Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NILAI, FUNGSI, DAN SUBJEKTIVITAS SEJARAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah

Dosen Pengampu : Dr. Murdiyah Winarti, M.Hum

Disusun Oleh :

Fitran Ramadan 2108285

Isdianti Pemata Putri 2107507

Joe Garcia Tunip 2101555

Rifqi Rahmandika Wardana 2107894

Zahra 2107792

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan ridho-Nya kami selaku tim penulis bisa menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Nilai, Fungsi dan Subjektivitas Sejarah” tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dituliskannya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ibu Dr. Murdiyah Winarti, M.Hum pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Sejarah, Program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Nilai, Fungsi,
dan Subjektivitas Sejarah bagi para pembaca, begitupun kami selaku penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Murdiyah Winarti, M.Hum


selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni saat ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan untuk
perbaikan penulisan makalah ini, dan menjadi tolak ukur perbaikan makalah ke
depannya.

Bandung,

TIM
PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

2.1 Pengertian Nilai Sejarah.............................................................................2

2.2 Pengertian Fungsi Sejarah.........................................................................6

2.3 Subjektivitas dalam Sejarah.....................................................................10

2.4 Nilai dan Fungsi Sejarah Terhadap Subjektivitas Sejarah...................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................17

3.2 Saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian nilai sejarah?
2. Apa pengertian Fungsi sejarah?
3. Bagaimana subjektivitas dalam sejarah?
4. Bagaimana keterkaitan nilai dan fungsi sejarah terhadap subjektivitas
sejarah?

1.3 Tujuan
Tujuan khusus pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah pengantar ilmu sejarah sedangkan tujuan umumnya untuk memehami
dan mendeskripsikan mengenai nilai, fungsi, dan subjektivitas sejarah meliputi
pengertian dan keterkaitan nilai dan fungsi terhadap subjektivitas sejarah.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nilai Sejarah

Pengertian Nilai Dari Para Ahli

1. Soerjono Soekanto
Soerjono Soekanto menganggap bahwa pengertian nilai adalah suatu
konsep abstrak yang terdapat pada manusia, hal itu disebabkan atas nilai
yang menurutnya baik ataupun jelek sekalipun. Apabila nilai baik pasti
menggambarkan kepribadian yang baik, sedangkan nilai buruk akan
memunculkan sifat jelek yang kurang disenangi oleh beberapa kelompok.
Akibatnya akan menimbulkan masalah baru yang berujung konflik.
2. Wood
Pengertian nilai menurut Wood adalah suatu petunjuk dimana kejadiannya
berlangsung cukup lama. Dari petunjuk ini, kehidupan seseorang bisa
terarahkan hingga mempunyai sifat kepuasan tersendiri. Itu sebabnya
Wood mampu membagi nilai dalam dua hal, yaitu nilai baik dan juga nilai
jelek.
3. Simanjuntak
Simanjuntak menyatakan bahwa nilai adalah sekumpulan pemikiran
seseorang atas perilaku yang bersifat baik dan buruk. Perilaku tersebut
disebabkan adanya tradisi yang dianut oleh masyarakat itu sendiri dan
selalu dijalankan secara terus menerus.
4. Karel J.Veeger
Pakar Sosiologi Karel J.Veeger mengemukakan nilai sebagai kriteria
seseorang kepada orang lain yang bergantung dari perbuatan dilakukan.
Nilai sekaligus dijadikan simbol utama atas perilaku yang dimiliki
seseorang.
5. Koentjaraningrat
Koentjaraningrat mengartikan nilai sebagai bentuk tradisi yang ada di
kehidupan masyarakat. Tradisi ini bisa berubah tergantung dari persepsi

2
orang lain. Apabila dipandang baik, maka semakin baik pula nilai tradisi
yang dianut, begitupun sebaliknya.

Secara harfiah nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan


kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu
berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Sistem nilai budaya terdiri dari
konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga
masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.
Sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon, artinya
sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang
lebih kompleks atau lebih maju. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah (history)
berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Jerman, kata sejarah
(geschicht) berarti sesuatu yang telah terjadi. Menurut beberapa pendapat tentang
pengertian sejarah yang dikutip Helius Sjamsuddin, antaralain E.Bernheimmen
gatakan bahwa “sejarah adalah suatu sains mengenai perkembangan
kemanusiaan”, kemudian J. Huizinga merumuskan ide yang sama sehingga
menganggap sejarah sebagai “bentuk intelektual dimana suatu peradaban
menceritakan dirinya sendiri mengenai masa lalunya”, serta James Harvey
Robins on mengatakan bahwa “Sejarah, dalam arti kata yang luas adalah semua
yang kita ketahui tentang setiap hal yang pernah manusia lakukan atau pikirkan
atau rasakan (Helius Sjamsuddin, 2007:7-8).
Kuntowijoyo (1995:5) menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga
pengertian yaitu : (1) Sejarah berarti silsilah atau asal usul. (2) Sejarah berarti
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. (3) Sejarah
berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau. Dari beberapa uraian di atas maka inti dari
definisi sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa
atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat
manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa
yang abadi, unik, dan penting. Jadi, nilai sejarah adalah segala peristiwa atau
kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan masyarakat yang
dianggap penting berguna atau berharga bagi kehidupan manusia.

3
Bentuk Nilai-Nilai Sejarah
1) Artefak
Artefak atau artifact merupakan benda arkeologi atau peningalan benda-
benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh
manusia
yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah alat-alat batu, logam dan
tulang,
gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah,
mata
panah), terracotta dan tanduk binatang. Artefak dalam arkeologi
mengandung
pengertian benda (atau bahan alam) yang jelas dibuat oleh (tangan)
manusia atau
jelas menampakkan (observable) adanya jejak-jejak buatan manusia
padanya
(bukan benda alamiah semata) melalui teknologi pengurangan maupun
teknologi
penambahan pada benda alam tersebut. Ciri penting dalam konsep artefak
adalah
bahwa benda ini dapat bergerak atau dapat dipindahkan (movable) oleh
tangan
manusia dengan mudah (relatif) tanpa merusak atau menghancurkan
bentuknya.
Suatu artefak sering digunakan konsep teknomik yaitu suatu artefak di
dalam konteks fungsionalnya berhubungan langsung dengan lingkungan.
Sosiofak merupakan artefak yang di dalam konteks fungsionalnya
berhubungan dengan subsistem sosial, dan ideofak adalah suatu artefak
yang berfungsi di dalam komponen ideologi dari sistem sosial
(Koentjaraningrat, 1987: 24).
Artefak yang ditemukan seperti kapak batu, alat-alat tulang, gerabah, mata
panah, keris, benda pusaka, perhiasan-perhiasan, patung-patung dan pola
hias

4
semuanya menunjukkan suatu ciri budaya yang dimiliki oleh masyarakat.
Budaya yang dianggap sebagai aktualisasi dari hasil karya manusia untuk
memenuhi salah satu kebutuhannya yaitu kebutuhan sakral. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kebudayaan ditandai oleh sejumlah ciri-ciri
yang berbeda dari budaya lainnya. Perbedaan sekecil apapun pada bentuk
artefak, dianggap sangat penting guna membedakan masyarakat yang satu
dengan lainnya.Fungsi artefak juga sering dianggap sebagai elemen dari
sistem budaya yang pernah berjalan dalams uatu organisasi sosial,
sehingga memungkinkannya untuk dikaji tinggalan masalalu yang
mengacu pada sistem budaya suatu masyarakat. Beberapa unsur budaya
dari para ahli arkeologi cenderung melihat dari sudut pandang yang
umum, dalam rangka tujuan penjelasan sistem sosial
masyarakatnya. Untuk mencapai hal itu, sasarannya melihat berbagai
peninggalan budaya masa lalu dengan analisis fungsi yang dikandung oleh
benda (artefak). Fokus pengkajian tentang peran dan guna suatu artefak
akan sangat tergantung pada fungsi teknis yaitu berkaitan dengan fungsi
dan teknologi pembuatannya, fungsi ekonomis yang berkaitan dengan
tujuan pembuatannya. Di samping itu kajian fungsi sosial sering dikaitkan
dengan dengan fungsi artefak dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan
fungsi religius akan sangat tergantung dengan konteks temuan yang
menyertai artefak tersebut. Sebagaicontoh bahwa beberapa artefak keris,
patung, benda-benda seni, perhiasansertabenda-bendapusaka lainnya.
Semuanya mempunyai peran sebagai simbolkekuasaandanmempunyai
kekuatan magis. Lewat kajian atas pola-pola kebudayaan dan penyebaran
artefak pada suatu situs, diharapkan dapat menjelaskan berbagai perilaku
manusianya.
2) Sosiofak
“Sosiofak merupakan artefak yang didalam konteks fungsionalnya
berhubungan dengan subsistem sosial, dan ideofak adalah suatu artefak
yang
berfungsi didalam komponen ideologi dari sistem sosial”
(Koentjaraningrat, 1987 :52). Sosiofak yaitu artefak yang merupakan

5
bagian dari subsistem budaya
yang berfungsi untuk memperkuat keselarasan kelompok. Kelompok
artefak yang digolongkan sebagai ideofacts yaitu benda-benda yang
berfungsi di dalam
kawasan ideologi dari suatu kebudayaan. Prinsip utama yang diajukan
menyangkut budaya materi bahwa perubahan teknologi merupakan faktor
dasar
yang dianggap penting dan menentukan di dalam evolusi budaya. Wujud
kebudayaan mencakup teknologi, organisasi sosial, dan ideologi.
Teknologi
menentukan ukuran suatu komunitas, sedangkan ideologi berisi moral,
ideal, dan
nilai yang dapat memperkuat atau merasionalisasi organisasi sosial
(Koentjaraningrat,1992:35).
Ekologi budaya berhubungan erat antara sistem budaya dan
lingkungannya. Di dalam ekologi budaya perhatian ditujukan pada
bagaimana
hubungan timbal balik antara individu, masyarakat dan lingkungannya
sebagai
suatu komponen. Dengan demikian ekologi budaya diadaptasikan untuk
mengeksploitasi bagian tertentu dari lingkungannya dengan menggunakan
teknologi tertentu. Bentuk kebudayaan ditentukan oleh kondisi ekonomi
tempat
budaya tersebut

2.2 Pengertian Fungsi Sejarah

Pengertian Fungsi

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, fungsi adalah kegunaan suatu


hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Menurut The Liang Gie dalam
Nining Haslinda Zainal, fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat
hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang

6
masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat atau
pelaksanaannya.

Fungsi Sejarah

Secara umum, fungsi dari sejarah adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan
dan dijadikan sebagai bahan untuk menelaah fakta dan peristiwa yang terjadi di
masa lalu. Fungsi ini ditujukan supaya manusia di generasi selanjutnya bisa
menjadikan peristiwa di masa lalu tersebut sebagai pelajaran serta pengalaman
penting.

Menurut Yeni Wijayanti, dalam Jurnal Peranan Penting Sejarah Lokal


dalam Kurikulum di Sekolah Menengah Atas (2017), fungsi sejarah dibedakan
menjadi dua, yakni fungsi intrinsik dan fungsi ekstrinsik.

1. Fungsi Intrinsik sejarah


Dikutip dari jurnal Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Mempresentasikan Laporan Penelitian
Sejarah Lokal pada Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Banawa Kabupaten Donggala
(2016), fungsi intrinsik sejarah merupakan kegunaan sejarah dari dalam yang
mana berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Fungsi ini dibagi menjadi 4 poin, yaitu
a. Sejarah Sebagai Ilmu
Yang berarti bahwa sejarah adalah ilmu yang terbuka, dimana setiap orang
tanpa terkecuali bisa mempelajari dan menggunakan sejarah sebagai ilmu.
Sejarah sebagai ilmu mempunyai arti bahwa sejarah adalah suatu
pengetahuan yang menjelaskan tentang peristiwa masalalu yang kemudian
disusun secara sistematis dan memiliki metode pengkajian ilmiah yang
digunakkan untuk mendapatkan suatu fakta yang menarik. Sejarah sebagai
ilmu memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu :
1) Sejarah itu Empiris
Berasal dari Bahasa Yunani empeiria yang berarti “pengalaman”.
pengalaman yang direkam dalam sebuah dokumen, kemudian
diteliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta-fakta terkait.
Meskipun terdapat perbedaan mendasar dengan ilmu alam, ilmu

7
sejarah juga masih sama dengan ilmu-ilmu tersebut. Masih
berdasarkan kepada pengalaman dan juga pengamatan.
Perbedaannya itu hanya mengenai pengulangan percobaan. Sebab
sejarah haya terjadi satu kali.
2) Sejarah memiliki objek.
Sejarah biasanya disamakan dengan ilmu kemanusiaan
(antropologi) hanya karena objeknya adalah manusia. Meskipun
keduanya sama-sama menjadikan manusia sebagai objek
pembahasannya, namun kedua hal ini tentu berbeda sebab sejarah
membahas mengenai manusia dengan waktu. Karena, terkait
dengan adanya perubahan dan perkembangan kehidupan manusia
dan waktu menjadi patokannya.
3) Sejarah memiliki teori.
Teori disini adalah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
sejarawan yang pada umumnya berisi tentang kumpulan kaidah
pokok suatu ilmu. Fungsinya adalah untuk menjadi sebuah
keterangan mengenai suatu peristiwa yang terjadi.
4) Sejarah memiliki generalisasi.
Yang merupakan sebuah kesimpulan- kesimpulan umum hasil
koreksi dari sebuah pengamatan dan pemahaman penulis.
5) Sejarah memiliki metode.
Metode yang menggunakan sebuah pengamatan, bertujuan untuk
menjelaskan perubahan dan perkembangan kehidupan manusia dari
waktu ke waktu serta berfungsi untuk mencari kebenaran terkait
kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu.
b. Sejarah sebagai pernyataan pendapat
Fungsi sejarah sebagai pernyataan pendapat artinya bahwa banyak sekali
penulis sejarah yang berpendapat menggunakan teori dan ilmunya.
Sebagai contoh, terdapat dua aliran yang berpendapat mengenai sejarah
Amerika. Kedua aliran ini yaitu aliran konflik dan konsensus, aliran
konflik berpendapat bahwa dalam masyarakat selalu terjadi pertentangan
dan orang harus bersikap kritis dalam membahas tentang sejarah,

8
sementara aliran konsensus berpendapat bahwa dalam kehidupan
masyarakat selalu terdapat konsensus, oleh karena itu sejarawan harus
bersikap konformistik.
c. Sejarah sebagai profesi.
Fungsi sejarah sebagai profesi artinya banyak sekali profesi yang berkaitan
dengan sejarah, contohnya : guru sejarah, dosen sejarah, peneliti sejarah,
penulis dan pencatat sejarah. Selain itu, banyak pula lulusan sejarah yang
tidak tertampung dan kemudian keluar dalam jalur bidangnya, ada yang
menjadi karyawan perusahaan, dan menjadi guru pelajaran lain.
d. Sejarah sebagai cara untuk mengetahui masa lalu/lampau
Fungsi dan kegunaan sejarah yang paling penting untuk kita ketahui
adalah sejarah sebagai cara untuk mengetahui masa lampau, setelah kita
mengetahui masa lampau maka akan tumbuh sikap antara melestarikan
masa lampu/lalu dan menolak masa lalu. Jika masa lalu/lampau yang kita
ketahui setelah mempelajari sejarah ternyata begitu penuh dengan makna
dan bermanfaat, maka kita harus melestarikannya, sementara itu apabila
masa lalu yang kita ketahui tidak ada manfaat maupun maknanya maka
biasanya kita akan menolak dan melupakannya.
2. Fungsi Ekstrinsik Sejarah
Kegunaan dan fungsi sejarah secara ekstrinsik artinya sejarah sebagai
liberal education, artinya tidak hanya mahasiswa sejarah saja yang dapat
belajar sejarah, tetapi mahasiswa lain pun bisa, hal ini dilakukan untuk
mempersiapkan mereka agar siap secara filosofis. Fungsi sejarah secara
pendidikan meliputi : Fungsi penalaran, kebijakan, politik, moral, ilmu
bantu, keindahan, masa depan dan perubahan. Fungsi dan kegunaan
sejarah secara ekstrinsik dibagi menjadi 4, berikut ini penjelasannya.
a) Kegunaan Edukatif
Fungsi dan kegunaan sejarah yang pertama yaitu sebagai pelajaran atau
edukatif. Artinya, banyak sekai orang yang belajar dari pengalaman yang
pernah dia lakukan atau banyak orang yang belajar dari sejarah. Jadi,
dalam menjalani hidup, manusia tidak berdasarkan coba-coba dan

9
berusaha menghindari kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Beda
halnya dengan binatang yang selalu mengulang-ulang kebiasaannya.
b) Kegunaan Instruktif
Fungsi dan kegunaan instruktif artinya sejarah dapat menjelaskan
perkembangan dari yang sederhana sampai paling maju dengan teknik dan
prinsip tertentu. Kegunaan instruktif sejarah juga menjelaskan tentang
bidang ketrampilan dan kejujuran, contohnya : teknologi senjata, navigasi,
jurnalistik dan teknik militer.
c) Kegunaan Rekreatif
Kegunaan dan fungsi rekreatif dalam sejarah artinya sejarah dapat menjadi
suatu hiburan bagi yang membacanya. Penulisan sejarah yang menarik
biasanya menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga si pembaca kan
terhipnotis dan merasa nyaman dalam membaca tulisan tersebut. Selain
rasa senang yang didapat, pembaca juga dapat berimajinasi ke masa lalu
apabila membaca tulisan sejarah yang benar-benar menarik.
d) Kegunaan Inspiratif
Kegunaan dan fungsi sejarah yang keempat yaitu kegunaan inspiratif,
artinya sejarah dapat menginspirasi seseorang yang telah membaca dan
mendengar tentang sejarah masa lalu. Contohnya sejarah mengenai
perjuangan organisasi-organisasi modern Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan pada masa itu bisa menjadi inspirasi pada
masa sekarang, yaitu untuk memajukan Republik Indonesia agar tidak
semakin tertinggal dengan negara-negara lain.

2.3 Subjektivitas dalam Sejarah

Pengertian Subjektivitas Sejarah

Subjektivitas adalah gambaran dari suatu peristiwa yang sudah terjadi


berdasarkan pandangan seseorang yang diperngaruhi oleh nilai-nilai yang
melingkupinya. Dengan demikian subjektivitas itu dipengaruhi oleh individu

10
masing masing, sehingga apa yang dituliskan tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada.

Dalam penulisan sejarah subjektivitas memang sering muncul, apalagi


pada saat sejarawan tersebut dihadapkan pada hal yang tidak jelas kronologisnya.
Sehingga mereka lebih mengedepankan hasil dari penalaran dari perasaan mereka.
Suatu contoh penjajahan di Indonesia, bagi rakyat Indonesia Negara Belanda itu
menjajah Indonesia, tetapi menurut pandangan Bangsa Belanda mereka tidak
menjajah Indonesia, melainkan membantu untuk memajukan Indonesia.

“Subjektivitas dalam penulisan sejarah selalu hadir karena penulis sejarah


(sejarawan) tidak akan mampu mengungkapkan peristiwa sejarah ynag begitu
kompleks yang pernah terjadi pada masa lampau, hanyalah sebagian kecil dari
peristiwa yang dilakukan oleh manusia tersebut dapat teridentifikasi oleh
penulisan sejarah. Karena merupakan hasil rekontruksi dan bukan aslinya maka
sejarah dikatakan subjektif. Setiap pengungkapan atau penganggapan telah
melewati proses “pengolahan” dalam pikiran dan angan-angan seorang subjek.
Kejadian sebagai sejarah dalam arti objektif atau aktualitas diamati , dialami, atau
dimasukan ke pikiran sebagai persepsi, sudah barang tentu sebagai “masukan”
tidak akan pernah tetap murni atau jernih sebagai Ding an sich (benda tersendiri)
tetapi telah di beri warna atau rasa sesuai dengan kacamata atau selera subjek”
(Sartono Kartodirjo, 1992:62).

“Adanya subjektivitas sejarawan bisa dikatakan sudah bermula ketika


seorang sejarawan dihadapan pada pemilihan topik humaniora. Keberatan
beberapa kalangan mengenai di masukannya sejarah ke dalam kelompok ilmu-
ilmu sosial terletak pada penggunaan data-data sejarah yang sering kali
merupakan penuturan orang, yang siapa tahu bisa saja orang itu adalah
pembohong” (Jujun S. Surya Sumantri, 2003:27). Namun bagaimanapun juga
perlu dipertegas bahwa subjektivitas dalam penulisan sejarah tersebut merupakan
dasar dari sebuah objektiffitas sejarah, sehingga objektivitas dalam sejarah sulit

11
terbentuk tanpa adanya subjektivitas sejarah, tetapi kendati demikian subjektivitas
tersebut harus sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditentukan, sehingga
dapat dibedakan antara sejarah dengan hikayat ataupun dongeng.

Subjektivitas bukanlah sesuatu yang diharamkan pada saat penulisan


sejarah, karenga tanpa objektivitas tersebut suatu peristiwa tidak akan lengkap,
sehingga subjektivitas itu merupakan pelengkap suatu peristiwa melalui tafsiran-
tafsiran dari suatu peristiwa, karena pada saat peristiwa itu terjadi kita ataupun
sejarawan tersebut tidak berada dalam posisi ataupun keadaan yang sebenarnya.

Keberadaan subjektivitas dalam sejarah tersebut tidak dapat dihindarakan,


karena tanpa subjektivitas kejadian sejarah tersebut tidak akan seperti nyata.
Sehingga dari sinilah kegunaan subjektivitas, yaitu sebagai pelengkap objek
ataupun bukti-bukti yang telah hilang.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Subjektivitas Sejarah

Pada umumnya pada metodologi sejarah, terdapat 4 faktor utama yang dapat
menjadikan suatu penulisan sejarah bersifat subjektif, adapun faktor-faktor
tersebut adalah:

a. Pemihakan Secara Pribadi


Persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap individu-individu atau
golongan dari seseorang dapat mempengaruhi subjektivitas dari penulisan
sejarah
b. Prasangka Kelompok
Di sini menyangkut keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok,
entah itu kelompok, bangsa, negara, ataupun organisasi. Keanggotaan
sejarawan dalam suatu kelompok (ras, golongan, bangsa, dan agama)

12
dapat membuat mereka memiliki pandangan yang bersifat sunbjektif
dalam mengamati suatu peristiwa sejarah
c. Teori-teori bertentangan tentang penafsiran sejarah
Pandangan atau ideologi atau yang di anut sejarawan memegang peranan
penting dalam menentukan subjektivitas penulisan sejarah
d. Konflik-konflik filsafat yang mendasar
Secara teoritis seseorang yang menganut filsafat hidup tertentu akan
menulis sejarah berdasarakan pandangannya tersebut

2.4 Nilai dan Fungsi Sejarah Terhadap Subjektivitas Sejarah

Nilai Sejarah

Penyelidikan atas sejarah dipandang dapat mencapai objektivitas dengan


adanya faktor faktor subjektivitas, atau penilaian pribadi dalam diri sejarawan
ketika melakukan penyelidikan. Menurut Nugroho Notosusanto, Subjektivitas
timbul karena:

a. Sikap berat sebelah pribadi . Ada sejarawan yang menyukai pahlawan-


pahlawan . Ada yang membenci orang-orang besar, karena dianggap
“membikin rusak dunia”
b. Prasangka Kelompok. Suatu kelompok bangsa mempunyai prasangka
terhadap suatu kelompok bangsa lain
c. Teori-teori interpretasi sejarah yang bertentangan. Karl Marx mengatakan
faktor ekonomi yang menentukan dalam proses sejarah. Hegel mengatakan
akal yang menentukan sejarah manusia. Ada juga yang mengatakan
“Politik adalah panglima”
d. Konflik-konflik filsafat. Ada yang mengatakan Tuhan itu Maha Kuasa,
yang lain malah menyangkalinya. Sehingga Tuhan tidak ada sangkut paut
dalam sejarah .

13
Namun, perlu diketahui bahwa ada hal hal tertentu yang perlu diketahui dan
dipahami bahwa peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, belum tentu dapat
dikatakan peristiwa sejarah. Ada 3 alasan yang mendasari hal itu:

1. Sebagian dari peristiwa masa lampau bukanlah sejarah, melainkan


prasejarah, yang dalam pembagian akademis termasuk dalam kajian
arkeologi dan antropologi
2. Tidak semua peristiwa masa lampau meninggalkan bukti-bukti tertulis
sehingga dapat dikatakan semakin tua zaman sejarah yang diselidiki,
semakin sedikit kemungkinan peninggalan bukti bukti tertulis dapat
ditemukan. Sebaliknya, semakin muda atau dekat zaman sejarah, semakin
banyak kemungkinan seumber-sumber sejarah yang diketemukan
3. Tidak semua peristiwa masa lampau dapat dikatakan sejarah. Banyak
peristiwa yang mengalir tanpa ada kesan yang menonjol atau berpengaruh
dalam diri. Oleh karena sejarah adalah suatu studi yang ilmiah, tidak lebih
dan tidak kurang dan diceritakan terbuka serta apa adanya, berdasarkan
fakta dan data yang ada

Historiografi

Sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan mengenai masa lampau


tertentu

Sumber-sumber atau berkas sejarah yang ditinggalkan sebagai bahan


mentah

Peristiwa-peristiwa yang meninggalkan bekas dan tercatat

Peristiwa-peristiwa yang dialami, diingat dan masih bisa diobservasi


bekas-bekasnya

Semua gejala sejarah yang meninggalkan bekas (benda, tradisi dan tulisan
sebagai data sejarah

14
FUNGSI SEJARAH

Fungsi sejarah dapat dibedakan menjadi 2 yakni fungsi intrinsik dan ekstrinsik

Fungsi intrinsik sejarah dibagi menjadi empat, yakni:

1. Sejarah sebagai Ilmu


Artinya sejarah merupakan ilmu yang terbuka, dimana setiap orang
tanpa terkecuali bisa mempelajari dan menggunakan sejarah sebagai
ilmu. Sejarah sebagai ilmu juga berarti tiap orang bisa turut serta
dalam perkembangan sejarah.
2. Sejarah sebagai pernyataan pendapat
Artinya sejarah digunakan sebaagai teori dan ilmu dalam penyampaian
pendapat. Namun, penggunaanya harus disesuaikan dengan pendapat
yang akan disampaikan .
3. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
Artinya sejarah digunakan untuk mencari tahu peristiwa atau kejadian
yang terjadi di masa lampau.

 Fungsi ekstrinsik, sejarah diguanakan atau dimanfaatkan sebagai


pendidikan atau liberal education bagi masyarakat
Fungsi ekstrinsik sejarah sebagai liberal education, dibagi menjadi 11
macam,yaitu
1. Pendidikan moral
2. Pendidikan penalaran
3. Pendidikan politik
4. Pendidikan kebijakan
5. Pendidikan perubahan
6. Pendidikan masa depan
7. Pendidikan keindahan

15
8. Ilmu bantu untuk disiplin ilmu lainnya
9. Bukti dari sebuah perbuatan
10. Latar belakang
11. Rujukan

16
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penulis mengambil kesimpulan dari hasil analisis dengan menggunakan data


yang diperoleh dari hasil pengumpulan dokumen dari berbagai sumber. Nilai,
fungsi dan subjektivitas dalam sejarah merupakan esensi atau bagian penting dari
Ilmu Sejarah.

Beberapa ahli sejarah mendefinisikan Nilai Sejarah berdasarkan pemahaman


mereka masing-masing. Diantaranya ada Soerjono Soekanto, Koentjaraningrat,
dan Karel J Vegeer. Berdasarkan analisis yang kami lakukan Nilai sejarah terbagi
menjadi dua bentuk, yaitu Artefak dan Sosiofak.

Sedangkan untuk Fungsi Sejarah, terbagi menjadi dua. Diantaranya ada


Fungsi Intrinsik dan Fungsi Ekstrinsik. Fungsi Intrinsik sendiri terbagi lagi
menjadi empat bagian. Yaitu sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai pernyataan
pendapat, sejarah sebagai profesi, dan sejarah sebagai cara untuk mengetahui
masa lampau. Sedangkan untuk fungsi ekstrinsik sejarah terdiri dari kegunaan
edukatif, kegunaan isntruktif, kegunaan rekreatif, dan kegunaan inspiratif.

Dan subjektivitas merupakan gambaran dari suatu peristiwa yang sudah terjadi
berdasarkan pandangan seseorang yang diperngaruhi oleh nilai-nilai yang
melingkupinya. Dengan demikian subjektivitas itu dipengaruhi oleh individu
masing masing, sehingga apa yang dituliskan tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada.

3.2 Saran

17
DAFTAR PUSTAKA
Nizario, F. ( 2018). Pengertian Nilai. Kozio:
https://www.kozio.com/pengertian-nilai/

Artikel Pendidikan.id. (2021). Artikel Pendidikan:


https://artikelpendidikan.id/pengertian-sejarah-menurut-para-ahli/

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/09/fungsi-dan-kegunaan-sejarah-
secara-intrinsik-ekstrinsik.html

https://minio1.123dok.com/dt03pdf/123dok/000/195/195133.pdf.pdf?X-Amz-
Content-Sha256=UNSIGNED-PAYLOAD&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-
SHA256&X-Amz-Credential=HBT28R878GBP52A279VA%2F20210917%2F
%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Date=20210917T002911Z&X-Amz-
SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=600&X-Amz-
Signature=ac02f22bd508fc27f9badacd56c753d5f835332f19b9c1233d1e96b648b
c9b85

(Hassanudin, http://hasanuddin-blr.blogspot.com/2010/06/konsep-kebudayaan-
dalam-arkeologi.html).

(Hassanudin, http://hasanuddin-blr.blogspot.com/2010/06/konsep-kebudayaan-
dalam-arkeologi.html)

(Hassanudin, http://hasanuddin-blr.blogspot.com/2010/06/konsep-kebudayaan-
dalam-arkeologi.html).

18

Anda mungkin juga menyukai