Anda di halaman 1dari 5

Ringkasan BAB 1

“Dasar-Dasar Perpajakan”

Nama : Antonio Rafael Effendy


Kelas : Manajemen A
No.stambuk : 2011072
Dosen: Dr.Paulus Tangke, S.E., M..Si., Ak.,CA.,CSRS,CSRA.,CSP

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Atma Jaya Makassar
A.  Bagian 1: Dasar-Dasar Perpajakan

Definisi dan Unsur Pajak

Defenisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan pada
Pasal 1 Ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang secara
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, denga n tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Sementara menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyak kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa
timbal yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur berikut:

1.     Iuran dari rakyat kepada negara.

2.     Berdasarkan Undang-undang.

3.     Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk.

4.     Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-


pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Fungsi Pajak

       Pajak memiliki 2 fungsi, yaitu:

1.     Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.

2.     Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi.

3.     Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.
4.     Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

 Syarat Pemungutan Pajak

       Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat berikut:

1.     Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

2.     Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat yuridis)

3.     Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)

4.     Pemungutan pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)

5.     Pemungutan pajak harus sederhana

Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

       Ada beberapa teori yang dapat memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara
untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut adalah:

1.     Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu,
rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
jaminan perlindungan tersebut.

2.     Teori kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-masing orang.

3.     Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan
daya pikul masing-masing orang.

4.     Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai
warga yang berbakti, rakyat selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah suatu kewajiban.

5.     Teori Asas daya Beli


Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti
menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara
akan menyalurkannya Kembali ke masyarakat dalam pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

Hukum Pajak Materiil dan Pajak Formal

       Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan
rakyat sebagai wajib pajak. Ada 2 macam hukum pajak yakni:

1.     Hukum Pajak Materiil.

2.     Hukum Pajak Formal 

Pengelompokan Pajak

1.     Menurut Golongannya

a.      Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dibebankan kepada orang lain..

b.     Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain.

2.     Menurut Sifatnya

a.      Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti ini adalah memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan.

b.     Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa


memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas barang Mewah.

3.     Menurut Lembaga Pemungutnya

a.      Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b.     Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:

1.     Pajak Provinsi

2.     Pajak Kabupaten/Kota

 B.  Bagian 2: Pajak Negara

Pajak Negara

       Pajak negara yang sampai saat ini masih berlaku adalah:

1.     Pajak Penghasilan (PP)

Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang No. 7 Tahun 1984
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang
Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti UU Pajak Perseroan
1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PBDR 1970. 

2.     Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn BM).

Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983.
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009. Undang-Undang
PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan merupakan pengganti UU
Pajak Penjualan 1951. 

3.     Bea Meterai

Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 1985.
Undang-Undang Bea Meterai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 menggantikan peraturan dan
Undang-Undang Bea Meterai yang lama (Aturan Bea Meterai 1921).

4.     Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-Undang No. 12.
Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1994.

5. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Dasar hukum pengenaan Bea Perolehan hak Atas Tanah dan Bangunan adalah Undang-
Undang No 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 20
Tahun 2000. Undang-Undang BPHTB berlaku sejak tanggal 1 Januari 1998 menggantikan
Ordonasi Bea balik Nama Staatsblad 1924 No 291.

Anda mungkin juga menyukai