KELOMPOK 7
DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
Hewan/Ternak..........................................................................................................4
A. Pengertian, tujuan, dan proses domestikasi (di Indonesia)...........................4
B. Current Condition.........................................................................................9
C. Wild Life vs Captive Environment...............................................................14
D. Experience (normal and abnormal behaviour)...........................................17
BAB III..................................................................................................................25
KESIMPULAN......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN...........................................................................................................29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Karena sebagian besar tindakan domestikasi dimulai sebelum sejarah yang
tercatat, kita tidak tahu banyak tentang proses pasti di balik perjalanan panjang
generasi dari hewan liar ke hewan peliharaan atau ternak. Yang jelas adalah
bahwa nenek moyang hewan peliharaan pasti telah menunjukkan ciri-ciri yang
membuat mereka berguna bagi manusia, ciri-ciri yang mungkin berkisar dari
daging yang enak hingga bulu yang hangat hingga kedekatan alami dengan
manusia. Domestikasi tidak sama dengan penjinakan. Hewan peliharaan secara
genetik ditentukan untuk toleran terhadap manusia. Hewan liar individu, atau
hewan liar yang lahir di penangkaran, dapat dijinakkan dan perilakunya dapat
dikondisikan sehingga mereka terbiasa hidup berdampingan dengan manusia
tetapi mereka tidak benar-benar dijinakkan dan tetap liar secara genetik.
Domestikasi hewan dan tumbuhan telah membawa keuntungan berupa
kelebihan kalori dan nutrisi dan mengantarkan manusia menuju Revolusi Neolitik.
Bagaimanapun, Revolusi Neolitikum melibatkan lebih dari sekedar produksi
pangan sederhana; itu juga merupakan pertumbuhan ekonomi pertanian yang
mencakup paket pemanfaatan tumbuhan dan hewan yang memungkinkan
perkembangan kehidupan perkotaan dan serangkaian inovasi yang mencakup
sebagian besar modernitas merupakan konsekuensi tidak langsung dari seleksi
buatan di kehidupan. Pembajakan telah menjadi simbol Revolusi Neolitik, tetapi
melihat sejarah dalam terang evolusi kita melihat bahwa hal terssebut telah
dirancang dengan cerdas untuk mengubah komposisi genetik biota alam. Dalam
beberapa hal, petani Neolitik adalah ahli genetika pertama dan pertanian domestik
adalah pengungkit yang digunakan untuk menggerakkan dunia.
3
BAB II
Hewan/Ternak
2. Anjing
Domestikasi adalah proses perubahan dari hewan liar
menjadi hewan yang dapat di pelihara atau hewan yang dapat di
jinakkan manusia sehingga tidak berbahaya bagi si
pemelihara.Domestikasi anjing liar dapat berlangsung dalam satu
atau dua generasi manusia bila di lakukan pembinaan selektif yang
disengaja.
4
Domestikasi anjing awalnya di dorong motif saling
menguntungkan oleh kedua belah pihak. Anjing liar yang
memungut sisa-sisa makanan di sekeliling permukiman manusia
mendapat lebih banyak makanan di bandingkan rekan-rekan satu
kawanan yang masih liar dan takut pada manusia. Anjing liar yang
kebetulan menyerang manusia purba dan anak-anaknya
kemungkinan di usir atau di bunuh, sedangkan anjing yang
bersahabat dengan manusia selamat. Manusia purba memanfaatkan
anjing untuk mengusir hewan liar pengganggu manusia. Indera
anjing yang tajam anjing bertugas sebagai penjaga manusia dari
kedatangan hewan pemangsa yang bselalu mengincar. Dan hingga
saat ini anjing menjadi sahabat manusia atau menjadi hewan ternak
untuk di perdagangkan.
3. Kalkun
Domestikasi kalkun terjadi di mesoamerika tengah pada
2.000 tahun lalu, penelitian terkini mengindikasikan domestikasi
khas terjadi di Barat Daya Amerika Serikat antara 200 SM-500 M.
Kalkun domestik berasal dari kalkun liar yaitu Meleagris
Mexicana. Di Indonesia proses domestikasi kalkun bertujuan untuk
memenuhi bahan pangan asal hewan seperti daging dan telurnya.
proses domestikasi dengan memeliharanya di penangkaran dan
peternakan membuat kalkun mengalami mutasi perubahan warna
bulu yang sekarang dikenal dengan sebutan black spanish dan
norfolk black.
4. Domba
5
Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah
pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 – 11.000 tahun lalu.
Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi dalam 40
varietas. Diantara varietas yang masih liar diperkirakan
mempunyai andil pada ternak domba dewasa ini adalah Argali
(Ovis ammon) dari Asia Tengah, Urial (Ovis vignei) juga dari Asia
dan Mouflon (Ovis muimon) dari Asia Kecil dan Eropa.
Di indonesia tujuan domestikasi domba hanya untuk memenuhi
bahan pangan asal hewan (penghasil daging dan susu) yang dapat
diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, agama, dan
kepercayaan di Indonesia. Hal ini berbeda dengan daging babi dan
sapi. proses domestikasi menyebabkan perubahan ukuran serta
tebal wol pada domba tersebut karena proses domestikasi di
indonesia dilakukan dalam beberapa jenis perkandangan sehingga
nutrisi domba domestikasi terjaga yang menyebabkan perubahan
bobot tubuh serta kualitas wol dengan domba liar.
5. Kambing
Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah
pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang
dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok
kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu bezoar goat atau kambing
liar eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus
blithy) dan makhor goat atau kambing makhor di pegunungan
Himalaya (Capra falconeri). (Mulyono dan Sarwono,2005).
Disamping daging, ternak kambing juga menghasilkan susu
dan pupuk kandang serta kulit sebagai bahan baku aneka kerajinan.
Bagi petani yang hidup di pedesaan usaha kambing juga dapat
berfungsi sebagai tabungan yang bisa digunakan setiap saat
(Murtidjo,1995).
6. Kucing
6
Felis sylvestris lybica (kucing liar Afrika) adalah kucing
liar yang hidup di Asia dan Afrika Utara inilah yang kini dianggap
sebagai nenek moyang utama Felis modern. catus. Namun, bukti
yang lebih baru menunjukkan bahwa domestikasi kucing mungkin
terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu atau lebih di Timur Tengah,
di wilayah Bulan Sabit Subur.
Kucing ini sengaja dijinakkan dan dipilih untuk keramahan,
atau mereka lebih 'ditoleransi' oleh manusia dan secara bertahap
menyimpang dari kerabat 'liar' mereka melalui seleksi alam dan
adaptasi untuk berburu hama tikus yang ditemukan di sekitar
pemukiman manusia.
7
7. Ayam
Ayam termasuk klas aves, ordo galliformes, dan famili
phasianidae. Ayam mempunyai jengger (comb) di atas kepala dan
dua gelambir (wattles) dibawah dagu. Dalam bahasa Latin, gallus
artinya comb, jadi ayam hasil domestikasi dinamakan Gallus gallus
domesticus. Spesies lain yang masih hidup liar di hutan dari genus
Gallus adalah Gallus gallus (Red jungle fowl) sebarannya meliputi
China, India, dan Asia Tenggara. Untuk Gallus varius(green jungle
fowl) distribusinya meliputi Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa,
Flores, dan pulau kecil disekitarnya. Indonesia diyakini sebagai
sebagai pusat domestikasi ayam di Asia. Hal itu membuat suatu
keyakinan bahwa ayam-ayam domestikasi ini berasal dari satu
nenek moyang. Yaitu ayam hutan merah atau Red Junglefowl,
Gallus gallus.
Domestikasi pertama kali diduga terjadi di Sungai Kuning,
Henan China sekitar tahun 6000 SM. Domestikasi kemudian
menyebar ke berbagai negara hingga di Indonesia. Domestikasi
dilakukan dengan teknik aplikasi teknologi DNA. Ayam-ayam
hasil domestikasi di Indonesia, digolongkan ke dalam suatu clade
karena melalui proses D Loop DNA Mitokondria. Tujuan dari
domestikasi ayam di Indonesia adalah untuk mendukung ekonomi
masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan dan pemeliharaannya lebih mudah.
8. Babi
8
Berdasarkan jenisnya, babi dapat dikelompokkan menjadi
sus verrucocus, sus vitatus, dan sus scrofa yang tersebar di seluruh
kawasan hutan di Indonesia (Sihombing, 2006). Tipe dan bangsa-
bangsa babi terbentuk sebagai akibat dari 3 sebab yaitu oleh
permintaan (demand) para konsumen, sifat bahan-bahan makanan
yang tersedia, dan cara beternak modern ataupun tradisional yang
dilakukan oleh peternak (Sihombing, 1997).
Menurut sejarah yang paling dahulu mendomestikasikan
babi liar adalah orang Asia Timur, dua atau tiga ribu tahun
kemudian barulah orang Eropa memelihara babi. Maka babi–babi
sekarang ini adalah keturunan babi hutan. Domestikasi babi di
Indonesia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan daging babi
sebagian manusia karena babi merupakan penghasil daging yang
unggul karena memiliki pertumbuhan dan perkembang biakan
yang cepat.
9. Itik
Menurut Soedjai (1973), itik lokal atau itik ash Indonesia
disebut oleh orang Belanda sebagai Indische Loopeend. Nama mi
diberikan karena jika ternak mi berdiri atau berjalan maka
tubuhnya tidak membentuk horizontal melainkan mendekati
vertikal dan sifat mi yang membedakan itik ash Indonesia dan
bangsa itik lain.
Sejarah pemeliharaan atau keberadaan itik di Indonesia
sudah ribuan tahun. Hal mi ditunjukan dengan ditemukannya fosil
(carving depicting duck) di situs candi Hindu di Jawa Tengah yang
dibangun lebih dan 2000 tahun yang lalu. Berdasarkan catatan
Robinson, itik Indonesia kemungkinan terbentuk dan itik yang
sekarang menghasilkan bangsa itik yang berproduksi tinggi di
Eropa seperti Indian Runner dan Khaki Campbell.
9
Penyebaran ternak itik sangat pesat, terutama pada zaman
keemasan Majapahit yang menjadi awal permulaan penyebaran dan
pengembangan ternak itik di wilayah lain Indonesia seperti
Kalimantan Selatan, Sumatera, Sulawesi dan Bali. Selain bangsa
India, pemerintah kolonial Belanda juga tercatat memiliki andil
dalam penyebaran itik di Indonesia melalui kuli-kuli kontrak yang
bekerja dan tinggal di Sumatera pada tahun 1920, khususnya di
Daerah Deli dan Lampung. Saat ini ternak itik banyak terpusat
berapa daerah seperti Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, dan Itik merupakan unggas air, karena sebagian
kehidupannya dilakukan di tempat yang berair.
10. Kelinci
Di Indonesia, kelinci lokal diberi nama berdasarkan daerah
tempat asalnya seperti kelinci Jawa (Lepus negricollis) dan kelinci
Sumatra (Nesolagus netseherischlgel). Kelinci merupakan salah
satu ternak Pseudoruminansia yang cukup baik dalam
produktivitasnya.
Kelinci merupakan ternak yang cocok dipelihara di negara
berkembang dan mulai memanfaatkan kelinci sebagai sumber
daging. Selain itu, kelinci juga memiliki potensi: 1) ukuran tubuh
yang kecil, sehingga tidak memerlukan banyak ruang, 2) tidak
memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang,
3) umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4) kemampuan
berkembang biak yang tinggi, 5) masa penggemukan yang singkat
(kurang dari 2 bulan sejak sapih) (ElRaffa, 2004)
B. Current Condition
1. Sapi
10
Sapi Bali hasil domestikasi saat ini dikembangkan,
dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai sumberdaya ternak asli yang
mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk
berkembang dengan baik pada berbagai lingkungan yang ada di
Indonesia. Sapi bali juga memiliki performa produksi yang cukup
bervariasi dan kemampuan reproduksi yang tetap tinggi. Sehingga,
sumberdaya genetik sapi Bali merupakan salah satu aset nasional
yang merupakan plasma nutfah yang perlu dipertahankan
keberadaannya dan dimanfaatkan secara lestari sebab memiliki
keunggulan yang spesifik
2. Anjing
Anjing hasil domestikasi mempunyai sifat yang jinak dan
bisa menjadi sahabat dari majikannya. Selain itu juga, anjing
memiliki berbagai manfaat bagi manusia di antaranya sebagai
penjaga rumah dan sebagai sahabat manusia. Berdasarkan
bobotnya (diukur berdasarkan berat badan anjing), anjing
diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok yaitu
small/kecil (1-10 kg), Medium/sedang (10-25 kg), Large/besar (25-
50 kg) dan Giant/Raksasa (diatas 50 kg). Klasifikasi ini dijadikan
pedoman oleh produsen busana atau perlengkapan pemeliharaan
anjing yang memasarkan produknya secara spesifik untuk anjing
dengan bobot-bobot tertentu.
3. Kalkun
Kalkun hasil domestikasi mempunyai ciri khas yaitu pial
(bagian bergelambir di bawah paruh) sebagai bukti bahwa kalkun
negeri berasal dari kalkun liar M. gallopavo. Selain itu, kalkun
hasil domestikasi tidak dapat terbang, memiliki fisik yang kurang
kuat dibandingkan kalkun liar, serta memiliki banyak varietas
warna bulu.
11
4. Domba
Domba hasil domestikasi memiliki ciri khas berupa tanduk
yang berpenampang segitiga dan tumbuh melilit seperti spiral yang
terdapat pada domba jantan. Bobot badan pada domba jantan lebih
tinggi dibandingkan domba betina, bulu berwarna hitam dan putih,
kuping terkulai, tanduk pendek bahkan menghilang karena seleksi,
serta volume otak yang mengecil.
5. Kambing
Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan
kecil. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek dan umumnya
memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi
ketiganya. Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk
pendek.
6. Kucing
Ciri kucing yang sering kita temui di Indonesia adalah
bentuk wajah kecil dan lonjong, tubuh pendek dan leher kecil, serta
memiliki bulu yang pendek.
7. Ayam
12
Ayam hutan merah ini diduga merupakan nenek moyang
dari berbagai jenis ayam lokal yang banyak tersebar di pelosok
tanah air. Ayam hutan merah memiliki potensi yang sangat baik
untuk dibudidayakan sebagai salah satu keanekaragaman unggas di
Bengkulu yang bisa dijadikan salah satu aset daerah yang berupa
plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi data dasar ayam hutan merah mengenai morfologi untuk
mendukung konservasi, pembudidayaan dan pengembangannya.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Utara dari
bulan September 2005 sampai dengan Maret 2006. Variabel
morfologi yang diamati meliputi panjang paruh, tebal paruh, lebar
badan, lebar bahu, panjang tarsus, panjang bulu ekor, panjang
seluruh tubuh, panjang sayap serta mendata ciri-ciri fisik lainnya
seperti warna paruh, warna kaki, warna mata, warna bulu dan
bentuk ekor.
Data hasil penelitian yang diperoleh secara lengkap
ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa Ayam hutan merah (Gallus gallus) yang
ditemukan sebanyak 12 ekor yang semuanya berjenis kelamin
jantan, dengan bobot badan rata-rata 1231, 6 gram ± 39, 504 gram.
Ukuran morfologi ayam hutan merah (Gallus gallus) di Kabupaten
Bengkulu Utara yaitu rata-rata panjang paruh 3, 264 cm ± 0, 204
cm, rata-rata tebal paruh 1, 136 cm ± 0, 073 cm, rata-rata lebar
paruh 1, 167 cm ± 0, 016 cm, rata-rata lebar badan 6, 267 cm ± 0,
555 cm, rata-rata lebar bahu 6, 916 cm ± 0, 112 cm, rata-rata
panjang tarsus 9, 159 cm ± 0, 376 cm, rata-rata panjang bulu ekor
27, 533 cm ± 0, 418 cm, rata-rata panjang seluruh tubuh 33, 225
cm ± 0, 415 cm, dan rata-rata panjang sayap 32, 091 cm ± 0, 543
cm. Warna bulu ayam hutan merah (Gallus gallus) adalah warna
merah yang mendominasi bagian leher, punggung dan sayap
sedangkan bulu dada berwarna hitam.
13
8. Babi
Babi hutan berukuran sedang, panjang total tubuhnya
sekitar 120-220 cm, berat badan mencapai 150 kg. Tubuhnya
nampak ditumbuhi rambut-rambut panjang tetapi jarang. Kulit
berwarna coklat kehitaman atau hitam gelap, kepala nampak besar,
kurang proporsional jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
Lubang hidungnya menghadap ke depan mirip corong yang
dibatasi kulit yang tebal. Taringnya nampak menyembul ke arah
samping dan di bagian bawah telinga terdapat tonjolan.
Babi merupakan hewan monogastrik atau hewan dengan
lambung tunggal yang memiliki kesanggupan dalam mengubah
bahan makananan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas
ransum yang di konsumsi. Bahkan walaupun bahan makanan yang
diberikan kualitasnya kurang baik, babi masih mampu tumbuh
relatif lebih baik dibandingkan dengan ternak lain. Besarnya
konversi babi terhadap ransum ialah 3,5 artinya untuk
menghasilkan berat babi 1 kg dibutuhkan pakan sebanyak 3,5 kg
ransum (Goodwin, D. H. 1974).
9. Itik
14
Itik domestik diturunkan dari wild mallard (Anas
platyrhynchos), itik turi mempunyai bentuk badan menyerupai
bentuk botol bir dan mempunyai bobot badan sekitar 1,5 kg. Itik
turi banyak terdapat di yogyakarta bagian selatan. Itik turi memiliki
ciri-ciri sebagai itik Indian Runner yaitu badanya ramping dan
sikapnya tegak lurus di atas bidang horisontal, lehernya kecil dan
panjang sehingga kelihatan tidak seimbang dengan ukuran badan
dan kepalanya, warna bulu kebanyakan mengarah ke coklat tua.
Itik betina mulai bertelur pada umur 22- 24 minggu dan tidak
mempunyai sifat mengeram. Itik turi dapat di pelihara secara
intensif maupun extensif, mempunyai ketahanan hidup dan
berjalan jauh.
10. Kelinci
Rex merupakan salah satu bangsa kelinci yang
dikembangkan di Balai Penelitian Ternak (BALITNAK) sebagai
plasma nutfah kelinci pedaging di Indonesia. Rex termasuk kelinci
dengan ukuran medium. Rex memiliki proporsi tubuh yang baik,
bagian belakangnya membulat dengan baik, kaki belakangnya kuat
dan berisi (membulat) membentuk kurva U, Tulangnya kuat,
kepalanya lebar dan telinganya berdiri tegak. Bobot lahir kelinci
Rex berkisar antara 45 sampai 60 gram (g)/ekor setiap kelahiran
(Fika 2006). Bobot kelinci Rex dewasa dapat mencapai sekitar 3
sampai 4 kg. Di Indonesia, umumnya kelinci masih dipanen ketika
dewasa. Hal ini dikarenakan masih sedikit peternak yang
mengetahui keunggulan bangsa kelinci Rex. Produksi dan kualitas
karkas kelinci dipengaruhi oleh bangsa, ukuran tubuh, pakan,
lingkungan pemeliharaan, umur, bobot potong, perlakuan sebelum
dan sesudah pemotongan.
15
1. Sapi
Sapi hasil domestikasi ini terutama sapi putih hanya boleh
di gunakan untuk upacara keagamaan. Sapi putih ini mirip dengan
sapi bali namun hanya berbeda pada warna kulit dan bulu. Sampai
saat ini belum ada penelitian mengenai karakterisasi morfometrik
dan genetik serta asal-usul sapi putih ini. Bahkan sapi putih ini
kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
2. Anjing
Anjing hasil domestik untuk saat ini banyak digemari dan
banyak dipelihara oleh masyarakat karena anjing memiliki banyak
manfaat seperti untuk menjaga rumah, melacak sesuatu, bahkan
menjadi sahabat daru majikannya karena sifatnya yang sekarang
jinak dan sangat berbeda dengan nenek moyangnya. Selain itu,
perubahaan anjing liar menjadi hewan peliharaan di perkitakan
membutuhkan dua generasi manusia
3. Kalkun
Tidak seperti kalkun domestik, kalkun liar bisa terbang
walaupun bobotnya berat, mereka bisa terbang hingga ketinggian
40 – 50 meter namun, mereka hanya bisa terbang jarak pendek.
Kalkun liar sangat lincah dan merupakan pelari yang handal.
Konon, kecepatan larinya melebihi kecepatan kuda. Kalkun liar
terkenal sangat agresif kepada hewan lainnya bahkan kepada
manusia. Dari segi fisik, kalkun liar lebih kuat dan lebih berotot
serta tidak memiliki banyak varietas warna bulu. Kalkun liar juga
cenderung pandai berburu, di alam liar mereka terkadang juga
mengkonsumsi jenis reptil seperti kadal dan ular.
4. Domba
16
Perbedaan antara domba di alam liar dan setelah
domestikasi yaitu pada domba liar tanduk cenderung lebih besar
dibandingkan dengan domba yang telah di domestikasi, selain itu
ukuran badan pada domba jantan yang telah di domestikasi
cenderung lebih tinggi dibandingkan domba betina, bulu berwarna
hitam dan putih, kuping terkulai, serta volume otak yang lebih
kecil dibandingkan dengan domba liar. Tak hanya itu saja, perilaku
domba liar berbeda dengan domba hasil domestikasi. Domba liar
cenderung lebih agresif dibandingkan dengan domba hasil
domestikasi yang cenderung lebih jinak jika berada di dekat
manusia, hal tersebut diakibatkan karena domba hasil domestikasi
memiliki kebiasaan berinteraksi dengan manusia lebih sering
dibandingkan domba liar sehingga perilaku domba tersebut
berbeda saat bertemu dengan manusia.
5. Kambing
Setelah anjing, kambing (dan domba) termasuk hewan yang
paling awal dijinakkan. Bukti dari situs arkeologi di Iran
menunjukkan bahwa kambing didomestikasi sekitar 9.000-10.000
tahun yang lalu. Saat hewan dijinakkan, penampilan fisik mereka
berubah. Salah satu contohnya, pada kambing liar, tanduknya
menyapu ke belakang seperti pedang melengkung, sedangkan pada
kambing peliharaan, tanduknya berbentuk seperti pembuka botol.
6. Kucing
Kucing tidak mengalami perubahan besar selama
domestikasi dan bentuk serta perilakunya tetap sangat mirip
dengan nenek moyang kucing liarnya
7. Ayam
Tingkah laku ayam sebelum dan setelah didomestikasi
pada umumnya sama, yaitu mudah kaget, ketakutan, dan berusaha
17
untuk melarikan diri menjauh dari objek yang mendatanginya,
bahkan mereka tidak jarang melukai dirinya dengan mengepakkan
sayap, lari, dan terbang bertabrakan dengan sesamanya. Adapula
yang mematuk bahkan menyerang objek yang dianggap
meresahkan dirinya. Tingkah laku ini diturunkan dari tetuanya
dalam upaya mempertahankan diri dari pemangsa ketika mereka
masih hidup liar.
8. Babi
Perilaku babi sebelum dan setelah didomestikasi juga pada
umumnya sama, yaitu babi bersifat omnivorous, yaitu mudah
mendapatkan makanan. Babi hutan juga seringkali menunjukkan
perilaku berkubang guna menunjukkan kemampuan beradaptasi
dengan habitatnya.
9. Itik
Relief dan lukisan di sejumlah peninggalan bersejarah
Mesir sekitar 3.000 tahun yang lalu menunjukkan perburuan
terhadap itik liar yang bermigrasi di sekitar delta Sungai Nil.
Setelah ditangkap, itik liar dipelihara di suatu lahan khusus dan
diberi pakan hingga saatnya dipotong. Daging itik tersebut
kemudian dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduk sepanjang tahun.
10. Kelinci
18
Dilansir jurnal daring Science, sekelompok ilmuwan
internasional berhasil menjelaskan perubahan genetik yang
membuat hewan liar jadi jinak dengan meneliti kelinci. Perbedaan
antara kelinci liar dengan yang jinak bukan pada jenis gen yang
mereka bawa, namun bagaimana gen tersebut bekerja. Seperti,
kapan dan bagaimana gen digunakan pada sel yang berbeda.
Kelinci liar merupakan hewan nokturnal yang aktif di malam
hari. Ia hanya mau makan ketika malam hari. Sedangkan pagi,
siang atau sore hari biasanya ia hanya melakukan aktivitas
eliminasi atau proses pembuangan kotoran (defekasi). Ketika
kelinci jantan dan betina ditempatkan pada satu kandang maka
si jantan hanya menggerakkan ekornya, pertanda ingin kawin.
Kelinci jantan tidak mengejar betinanya, berbeda dengan kelinci
liar. Hal tersebut dikarenakan kelinci jantan yang hidup di
alam bebas lebih agresif ketika ia bertemu kelinci betina.
19
D. Experience (normal and abnormal behaviour)
1. Sapi
Ada penyakit abnormal yang terjadi pada sapi. Penyakit ini
menyerang dan merusak sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku pada ternak. Oleh karenanya
penyakit ini sering disebut dengan “sapi gila”. Perubahan tingkah
laku yang dimaksud yakni agresif atau perilaku yang berbeda dari
biasanya, mudah gugup, ternak menjadi lebih sulit untuk
dikendalikan, dan mulai memperlihatkan reksi yang aneh setiap
hari. Ternak yang mengalami gejala tahap ringan sampai sedang
memiliki postur normal namun mulai terlihat masalah
koordinasi/gerak serta terlihat seperti pusing (kepala bergerak-
gerak tidak teratur).
2. Anjing
Sifat atau watak setiap anjing berbeda. Hal ini tergantung
dari pribadi anjing itu sendiri atau jenisnya. Perilaku normal anjing
contohnya menggongong, menggali, tingkah laku merusak dan
juga menggigit. Hal tersebut sangat normal dilakukan oleh anjing,
tetapi jika anjing itu tidak melakukan perilaku normal tersebut
berarti ada yang salah dengan anjing tersebut. Seperti bisa saja
terkena rabies yang membuat perilakunya berubah.
3. Kalkun
20
Tingkah laku normal kalkun antara lain tingkah laku mandi
debu (dust bathing), tingkah laku membuat sarang (nesting),
tingkah laku bertengger (perching), tingkah laku jalan (walking),
tingkah laku mencoker-coker (scratching), serta tingkah laku
agresif. Sedangkan tingkah laku abnormal pada kalkun, yaitu
feather pecking atau mematuk bulu kalkun lain yang dalam situasi
normal aktivitas mematuk-matuk dilakukan pada tanah. Selain itu,
aktivitas bolak-balik (pacing) pun merupakan tingkah laku
abnormal pada kalkun yang mengalami frustasi terutama terkait
dengan nesting behaviours yang tidak terpenuhi akibat tidak
adanya sarang yang tersedia. Beberapa kalkun pun melakukan
stereotyped pecking pada dinding pembatas kandang akibat
pembatasan pakan, kalkun tersebut pun akan melakukan tingkah
laku minum yang berlebihan (polydispsia). selain itu, kalkun pun
memiliki tingkah laku abnormal lainnya, seperti apatis (apathy;
sikap diam, pasif, dan tidak memberikan reaksi terhadap
rangsangan yang datang) dan juga sikap panik yang berlebihan.
4. Domba
Pada tingkah laku normalnya, domba akan
bergerombol/berkelompok saat jalan atau merumput, pada kondisi
abnormal, domba akan cenderung menyendiri dan apatis juga
merasa lebih panik. Pada perilaku abnormal domba betina, yaitu ia
akan berjalan menjauh dari anaknya, menggendong anaknya atau
menjauh saat anaknya mendekat untuk menyusu. Perilaku ini lebih
sering terjadi pada domba betina yang memiliki anak kembar, yang
tampaknya ia tidak dapat mengenali bahwa ia memiliki lebih dari
satu anak.
5. Kambing
21
Kambing secara alami adalah hewan ternak dan kambing
soliter mungkin membutuhkan teman dari manusia atau hewan lain.
Kawanan kambing liar bisa terdiri dari 1 sampai 100 kambing,
tetapi rata-rata hanya terdiri dari empat kambing. Kambing
merawat dirinya sendiri dengan cara menggaruk leher dan
kepalanya dengan kaki belakang, dan dengan menjilati bagian
tubuh lainnya. Mereka adalah hewan yang ramah dan juga suka
dielus oleh manusia.
Perilaku abnormal dari kambing dapat kita lihat apabila
kambing cenderung lebih memilih untuk menyendiri dari
kawanannya. Selain itu, kambing juga termasuk hewan yang suka
merawat dirinya, oleh karena itu apabila kambing tidak menggaruk
leher dan kepalanya bisa dianggap sebagai perilaku abnormal.
6. Kucing
22
Bagaimana seekor kucing berperilaku tergantung pada usia,
kepribadian, dan pengalaman masa lalunya. Kebanyakan kucing
adalah hewan yang lucu dan senang bersosialisasi dengan manusia.
Kucing suka bermain dengan mainan dan mereka yang tidak pergi
keluar sering bermain berburu di dalam ruangan. Beberapa kucing,
terutama yang tinggal di luar ruangan, mungkin kurang
bersosialisasi dengan manusia dan hewan lain. Kucing tidur
berjam-jam setiap hari. Saat mereka bangun, mereka membutuhkan
kesempatan untuk berolahraga dan bermain. Selain itu, semua
kucing membutuhkan tempat garukan yang sesuai, cukup tinggi
untuk memungkinkan mereka meregang sepenuhnya, untuk
menandai wilayah mereka dan mengkondisikan cakar mereka.
Menggaruk atau 'mengkondisikan cakar' adalah bagian dari
perilaku kucing yang normal. Kucing mengkondisikan cakar
mereka karena berbagai alasan, dan garukan secara teratur
menghilangkan cakar luar yang berjumbai dan aus, memperlihatkan
cakar baru dan lebih tajam yang tumbuh di bawahnya. Ini juga
melatih dan memperkuat otot yang digunakan saat cakar masuk dan
keluar dari kaki, yang penting untuk perilaku normal kucing dalam
memanjat dan menangkap mangsa. Setiap perubahan, seperti
kurang aktif saat diajak bermain, sulit tidur, dan enggan
berinteraksi dengan sekitar adalah perilaku yang mungkin
menunjukkan bahwa kucing sedang tertekan, sakit, ataupun
terganggu.
7. Ayam
Normal :
Tingkah laku normal akan memberikan keuntungan fisik,
psikologis, dan sosial bagi unggas. Tingkah laku normal pada
ayam diantaranya adalah :
23
a. Mandi debu (dust bathing), merupakan tingkah laku yang
ditandai dengan aktiitas berguling-guling atau bergerak di
atas debu atau pasir dengan tujuan membersihkan bulu dan
menghilangkan parasit.
b. Membuat sarang (nesting), biasa dilakukan oleh ayam
sebelum bertelur.
c. Bertengger (perching)
d. Berjalan (walking)
e. Mencoker-coker (scratching)
Abnormal :
Tingkah laku abnormal pada unggas merupakan tingkah
laku yang tidak ditunjukkan oleh unggas pada lingkungan/habitat
aslinya, atau tingkah laku yang ditunjukkan pada situasi yang
tidak normal. Salah satu contohnya adalah feather pecking.
Tingkah laku ini tidak dijumpai pada leluhur ayam (ayam yang
belum didomestikasi) di alam bebas. Feather pecking dilakukan
oleh ayam dengan mematuk-matuk ayam lain, yang dalam situasi
normal aktivitas mematuk-matuk dilakukan pada tanah bukan
pada ayam lain.
8. Babi
Perilaku normal pada hewan babi ditandai dengan
kehidupan yang jorok, kotor, kemudian tidak peduli dengan
anaknya bahkan lupa dengan anaknya hingga anaknya yang baru
lahir tersebut diasuh oleh induk lain. Babi tidak dianjurkan untuk
tidak dimakan. Babi secara alami menghabiskan banyak waktunya
untuk tidur dan merupakan kebiasaannya khususnya pada babi-
babi muda, mereka mencari kelompok agar bisa berbaring dengan
nyaman. Hal ini karena beberapa sebab, antara lain sebagai
berikut :
24
1. Babi termasuk jenis hewan yang kotor dan jorok. Ia
merupakan bertabiat hewan yang kotor sehingga bisa
memakan apapun termasuk bangkai, sampah, bahkan
kotorannya sendiri.
2. Racun yang tersimpan di dalam tubuh babi tidak semuanya
keluar melalui urin atau feses.
Sedangkan perilaku abnormal pada babi diantaranya adalah
babi-babi sakit kerap mengalami perundingan (bullied) atau
diserang oleh babi-babi lainnya dalam satu kelompok. Gejala-
gejala umum pada tahap ini bisa berupa kondisi tubuh yang
buruk, respirasi yang tidak normal meliputi batuk, bersin atau
kesulitan bernafas, tanda-tanda saraf, pincang, diare, pruritus dan
bentuk tubuh yang menyimpang.
9. Itik
Normal: Pada musim dingin, itik-itik bermigrasi dari
wilayah utara ke tempat-tempat terbuka dengan lingkungan yang
tersedia banyak air dan pakan melimpah, terutama air dangkal
sebagai area sumber pakannya. Dalam hal bersarang, itik lebih
menyukai tempat yang kering, seperti rerumputan di dataran tinggi,
di rawa-rawa kering, atau daerah persawahan yang banyak jerami
(Crawford 1993). Salah satu tempat migrasi itik adalah wilayah
Indonesia karena memiliki daerah perairan lebih besar jika
dibandingkan dengan daratannya. Daerah perairan merupakan
tempat paling disukai oleh itik yang dikenal sebagai unggas air
(water fowl).Sifat Rontok Bulu,Rontok bulu adalah proses
lepasnya bulu-bulu lama karena terdorong oleh pertumbuhan bulu-
bulu baru (Spearman 1971). Kejadian rontok bulu berkaitan
dengan peremajaan saluran reproduksi sehingga masa rontok bulu
disebut juga masa istirahat memproduksi telur (Berry 2003).
25
Abnormal : Pada ternak domestik, banyak hal pemicu munculnya
sifat rontok bulu. Setioko (2005) mengungkapkan faktor-faktor
penyebab rontok bulu adalah kurangnya ketersediaan pakan,
perubahan susunan ransum pada itik yang dikandangkan,
perpindahan kandang, adanya hewan pengganggu, dan lingkungan
yang tidak nyaman dapat menyebabkan itik mengalami rontok
bulu. Banyaknya faktor pemicu tersebut mengakibatkan
munculnya rontok bulu dapat terjadi setiap saat secara spontan
bersama-sama atau bersifat sporadis. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa munculnya rontok bulu adalah akibat stress dan kejadiannya
bergantung pada ketahanan masing-masing individu terhadap stress
tersebut (Webster, 2000; Duncan, 2001).
10. Kelinci
Normal : Hasil penelitian oleh Rismawati (2012) menunjukkan
bahwa kelinci liar ketika diberikan stimulus berupa fototaksis
yaitu dengan diletakkanya ditempat panas. Kelinci tersebut
akan mencari tempat teduh, karena sifat bawaannya yaitu
kelinci tidak suka dibawah terik matahari. Kelinci tersebut
diberikan refleks berupa diayunkannya tongkat seakaan ingin
memukul keinci tersebut menghindar, karena kelinci secara
otomatis akan menghindar mengetahui ayunan tongkat tersebut
merupakan ancaman. Kemudian diberikan suara untuk
menakut-nakuti seakan tersakiti maka kelinci tersebut akan
mengeluarkan bunyi klik dan berdiri. Hal tersebut dilakukan untuk
menakut-nakuti predator dan memberi tanda pada kawanannya
bahwa ada bahaya. Ketika kelinci jantan dan betina ditempatkan
pada satu kandang, kelinci jantan akan mengencingi tempat
didekatnya dan mengejar sang betina untuk dikawini.
26
Abnormal: Umumnya gangguan pada kesehatan kelinci bisa
disebabkan karena faktor kurangnya kebersihan kandang,
perubahan lingkungan, perlakuan yang salah/over handling,
manajemen pakan tidak tepat, perilaku kelinci, dan tentu saja
karena organisme/mikroorganisme pengganggu (bakteri, virus dan
parasit). Gangguan dan penyakit pencernaan menduduki peringkat
tertinggi penyebab kematian kelinci.
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Daly, N. (2019, July 4). Domesticated animals, explained. National Geo Retrieved
March 24, 2021, from Animals website:
https://www.nationalgeographic.com/animals/article/domesticated-animals
Domestikasi Itik. (2016). Retrieved March 24, 2021, from Poultryshop.id website:
https://www.poultryshop.id/2016/10/domestikasi-itik.html
Driscoll, C. A., Macdonald, D. W., & O’Brien, S. J. (2009). From wild animals to
domestic pets, an evolutionary view of domestication. Proceedings of the
National Academy of Sciences, 106(Supplement_1), 9971–9978.
https://doi.org/10.1073/pnas.0901586106
Firdaus, T. (2019) PERFORMA PRODUKSI PERSILANGAN KELINCI REX
DAN FLEMISH GIANT. Skripsi thesis, Universitas Mercu Buana
Yogyakarta. Diakses pada 23 Maret 2021, melalui Frmdn. (2015, June
15). Inilah Sejarah Itik di Dunia - Artikel Pertanian Terbaru | Berita
Pertanian Terbaru. Retrieved March 24, 2021, from Pertanianku website:
https://www.pertanianku.com/inilah-sejarah-itik-di-dunia/
IMBRAN, FIERLAN FEBRYAN (2010) DOG SHELTER YOGYAKARTA
DENGAN PENDEKATAN PERILAKU LINGKUNGAN. S1 thesis,
UAJY.
International Cat Care. (2018, October 5). The Origins Of Cats | International
Cat Care. Retrieved March 24, 2021, from Icatcare.org website:
https://icatcare.org/advice/the-origins-of-cats/
KARAKTERISTIK KUBANGAN DAN AKTIVITAS BERKUBANG BABI
HUTAN (Sus scrofa L.) DI HUTAN PENDIDIKAN DAN
PENELITIAN BIOLOGI (HPPB) UNIVERSITAS ANDALAS.
Repository Universitas Andalas, 2014. Retrieved from March 24, 2021,
from Unand.ac.id website: http://repository.unand.ac.id/21739
Kusuma, V. (2015). Asal Usul Itik di Indonesia. ADOC.PUB. Retrieved March
24, 2021, from adoc.pub website: https://adoc.pub/queue/tinjauan-
pustaka-asal-usul-itik-di-indonesia.html
Nidirect. (2015, November 20). Welfare of cats: normal behaviour patterns.
Retrieved March 24, 2021, from nidirect website:
30
https://www.nidirect.gov.uk/articles/welfare-cats-normal-behaviour-
patterns#:~:text=Most%20cats%20are%20playful%20animals,for
%20many%20hours%20each%20day
Paramita, R. 2014. Bagaimana Kelinci Jadi Jinak Sejak 1.400 Tahun Lalu.
Beritagar. Diakses pada 23 Maret 2021, melalui
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/bagaimana-kelinci-jadi-jinak-
sejak-1400-tahun-lalu-14538
Prasojo, G., Arifiantini, I., & Mohamad, K. (2010). Korelasi antara lama
kebuntingan, bobot lahir dan jenis kelamin pedet hasil inseminasi buatan
pada sapi bali. Jurnal Veteriner Maret, 11(1), 41-45.
Prayitno, D. S., & Sugiharto. (n.d.). Kesejahteraan dan Metode Penelitian
Tingkah Laku Unggas. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
https://core.ac.uk/reader/84726940
PUTRI, CECILIA FERRYANTI (2017) PUSAT PENAMPUNGAN ANJING
TERLANTAR DI YOGYAKARTA. S1 thesis, UAJY.
Ramadhan, H. A. Tingkat keuntungan dan pertumbuhan usaha penggemukan
domba di jonggol farm (Bachelor's thesis, Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Safitri, N. (2019). PENGARUH UMUR SAPIH TERHADAP PERTUMBUHAN
PASCA SAPIH PERSILANGAN KELINCI FLEMISH GIANT JANTAN
DAN REX BETINA - UMBY repository. Mercubuana-Yogya.ac.id.
https://doi.org/http://eprints.mercubuana-
yogya.ac.id/5641/1/INTISARI.pdf
Sugeng, Y. B. (1987). Beternak domba. Niaga Swadaya.
Wicaksana, En Richo Al Fathan. (2018). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.
Retrieved from website: http://eprints.mercubuana-
yogya.ac.id/2565/2/BAB%20II.pdf
The Origins of Civilization, Gil Stein. (2021). Retrieved March 24, 2021, from
Uchicago.edu website:
http://teachmiddleeast.lib.uchicago.edu/foundations/origins-of-
civilization/image-resource-bank/image-04.html
31
LAMPIRAN
32
memprihatinkan.
33
Tengah), Ovis bahan dasar pakaian bergerombol bila
, 2008)
vignei (Asia) (penghasil wol), sedang merumput atau
serta di indonesia berjalan (Ramadhan
sendiri domba , 2017)
dijadikan ternak
aduan guna
kebutuhan tradisi
34
dan adaptasi untuk
berburu hama tikus
yang ditemukan di
sekitar pemukiman
manusia.
35
8 Babi Babi hutan Untuk memenuhi Babi hutan bersifat (Ardana &
(Sus kebutuhan daging omnivorous, yaitu Putra,
verrucosus) babi sebagian mudah mendapatkan 2008)
manusia karena babi makanan. Babi hutan
merupakan juga seringkali
penghasil daging menunjukkan perilaku
yang unggul karena berkubang guna
memiliki menunjukkan
pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi
perkembang biakan dengan habitatnya.
yang cepat.
9 Itik Wild mallard Itik peking yang Pada musim dingin, (Cherry &
(Anas merupakan ras itik-itik bermigrasi dari Morris
platyrhynchos) unggul itik pedaging wilayah utara ke tempat 2008)
dengan karakter terbuka dengan
genetik stabil, tidak ketersediaan air dan (Crawford
hanya tenar sebagai pakan melimpah, 1993)
sumber protein terutama air dangkal
hewani, itik sebagai area sumber
diberdayakan pakannya. Itik
sebagai pembasmi menyukai rerumputan
hama tanaman padi di dataran tinggi, di
di sawah penduduk. rawa- rawa kering, atau
daerah persawahan
yang banyak jerami.
36
secara terus pertumbuhan yang
menerus guna tinggi, dan tidak
menjamin membutuhkan lahan
ketersediaan pangan pemeliharaan yang
di tingkat besar.
masyarakat.
37