Anda di halaman 1dari 11

PENGUNAAN DIRI SENDIRI SECARA EFEKTIF DALAM KOMUNIKASI

TERAPEUTIK

OLEH :
AGNES TRI RAHAYU (19301086)
ALDI FADRIANTO` (19301087)
AZZRA CHAIRUNNISA (19301090)
RAHMI ELMITIA (19301107)
MUSNAINI (19301109)
MUTIARA AINI AFNA (19301110)

Dosen pengampu:
INGGRID WEDDY FIFA, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penyusun akan membahas mengenai “Self
Awareness : Kesadaran Interpersonal dalam Hubungan Intraperseonal”.Makalah ini telah
dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu penyusun meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun.Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, 20 oktober 2020

Kelompok 4
1. KESADARAN DIRI

Kesadaran diri (self awareness) merupakan ”modal dasar” Individu dalam


menjalankan tugas (Flurentin, 2001). Pemahaman diri sendiri merupakan suatu kondisi yang
diperlukan sebelum memulai proses pemahaman terhadap orang lain. Selanjutnya,
pemahaman multikultural harus dimiliki oleh anak didik, baik secara makro maupun mikro.
Keragaman dapat dijadikan rahmat yang mendorong kreativitas, pemerkayaan intelektual,
dan pengembangan sikap-sikap toleran terhadap perbedaan. Remaja dilatih peka, bersikap
empati, menghormati keragaman dan perubahan, serta dapat memahami diri dan
lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, mulai jenjang
pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Dengan pemahaman multikultural
memungkinkan Remaja dapat menjembatani perbedaan antara dirinya dengan lingkungannya.

Jendela Johari

a. Open area: informasi yang Anda ketahui tentang diri Anda dan orang lain juga tahu. Ini
adalah hal yang jelas, mis. ras, nama, tinggi badan, berat badan, dll. Itu adalah hal-hal
yang Anda katakan kepada orang lain ketika Anda memperkenalkan diri kepada kelas.
Ini juga perasaan yang telah Anda bagikan selama "Pikiran untuk Hari, "gaya belajar,
proses komunikasi, dan kepribadian pelajaran.
Diri yang terbuka diperlukan dalam komunikasi sehingga ada perasaan saling mengerti
dan memahami satu sama lain. Daerah terbuka masing-masing individu akan berbeda
besarnya tergantung dengan siapa lawan kita berkomunikasi. Ada orang yang membuat
kita merasa nyaman dan mendukung kita terhadap mereka, kita membuka diri kita lebar-
lebar. Terhadap orang yang lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita.
Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada kita sendiri. Jika
kita tidak membiarkan orang lain mengenal kita, maka komunikasi menjadi sangat sukar.
Kita dapat berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga
mengenal diri sendiri. Perubahan pada daerah terbuka akan mengakibatkan perubahan
pada kuadran yang lain. Bayangkanlah sebuah jendela yang besarnya tetap. Jika salah
satu kotak menjadi lebih kecil, kotak lain akan menjadi lebih besar. Begitu juga, jika
salah satu kotak menjadi lebih besar, kotak lain pasti menjadi lebih kecil.
b. Hidden Area: Area tersembunyi berisi semua informasi yang tidak kami inginkan orang
lain untuk mengetahui tentang kami. Itu adalah lemari perasaan, ketidakamanan, dan
tidak terlalu bagus pengalaman. Itu adalah informasi pribadi. Diri yang tersembunyi,
artinya segala hal yang kita ketahui tentang diri kita namun tidak terlihat bagi orang lain.
Semua hal yang diketahui tentang diri sendiri atau tentang orang lain tetapi disimpan
hanya untuk dirinya sendiri. Ini adalah daerah tempat manusia menghasilkan segala
sesuatu tentang dirinya sendiri dan tentang orang lain. Pada kuadran ini dapat
menghasilkan pribadi terlalu terbuka (overdisclosers) dan pribadi yang terlalu tertutup
(underdisclosers). pribadi yang terlalu terbuka menceritakan segalanya. Mereka tidak
menyimpan rahasia tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Mereka dapat
menceritakan kepada orang lain tentang kehidupan keluarga nya, masalah seksual,
masalah perkawinan, keadaan keuangan, tujuan, kesuksesan dan kegagalan, dan segala
hal mengenai dirinya.
Kelemahannya orang yang terlalu terbuka ini adalah tidak bisa melihat orang yang
tepat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran atau perilaku nya sehingga dapat menjadi
masalah bagi dirinya. Selanjutnya individu yang terlalu terbuka ini juga tidak bisa
membedakan berbagai informasi yang boleh mereka ungkapkan dan informasi yang
seharusnya mereka rahasiakan. Sedangkan, individu yang terlalu tertutup tidak mau
mengatakan apa-apa. Mereka cenderung berbicara tentang orang lain tetapi tidak tentang
dirinya sendiri. Hal ini dapat terjadi karena ada perasaan takut ditolak atau tidak mau
mempercayai orang lain. Kebanyakan diri kita berada di antara kedua ekstrim ini. Kita
merahasiakan hal-hal tertentu dan kita membuka hal-hal yang lain; kita terbuka kepada
orang-orang tertentu dan kita tidak terbuka kepada orang yang lain. Pada dasarnya, kita
adalah orangorang terbuka yang selektif.
c. Blind Spot: Diri yang buta yang berarti seluruh hal mengenai diri kita yang orang lain
ketahui namun cenderung kita abaikan. Mulai dari kebiasaan sepele sampai hal penting.
Ini dapat berupa kebiasaan-kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan” atau memegang
hidung bila sedang marah atau hal-hal lain yang lebih berarti seperti sikap defensif, atau
pengalaman terpendam. Sebagian orang mempunyai daerah buta yang luas dan tidak
menyadari berbagai kekeliruan yang dibuatnya. Umumnya banyak orang bersedia
mendengar tentang diri mereka, tetapi baru saja komentar negatif muncul, mereka
bersikap membela diri. Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat.
Bila ada daerah buta, maka komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini akan
selalu ada pada diri kita masing-masing. Walaupun kita mungkin dapat mengecilkan
daerah ini, namun menghilangkannya sama sekali tidaklah mungkin.
Titik buta adalah informasi yang orang lain tahu tentang Anda, tetapi Anda tidak tahu
tahu tentang dirimu sendiri. Contoh lucu adalah murid perempuan yang suaminya
Katanya dia mendengkur. Dia tidak mengira dia melakukannya, tetapi dia tahu dia
melakukannya. Ada juga hal-hal positif seperti menjadi pendengar atau pembicara yang
baik. Kita mungkin merasa bahwa kita bukan pendengar atau pembicara yang baik, tetapi
teman-teman kita mungkin merasa berbeda.
d. Unknown Area: Area tak dikenal berisi informasi yang tidak Anda ketahui dan yang
lainnya tidak tahu. Itu bisa berupa kemampuan dan potensi yang belum Anda temukan
tentang dirimu sendiri. Diri yang tidak dikenal, artinya dirinya maupun orang lain tidak
mengetahui kebenaran yang ada mengenai dirinya. Ini adalah informasi yang tenggelam
di alam bawah sadar atau sesuatu yang lupa dari perhatian. Manusia memperoleh
gambaran mengenai daerah gelap ini dari sejumlah sumber. Adakalanya daerah ini
terungkap melalui perubahan temporer akibat minum obat, melalui kondisi eksperimen
khusus seperti hipnotis atau deprivasi sensori, atau melalui berbagai tes proyektif atau
mimpi. Eksplorasi daerah ini melalui interaksi yang terbuka, jujur dan empati dengan
rasa percaya dengan orang lain, orangtua, sahabat, konselor, anak-anak, kekasih
merupakan cara efektif untuk mendapatkan gambaran. Contohnya bisa jadi Anda
mungkin hebat tenaga penjual atau perwakilan layanan pelanggan, tetapi untuk saat ini
Anda tidak tahu apakah Anda memiliki kemampuan itu atau tidak.
Prinsip berfungsinya ke-4 kuadran :

a) Perubahan dalam satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain

b) Jika kuadran pertama sangat kecil berarti seseorang miskin kmunikasi

c) Pembelajaran interpersonal dapat diartikan bahwa perubahan yang terjadi pada satu
tempat kuadran akan mempengaruhi kuadran ditempat yang lain.

Menurut para ahli ada beberapa bentuk self awarnes sebagai berikut:

1. Self awareness subjektif adalah kemampuan dirinya untuk membedakan dirinya dari
lingkungan fisik dan sosialnya. Yaitu bagaimana ia harus bersikap yang membuat
orang bisa menilai dirinya berbeda dengan yang lainnya.
2. Self awarenes subjektif adalah kapasitas seseorang untuk menjadi objek
perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa
bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat. Maksudnya ialah dimana pribadi sadar
akan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Self awareness simbolik adalah kemampuan seseorang untuk membentuk sebuah
konsep abstrak dari diri melalui bahasa kemampuan seseorang untuk berkomunikasi,
menjalin hubungan, menentukan tujuan mengevaluasi hasil dan membangun sikap
yang berhubungan dengan diri dan membelanya terhadap komunikasi yang
mengancam.

Metode Penggunaan Johari

Metode yang digunakan johari yaitu dengan mengekspresikan diri secara langsung dan
melakukan komunikasi secara teraupetik. Sehingga dengan metode ini maka bisa mengetahui
bentuk kepercayaan diri seseorang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dari berbagai
faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwasanya faktor-faktor utama yang mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa adalah

1. Faktor internal

a) Intelegensi, motivasi dan emosi (karakter mahasiswa).


b) Kompetensi personal (kemampuan dan keterampilan tertentu yang dimiliki oleh
mahasiswa).

c) Episode dalam kehidupan (pengalaman mahasiswa yang berpengaruh besar dalam hidup,
seperti masa sekolah).

d) Episode keberhasilan dan kegagalan (pengalaman dalam memanfaatkan peluang, misalnya


pengalaman berorganisasi).

e) Keberhasilan personal (pengalaman berprestasi).

f) Status kesehatan (riwayat kesehatan mahasiswa).

g) Penampilan fisik (kepercayaan diri mahasiswa terhadap penampilannya).

h) Aktualisasi diri, (misalnya hobi mahasiswa).

i) Persepsi tentang kegagalan (pengalaman kegagalan di masa lalu).

j) Jenis kelamin.

k) Religiusitas.

l) Usia.

m) Tingkat stres.

2. Faktor Eksternal

a) Orangtua dan keluarga (hubungan dengan orangtua, termasuk tempat tinggal individu).

b) Teman sebaya (misalnya teman bermain/peers,teman kuliah, dan lainlain).

c) Peran pendidik (misalnya peran dosen, pementor, pembina, dan lain-lain).

d) Kebudayaan (misalnya suku, agama, adat istiadat, dan lain-lain).

e) Status sosial (misalnya status pendidikan orangtua, pendapatan orangtua dan lain-lain).

f) Pengalaman interpersonal (misalnya riwayat pembinaan yang pernah dilakukan).

Dalam penelitian ini, hal yang difokuskan untuk meningkatkan konsep diri mahasiswa
muslim adalah melalui faktor religiusitas dari faktor internal, dan peran pendidik dari faktor
eksternal.

3. Jenis dan Struktur Konsep Diri

Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi beberapa bagian, yakni
general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non akademis.
Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :

1) Konsep diri akademis (Academic self concept), yang terdiri dari konsep diri mengenai
kemampuan berbahasa inggris, sejarah, matematika dan ilmu pengetahuan alam.

2) Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman sebaya (peers)
dan konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant others).

3) Konsep diri emosional (emotional self-concept).

4) Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri

kemampuan fisik dan konsep diri mengenai penampilan diri.

2. TEKNIK SELF-EXPLORATION (Engel, 2014a: 42-52)

Self-exploration (eksplorasi diri) sebagai teknik pertama, membantu klien dalam


menyingkapkan masalah low spiritual selfesteem yang dialaminya. Konselor meminta klien
mengidentifikasi pikiran-pikiran, perasaan, dan perilaku tidak rasional yang menyebabkan
klien mengalami low spiritual self-esteem. Konselor menjelaskan tentang konsep self-esteem
dan karakteristik healthy spiritualselfesteem. Konselor menjelaskan tentang konsep dan
teknik eksplorasi diri sebagai penjelajahan masalah klien mengatasi low spiritual selfesteem.
Self-exploration adalah eksplorasi diri terhadap masalah untuk memenuhi kebutuhan pada
tingkat kesadaran diri, yaitu pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku sehat.
Pemberdayaan tersebut berhubungan dengan pendidikan yang dapat meningkatkan
kemampuan untuk menciptakan ide, karya, membuat keputusan, dan kemampuan untuk
mengatasi masalah, dalam rangka meningkatkan intelegensi diri. Perubahan sikap dan
perilaku sehat itu terlihat ketika para klien merasa dirinya kotor, tidak layak, tidak berguna
dan tidak berharga, saling berbagi, mendukung, menyokong, sehingga mereka bangkit dari
keterpurukan, menatap masa depan dengan antusias bahwa hidup ini perlu diperjuangkan.

Teknik self-exploration (eksplorasi diri) adalah penjelajahan masalah klien mengatasi low
self-esteem. Maksudnya mengeksplorasi hubungan, kebiasaan, pola berpikir, perasaan,
perilaku, pilihan, dan pengalaman yang mungkin menjadi sumber low self esteem. Teknik ini
menyangkut eksplorasi diri, dapat dilakukan melalui proses reframing thought, emotional dan
behaviour, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengembangkan kesadaran diri
dan penerimaan diri (Center for Healing & Change, 2012: 1). Dalam konteks penjelajahan
masalah klien mengatasi low self-esteem proses eksplorasi yang dipergunakan adalah
reframing thought of low self-esteem, reframing emotional of low self-esteem, reframing
behaviourof low self-esteem dan reframing of healthy self-esteem. Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran diri klien. Sasarannya adalah klien mencapai keyakinan diri
seimbang. Steven (2012: 9) eksplorasi diri berhubungan dengan suara hati untuk mengontrol
pikiran positif atau negatif, perasaan, tindakan, atau peristiwa

Eksplorasi perasaan itu perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus
menganalisa dirinya melalui eksplorasi perasaan. Seluruh perilaku dan pesan yang
disampaikan perawat (verbal dan non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Dengan mengenal dan menerima diri sendiri, perawat akan mampu mengenal dan menerima
keunikan klien. Analisa hubungan intim yang terapeutik antara perawat-klien perlu dilakukan
untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat
dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip here and now.

Eksplorasi perasaan yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang muncul


sebelum dan sesudah berinteraksi degan orang lain, dimana eksplorasi perasaan membantu
seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan sikap yang sangat berpengaruh.
Ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif yang komplit dan sikap yang sangat
berpengaruh dijabarkan sebagaiseseorang adalah tidak responsif, kesalahan, mudh ditemui,
tidak mengenai orang tertentu dimana mutu hubungan terapeutik perawat sangat terbuka,
sadar dan kontrol diri, akal, perasaan dimana dapat membantu pasien. Seorang perawat yang
merasa cemas pada saat interaksi akan tampak pada ekspresi wajah dan perilakunya.
Kecemasan perawat ini akan membuat klien merasa tidak nyaman dan karena adanya transfer
feeling mungkin klien juga akan menjadi cemas dan hal ini kana mempengaruhi interaksi
secara keseluruhan. Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu pasien.
Perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan orang lain,
membantu orang lain. Perawat akan menggunakan perasaan-perasaannya, kurang
memperhatikan kebutuhan pasien, tidak tidak menepati janji sehingga pasien mengalami
kemundura, distress sehingga pasien tidak mau menemui, marah karena pasien banyak
permintaan atau manipulasi dan kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat.
Perawat harus terbuka akan perasaan pasien dan bagaimana perawat mengerti akan pasien
serta bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat adalah petunjuk tentang
kemungkinan nilai dari masalah pasien
Daftar pustkaka

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darajati,Wahyuningsih. 2016 Upaya Pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan .


Online. http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Wahyuningsih-
Darajati-UpayaPencapaian-Target-SDGs.pdf (diakses pada 10 Maret 2017)

Epicentral Development Group. (2011) The Johari Window - Peaking Behind the Drapes
Flurentin, Elia. 2012. Latihan Kesadaran Diri (self awareness) dan kaitannya
dengan penumbuhan karakter.

Anda mungkin juga menyukai