Anda di halaman 1dari 6

Tugas Komunikasi Kep, hari Kamis, 04 Juni 2020 tentang Komunikasi pada Klien dengan

Aphasia sensorik dan motorik

Tugas Mahasiswa :
A. Tugas ini merupakan tugas individu, dimana Mahasiswa diminta untuk mempelajari materi
tentang Komunikasi pada Klien dengan Aphasia motorik dan sensorik yang diberikan di
bawah ini.
B. Setelah mempelajari materi tersebut, mahasiswa diminta untuk membuat ringkasan dan
melakukan paraphrase dalam bentuk Power Point.
C. Tugas yang disusun tidak boleh sama dan dikumpulkan paling lambat pada hari Jumat
tanggal 05 Juni 2020 jam 21.00 WIB melalui email aningitc@gmail.com

BAB IV
KOMUNIKASI PADA KLIEN DENGAN APHASIA SENSORI
DAN APHASIA MOTORIK

A. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat untuk menginterpretasikan pikiran, perasaan dan kemauan dari
seseorang kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
mempergunakan sistem simbol yang telah disepakati dan menjadi milik anggota masyarakat.
Peranan bahasa sangat penting sebagai alat untuk berkomunikasi, dan komunikasi
merupakan suatu kebutuhan seseorang dalam kehidupannya.
Namun pada beberapa individu proses komunikasi mengalami gangguan/hambatan
yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah kelainan organ
seperti: adanya kerusakan pusat-pusat bahasa di korteks serebri yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk memahami simbol (aphasia sensoris) atau mengemukakan/
menggunakan simbol bahasa (aphasia ekspresi).
Perawat dalam hal ini hendaknya mengetahui dan dapat menerapkan cara
berkomunikasi dengan klien aphasia sensoris maupun ekspresif, sehingga dapat mengetahui
respon dan memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
B. Pengertian
Aphasia merupakan ketidakmampuan untuk menerima dan memproses input,
menggambarkan konsep dari sistem simbol dan mentransmisikannya serta ketidakmampuan
menggunakan sistem simbol (Nursing Care of Children, 19).
Aphasia dapat dibedakan menurut gejala yang ada. Banyak ahli mengklasifikasikan
aphasia dalam sebutan yang berbeda-beda. Namun secara umum aphasia dibedakan menjadi
dua yaitu aphasia sensorik dan aphasia motorik.
1. Aphasia sensori/aphasia reseptif.
a. Pengertian
Menggambarkan ketidakmampuan untuk memahami bicara yang ditulis
diucapkan/diraba (Dorland, 19).
b. Gambaran jelas :
1) Penderita tidak sadar akan ketidakmampuannya dan bersifat cuphoric.
2) Cara bicara lancar, nada dan irama bahasa baik, tetapi kurang komunikatif,
kadang kosong/tanpa arti.
3) Sering menggunakan bahasa yang asing bagi orang lain/diri sendiri (Jargon).
Sehingga disebut juga Jargon aphasia.
4) Kurang mampu memahami maksud lawan bicara, sehingga tidak mampu
memberi respon yang benar.
5) Tidak mampu memahami simbol-simbol grafis yang dilihat dan dibacanya,
sehingga kesulitan dalam menulis.
c. Penyebab
Aphasia sensori terjadi akibat :
1) Adanya lesi pada pusat Wernicke (di gynus temporalis superior).
2) Penyakit pusat pendengaran atau pusat kata visual.
2. Aphasia motorik/Ekspresif/Eksekutif/Contiguity disorder
a. Pengertian
Merupakan penurunan kemampuan mengemukakan pendapat, ide/konsep dalam
bentuk kata-kata dan tulisan (Ballenger, JJ, 1994).
b. Gambaran gejala
Gejala aphasia motorik ini dapat dibedakan menjadi empat tingkatan, yaitu :
1) Berat
Dimana klien biasanya mengungkapkan beberapaa keadaan sebagai berikut
antara lain :
a) Tidak dapat menirukan simbol-simbol bahasa verbal/grafis.
b) Bahasa internal lengkap, utuh sehingga dapat memahami bahasa
verbal/visual.
c) Dapat menggunakan bahasa isyarat.
2) Cukup berat
Dimana klien dapat mengeluarkan beberapa kalimat pendek yang bersifat
stereotype dan otomatik. Contoh : apa kabar, terima kasih.

3) Sedang
Ditandai dengan klien masih dapat berbahasa tetapi susunan kalimat kurang baik
karena banyak kata yang tidak digunakan.
4) Ringan
Dimana pemahaman materi yang dibaca relatif normal, meskipun kadang-kadang
terdapat kesulitan.
c. Penyebab
Terjadi akibat lesi pada pusat broca (sehingga disebut juga aphasia broca)
d. Contoh-contoh
Berikut ini contoh kesulitan mengungkapkan ekspresi dalam bentuk tulisan huruf dan
angka.

Gambar 4.1 Gejala akalkulia, penderita mengalami kesulitan untuk mengekspresikan simbol bilangan
yang benar.
Gambar 4.2. Gejala afasia nonfluent, penderita hendak mengekspresikan nama

Gambar 4.3. Gejala afasia motorik subkortikal, penderita mengalami kesalahan fonemik saat
mengekspresikan “Rabu” dan “Kamis’

Gambar 4.4 Gejala afasia motorik subkortikal, penderita mengekspresikan ide/konsep “hijau” dan
“hitam”
Gambar 4.5 Gejala afasi8a amnestik, penderita hendak mengekspresikan ide/konsep “naik mobil”

C. Cara berkomunikasi dengan klien aphasia sensori dan aphasia motorik.


1. Secara umum
Dalam usaha melatih penderita aphasia agar mampu mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, dibutuhkan beberapa
metode dan tehnik terapi yang tepat. Beberapa metode dan teknik terapi wicara yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Metode stimulasi
Dilakukan dengan cara memberikan rangsangan yang cukup berat sehingga dapat
diterima lebih mudah. Berdasarkan stimulasi yang dipergunakan, dibedakan menjadi:
1) Metode stimulasi visual
Klien mendengar bunyi-bunyi bicara yang benar (model) dan berusaha
menggerakkan organ bicaranya sendiri seperti yang dilihat dalam model
2) Metode stimulasi auditorius
Klien mendengar bunyi-bunyi bicara yang benar (model) dan kemudian dan
berusaha memproduksi bunyi-bunyi bicara yang benar.
3) Metode stimulasi auditorius visual
Merupakan kombinasi dari kedua metode di atas
b. Metode penempatan fenotik
Dilakukan untuk melatih penderita agar mampu menempatkan organ bicara (otot dan
sendi) pada tempat yang tepat dan menggerakkan dengan cara yang benar. Dibantu
oleh alat peraga visual sehingga dapat bunyi bahasa yang benar.
c. Metode moto kisnetik (manipulasi)
Dilakukan teknik manipulasi secara langsung kepada organ-organ bicara (otot-otot)
atau organ perilaku komunikasi yang dipandang perlu. Pemberian manipulasi dapat
mempergunakan jari ahli terapi vicara, tong spatel, kertas kusus dan lain lain. Hal ini
dilakukan agar klien mampu menempatkan organ secara benar.
d. Metode Psiko-Endukatif
Metode ini berdasarkan prinsip-prinsip psikoterapi, bimbingan dan penyuluhan serta
pendidikan. Dilakukan dengan menanamkan konsep “Konsep perilaku komunikasi
yang baik dan benar”. Diberikan melalui teknik-teknik terapi : bermain peran,
dramatisasi dan lain lain dan sebaiknya dipilih metode yang tepat sesuai karateristik
penderita dan permasalahannya.
e. Metode kompensasi
Sangat khas, karena dilakukan apabila penderita tidak mungkin lagi melakukan
tehnik terapi dengan cara normal.

2. Dengan pasien aphasia sensori


Komunikasi dengan individu pada gangguan ini dengan menggunakan sikap tubuh atau
demonstrasi sesuai karakteristik dan permasalahan khusus penderita.
3. Dengan pasien aphasia motorik
Berkomunikasi dengan individu ini melalui :
a) Memberikan pertanyaan yang sederhana dengan jawabannya “Tidak” dan meminta
klien untuk menggelengkan kepala sebagai respon.
b) Memberikan waktu untuk mengerti dan memberikan tanggapan.
c) Menggunakan alat bantu visual seperti foto atau gambar kebutuhan individu.

Anda mungkin juga menyukai