Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KASUS PEMBATALAN PEMBERANGKATAN

JAMAAH HAJI INDONESIA DI TAHUN 2021


Guna memenuhi tugas Psikologi Komunikasi yang disampaikan oleh
Dosen Thobagus Mohammad Nu'manS.Psi., Psi., M.A.

Disusun Oleh :
Vina Maulinda (15320304)
Mona Flavia (20320264)
Kinanti Dian Trirahma (20320064)
Tsurayya Az-zahra (20320177)
Nabila Dian Alfanda (20320207)

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU


SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
2021
DAFTAR ISI

BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II. PEMBAHASAN

A. Deskripsi Permasalahan

B. Kategori Komunikasi Krisis

C. Strategi Komunikasi Krisis

D. Analisis

BAB III. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

Pada masa ini dunia sedang diguncang oleh pandemik hebat bernama Covi
d-19 (Corona Virus Disease). Kasus covid-19 ini awalnya muncul di Wuhan, Pro
vinsi Hubei, China pada tahun 2020. Penyakit ini disebabkan oleh virus corona ba
ru yang bernama Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARSCO
V-2). Virus ini sangat cepat ditularkan, karena penyebarannya yang begitu cepat i
ni, masyarakat akhirnya di himbau agar mengurangi aktivitas diluar ruangan dan t
etap berada rumah. Pemerintah juga menerapkan physical distancing untuk mengu
rangi resiko penyebaran virus covid-19.
Kondisi ini membuat dampak yang besar bagi Indonesia, seperti tatanan ek
onomi di Indonesia menjadi aspek terbesar yang terkena imbasnya, kemudian aspe
k keagamaan pun harus menyesuaikan dengan kondisi wabah covid-19. Umat bera
gama diharuskan mengikuti protokol kesehatan, sehingga beberapa ritual keagama
an yang dilakukan secara berjamaah di rumah ibadah, praktek kerukunan umat ber
agama dan praktek keagamaan lainnya diharuskan untuk mengikuti protokol kese
hatan yang telah di tetapkan oleh WHO. Salah satu dampak besar turunan Covid-1
9 terhadap pelaksanaan ibadah bagi umat muslim adalah pelaksanaan ibadah haji
yang harus dibatalkan.
Pandemik COVID-19 ini memaksa pemerintah Indonesia untuk mengeluar
kan Keputusan Kementerian Agama (Menag) Nomor 660 tahun 2021 yaitu tentan
g Pembatalan Keberangkatan Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tah
un 1442H/2021M. Selain karena belum ada kejelasan dari pemerintah kerajaan Ar
ab saudi, langkah ini diambil karena belum redanya pandemi Covid-19. Keputusa
n pemerintah ini berdasar pada pertimbangan keselamatan dan kesehatan alasan ut
ama untuk tidak memberangkatkan jamaah haji di tahun 2021.
Keputusan pembatalan haji yang dikeluarkan oleh Kemenag bukan tanpa k
onsekuensi dan dampak tersendiri. Selain dirasakan oleh jamaah yang sudah bersi
ap untuk berangkat haji, kebijakan ini juga dirasakan oleh para penyelenggara haji
dan umrah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Masalah

Pemerintah Indonesia memutuskan bahwa tahun ini tidak ada pember


angkatan jamaah haji. Karena belum redanya pandemi Covid-19 dan belum a
da kejelasan dari pemerintah Arab Saudi. Ini adalah kedua kalinya Indonesia t
idak memberangkatkan jamaah haji di masa pandemi Covid-19. Kondisi ini
menggelisahkan calon jamaah haji karena antrean semakin panjang. Seperti d
i DKI Jakarta, daftar tunggu bisa mencapai 24 tahun, dan beberapa daerah di
Sulawesi, bisa mengantre lebih lama lagi.
Pembatalan ibadah haji 2021 yang diumumkan Kemenag ditetapkan melal
ui Keputusan Menteri Agama No 660/2021 tentang Pembatalan Keberangkat
an Jamaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1442 hijriah/2021
masehi. Bersamaan dengan pembatasan ibadah haji, Kementerian Agama (Ke
menag) kembali mempersilakan calon jamaah haji untuk menarik atau tetap
menaruh biaya pelunasan penyelenggaraan ibadah haji.
Saat konferensi pers, Menteri Agama menegaskan, pembatalan penye
lenggaraan ibadah haji murni karena alasan teknis. Menurutnya kesela
matan, kesehatan dan keamanan jamaah juga harus diutamakan. Kendat
i demikian, Menag menegaskan bahwa untuk tahun depan, pihaknya akan me
mbahas haji lebih awal dengan Arab Saudi.
Menurut Menag, tahun ini sebenarnya pemerintah sudah melakukan persia
pan dini untuk penyelenggaraan ibadah haji, yaitu pembentukan tim manajem
en krisis penyelenggaraan ibadah haji. Tugasnya, melakukan persiapan dan m
itigasi penyelenggaraan haji. Namun, karena pandemi global masih menga
ncam, Saudi juga belum mengeluarkan informasi resmi terkait penyelen
ggaraan ibadah haji. Menag menyampaikan permohonan maaf kepada s
eluruh calon jemaah haji yang sudah dua tahun tertunda keberangkatan
nya karena pandemi Covid-19. Menag juga menyampaikan terima kasih
atas kesabaran jemaah haji Indonesia.
Dia pun membantah munculnya berbagai rumor terkait latar belakan
gan keputusannya, termasuk tudingan pembatalan ini karena Indonesia
memiliki utang kepada Pemerintah Arab Saudi. Pembatalan penyelenggar
aan ibadah haji ini juga tidak disebabkan karena lemahnya lobi pemerintah RI
ke Pemerintah Arab Saudi. Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Pre
siden (KSP) Rumadi Ahmad menegaskan, hingga kini Kerajaan Arab Saudi b
elum memberikan keputusan resmi terkait kuota haji untuk berbagai negara.
Selama ini hubungan pemerintah Saudi dan Indonesia sangat baik dan memba
ntah hoaks yang mengatakan bahwa Indonesia tidak diberi kuota haji karena
belum membayar tunggakan ke Saudi.
Anggota Komisi VIII DPR mengkritik keputusan pemerintah ini. Menurut
nya, pemerintah tidak transparan dalam menjelaskan masalah ini. Dia kemudi
an menyampaikan surat Dubes Arab Saudi kepada DPR yang menjelaskan te
ntang pemerintah Arab Saudi yang belum mengambil keputusan apapun tenta
ng penyelenggaraan haji tahun ini. Itulah bukti belum tuntasnya komunikasi p
olitik Pemerintah Indonesia dengan Saudi. Dia mengungkapkan bahwa pemer
intah juga belum melakukan komunikasi kepada seluruh stakeholder, seperti
penyelenggara haji khusus.

Jangan Politisasi Pembatalan Haji


Pembatalan pemberangkatan jamaah haji ini disertai sejumlah isu, seperti
dana haji yang digunakan untuk infrastruktur dan Indonesia tidak mendapatka
n kuota. Pemerintah sudah menyangkal hal tersebut.
Tokoh Muhammadiyah (Amirsyah) menyarankan dua hal kepada semua pi
hak terkait berkembangkan isu liar ini. Pertama, larangan untuk mempolitisas
i pembatalan pemberangkatan calon jamaah haji ini. Kedua, adanya transpara
nsi dari Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH) tentang penggunaan dana
haji ini. Di sisi lain, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menilai ba
hwa pembatalan ini sudah melalui pertimbangan matang dari pemerinta
h karena telah berkonsultasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Dia juga mengungkapkan Pemerintah Arab Saudi melalui Dubesnya, Syek
h Essam bin Abed Al Thaqafi, menyatakan menghargai keputusan yang diam
bil pemerintah Indonesia. Amirsyah menerangkan pemerintah harus fokus pa
da penanganan penyebaran Covid-19 di dalam negeri. Pemerintah pusat dan d
aerah (pemda) bersama stakeholder harus mensosialisasikan dan mengedukas
i masyarakat tentang pencegahan dan bahaya Covid-19.
Mengerahkan seluruh MUI daerah untuk meningkatkan pemahaman masy
arakat tentang Covid-19. MUI bekerja sama dengan Badan Nasional Penangg
ulangan Bencana (BNPB) untuk memitigasi dan mengurangi risiko penyebara
n Covid-19.
Jika kasus Covid-19 turun atau bisa dikendalikan, Indonesia bisa membera
ngkatkan jamaah haji pada tahun depan. Syekh Essam menyampaikan kepada
MUI bahwa belum ada satu negara pun di dunia yang mendapatkan izin untu
k mengikuti ibadah haji.
Persiapan Tak Bisa Mendadak
Sementera itu, Mantan Wakil Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (PK
HI) menilai sikap Pemerintah Arab Saudi yang belum mengumumkan penyel
enggaraan haji karena pandemi Covid-19 masih berlangsung. Dari sisi Indone
sia, menurutnya, pengiriman ratusan ribu orang itu membutuhkan persiapan y
ang sangat panjang. Persiapan akomodasi ini paling rumit dan perlu waktu un
tuk bernegosiasi. Dia menegaskan pemerintah Indonesia mampu dalam mem
berangkatkan, karena dana haji sudah ada. Tapi semuanya tetap tergantung pa
da keputusan Arab Saudi dan waktu yang cukup untuk mempersiapkan segal
a sesuatunya.
Lalu ia juga membicarakan tentang persiapan hotel di sana. Menurutnya, h
otel-hotel ini sudah hampir setahun menganggur. Maka harus dilakukan pemb
ersihan terlebih dahulu agar benar-benar menjadi hotel yang fresh, sementara
jamaah haji dari Indonesia itu sangat banyak dan tentu membutuhkan banyak
hotel.
Indonesia harus lebih intens lagi komunikasi dengan Arab Saudi untuk me
mbuka peluang dan pengiriman jamaah haji untuk tahun depan. Selain itu, Ke
menag harus mempertimbangkan untuk mendahulukan calon jamaah haji yan
g sudah tua untuk berangkat lebih dulu.

B. Kategori Komunikasi Krisis

Krisis adalah sebuah keadaan yang dipersepsi tidak dapat diprediksi dan
bersifat mengancam harapan pemangku kebijakan serta secara serius dapat
mempengaruhi hasil kerja sebuah organisasi sehingga meghasilkan kinerja
yang buruk[ CITATION Coo15 \l 1033 ] . Untuk menangani keadaan krisis,
diperlukan jenis komunikasi khusus yang disebut komunikasi krisis.
Komunikasi krisis dapat dijelaskan sebagai pengumpulan, pemrosesan, serta
penyebaran informasi yang dilakukan untuk menangani situasi krisis (Akhyar
& Pratiwi, 2019). Dalam melakukan komunikasi krisis, dasar yang harus
dipenuhi adalah merespon dengan sesegera mungkin dengan jangka waktu
minimal 40 menit hingga maksimal 12 jam setelah keadaan krisis terjadi, jika
organisasi gagal mengeluarkan informasi yang relevan, persentase
kepercayaan publik akan menurun (Pinsdorf, dalam Akhyar & Pratiwi, 2019).
Berikut adalah jenis-jenis krisis menurut tipe waktu yang dikelompokkan
oleh [ CITATION Cut00 \l 1033 ]:
1) Immediate crisis, atau krisis yang bersifat segera. Tipe krisis ini adalah tipe
yang paling ditakuti oleh perusahaan, karena krisis yang terjadi muncul se
cara tiba-tiba tanpa adanya sinyal-sinyal yang menandakan bahwa krisis ak
an muncul. Perusahaan juga tidak mempunyai waktu untuk melakukan per
encanaan riset. Tipe krisis ini datang dikarenakan adanya bencana yang ter
jadi dan berdampak pada perusahaan. Misalnya, gempa bumi, kebakaran, d
an serangan bom. Krisis jenis ini sangat memerlukan konsensus terlebih da
hulu untuk level manajemen yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mempers
iapkan rencana umum, agar ketika terjadi krisis seperti ini manajemen tida
k kebingungan dan setidaknya bisa tahu bagaimana cara menghadapi krisis
jenis seperti ini.
2) Emerging crisis, atau krisis baru muncul. Tipe krisis ini masih memerluk
an seorang praktisi PR untuk terlebih dahulu meneliti krisisnya sebelum m
asalahnya meledak dan dapat membuat perusahaan atau organisasi mengal
ami kerusakan. 38 Jurnal Ultimacomm Vol. 11 No. 1, Jun 2019 Contoh da
ri tipe krisis ini adalah rendahnya semangat karyawan dalam bekerja, terja
dinya pelecehan seksual di tempat kerja, penyalahgunaan jabatan dan lain
sebagainya.
3) Sustained crisis, atau krisis bertahan. Tipe krisis ini adalah krisis yang s
udah lama berlalu, tetapi masih saja muncul dalam kurun bulanan atau tah
unan. Padahal masalahnya telah diatasi dengan sebaik mungkin oleh pihak
manajemen perusahaan. Contoh krisis dari tipe ini adalah spekulasi atau ru
mor tentang perusahaan yang menyebarluas dari mulut ke mulut, lalu dise
barluaskan oleh media massa, sehingga hal ini tidak dapat terkontrol oleh
para praktisi PR.

C. Strategi Komunikasi Krisis

Saat ini Internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, oleh karena itu peru
sahaan–perusahaan memanfaatkan internet untuk berkomunikasi, perusahaan
tersebut juga bekerja sama dengan media massa seperti berita yang tentu juga
memanfaatkan internet untuk memperluas jangkauan. Sebelum ada internet m
ereka hanya bisa menyebarkan berita melalui koran atau radio, namun setelah
adanya internet, media massa menggunakan blog ataupun aplikasi seperti fac
ebook, Instagram, twitter, dan media sosial lainnya yang menunjang tersebarn
ya berita secara cepat. Terlebih dalam kegiatan komunikasi krisis yang dinilai
menjadi lebih kompleks di era digital. Jika penanganan krisis dilakukan deng
an cara tradisional maka akan kurang efektif. Strategi komunikasi krisis di era
digital tidak terbatas hanya pada penggunaan internet sebagai media, namun j
uga perlu diperhatikan perubahan pada prinsip dan cara komunikasinya.
Terdapat tiga kondisi yang pada umumnya terjadi dalam krisis, yaitu:

1. Elemen yang memiliki sifat tak terduga

2. Tidak mencukupinya informasi yang dibutuhkan

3. Dinamika yang terjadi sangat cepat

Terdapat beberapa strategi yang dapat dipilih dalam melakukan komunikasi k


risis, pesan Coombs (1995 dalam Stephens, dkk.2005) :

1. Nonexistence strategies: upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi, p


erusahaan, atau lembaga untuk membantah adanya krisis.
Varian pesan:
 Denial: tidak ada krisis yang terjadi
 Clarification: kami bisa menjelaskan bahwa tidak ada krisis ya
ng terjadi
 Attack: tuduhan dari mereka kepada kami adalah keliru
 Intimidation: kami (organisasi) akan menuntut mereka yang me
nuduh kami.
2. Distance strategies: mengakui adanya krisis, namun organisasi berusah
a untuk “jaga jarak” dengan krisis karena mereka akan membuat alasa
n jika krisis tersebut bukan disebabkan oleh organisasi.
Variasi pesan:
 Excuse: kami (organisasi) tidak bertanggung jawab atas krisis y
ang terjadi.
 Denial of intention: kami tidak menduga dan tidak bermaksud a
kan terjadi krisis ini
 Denial of volition: ada pihak lain yang membuat krisis ini terja
di
 Justification: adanya korban dalam krisis ini disebabkan oleh k
esalahan mereka sendiri
3. Integratiation strategies: menempatkan krisis pada konteks yg lebih lua
s untuk mendapat dukungan public.
Variasi pesan:
 Bolstering: coba kita ingat kembali hal positif yang pernah orga
nisasi ini lakukan dahulu
 Transcendence: masalah yang terjadi sebenarnya lebih luas dari
kejadian yang terjadi sekarang ini
 Praising others: terimaksih atas kritik dan masukan yang diberi
kan kepada kami
4. Mortification strategies: usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk m
endapatkan “pengampunan” public.
Variasi pesan:
 Remediation: kami selaku pihak yang bertanggung jawab akan
memberikan ganti rugi bagi korban
 Repentance: kami memohon maaf, dan kami berharap anda me
nerima permohonan maaf dari kami
 Rectification: beberapa hal yang organisasi lakukan untuk men
cegah krisis tersebut terulang kembali
5. Suffering strategy: organisasi mengatakan jika mereka juga adalah kor
ban dari krisis yang terjadi.
Variasi pesan:
 Suffering: kami (organisasi) juga terdampak oleh krisis yang se
dang terjadi.

Lebih lanjut, dalam penyampaian komunikasi massa maka terdapat tiga


prinsip yang seharusnya dipenuhi yaitu segera (be quick), terbuka (be open), dan
konsisten (be consistent).

D. Analisis
Dalam menangani krisis yang terjadi akibat pembatalan ibadah haji jamaah
Indonesia tahun 2021, pemerintah, dalam hal ini Menag menggunakan beberapa
strategi, di antaranya:
1. Mortification strategy, hal ini dapat dilihat dari pernyataan Sekjen Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa keputusan pembatalan yang
dilakukan sudah melalui tahap pertimbangan yang matang dari pemerintah
serta konsultasi dan koordinasi dari berbagai pihak yang terkait. Bentuk
mortification strategy yang dilakukan Menag dalam hal ini adalah
repentance, yaitu meminta maaf tanpa memberikan kompensasi kepada pihak
terdampak, serta retrification, yaitu membuat pernyataan untuk
menanggulangi atau mencegah kasus serupa terjadi di tahun selanjutnya.
2. Ingratiation strategy dalam bentuk praising others, strategi ini tecermin
dalam salah satu pernyataan Menag yang berterima kasih kepada calon
jamaah haji Indonesia karena telah mengalami dua tahun penundaan serta
pembatalan karena pandemic Covid-19. Menag memuji dan berterima kasih
atas kesabaran para calon jamaah karena batalnya ibadah haji mereka. Dalam
hal ini, strategi yang dilakukan oleh Menag bertujuan untuk mencari
dukungan dari public atas keputusan pembatalan yang telah ditetapkan.
3. Nonexistence strategies, bentuk yang dilakukan Menag dalam melakukan
strategi ini yaitu clarification. Strategi ini dapat dilihat dari pernyataan Menag
yang mengatakan bahwa tidak ada permasalahan antara Saudi dengan
Indonesia. Menag juga membantah bahwa pembatalan yang terjadi
disebabkan karena Indonesia yang memiliki hutang kepada Saudi. Namun,
Menag menjelaskan bahwa pembatalan pemberangkatan dilakukan karena
menimbang keselamatan para jamaah haji. Menag mengaku bahwa akan sulit
untuk memastikan keselamatan jamaah dalam jumlah besar dan bergabung
dengan banyak orang dari negara lain. Keterbatasan hari dan adanya rute
ibadah haji yang tidak dapat dilaksanakan juga mendasar pembatalan ibadah
haji 2021.

BAB III
KESIMPULAN

Pembatalan pemberangkatan jamaah haji di Indonesia merupakan salah


satu dampak tidak langsung yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Pembatalan
tersebut berpotensi menimbulkan isu-isu yang bersifat sensisitf dan polemik di
Indonesia karena komunikasi krisis yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia
kurang efektif. Hal tersebut tercermin dari banyaknya isu-isu terkait pembatalan
pemberangkatan tersebut. Isu-isu yang tercipta cenderung bersifat sensitif dan
negatif karena mengisyaratkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Arab
Saudi memburuk sehingga menyebabkan pembatalan haji 2021. Meskipun
demikian, pihak Kementrian Agama telah berusaha dengan keras melakukan
serangkaian bentuk strategi komunikasi krisis untuk memberikan penjelasan
kepada jamaah haji yang gagal berangkat dan guna meredam isu-isu yang dapat
membuat polemik makin memanas. Kemenag RI secara konsisten mengekspos
alasan membatalkan ibadah haji 2021. Oleh karena itu, polemik ini dapat diredam
dalam hitungan beberapa bulan dan tidak menyebabkan krisis yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai