereka dengan hipertensi yang telah
ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskuler lainnya.
4) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Demensia)
5) Demensia Lobus frontal temporal
6) Demensia terkait dengan HIV-AIDS
7) Morbus Parkinson
8) Morbus Hungtington
9) Morbus Pick
10) Morbus Jakob-Creutzfeldt
11) Sindrom Gerstmann-Straussler-Scheinker
12) Prion disease
13) Palsi Supranuklear progresif
14) Multiple sclerosis
15) Neurosifilis
16) Tipe campuran
d. Menurut sifat klinis:
1) Demensia propius
2) Pseudo-demensia

2.6 Manifestasi Klinik

Secara umum tanda dan gejala demensia meliputi :

a. Gangguan daya ingat


b. Perubahan kepribadian
c. Orientasi
d. Gangguan bahasa
e. Psikosis
f. Mudah tersinggung, bermusuhan
g. Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi Katastropik, Sindroma
Sundowner
h. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
i. Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian
j. Perilaku yang inadekuat
k. Rasa takut
l. Curiga
6
m. Mudah tersinggung
n. Agitatif
o. Hiperaktif
p. Siaga tinggi ( hyperalet )
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan
memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala
serta adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis).
a. Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI
dimaksudkan untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.
b. Otopsi otak, yang menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang
tersisa tampak kacau dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari
amiloid (sejenis protein abnormal).
c. Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang
merupakan pemeriksaan skrening otak khusus.
d. Antibodi: kadar cukup tinggi (abnormal)
e. JDL, RPR, Eletrolit, Pemeriksaan tiroid: dapat menentukan dan menghilangkan
disfungsi yang dapat diobati/kambuh kembali, seperti proses penyakit
metabolik, ketidakseimbangan cairan dan eletrolit, neurosifilis
f. B12: dapat menentukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi
g. Tes deksamentason depresan (DST): utnuk menangani depresi
h. EKG: mungkin tampak normal, perlu untuk menentukan adanya insufisiensi
jantung
i. EEG: mungkin normal atau memperlihatkan beberapa gelombang (membantu
dalam menciptakan kelainan otak yang masih dapat diatasi)
j. Sinar X tengkorak: biasanya normal
k. Tes penglihatan atau pendengaran: untuk menemukan adanya penurunan
(kehilangan) yang mungkin disebabkan oleh/kontribusi pada disorientasi, alam
perasaan yang melayang, perubahan persepsi sensori (salah satu dari gangguan
kognitif)
l. Scan otak, seperti PET, BEAM, MRI: dapat memperlihatkan daerah otak yang
mengalami penurunan metabolisme yang merupakan karakteristik dari DAT.

7
m. Scan CT: dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya
atrofik kortikal
n. CCS: munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan
indikasi adanya DAT.
2.8 Penatalaksanaan
a. Cholinergic-enhancing agent\
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian.
Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan
pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak
menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa demensia Alzheimer tidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi
kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter
lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergik ternyata
bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat
terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
b. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti
untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian
prekursor, choline dan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi
hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa.
Dengan adanya choline memiliki sedikit perbaikan terutama dalam fungsi
verbal dan visual. Dengan lecithin hasilnya cenderung negatif, walaupun
dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen
dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.
Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan
informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik,
pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki
keadaan umum.
d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan
dalam terapi demensia, ialah nicer goline dan co-dergocrine mesylate.
8
Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku,
aktivitas, dan mengurangi kebingungan, serta memperbaiki kognisi. Disisi
lain, nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan pada hati
dan perilaku
e. Dihydropyridine
ada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine
bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia.
Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun
pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel
endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian
sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang
mengidap hipertensi esensial.
2.9 Pencegahan dan Perawatan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama
e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran.Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan
lambat dan biasanya berprognosis buruk. Demensia adalah keadaan dimana seseorang
mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya ingat dan daya pikir dan
kemampuan kemampun tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan
sehari-hari.Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau sindroma otak
kronika atau kegagalan otak
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60
tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka
kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu
populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat
dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara
industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10
– 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia
Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju
Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20%
sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler
50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan makalah lebih sering diberikan seperti ini agar
kami selaku mahasiswa lebih proaktif dan lebih mandiri pada penemuan ilmu-ilmu
keperawatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fikriyah, 2014, Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Penyakit Demensia, (online),
Available : https://www.scribd.com/ (Diakses 10 Maret 2015 Pukul 11.23
WITA)
Hudak, C. M., 1997. Keparawatan Kritis : Pendekatan Holistic, Jakarta: EGC
Isaacs, A., 2004. Keperawatan Kesehatan jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC.
Kaplan dan Sadock, 1997, Sinopsis Psikistri, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Syamsul, H., 2013, Gangguan Kognitif Pada Lansia, (online), Available :
http://asuhankeperawatan05.blogspot.com/2013/12/gangguan-kognitif-pada-
lansia.html (Diakses 10 Maret 2015 Pukul 11.29 WITA)

11

Anda mungkin juga menyukai