Anda di halaman 1dari 6

Konservasi Burung Cendrawasih

Burung-burung cenderawasih merupakan anggota famili paradisaeidae dari ordo


passeriformes. Cendrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis).
Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya,
terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau
kepalanya.
Cendrawasih memiliki ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung
jantannya. Biasanya bulunya berwarna cerah dengan gabungan sebagian warna layaknya
warna hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, dan hijau serta ungu. Ukuran
burung cenderawasih beragam macam. Dimulai dari yang memiliki ukuran 15 cm dengan
berat 50 gram layaknya pada type cendrawasih raja ( Cicinnurus regius ), sampai yang
memiliki ukuran sebesar 110 cm cendrawasih paruh sabit hitam ( Epimachus albertisi ) atau
juga yang beratnya meraih 430 gram layaknya pada cendrawasih manukod jambul-bergulung
( Manucodia comrii ). Keindahan bulu cendrawasih jantan dipakai untuk menarik perhatian
lawan jenis. Untuk merayu sang betina supaya bersedia diajak kawin, burung jantan dapat
memamerkan bulunya dengan lakukan tarian-tarian indah. Sembari bernyanyi diatas dahan,
pejantan bergoyang dengan beragam gerakan ke beragam arah. Apalagi kadang-kadang
sampai bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Tetapi, setiap spesies cendrawasih pastinya
mempunyai jenis tarian tersendiri. Burung cenderawasih yang paling terkenal adalah anggota
genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya. Cenderawasih kuning-besar, Paradisaea apoda.
Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen
ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat
dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan
bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya.
Inilah asal mula nama bird of paradise (burung surga oleh orang Inggris) dan nama jenis
apoda - yang berarti tak berkaki. Makanan cendrawasih terdiri dari buah-buahan, biji serta
serangga kecil.
Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah
dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian
timur seperti ditemukan di Indonesia timur yaitu pulau-pulau selat Torres, Maluku dan Papua.
Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur. Indonesia merupakan
negara dengan jumlah spesies cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis
cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.
Reproduksi cendrawasi yaitu banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit,
dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk
bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis
lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan.
Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida
yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.
Jumlah telurnya belum dapat dipasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis
kecil menghasilkan sebanyak 2-3 telur.
Keberadaan satwa burung di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal ini
terjadi karena adanya perburuan liar sehubungan dengan meningkatnya permintaan pasar.
Selain itu penurunan kualitas habitat sebagai akibat dari aktivitas manusia, lemahnya
pengamanan, pengawasan, penerapan, sanksi hukum, serta rendahnya kesadaran masyarakat
tentang konservasi, juga turut mengakibatkan penurunan populasi burung di alam. Walaupun
telah berstatus dilindungi (termasuk oleh pemerintah daerah di mana habitat dan jenis burung
berada ), namun perburuan liar tetap terus berjalan. Hal ini juga terjadi di Papua yang mna
merupakan habitat raksassa dimana ratusan bahkan ribuan jenis tanaman dan hewan tersebar
di daratan tanah dari pulau yang dulu dikenal nama “Irian Jaya” itu. Pulau “surga” ini masih
memiliki daya dukung lingkungan yang baik yang sesungguhnya tidak terlepas dari
ekosistem – ekosistem yang masih mempunyai siklus hidup yang baik didalamnya.
Lingkungan alam dan kelestariannya yang masih terjaga dengan baik tentu saja tidak lepas
dari kepedulian dan sifat memiliki dari masyarakat sekitar terhadap salah satu sumber
kearifan lokalnya.
Maraknya perburuan liar dan perusakan hutan untuk pemenuhan kebutuhan
kebutuhan di era globalisasi dan teknologi, secara tidak langsung mengancam kehidupan dan
habitat dari cendrawasih. Hal yang miris terjadi adalah perburuan liar oleh para oknum yang
notabene bukan merupakan penduduk lokal. Perburuan yang akhir – akhir ini terjadi adalah
penggunaan cendrawasih untuk hiasan dan penggunaan bulu untuk tujuan tertentu seperti
awetan yang dipajang sebagai hiasan didinding dan untuk dipamerkan bahkan jual beli.
Produsen-produsen industri fasion di Eropa dan Amerika menggunakan bulu cendrawasih
sebagai salah satu bahan dasar pembuatan tas, kalung, hiasan kepala, dan pakaian.
Cendrawasih merah mempunyai harga yang tinggi untuk dijual apalagi cendrawasih yang
telah ditangkap dan dipelihara.
Hal ini yang menjadi tujuan utama dari para pemburu sehingga kecenderungan
untuk eksploitasi besar – besaran terjadi. Eksploitasi besar – besaran ini sudah terjadi sejak
zaman penjajahan Belanda yang dimanfaatkan untuk perdagangan dan industri. Hal ini tentu
saja kontras dengan yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Masyarakat lokal cenderung
memburu cendrawasih merah untuk dijadikan hiasan kepala untuk upacara adat yang
merupakan tradisi leluhur. Tetapi, perburuan tidak dilakukan secara besar – besaran
melainkan sesuai dengan kebutuhan akan upacara tradisi tadi. Biasanya masyarakat setempat
telah memperhitungkan cendrawasih sepeti apa yang akan mereka buru, yakni seperti umur,
kesehatan, kebiasaan, warna bulu, dan tanda – tanda dari leluhur mereka yang dipercayai.
Perlindungan dan pelestarian Cendrawasih Merah telah digalakan baik secara nasional dan
global. Keberadaan burung ini selain mempunyai pengaruh terhadap ekosistem juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengaturan dan pengawasan yang baik akan
memberikan manfaat dan nilai – nilai positif bagi masyarakat terutama yang mengelola dan
memeliharanya. Salah satu usaha konservasi yang dilakukan adalah
1. Dengan menerapkan sistem pemanfaatan berkelanjutan dimana eksploitasi cendrawasih
berhenti dilakukan dan ditingkatkan keberadaanya. Pilihan lain yang sedang dikaji
adalah eksploitasi dibawah pengawasan yang ketat dan peningkatan jumlah cendrawasih.
2. Adalah konservasi berbasis pariwisata, dimana salah satu cara untuk konservasi dengan
mengajak masyarakat peduli terhadap risiko terancam punahnya cendrawasih merah.
Contohnya, pemanfaatan cendrawasih merah serta satwa burung lainnya diRaja
Ampat hanya untuk menunjang pariwisata, sehingga keberadaannya di alam disenangi oleh
wisatawan, yaitu sebagai salah satu atraksi wisata. Contohnya saja kegiatan pengamatan
burung berbasis konservasi di Raja Ampat khususnya jenis Cendrawasih Merah dapat
dilakukan di Kampung Sawinggrai dan Saporkren. Ketiga, antisipasi perusakan dan
eksploitasi hutan secara besar – besaran terus dilakukan dengan pengawasan dan
perlindungan dengan kerja sama badan pemerinta, LSM, dan masyarakat papua sendiri.
Masyarakat Papua memiliki beberapa bentuk kearifan lokal yang berhubungan dengan
konservasi burung cenderawasih berbasis masyarakat seperti melalui kearifan lokal
masyarakat dalam pemanfaatan burung cenderawasih secara terbatas untuk kegiatan ritual
dan budaya, perburuan yang diatur dengan norma adat, dan melalui konsep konservasi
modern dengan kehadiran lembaga konservasi swadaya masyarakat.
Persepsi masyarakat tentang nilai-nilai tradisional dan tentang burung cenderawasih
dan konservasinya berhubungan langsung dengan tingkat partisipasi masyarakat dan kondisi
ekologi burung cenderawasih, dimana semakin baik persepsi masyarakat tentang nilai-nilai
tradisional dalam upaya konservasi burung cenderawasih semakin tinggi tingkat partisipasi
dalam konservasi burung cenderawasih serta semakin baik persepsi masyarakat tentang nilai
nilai tradisional dan pengetahuan akan burung cenderawasih dan konservasi, semakin baik
juga kondisi ekologinya.
Daftar Pustaka

http://blogs.uajy.ac.id/alanpeter/2014/09/08/cendrawasih-merah-antara-kultur-eksploitasi-
dan-konservasi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Burung-burung_Cenderawasih
https://eescypjkk.wordpress.com/alam-papua/
KONSERVASI KEHIDUPAN

BURUNG CENDRAWASIH

NAMA : SYARIFAH AINI NABILA

NIM : 4143321042

JURUSAN : FISIKA EKSTENSI 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015

Anda mungkin juga menyukai