Anda di halaman 1dari 9

MEMBURU, MEMAKAN ATAU MEMUSNAHKAN

A. Manusia Sebagai Mahluk Berburu


Indonesia selain memiliki keanekaragaman hayati ketiga terbesar di dunia, juga memiliki
keragaman kebudayaan yang menciptakan keragaman lingkungan sosial di Indonesia. Selain
pengalaman sejarah dan dinamika masyarakat yang berbeda, terbentuknya keragaman
lingkungan sosial juga disebabkan kondisi geografis dan ragam ekosistem yang ada. Dengan
memperhatikan hal tersebut, keragaman lingkungan sosial di Indonesia, dapat dilihat berdasarkan
lokalitas/geografis yang dibagi menjadi lingkungan sosial pesisir dan pedalaman atau perairan
dan daratan. Berdasarkan bentuk mata pencaharian dapat dibagi menjadi lingkungan sosial
berburu-meramu-berladang berotasi atau petani tidak menetap, petani menetap dan musiman,
serta industri atau jasa. Sedangkan berdasarkan administratif, dapat dibagi menjadi lingkungan
sosial pedesaan dan perkotaan. Khusus untuk lingkungan sosial pedesaan terdiri dari lingkungan
sosial nelayan atau pesisir, peladang-pemburu-peramu, petani menetap.1
Perkampuangan dayak khususnya orang dayak maanyan yang pada awalnya bertahan
hidup dengan berladang sebagai penghasil bahan makanan pokok dan berburu untuk
mendapatkan memenuhi kebutuhan protein mereka. Berburu awalnya hanya mengikuti naluri
untuk memenuhi kebutuhan makanan namun dikarenakan perubahan zaman, orang-orang dayak
akhirnya tidak hanya memburu binatang untuk sekedar konsumsi pribadi yang terbatas saja,
melainkan juga untuk mendapatkan materi inalah yang disebutkan bahwa manusia bahkan orangorang dayak maanyan menjadi materialistis atau menilai sesuatu dari materi atau kebendaan
dalam hal ini uang.
Dalam paper ini penulis akan mencoba memaparkan bagaimana orang-orang dayak
maanyan menangkap binatang-binatang liar bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka
atas daging, malainkan menjual atas dasar keuntungan, kemudian kita akan melihat bagaimana
hal tersebut membuat hutan kehilangan penguni dan tentu saja akan menyumbangkan kerusakan
atas ketidakseimbangan ekosistem, bagaimana Kekristenan dan nilai-nilai etika moral
1 Jhonny Purba, pengelolaan lingkungan sosial (Jakarta: Yayasan obor 2002).34

memandang perburuaan. Apa upaya alternatif yang bisa ditawarkan untuk dilakukan dalam hal
menekan perburuan yang terjadi secara masif tersebut.
B. Orang Maanyan Binatang, Dan Perburuan
Perburuan Modern Perburuan, pada dewasa ini, dipandang sebagai suatu olahraga
(menembak) atau merupakan salah satu hobi/kegemaran manusia. Kegiatan perburuan ini
merupakan suatu rekreasi untuk kepuasan pribadi dalam menyalurkan naluri primititnya.
Perlengkapan yang digunakan mencakup senjata api dan senapan angin berbagai kaliber, cross
bow, dan teropong (binokuler). Selain itu kadangkala digunakan pula kuda atau mobil berburu
dan anjing pelacak. Perburuan dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan, misalnya di hutan
Burn atau Taman Wisata Bum, dan dilakukan pada musim berburu dengan izin berburu tertentu
dan peraturan-peraturan perburuan yang berlaku. Satwa yang diburu adalah satwa yang tidak
dilindungi undang-undang, jenis satwa yang dianggap hama pada daerah tertentu, atau beberapa
jenis satwa dilindungi dengan pertimbangan khusus (misalnya populasi jenis satwa tersebut
dianggap telah 'over population' pada area tersebut). Di Indonesia, perkumpulan pemburu
bernaung di bawah organisasi PERBAKIN (Persatuan Berburu dan Menembak Indonesia).
Berdasarkan aspek legalitas, perburuan modem dapat dikelompokan lagi menjadi perburuan
resmi/legal (memiliki izin) dan perburuan ilegal (perburuan secara liar). Perburuan legal
umumnya dilakukan oleh orang kaya yang berani bayar mahal karena untuk keperluan hobi,
sedangkan sebaliknya perburuan liar atau ilegal dilakukan oleh pemburu semi-tradisional atau
pemburu yang menjual hasil buruannya.2
Mulai berkembangnya pola hidup konsumtif sehingga berusaha mendapatkan keuntungan
secepat-cepatnya. Hal tersebut terjadi pada awal perkembangan pertanian dan peternakan
modern, terjadi pembantaian terhadap satwa alami sebagai hama peternakan atau perkebunan.
Misalnya program pengendalian predator di Amerika Serikat pada tahun 1965 dengan total biaya
US$ 5.575.000 untuk membantai 20.000 coyote dengan racun dan Ikut terbantai pula Janis-jenis
anjing prairie, serigala. rubah, rajawali, elang, gagak, dart burung !condor yang memakan
bangkai coyote beracun. Sebagai contoh dari akibat perburuan terhadap dampak sosial adalah
hasil penelitian gajah di Afrika menunjukan bahwa kondisi keterkaitan yang kompleks dari
2 Emil Salim, Melestarikan Alam Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor, 2008). 109

faktor-faktor geografis, penggunaan tanah, gangguan sipil, konservasi, sosio-ekonomi, dan


politik, terhadap status konservasi gajah Afrika. Aspek sosio-ekonomi merupakan petunjuk
terbaik dalam menjelaskan status keberadaan gajah Afrika. Populasi gajah meningkat rata-rata
2,5% per tahun di bawah pemerintahan dengan kondisi sosio-ekonomi dan politik yang stabil,
tetapi menurun 16% per tahun di bawah pemerintahan yang tidak stabil. Di negara-negara Afrika
yang lebih maju, walaupun persentasi penurunan populasi gajah lebih tinggi dalam skala lokal,
negara-negara tersebut lebih balk menjaga gajah-gajahnya dari perburuan liar dan pembantaian
daripada negara-negara yang kurang maju.3
Masyarakat maanyan yang hidup disekitar Tamiang Layang, menjadikan perburuan
sebagai bagian dari gaya hidup mereka, dari semua kalangan baik tua maupun muda. Perburuan
juga sudah diwadahi dengan pembelian hasil-hasil tangkapan mereka terhadap binatang,
misalkan penangkapan trenggiling, tupai, kera hitam Lutung atau berbagai macam jenis monyet
(bekantan, makak/kera ekor panjang, dll) landak, kancil, burung, kelalawar buah besar. Sebagai
contoh di desa Katambung, wilayah Tamiang Layang penangkapan Lutung (peut) dan bekantan
yang bisa mencapai 5 ekor sekali perjalanan, dimasak rica-rica yang dalam istilah lokal RW.
Dijual perbungkus kisaran 5-10ribu rupiah. Atau tupai yang dijual 5 ribu rupiah per ekor. Atau
kancil dijual 150rb perekor dan harganya akan menjadi jauh lebih mahal saat sampai ke pasar
Tamiang Layang yang berkisar 250-300ribu rupiah. Sipemburu menyebutkan bahwa penghasilan
tersebut sangat membantu usahanya, dengan usahanya ia bisa mengeruk keuntungan sampai
350rb diluar biaya oprasional berupa pembelian bahan bakar untuk sepeda motornya, alat
berburu berupa senapan angin tipe gujluk. Perburuan sekarang sudah masuk kewilayah
Kalimantan Selatan tepatnya daerah Paringin, mereka menyebutkan bahwa binatang sudah tidak
terlalu terlihat diperkampungan orang-orang dayak, binatang-binatang tersebut banyak terdapat
di Kalimantan Selatan yang notaben bukan pengkonsumsi binatang liar, yang hidup dan
berkembang dikarenakan tidak adanya pemburu yang menangkap dan mengkonsumsinya.
Bagaimana orang maanyan memandang binatang?dalam tradisi orang maanyan bahwa
binatang disama akan dengan manusia sebagai mahluk yang bisa berbicara dalam tanuhui atau
dongeng orang maanyan, selalu digambarkan bagaimana binatang berkomunikasi antara satu
dengan yang lain. Binatang juga bisa digambarkan sebagai pertanda, bahkan ada yang menjalin

3 Ibid.118
3

persahabatan dengan binatang sehingga menolak untuk memakan binatang tertentu4, dalam
beberapa adat orang dayak maanyan yang menghormati buaya sebagai penguasa alam bawah dan
air yang mereka sebut dengan jiwata. 5
Seorang akademisi Cornell University Judith Hudson yang pernah menetap di
perkampuangan orang maanyan pada tahun 1963-64 ia menggambarkan sebagai berikut:
Selama kami tinggal, daging adalah komoditas yang sangat berharga, dan jarang muncul
di desa. Ayam dan babi adalah satu-satunya hewan domestik yang bisa menyumbangkan daging,
dan mereka diizinkan untuk berkeliaran dengan bebas di sekitar desa, mencari makan. Hewan
domestik tidak sering dipotong untuk konsumsi harian, tetapi disimpan untuk ritual atau lainnya
kesempatan ketika sebuah rumah tangga akan harus menyediakan makanan untuk semua tamu.
Sejumlah besar babi dan ayam yang dikorbankan dalam upacara ijambe - sebanyak 40 babi saat
di Murutuwu- dan setiap upacara atau wadian penyembuhan lainnya menuntut pembunuhan
setidaknya ayam. Kematian, kelahiran, dan pernikahan semua yang diperlukan tidak hanya porsi
makanan, tapi untuk mengumpulkan sejumlah kecil darah yang digunakan untuk menyucikan
kegiatan tersebut. Hewan domestik juga dibutuhkan untuk menyediakan makanan selama pihak
tenaga kerja bersama sedang menanam padi dan saat panen. Penduduk desa dengan ladang yang
luas untuk ditanam akan membiarkan orang tahu bahwa mereka akan menyembelih babi,
sehingga memastikan bahwa cukup banyak kerumunan yang akan muncul untuk melakukan
pekerjaan. Seperti desa lainnya, ada periode panjang ketika kita bergantung pada makanan yang
disajikan di upacara atau acara tanam. Tidak heran potongan hati kerbau kurban di Murutuwu
diberikan untuk orang seperti saya! Selain ayam dan babi, anjing berkeliaran di desa, mengaisngais makanan mereka, dan hanya beberapa yang benar-benar dirawat oleh orang tua seperti
Kakah Lelo yang berburu dengan anjing mereka.6
Jadi bisa dikatakan bahwa ada hal menarik bahwa orang maanyan menggunakan media
darah sebagai alat untuk menyucikan setiap kegiatan yang berupa ritus, selain mengkonsumsi
4 Soeto Ono juga memiliki pelindung yang lain dalam keluarganya. Dimana ketika ibunya hamil dia,
ibunya bermimpi bertemu rusa yang berjanji akan melindungi anak dalam kandungannya kelak, sehingga
keluarga ini tidak makan daging rusa. J. Mallinckrodt, De Njoeli-beweging onder de Lawangan-Dajaks
van de Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo, (Koloniale studien : tijdschrift van de Vereeniging voor
studie van koloniaal-maatschappelijke vraagstukken, Jaargang 9, Aflevering 2, 1925).400
5 Maan Wada, ADAT: Hukum Adat Dan Budaya Dayak Maanyan Paju X (Sepuluh) (Tamiang Layang,
2003.tidak diterbitkan).12
4

dagingnya namun hewan yang dikorbankan bukanlah hewan liar melainkan hewan peliharaan.
Sedangkan untuk konsumsi mereka hampir memakan semua jenis binatang, yang yang
dibenarkan oleh Judith Hudson:
Dalam kenyataannya, Kami berhasil untuk makan hampir apa saja yang tersedia yang
disajikan kepada kita (kebiasaan yang diajarkan, Doktor Herr Profesor Kedokteran Tropis). Dan
ini mencakup banyak hal dari burung parkit yang kelelawar buah besar (paing) bahkan ular
python (panganen). sepengatahuan kita mereka tidak pernah mereka mengkonsumsi anjing atau
kucing (walaupun dikemudian hari anjing juga dikonsumsi namun itu adalah kebiasaan yang
barus).7
C. Dasar Teologis Dan Pandangan Alkitab
Kemiskinan rakyat dan kurangnya lahan tanah menyebabkan para petani mau mengambil
lebih banyak dari tanah dan ini pada gilirannya mengantar kepada kemiskinan yang lebih besar
pada masa yang akan datang. Dengan demikian tanah semakin dieksploitasi dan binatang akan
diburu habis-habisan demi keuntungan materi. Apakah kita mempunyai hak yang tidak terbatas
untuk menggunakan tanaman dan hewan yang hidup di atas bumi ini? Apakah kita punya
kepekaan untuk bicara soal hak-hak binatang? Apakah kita bahkan bisa menerima bahwa bumi
pun punya hak untuk berkembang?.8 Pertanyaan ini yang nantinya akan dijawab.
Dalam kacamata iman Kristen hanya manusia dalam Alkitab diciptakan segambar dan
serupa dengan Allah dan yang juga diberikan kuasa untuk menguasai dan menaklukkan bumi
dengan seluruh ciptaan yang lain (Kej. 2:26-28), dan untuk mengelola dan memelihara
lingkungan hidupnya (Kej. 2:15). Jadi, manusia memunyai kuasa yang lebih besar daripada
makhluk yang lain. Ia dinobatkan menjadi "raja" di bumi yang dimahkotai kemuliaan dan hormat
(Maz. 8:6). Ia menjadi wakil Allah yang memerintah atas nama Allah terhadap makhluk-makhluk
yang lain. Ia hidup di dunia sebagai duta Allah. Ia adalah citra Allah yang ditunjuk untuk menjadi
6 Judy Hudson, Waiting For Durian To Drop:The Fruit Of Patience During A Year In Village Borneo (Pelham
Massecuset private collection, 2011).106

7 Ibid.100
8 Wartya Winangun. Sj, Tanah Sumber Hidup (Jogjakarta:Yayasan Kanisius 2004).84
5

mitra Allah. Dalam cerita penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan bersama dengan
seluruh alam semesta. Itu berarti bahwa manusia memunyai keterkaitan dan kesatuan dengan
lingkungan hidupnya. Akan tetapi, diceritakan pula bahwa hanya manusia yang diciptakan
sebagai gambar Allah "Imago Dei" dan yang diberikan kewenangan untuk menguasai dan
menaklukkan bumi dengan segala isinya. Jadi di satu segi, manusia adalah bagian integral dari
ciptaan (lingkungan), akan tetapi di lain segi, ia diberikan kekuasaan untuk memerintah dan
memelihara bumi.
Alkitab juga menggambarkan kesatuan manusia dengan alam dalam cerita tentang
penciptaan manusia: "Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah" (Kej. 2:7), seperti Ia
juga "membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara" (Kej. 2:19). Jadi
manusia juga tidak bisa melakukan pemusnahan terhadap ciptaan Allah yang lain selain manusia.
Kita perlu memelihara lingkungan hidup kita sebagai ungkapan syukur pada Allah Sang Pencipta
yang telah mengaruniakan lingkungan dengan segala kekayaan di dalamnya untuk menopang
hidup kita dan yang membuat hidup kita aman dan nyaman. Juga sebagai tanda syukur kita atas
pembaruan dan penebusan yang telah dilakukan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus. Maka
memelihara lingkungan tidak lain dari ibadah kita kepada Allah.
Orang Kristen terikat untuk menegaskan bahwa seluruh gerak didunia dimulai dari Allah,
dimana Allah mengarahkan dan megundang manusia secara sadar untuk bekerja sama denganNya untuk memelihara bumi sebagai ciptaan Allah, dan juga pada tingkat yang berbeda dari
"mahluk ciptaan yang lain". Hal ini menunjukan iman Kristen memiliki rasa hormat untuk
terhadap semua ciptaan. Alkitab bersaksi atas peristiwa ini, dan menunjukkan manusia memiliki
tanggung jawab khusus untuk ciptaan lain yang hidup bersamanya didunia, dan tidak
memperlakukan binatang dengan sembarangan dengan pengandaian bahkan binatang pun
memiliki harga (1 Timotius 5:18) "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang
mengirik." (Matius 10:29) "Bukankah burung pipit dijual dua seduit? Dan salah satu dari
mereka tidak akan jatuh di tanah tanpa Bapamu." Hormat, dengan sesama mahluk ciptaan
terlibat dan merupakan itulah bagian integral Iman Kristen. Kekuasaan bahwa manusia memiliki
lebih dari mereka namun diimbangi dengan rasa hormat dan tidak sewenang-wenang adalah
dalam sifat pelayanan Kristen.9
9 Andrew Linzey, Animals and Christianity: A Book of Readings (New York: Crossrad
Publishing Company 1990). 192-195

Perburuan yang dipandang, dalam arti kata menyedihkan. Untuk dijadikan olahraga
dengan mengambil hidup mahluk lain, atau melakukannya hanya untuk bersenang-senang dan
keuntungan materi, untuk mengatur ke dalam bentuk kenikmatan kolektif, adalah untuk gagal
untuk bertindak hormat terhadap sesama mahluk ciptaan Tuhan. Hal ini membuat manusia jatuh
kembali ke dalam upaya perbudakan, yang menjadikan manusia predator alam yang sadis, jauh
dari harapan Kristen selalu bahwa mengimani tidak hanya manusia tetapi tatanan alam itu sendiri
akan dirilis dan ditebus. Dan pembantaian binatang yang dilakukan oleh orang maanyan secara
terus menerus demi keuntungan materi maka dia digambarkan sebagai Maka materialisme
menjadi praktik penyembahan alam (dinamisme modern). Alam dalam bentuk benda menjadi
tujuan yang diprioritaskan bahkan disembah menggantikan Allah. Kristus mengingatkan bahaya
mamonisme (cinta uang/harta) yang dapat disamakan dengan sikap rakus terhadap sumbersumber alam (Mat. 6:19-24 par.; 1 Tim. 6:6-10). Karena mencintai materi, alam dieksploitasi
guna mendapatkan keuntungan material. Maka supaya alam dapat dipelihara dan dijaga
kelestariannya, manusia harus berubah (bertobat) dan mengendalikan dirinya. Manusia harus
menyembah Allah dan bukan materi. Dalam arti itulah maka usaha pelestarian alam harus dilihat
sebagai ibadah kepada Allah melawan penyembahan alam, khususnya penyembahan alam
modern alias materialisme/mamonisme. Pelestarian alam juga harus dilihat sebagai wujud
kecintaan kita kepada sesama sesuai ajaran Yesus Kristus, di mana salah satu penjabarannya
adalah terhadap seluruh ciptaan Allah sebagai sesama ciptaan.
D. Dinding Pemisah Antara Boleh Dan Tidak Boleh
Lalu bagaimana batasan antara boleh dan tidak boleh dalam hal perburuan dan
pembantaian hewan, dalam penutup ini bagaimana manusia menempatkan diri dalam sebuah
realita yang dihadapkan. Pembunuhan hewan adalah fitur struktural hubungan manusia dan
hewan. Hal ini mencerminkan kekuatan manusia atas binatang pada yang paling ekstrim yaitu
manusia bebas melakukan apapun. Dari sudut pandang sejarah, tidak ada yang baru tentang
pembunuhan ini; yang berubah adalah lingkup teknologi yang terlibat dan intensitas dampak
global pembantaian hewan. Selanjutnya, manusia sekarang dapat membawa ke dalam
keberadaan dan kemudian mengendalikan dan memanipulasi kehidupan jutaan hewan, sematamata untuk membunuh mereka. Meskipun kepekaan kemanusiaan meluas, dari sentralitas budaya
dan politik modern lembaga yang didedikasikan untuk kesejahteraan hewan, dan banyak selogan
7

"cinta alam," perhatian publik hampir tidak menyentuh pada dampak skala pembunuhan terhadap
binatang.10 Dan yang mengerikan adalah pembunuhan terhadap binatang terjadi diluar kendali
tanpa memikirkan kerusakan ekosistem hidup sebagai dampak dari itu.
Batasan-batasan atas pembunuhan terhadap hewan:
Allah menempatkan binatang di bawah kekuasaan manusia, dimana manusia Ia ciptakan menurut
citra-Nya sendiri (Bdk. Kej 2:19-20;9:1-14). Dengan demikian orang dapat memanfaatkan
binatang sebagai makanan, Sebab Tuhan sudah memberikan binatang dan tumbuhan sebagai
makanan bagi manusia (lih. Kej 9:3). Eksperimen dengan binatang demi kepentingan kesehatan
dan ilmu pengetahuan dalam batas-batas yang wajar, dapat diterima secara moral, karena mereka
dapat menyumbang untuk menyembuhkan dan menyelamatkan manusia.
Diperbolehkan, jika seseorang membunuh binatang buas, karena alasan binatang itu akan
memangsanya/ manusia yang lain, jadi karena alasan pembelaan diri dan mempertahankan
hidup manusia. Namun jika binatang buas itu tidak mengganggu manusia, apalagi merupakan
binatang yang harus dilindungi dari kepunahan, maka pembunuhan binatang tersebut tidak dapat
dibenarkan secara moral.
1) membunuh binatang tidak dengan cara yang tidak wajar (menyiksa);
2) membunuh binatang dengan maksud yang baik bagi manusia (untuk dimakan) dan
pengendalian hama;
3)Membunuh binatang liar bukan demi kepuasan/ kesenangan, dan mendapatkan
keuntungan materi secara masif yang mengakibatkan binatang diambang jurang
kepunahan.
4) Tidak berburu hewan yang dilindungi (pembunuhan hewan langka ini melanggar
hukum).

10 Garry Marvin, killing animal: animal studies club, (University Of Illionis, 2006).5

DAFTAR BACAAN
Jhonny Purba, pengelolaan lingkungan sosial (Jakarta: Yayasan Obor 2002).
Emil Salim, Melestarikan Alam Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor, 2008).
J. Mallinckrodt, De Njoeli-beweging onder de Lawangan-Dajaks van de Zuider- en Oosterafdeeling van
Borneo, (Koloniale studien : tijdschrift van de Vereeniging voor studie van koloniaal-maatschappelijke
vraagstukken, Jaargang 9, Aflevering 2, 1925).

Garry Marvin, killing animal: animal studies club, (University Of Illionis, 2006).
Maan Wada, ADAT: Hukum Adat Dan Budaya Dayak Maanyan Paju X (Sepuluh) (Tamiang Layang,
2003.tidak diterbitkan).
Judy Hudson, Waiting For Durian To Drop:The Fruit Of Patience During A Year In Village Borneo
(Pelham Massecuset: Private Collection, 2011).
Wartya Winangun. Sj, Tanah Sumber Hidup (Jogjakarta:Yayasan Kanisius 2004).

Andrew Linzey, Animals and Christianity: A Book of Readings (New York: Crossrad
Publishing Company 1990). 192-195

Anda mungkin juga menyukai