Anda di halaman 1dari 6

Nama : Saed Arief Maulana

NIM : 170802139
Mata Kuliah : Administrasi dan Belanja Daerah
Jenis Ujian : Ujian Akhir Semester (Genap)
Hari/Tgl./Waktu : Kamis, 08/07/2020/11.15 s/d 12.55 Wib
Dosen : DR. H. Dahlawi, M.Si

1. Penyusunan APBD mempedomani sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan


Kebijakan Pemerintah, yaitu Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) memuat sasaran, arah kebijakan, dan strategi pembangunan
yang merupakan penjabaran pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 sebagaimana diatur dlm ketentuan perundang-undangan.
Bagaimana pendapat Saudara tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan arah atau landasan pengelolaan APBD setiap
tahun anggaran secara berkelanjutan ?

Jawab :

Menurut saya, alasan mengapa RKP dan RKPD bisa menjadi suatu landasan dalam
pengelolaan APBD ialah karena kebijakan ini merupakan rancangan kerangka ekonomi
daerah yang di prioritaskan untuk pembangunan Negara ataupun daerah yang mengatur tolak
ukur rencana kerja serta pendanaanya. Hal ini dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat
maupun daerah dan tentu mengikutsertaan masyarakat dalam hal mewujudkan kesejahteraan
bersama. Alasan lainnya yakni karena RKP merupakan bagian dari penjabaran RPJM
Nasional yang memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program Kementerian / Lembaga, lintas Kementerian / Lembaga, kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif, serta RKPD merupakan
penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka
ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pernerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
2. Sinergitas antara kebijakan pemerintah dengan Pemerintah Daerah harus memperhatikan
arah kebijakan fiskal Pemerintah diantaranya :

a. Reformasi pendapatan, yaitu mendukung pemulihan dunia usaha dan optimalisasi


melalui inovasi kebijakan serta mitigasi dampak untuk percepatan pemulihan
ekonomi dan restrukturisasi transformasi ekonomi.
b. Fokus program prioritas (zero based), berorientasi hasil (result based), efisiensi dan
antisipatif (automatic stabilizer).

Kedua langkah tersebut dapat menjadi kebijakan pemerintah Daerah untuk mempercepat
pembangunan Daerah sesuai visi dan misi kepala pemerintahan Daerah. apakah kebijakan
ini ada pada pemerintah Daerah Saudara, beri pendapat Saudara sertai contoh.

Jawab :

Dari apa yang terlihat, pemerintahan di daerah saya (yakni Pemerintahan Daerah Kabupaten
Langkat) ada menerapkan kebijakan seperti ini, terutama di bagian kebijakan reformasi
pendapatan. Hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Langkat yaitu “Menjadikan Langkat yang
maju, sejahtera, dan religius, melalui pengembangan pariwisata dan infrastruktur yang
berkelanjutan” dan salah satu misi Kabupaten Langkat yakni “Meningkatkan pelayanan
kebutuhan dasar untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia” Serta “Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan prioritas pengembangan pada sektor pariwisata”. Dunia
usaha sangatlah diperhatikan oleh pemerintahan kabupaten langkat dengan tujuan
menciptakan pendapatan daerah di bidang ekonomi yang stabil. Sebagai contoh yang bisa
diambil tentu ada dibagian pariwisata alam seperti wisata alam Bukit Lawang, Tangkahan,
dan Namu Sira-sira yang sudah menjadi objek wisata paling diminati oleh banyak kalangan,
baik itu turis luar negeri maupun turis lokal. Bahkan ditengah pandemi Covid – 19 sekalipun,
pemerintah Kabupaten Langkat selalu mencari cara agar salah satu pendapatan terbesarnya
tidak hilang begitu saja, dengan contoh kebijakan yang diambil yakni dengan melakukan
reservasi secara online yang bertujuan agar pendapatan dari segi pariwisata tidaklah
berkurang. Hal ini dikarenakan banyak sekali objek wisata di Kabupaten Langkat dan
pemerintah mengelola keuntungan tersebut dan tentu dengan semua kebijakan yang telah
dikeluarkan, antisipasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan juga sudah dipikirkan demi
mencapai hasil yang diharapkan.

3. APBD sebagai dasar Pengelolaan Keuangan Daerah dalam masa satu tahun anggaran
sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an mengenai keuangan Daerah, merupakan satu
kesatuan yang terdiri atas:
a. Pendapatan Daerah.
b. Belanja Daerah.
c. Pembiayaan Daerah.
Beri penjelasan Saudara terhadap komponen pengelolaan keuangan Daerah dimaksud, sesuai
kabupaten/kota masing-masing.

Jawab :
Komponen pengelolaan keuangan Kabupaten Langkat :

a. Pendapatan Daerah.
Pendapatan daerah yakni penerimaan yang berasal dari sumber – sumber pendapatan daerah
yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas –
dinas, dan penerimaan lain – lain. berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 66 Tahun 2016, salah
satu pendapatan di daerah Kabupaten Langkat sendiri berupa pajak daerah yang dimana ada
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
parkir, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak air tanah, pajak sarang burung walet,
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan PBB Pedesaan dan Perkotaan.

b. Belanja Daerah.
Sesuai dengan Undang – Undang no. 33 tahun 2004, dijelaskan bahwa Belanja daerah adalah
semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah Kabupaten Langkat terdiri dari 2 bagian,
yakni belanja langsung dan belanja tidak langsung. Pada penjelasan Perbup no. 40 Tahun
2015, Belanja langsung dan tidak langsung di daerah Kabupaten Langkat terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja tidak terduga serta belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan kepada provinsi /
kabupaten / kota dan Pemdes.

c. Pembiayaan Daerah.
Pembiayaan Daerah adalah fasilitas pembiayaan infrastruktur yang diberikan kepada
Daerah dalam rangka mendukung percepatan penyediaan infrastruktur dasar maupun sosial
dengan jangka waktu pembiayaan menengah dan panjang. Pembiayaan Daerah di Kabupaten
Langkat sendiri terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA TA), Pencairan dana cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman, Penerimaan piutang daerah, Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir, serta
Penerimaan Pembiayaan Lainnya.

4. APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan kegiatan


pemerintah Daerah. Dengan adanya APBD, pemerintah Daerah sudah memiliki gambaran
yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja
yang harus dikeluarkan, selama satu tahun.
Perhatikan masing-masing Qanun Kabupaten / Kota Saudara berasal, cantumkan Nomor /
Tahun Qanun tentang APBK Tahun Anggaran 2021 dan isi angka-angka mata anggaran
sesuai format.

Jawab :
sesuai dengan Peraturan Bupati Langkat Nomor 53 tahun 2020 tentang penjabaran anggaran
pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2021 serta Realisasi APBD 2020 per 11
Februari 2021 yang dikeluarkan oleh Kemenkeu untuk daerah Kabupaten Langkat, dijelaskan
bahwa APBD Kabupaten langkat berformat sebagai berikut :
Tabel 1. Struktur Pendapatan Daerah.
A. Pendapatan Daerah.
Pendapatan Daerah 1.941.036.354.159
PAD 163.480.847.030
Pajak daerah 69.586.254.380
Retribusi daerah 29.345.779.350
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 9.950.000.000
dipisahkan
Lain – lain PAD yang sah 54.598.813.300

B. Pendapatan Transfer.
Pendapatan Transfer 1.542.645.938.278
Dana Perimbangan 1.385.870.595.000
Dana bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak 173.177.058.000
Dana alokasi umum 1.212.693.537.000
Dana alokasi khusus 0
Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda 83.916.444.129
lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi khusus 205.446.268.000
Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda 0
lainnya
Pendapatan Lainnya 0

C. Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Lain – lain pendapatan daerah yang sah 391.684.912.129
Hibah 102.322.200.000
Dana darurat 0

Tabel 2. Struktur Belanja Daerah.


D. Klasifikasi Belanja Daerah.
Belanja Pegawai 958.348.606.782
Belanja Bunga 0
Belanja Subsidi 0
Belanja Hibah 3.867.300.632
Belanja Bantuan sosial 6.438.038.004
Belanja Modal 196.745.262.128
Belanja tidak terduga 1.346.735.244
Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan 4.475.077.935
Pemdes
Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota 344.033.327.500
dan Pemdes

Tabel 3. Struktur Pembiayaan Daerah

E. Pembiayaan Daerah

Penerimaan 0
SiLPA TA sebelumnya 0
Pencairan dana cadangan 0
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 0
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi 0
Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0
Penerimaan piutang daerah 0
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir 0
Penerimaan Pembiayaan Lainnya 0

Pengeluaran 3.500.000.000
Pembentukan Dana Cadangan 0
Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 3.500.000.000
Pembayaran Pokok Utang 0
Pemberian Pinjaman Daerah 0
Pembayaran Kegiatan Lanjutan 0
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 0
Pengeluaran Pembiayaan Lainnya 0

Anda mungkin juga menyukai