Anda di halaman 1dari 12

BAB II

BERANI HIDUP JUJUR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

 Ajeng Rorowuyung
 Ariq alpassya
 Melati Eka Putri
 Putra Tri Nanda

KELAS : XI MIPA 1

SMAN 1 DUMAI

JALAN SOEKARNO HATTA

T.P 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
sederhana ini dengan judul “BERANI HIDUP JUJUR” karya ilmiah ini
diajukan untuk memenuhi syarat tugas Agama. Dalam penyusunan
karya ilmiah sederhana ini, penulis mendapat bimbingan serta
dukungan moril dari orang tua dan teman-teman penulis.

Penulis juga menyadari bahwa teknik dalam penyusunan dan


materi yang disajikan masih jauh dari sempurna, dan disini masih
banyak kekurangan dan perlu perbaikan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari teman-teman, guru dan bagi
pembaca yang sangat memotivasi penulis dalam meyusun karya ilmiah
ini lebih baik kedepannya lagi.

Dumai, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Rumusan Permasalahan

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Jujur dan pentingnya perilaku jujur

2.2 Macam-macam jujur

2.3 Keutamaan Jujur

2.4 Hikmah Dari Kejujuran

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia.
Kehidupan dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat serta
perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia,
kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang “orang jujur akan
hancur” merupakan keliru. Allah SWT menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran. Ini merupakan
bukti kesktian jujur.
Keujuran dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada
ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu yang tidak
dikatakan. Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang
seperti perilaku mencontek yang seolah lazim bagi anak-anak dibangku sekolah.

1.2 TUJUAN
1.      Menambah wawasan baru mengenai pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.
2.      Menguatkan sifat kejujuran dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits yang jelas.
3.      Melaksanakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1.      Seberapa penting dan utamanya berperilaku jujur ?

2.      Ada berapa macam bentuk kejujuran ?

3.      Bagaimana hikmah dari perilaku jujur ?


BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Jujur dan pentingnya perilaku jujur
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat
dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan  benar atau sesuai
dengan kenyataan. Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta
adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang
berpendapat  bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan
demikian, jujur  berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita
sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan
dusta.

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si
pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan
selamat dari segala keburukan.
Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan,
walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah SWT telah berfirman
dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:

‫ َد ۡي ِن‬+ِ‫ ُكمۡ أَ ِو ۡٱل ٰ َول‬+‫و َعلَ ٰ ٓى أَنفُ ِس‬+ۡ َ‫هَ َدٓا َء هَّلِل ِ َول‬+‫ ِط ُش‬+‫ين ِب ۡٱلقِ ۡس‬ َ ‫ ٰ َّو ِم‬+َ‫وا ق‬+
ْ ُ‫وا ُكون‬+ ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫ا ٱلَّ ِذ‬+َ‫۞ ٰيَٓأَيُّه‬
‫وا َوإِن تَ ۡل ُٓۥو ْا أَ ۡو‬ْ ۚ ُ‫ى أَن تَ ۡع ِدل‬ ٓ ٰ ‫ُوا ۡٱلهَ َو‬
ْ ‫يرا فَٱهَّلل ُ أَ ۡولَ ٰى بِ ِه َم ۖا فَاَل تَتَّبِع‬ٗ ِ‫ين إِن يَ ُك ۡن َغنِيًّا أَ ۡو فَق‬ َ ۚ ِ‫َوٱأۡل َ ۡق َرب‬
َ ُ‫ان بِ َما تَ ۡع َمل‬
ٗ ِ‫ون َخب‬
١٣٥ ‫يرا‬ ْ ‫تُ ۡع ِرض‬
َ ‫ُوا فَإِ َّن ٱهَّلل َ َك‬

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak
dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 ),.

Allah selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun
ucapan, sebagaimana firman-Nya :

, ١١٩ ‫ين‬ َّ ٰ ‫وا َم َع ٱل‬


َ ِ‫ص ِدق‬ ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ُكون‬
ْ ُ‫وا ٱتَّق‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang
melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani
mengatakan “tidak” untuk korupsi, maka ia harus berusaha menjauhi korupsi, bukan malah
hanya mengatakan tetapi ia sendiri melakukan korupsi.
Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya dusta merupakan sifat orang
yang munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. Bersabda “Tanda orang munafik
itu ada 3, yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya
khianat.” (HR. Bukhari Muslim)
,
Allah Swt. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu
menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).

َ ‫ ِد‬+ِ‫ ُر ٰ َخل‬+َ‫ا ٱأۡل َ ۡن ٰه‬++َ‫ت تَ ۡج ِري ِمن تَ ۡحتِه‬ٞ َّ‫ص ۡدقُهُمۡۚ لَهُمۡ َج ٰن‬
‫ٓا‬++َ‫ين فِيه‬ ِ ‫ين‬ َّ ٰ ‫قَا َل ٱهَّلل ُ ٰهَ َذا يَ ۡو ُم يَنفَ ُع ٱل‬
َ ِ‫ص ِدق‬
١١٩ ‫ك ۡٱلفَ ۡو ُز ۡٱل َع ِظي ُم‬ َ ِ‫ُوا َع ۡن ۚهُ ٰ َذل‬
ْ ‫َّض َي ٱهَّلل ُ َع ۡنهُمۡ َو َرض‬ ِ ‫أَبَ ٗد ۖا ر‬
Artinya : “Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang
paling besar" ( Q.S al-Maidah : 119 )

2.2 Macam macam jujur


Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu :

1.      Shidq Al-Qalbi (Jujur dalam niat dan kehendak), yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah
seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt, dan ingin mencapai rida-Nya. Jujur
sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
Rasulullah Saw. Bersabda,
“Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan
bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (HR. Bukhari)

2.      Shidq Al-Hadits (Jujur dalam ucapan), yaitu memberikan, yaitu memberikan sesuatu sesuai
dengan realitas yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti
dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan, semisalnya. Setiap
hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan, dianjurkan menghindari kata-
kata sindiran Karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan
demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang diantara
macam-macam kejujuran.
3.      Shidq Al-Amal (Jujur dalam perbuatan), yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga
tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang di ridhai Allah Swt, dan melaksanakannya
secara terus-menerus dan ikhlas.
Orang jujur tentu akan sejalan dengan semua kebaikan dan sebagai penegak segala kebagusan,
sedangkan kebaikan itu adalah jalan menuju ke syurga, bahkan kebajikan itu sebagai kunci
masuk syurkan, kunci tersebut tak lain untuk membuka syurga, sebagaimana firman Allah :
ُ‫ ِخ ٰتَ ُم ۥه‬٢٥ ‫وم‬+
ٍ +ُ‫ق َّم ۡخت‬+ ِ ِ‫ َعلَى ٱأۡل َ َرٓائ‬٢٢ ‫إِ َّن ٱأۡل َ ۡب َرا َر لَفِي ن َِع ٍيم‬
ۡ ‫ ت َۡع ِرفُ فِي ُوجُو ِه ِهمۡ ن‬٢٣ َ‫ك يَنظُرُون‬
ٖ +‫قَ ۡونَ ِمن َّر ِحي‬+‫ ي ُۡس‬٢٤ ‫ َرةَ ٱلنَّ ِع ِيم‬+‫َض‬
٢٦ َ‫س ۡٱل ُمتَ ٰنَفِسُون‬ ۡ َ ِ‫ۚك َوفِي ٰ َذل‬ٞ ‫ِم ۡس‬
ِ َ‫ك فَليَتَنَاف‬
Artinya : “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang
besar (surga). mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat
mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi
minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). layaknya adalah kesturi; dan untuk yang
demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Q.S Al-Mutoffifin : 22-26)

4.      Shidq Al-Wa’d (Jujur bila berjanji), janji membuat kita selalu berharap. Janji yang benar
membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah
memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt, sangat membenci oran-orang
yang selalu mengingkari janji. Sebagaimana dalam firman-Nya .
٩١ َ‫ُوا ٱأۡل َ ۡي ٰ َمنَ بَ ۡع َد ت َۡو ِكي ِدهَا َوقَ ۡد َج َع ۡلتُ ُم ٱهَّلل َ َعلَ ۡي ُكمۡ َكفِياًل ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡعلَ ُم َما ت َۡف َعلُون‬
ْ ‫وا بِ َع ۡه ِد ٱهَّلل ِ إِ َذا ٰ َعهَدتُّمۡ َواَل تَنقُض‬
ْ ُ‫َوأَ ۡوف‬
Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat” (Q.S. An-Nahl : 91)

‍ٔ+ُُٔۡ ‫وا بِ ۡٱل َع ۡه ۖ ِد إِ َّن ۡٱل َع ۡه َد َكانَ َم‬


٣٤ ‫سواٗل‬ ْ ُ‫ُوا َما َل ۡٱليَتِ ِيم إِاَّل بِٱلَّتِي ِه َي أَ ۡح َسنُ َحتَّ ٰى يَ ۡبلُ َغ أَ ُش َّد ۚهۥُ َوأَ ۡوف‬
ْ ‫َواَل ت َۡق َرب‬
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al-Israa : 34)

5.      Shidq Al-Haal (Jujur dalam kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas
kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa
orang lain untuk masuk kedalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada
dibahawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita
sendiri.

2.3 Keutamaan Jujur


Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi
Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah
٥٠ ‫ق َعلِ ٗيّا‬ ِ َ‫َو َوه َۡبنَا لَهُم ِّمن ر َّۡح َمتِنَا َو َج َع ۡلنَا لَهُمۡ لِ َسان‬
ٍ ‫ص ۡد‬
Artinya : “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan
mereka buah tutur yang baik lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )

Dan Ismail dipuji karena jujur, sebagaimana firman Allah :


٥٤ ‫ق ۡٱل َو ۡع ِد َو َكانَ َر ُسواٗل نَّبِ ٗيّا‬ ِ َ‫َو ۡٱذ ُك ۡر فِي ۡٱل ِك ٰت‬
َ َ‫ب إِ ۡس ٰ َم ِعي ۚ َل إِنَّهۥُ َكان‬
َ ‫صا ِد‬
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di
dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang
rasul dan nabi” ( Q.S Maryam : 54 )

Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran
merupakan akhlak yang mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan,
sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Saw.
Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya jujur itu
membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga…” ( HR. Bukhari )

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik
sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan
kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari
segala keburukan. Orang jujur akan dipermudah rezeki dan segala urusannya.
Contoh yang perlu diteladani, karena kejujurannya, Nabi Muhammad saw. Di percaya oleh Siti
Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw
akan mendapatkan keuntungan lebih besar lagi dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan
mendapat kemudahan.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala
urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi
kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur
membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati menjadi was-was.
Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tummpuk beresiko menjadi penyakit.
2.4 Hikmah Dari Kejujuran
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
1.      Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan
diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
٢٨ ُ‫وا َوت َۡط َمئِ ُّن قُلُوبُهُم بِ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ۗ ِ أَاَل بِ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ ت َۡط َمئِ ُّن ۡٱلقُلُوب‬
ْ ُ‫ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S.
Ar-Ra’d : 28)
2.      Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
3.      Selamat dari azab dan bahaya.
ٓ
َ‫ق بِ ِٓۦه أُوْ ٰلَئِك‬
َ ‫ص َّد‬
َ ‫ق َو‬ ٰۡ ۡ
ِ ‫ َوٱلَّ ِذي َجٓا َء بِٱلص ِّۡد‬٣٢ َ‫س فِي َجهَنَّ َم َمث ٗوى لِّل َكفِ ِرين‬ َ ‫ق إِ ۡذ َجٓا َء ۚ ٓۥهُ أَلَ ۡي‬ َ ‫۞فَ َم ۡن أَ ۡظلَ ُم ِم َّمن َك َذ‬
َ ‫ب َعلَى ٱهَّلل ِ َو َك َّذ‬
ِ ‫ب بِٱلص ِّۡد‬
‫ ِن‬+‫ج َرهُم بِأ َ ۡح َس‬ +ۡ َ‫ج ِزيَهُمۡ أ‬ ْ +ُ‫ َوأَ ٱلَّ ِذي َع ِمل‬+‫ لِيُ َكفِّ َر ٱهَّلل ُ ع َۡنهُمۡ أَ ۡس‬٣٤ َ‫نِين‬+‫ َزٓا ُء ۡٱل ُم ۡح ِس‬+‫ لَهُم َّما يَ َشٓاءُونَ ِعن َد َربِّ ِهمۡۚ ٰ َذلِكَ َج‬٣٣ َ‫هُ ُم ۡٱل ُمتَّقُون‬
+ۡ َ‫وا َوي‬+
ْ ُ‫ٱلَّ ِذي َكان‬
٣٥ َ‫وا يَ ۡع َملُون‬
Artinya : “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap
Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam
tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir. Dan orang yang membawa kebenaran
(Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka
memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-
orang yang berbuat baik. Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan
yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)

4.      Dijamin masuk surga.


5.      Dicintai oleh Allah Swt. Dan rasul-Nya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang muslim kita harus menjunjung tinggi kejujuran walaupun kejujuran itu pahit
dan kita senatiasa bersikap jujur dimanapun,dalam keadaan apapun dan kepada siapapun.ingatlah
Allah SWT menyukai oraang yang senantiasa jujur. Dengan kita jujur maka kita juga akan
mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.Dan kita juga akan memperoleh nikamt bukan
hanya harta melainkan kebahagiaan didunia maupun diakhirat

3.2 Saran
Dengan makalah ini, kami buat yang mestinya tidak jauh dari kekurangan dan kesalahan,
sehingga saran maupun kritikan sangat kami harapkan. Dan perlu di tinjau atau di kaji ulang
untuk mencapai kesempurnaan, dalam dunia ini tidak ada suatu hal yang sempurna begitu juga
dengan makalah ini, karena kesempurnaan itu milik Allah SWT. Akan tetapi harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
http://rizkikiki878.blogspot.com/2016/12/makalahhidup-nyaman-dengan-perilaku.html

http://mfahrisetiono.blogspot.com/2016/09/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html

Anda mungkin juga menyukai