Budi Gustaman
Program Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21
e-mail: budi.gustaman@unpad.ac.id
Naskah Diterima:3 Maret 2019 Naskah Direvisi:17 Juni 2019 Naskah Disetujui: 28 Juni 2019
DOI: 10.30959/patanjala.v11i2.505
Abstrak
Upaya pelestarian satwa liar telah muncul di Priangan sejak akhir abad ke-19.
Munculnya gagasan konservasi satwa liar diawali dari kebiasaan berburu yang dilakukan para
tuan kebun teh di Priangan (Preangerplanters). Studi ini mempertanyakan sebab kemunculan
gagasan konservasi satwa liar akibat kebiasan berburu yang dilakukan preangerplanters.
Penelitian dilakukan dengan metode sejarah dengan memanfaatkan sumber berupa arsip, buku,
koran, majalah, dan internet. Temuan utama studi ini ialah kedekatan dengan alam memunculkan
kebiasaan berburu sebagai proteksi diri, perlindungan tanaman perkebunan, dan rekreasi.
Preangerplanters membentuk perkumpulan berburu bernama venatoria untuk mengontrol
perburuan yang tidak terkendali serta berupaya melestarikan hutan Cikepuh sebagai kawasan
konservasi. Kesimpulannya ialah gagasan konservasi satwa liar muncul dari ketakutan
preangerplanters terhadap kelangkaan satwa buruannya. Wilayah Priangan menjadi salah satu
pionir perlindungan satwa liar. Hal yang selama ini terlupakan karena upaya konservasi sangat
identik dengan Buitenzorg (Bogor) sebagai poros konservasi alam di Indonesia.
Kata kunci: Preangerplanters, konservasi, satwa liar, Priangan.
Abstract
Wildlife conservation had emerged in Priangan since the end 19 th century. The
emergence of wildlife conservation idea begins with hunting habits carried out by tea plantation
owners in Priangan (Preangerplanters). This study questions the cause of the emergence of the
wildlife conservation idea due to hunting habits. It employs historical method by utilizing sources,
such as archieves, books, newspaper, magazine, and internet. Main finding of this study is the
proximity to nature led to the habit of hunting as a protection (self-safety and plantation crops),
DQG DV D SOHDVXUH 3UHDQJHUSODQWHUV IRUPHG KXQWLQJ¶V FOXE FDOOHG YHQDWRULD WR FRQWURO WKH
uncontrolled game and preserve Cikepuh forest. The concludes is wildlife conservation idea
arises from the fear of them in the scarcity of game. Priangan is one of the forgotten pioneers
because wildlife conservation refers to Buitenzorg (Bogor) which became center of nature
conservation in Indonesia.
Keywords: Preangerplanters, conservation, wildlife, Priangan.
Priangan dalam lingkup konservasi alam mencoba menghadirkan perspektif lain dari
yang digagas di Hindia Belanda. Beberapa perkebunan di Priangan yang selama ini
pertanyaan tersebut menjadi landasan lekat dengan nuansa eksploitasi. Satwa liar
pokok narasi yang dibangun dalam tulisan adalah indikator dalam melihat perubahan
ini. sosio-kultural serta mentalitas masyarakat
Pada dasarnya, narasi tentang ide Priangan. Tentu pula tulisan ini memberi
konservasi satwa liar yang dilakukan arti bagi eksistensi mereka (satwa liar),
preangerplanters memang tidak banyak yang secara kuantitas dan kualitas ikut
dibahas secara signifikan. Eksistensi hadir dalam historiografi Indonesia.
mereka umumnya dikenal sebagai
pengusaha teh yang memiliki jiwa B. METODE PENELITIAN
filantropi tinggi di wilayah Priangan. Penelitian ini menggunakan
Tulisan-tulisan mengenai preangerplanters metode sejarah yang terdiri atas empat
lebih tertuju pada bahasan mengenai tahapan, yakni heuristik, kritik,
kondisi sosial ekonomi perkebunan. interpretasi, dan historiografi. Heuristik
Setidaknya ada dua buku yang membahas atau pencarian sumber umumnya
perihal kehidupan preangerplanters, yakni dilakukan di Perpustakaan Nasional,
buku berjudul Kisah Para Preanger Jakarta Pusat dan juga beberapa sumber
Planters karya Her Suganda (2014) dan didapat secara online berupa arsip-arsip
roman Sang Juragan Teh karya Hella S. digital dalam web delpher.nl. Sumber
Haasse (2015). Buku pertama membahas primer yang didapat ialah Laporan
secara deskriptif kehidupan keluarga Tahunan Perkumpulan Pelestarian Alam
preangerplanters, seperti kisah Willem Hindia Belanda (Nederlandsch Indische
van der Hucht sebagai pionir, hingga kisah Vereeniging tot Natuurbescherming).
keluarga kemenakan-kemenakannya, Selain itu, digunakan pula beberapa koran
seperti keluarga Kerkhoven dan Bosscha. dan majalah, seperti Bataviaasch
Buku ini menjadi semacam romantisme Nieuwsblad, De Reflektor, De Indische
kehidupan preangerplanters, di mana Courant, De Preanger Bode, Het Nieuws
nama kebesaran dan peninggalannya masih van den Dag voor Nederlandsch-Indie,
bisa dirasakan sekarang. Sementara itu, serta De Preanger Bode. Koran dan
buku kedua merupakan roman yang ditulis majalah tersebut menarasikan perburuan
berdasarkan arsip-arsip keluarga satwa liar dan eksistensi venatoria, sebagai
Kerkhoven. Roman ini mengkisahkan perkumpulan berburu di wilayah Priangan.
perjalanan keluarga Kerkhoven saat Sementara itu, buku sezaman yang
membuka perkebunan teh di Priangan digunakan ialah Jacht op Groot Wild in
Selatan. Beberapa narasi seperti perburuan Nederlandsch Oost-Indie karya J.C
macan tutul memberikan gambaran Brasser. Meski tidak secara khusus
imajinatif mengenai keseharian kehidupan berbicara tentang preangerplanters, buku
mereka, meski buku tersebut tidak ini berisi pengalaman berburu yang
menjelaskan secara khusus mengenai dilakukan si penulis. Data primer lain
konservasi satwa liar di wilayah Priangan. didapat dari buku berjudul De Thee van
Secara umum, perburuan dan Negla; Herinneringen van Marga C.
konservasi satwa liar memperlihatkan Kerkhoven. Buku ini disusun dari
wajah lain Priangan sebagai sebuah pengalaman salah seorang keluarga
kelokalan. Fenomena konservasi yang Kerkhoven, yakni Margaretha (Marga)
EHUVLIDW ³QDVLRQDO´ WHUQ\DWD VDODK VDWXQ\D Cornelia Kerkhoven, disertai arsip-arsip
tumbuh dari sudut pegunungan Priangan. keluarga Kerkhoven. Buku ini memberi
Konsep history from below dalam hal ini informasi terkait berdirinya venatoria pada
membuka sisi-sisi lain khasanah 1898. Selebihnya, digunakan buku-buku
kesejarahan yang selama ini luput dan sekunder yang mengkaji perihal kehidupan
termarginalkan. Selain itu, tulisan ini
238 Patanjala Vol. 11 No. 2 Juni 2019: 235 - 248
mereka. Menjelang pergantian abad, teh JXQXQJ´ NH Kota Bandung untuk berpesta
menjadi komoditi primadona, dengan pora dan bertemu sesama orang kaya di
tingginya produksi dan jumlah ekspor ke Gedung Societeit Concordia. Selain itu,
berbagai negara, seperti Belanda, Inggris, pacuan kuda yang sering diadakan di
Amerika, dan Australia (Kartodirdjo dan Bandung, menjadi ajang pamer
Djoko, 1991: 118). Laporan Ch. Bernard kemewahan. Keluarga Eduard Julius
PHQ\HEXWNDQ WHUMDGLQ\D NRQGLVL ³ERRP´ Kerkhoven bahkan memiliki puluhan ekor
menjelang 1910, dengan produksi total di kuda pacu untuk hiburan ini. Kebiasaan
tahun tersebut ialah sekitar 37 juta hkg. mengendarai mobil pun sudah terlihat
Imbasnya tentu total ekspor yang sejak awal abad ke-20 (Suganda, 2014: 47-
meningkat tajam. 49).
Kedermawanan para
Grafik 1. Nilai Ekspor Teh 1870-1930 (dalam prengerpanters pun turut berperan dalam
juta gulden) pembangunan fisik kota dan sumbangan di
bidang kemasyarakatan. Karel Albert
Rudolf Bosscha - yang sering dijuluki de
63620 theejonkers van de Preanger (Pangeran
59225
Kerajaan Teh dari Priangan) ± bersama
Eduard Kerkhoven banyak memberikan
sumbangan untuk kemanusiaan,
pendidikan, dan ilmu pengetahuan,
35218 khususnya di wilayah Priangan. Mereka
menjadi donatur terbesar dalam
membangun Lembaga Kanker di Bandung,
21543
pemberi dana rumah sakit di Bandung, dan
donatur pembangunan Panti Lepra di
Plantungan, Jawa Tengah. Selain itu,
4196 Bosscha menjadi pemberi dana untuk Bala
1738 1700 2246
Keselamatan (Leger des Heils), Lembaga
1870 1880 1890 1900 1913 1920 1925 1930 Buta (Blijden Instituut), Lembaga Bisu
Tuli (Doofstommen Instituur) serta donatur
Sumber: Data diolah dari tabel nilai ekspor dalam penyelenggaraan Bursa Tahunan
komoditas-komoditas ekspor Hindia Belanda. (Jaarbeurs) di Bandung, yang banyak
J.S. Furnivall, Hindia Belanda; Studi tentang mempromosikan berbagai produk dari
Ekonomi Majemuk, (Freedom Institute, 2009: Priangan, termasuk produksi perkebunan
356). dan pariwisata. Untuk ilmu pengetahuan,
Bosscha menjadi donatur dan penggagas
Grafik di atas merupakan salah pembangunan Technische Hoogeschool
satu ukuran kesejahteraan yang diukur dari (ITB), serta peneropongan bintang yang
uang ekspor yang masuk ke kas kolonial diberi nama Observatorium Bosscha
dan saku para tuan kebun. Jumlah (Suganda, 2014: 62-63; Kunto,1985: 29).
perkebunan di Priangan yang hampir Sebagai orang-orang yang hidup di
mencapai 90% dari jumlah keseluruhan wilayah perkebunan, kebiasaan mereka
perkebunan di Hindia Belanda, menjadi mereka pun berkaitan dengan alam. Hobi
tolak ukur terkait kesejahteraan para memelihara gajah merupakan kebiasaan
preangerplanters. Tentu bukan bualan mewah yang dilakukan Eduard Julius
VHPDWD DGDQ\D VHEXWDQ ³HPDV KLMDX´ XQWXN Kerkhoven (Suganda, 2014: 24). Selain itu,
menggambarkan kekayaan teh di Priangan. perburuan pun mencirikan kebiasaan
Status sebagai orang kaya bisa mewah tersebut, yakni terkadang
terlihat dari kebiasaan sehari-hari mereka. dilakukan seperti hajatan besar dengan
MDODP PLQJJX PHQMDGL DMDQJ ³WXUXQ diiringi puluhan bahkan ratusan orang
Sisi Lain Kehidupan Preangerplanters«(Budi Gustaman) 241
secara umum. Isu-isu ini menginisiasi para PHQXOLV RSLQL EHUMXGXO ³-DJHUV HQ :LOG´
konservasionis seperti Dr. Sijfert Hendrik (Pemburu dan Keliaran) pada koran De
Koorders untuk mendirikan Nederlandsch Preanger Bode edisi 29 Desember 1914. Ia
Indische Vereeniging tot mengklarifikasi beberapa pernyataan
Natuurbescherming (Perkumpulan dalam berita itu yang menurutnya tidak
Pelestarian Alam Hindia Belanda) pada 22 sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Juli 1912 (Jaarverslag van Nederlandsch Penurunan populasi banteng di Cikepuh
Indische Vereeniging tot bukan disebabkan maraknya perburuan
Natuurbescherming 1917-1919). K. A. R. (yang difasilitasi venatoria). Ada beberapa
Bosscha termasuk anggota dan donatur alasan yang ia sampaikan. Pertama, para
perkumpulan ini. anggota venatoria jarang sekali datang ke
Langkah awal perkumpulan ini Cikepuh dan tidak pernah melakukan
ialah membuat usulan-usulan kepada perburuan. Kedua, hanya sedikit banteng
pemerintah kolonial terkait pembuatan yang diburu tiap tahunnya; rinciannya 2
monumen alam (cagar alam). Dalam ekor banteng yang ditembak pada 1913
laporan Nederlandsch Indische dan 1 ekor banteng pada 1914. Selain itu,
Vereeniging tot Natuurbescherming tahun perburuan terhadap banteng betina
1912-1913, venatoria disebutkan sebagai dilarang. Ketiga, perburuan banteng
perkumpulan yang memiliki hak pakai umumnya dilakukan di luar wilayah
terhadap wilayah Cikepuh, dengan berburu (hutan Cikepuh) dan dilakukan
landasan-landasan pelestarian alam. Di oleh orang-orang Pribumi. Para pribumi
wilayah ini, venatoria berperan dalam juga begitu berperan dalam perburuan kulit
melestarikan banteng (Bos Sondaicus). Di badak yang memiliki harga sekitar 150
bawah pengelolaan venatoria, jumlah hingga 200 gulden serta cula badak yang
banteng di wilayah ini meningkat dari 150 dihargai 150 hingga 400 gulden. Jumlah
pada 1899, menjadi 700 di 1906 badak yang diburu pun lebih dari seratus,
(Boomgaard, 1999: 261). Selain itu, jumlah yang tidak ada artinya jika
venatoria pun mencurahkan perhatiannya dibandingkan dengan perburuan yang
pada pengawasan kawasan hutan di Ujung dilakukan orang Eropa. Keempat,
Kulon (Eeerste Jaarverslag van perburuan yang terjadi disebabkan tidak
Nederlandsch Indische Vereeniging tot efektifnya pelaksanaan undang-undang
Natuurbescherming 1912-1913). perburuan. Hal ini karena para pegawai
Meski venatoria mengawasi kolonial terlalu sibuk dan para polisi
perburuan di wilayah Cikepuh, kurang memadai untuk mengawasi
perkembangan selanjutnya jalannya regulasi perburuan (Kerkhoven,
memperlihatkan adanya penurunan jumlah De Preanger Bode, 29 Desember 1914).
spesies satwa liar, khususnya banteng. Sejatinya regulasi perburuan telah
Menurut laporan yang dimuat pada koran diberlakukan pada 1909 dengan
De Preanger Bode 8 Desember 1914, ditetapkannya Undang-Undang
banteng dan badak adalah dua satwa liar Perlindungan Mamalia dan Burung Liar
yang terancam punah. Menurut para (Ordonantie tot Bescherming van sommige
pengamat, populasi banteng di wilayah in het levende Zoogdieren en Vogels).
hutan Cikepuh telah menurun. Meski Dalam regulasi tersebut, banteng dan
venatoria menerapkan hukum konservasi badak adalah dua satwa liar yang
di wilayah itu, tetapi ada banyak perburuan dilindungi. Pengawasan regulasi ini
banteng yang dilakukan - terlebih dilakukan oleh pegawai Boshwezen atau
perambahan hutan di Sukabumi yang terus Jawatan Kehutanan (Staatsblad van
meningkat (De Preanger Bode, 8 Nederlandsch-Indie 1910 No. 594).
Desember 1914). Terkait regulasi itu, Kerkhoven
Berita tersebut ditanggapi menyebutkan bahwa hanya inisiatif pribadi
langsung oleh Adriaan Kerkhoven yang dari para pejabat pengawas perburuan
246 Patanjala Vol. 11 No. 2 Juni 2019: 235 - 248