Anda di halaman 1dari 20

MODUL II

POKOK BAHASAN : PENGUMPULAN, PENYUSUNAN, DAN PENYA-


JIAN DATA

SUB-POKOK BAHASAN : 1. Pengumpulan Data


2. Penyusunan Data
3. Penyajian Data
4. Soal-soal Latihan

WAKTU : 4 X 50 Menit

TUJUAN UMUM : Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang


bagaimana cara pengumpulan, penusunan dan penyajian
data

TUJUAN KHUSUS : Setelah perkuliahan ini selesai diharapkan mahasiswa


dapat :
 Mengumpulkan data kuantitatif maupun kualitatif
 Menyusun data ke dalam tabel distribusi frekwensi
 Menyajikan data dalam bentuk grafik
Statistika 11

BAB II
PENGUMPULAN, PEN YUSUNAN, DAN PENYAJIAN DATA

A. Pengumpulan data
Langkah pertama dalam suatu penelitian adalah pengumpulan data. Data dapat
dikumpulkan melalui berbagai macam cara, tergantung pada obyek yang akan diteliti dan
juga tujuan penelitian. Terdapat 5 (lima) cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data, yaitu :
1. Angket (kuesioner)
Cara angket (kuesioner) artinya pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan sejumlah daftar pertanyaan kepada individu (responden) yang akan
diambil datanya. Dengan kata lain angket hanya digunakan apabila data yang akan
dikumpulkan adalah data tentang manusia (ciri-cirinya, tingkah lakunya, interaksi
sosialnya, dan sebagainya), bukan untuk benda mati.
Agar daftar pertanyaan yang diajukan bisa terarah, maka kuesioner harus
mempunyai ‘pusat perhatian’ atau masalah yang ingin dipecahkan. Dalam
memperoleh keterangan yang berkisar tentang masalah yang ingin dipecahkan itu,
maka secara umum isi kuesioner dapat berupa :
 pertanyaan tentang fakta
 pertanyaan tentang pendapat
 pertanyaan tentang persepsi diri
Untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang sesuai dengan yang dikehendaki,
maka isi pertanyaan haruslah :
- sebaiknya pertanyaan bersifat tertutup
- menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti
- spesifik, tidak bersifat umum
- tidak bersifat mendua (ambiguous)
- tidak mengandung sugesti dan presumasi
- tidak memalukan responden
Kelebihan kuesioner bila dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang
lain adalah :
 Kuesioner dapat dikirimkan lewat pos, sehingga akan mengurangi biaya
khususnya untuk enumerator.
 Data yang dikumpulkan dapat mengurangi bias (error) akibat penafsiran
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 12

enumerator.
 Kuesioner dapat menggali data-data atau pertanyaan-pertanyaan yang
memerlukan konsultasi bagi si responden, sehingga data yang didapat lebih
akurat dan lengkap.
 Responden dapat menjawab pertanyaan secara lebih jujur, apalagi pertanyaan
yang bersifat pribadi.
2. Wawancara (interview)
Yang dimaksud dengan wawancara (interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung
(bertatap muka). Wawancara yang dilakukan dalam hal ini berbeda dengan
wawancara dalam percakapan sehari-hari, karena :
a. Pewancara dan responden biasanya belum saling kenal.
b. Responden selalu menjawab pertanyaan, dan pewancara selalu bertanya.
c. Pewancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi bersifat
netral.
d. Pertanyaan yang diajukan biasanya berdasar pada panduan yang telah dibuat
(interview guide).
Oleh karena hal tersebut di atas, maka wawancara mempunyai beberapa kelebihan,
antara lain :
 Data yang didapat langsung dari subyeknya (orang yang bersangkutan),
sehingga lebih teliti/akurat (tidak bias).
 Jawaban yang diberikan merupakan langsung dari isi hati responden, tidak di–
rekayasa.
 Untuk data yang mendesak dan sangat penting, maka wawancara merupakan
cara yang paling tepat karena data langsung didapat.
 Bila pewancara mempunyai ketrampilan ‘bertanya’ yang baik, maka akan
didapat data yang lebih banyak dari pada yang diharapkan.
Tetapi metode wawancara juga mempunyai kelemahan, antara lain :
o Pewancara haruslah orang yang pandai berbicara dan berpenampilan baik/supel.
o Membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada metode yang lain.
1. Pengamatan langsung (observasi)
Bila obyek penelitian berupa benda mati, maka pengumpulan data dengan
observasi adalah yang paling tepat. Observasi yang dimaksud dalam hal ini adalah
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 13

pengamatan yang dilakukan di laboratorium atau tempat yang cocok untuk penelitian
tersebut. Agar mendapatkan obyek penelitian yang mendekati sebenarnya, maka
biasanya dibuatlah replika atau sampel untuk itu. Dengan mengamati sampel atau
replika itulah, maka pengumpulan data dilakukan.
Pengumpulan data dengan pengamatan langsung juga mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan tersebut antara lain adalah :
 Sampel atau replika dapat dibuat sesuai dengan keinginan peneliti/pengamat,
mengenai jumlah dan bentuknya.
 Waktu pengamatan bebas dan tidak terbatas .
Sedangkan kekurangannya adalah :
 Sulit untuk mendapatkan sampel atau replika yang persis sama dengan obyek
sebenarnya.
 Ketelitian data yang diamati sangat tergantung pada ketelitian alat yang
digunakan.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data secara dokumentasi berarti mengumpulkan data
berdasarkan dokumen yang sudah ada, misalnya film, foto, slide, dan sebagainya.
Kelebihan dari cara ini adalah beaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, oleh
karena tidak harus menggunakan sarana atau fasilitas yang lain. Sedangkan
kekurangannya adalah proses penyimpanan dan perawatan foto, film, atau slide
tersebut memerlukan beaya tersendiri.
1. Kepustakaan
Untuk data-data yang tersimpan dalam kertas, misalnya majalah, koran,
publikasi, atau buku, maka cara pengumpulan secara kepustakaan adalah yang paling
tepat.
2. Pengumpul data lainnya.
Denga adanya perkembangan masyarakat (obyek penelitian) dan ilmu statistika, maka
pengumpulan data pun dapat dilakukan dengan metode yang lebih bervariasi lagi,
misalnya metode sosiometeri, diskusi kelompok, dan sebagainya.
Sosiometri adalah teknik pegumpulan data untuk mengetahui struktur masyarakat.
Struktur pokok yang dapat segera diketahui berdasarkan sosiometeri adalah adanya
orang terkenal, tokoh masyarakat, dan orang terasing pada kelompoknya.
Sedangkan metode diskusi kelompok tidak beda dengan diskusi biasa. Beberapa

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 14

responden yang menjadi peserta diskusi dipandu peneliti membicarakan topik


permasalahan yang diajukan peneliti. Pendapat para responden dicatat oleh peneliti
sebagai data hasil penelitian

B. Alat Pengumpul Data


Untuk mengupulkan data, maka perlu alat pengumpul data. Alat pengumpul data yang
sering digunakan dalam pengumpulan data diantaranya adalah :
1. Dokumen/arsip/foto/gambar/film
Dokumen/arsip dapat berbentuk jurnal, majalah, laporan, dan semua bentuk tulisan
yang bisa digunakan sebagai sumber data atau informasi.
2. Kuesioner (soal test)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang dipergunakan oleh pewawancara untuk
melakukan tugas wawancara atau dikirimkan kepada responden sebagai sistem angket.
3. Cek lis
Cek lis adalah formulir isian atau kuesioner yang dipergunakan pengamat (observer)
untuk melakukan tugas observasi. Pada cek lis dapat berupa daftar pertanyaan tertutup
atau isian singkat, sehingga observer mudah untuk mengisinya.
4. Alat ukur yang baku/standar
Alat ukur yang sesuai dengan peruntukannya dan perlu distandarisasi. Misalnya
termometer untuk mengukur suhu, universal testing machine untuk mengetahui kekuatan
tarik/geser suatu logam/baja, universal hardness tester untuk mengetahui kekerasan
logam/baja, dan sebagainya.
5. Panca indra
Panca indra termasuk alat pengumpul data, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Panca indra meliputi alat penglihatan, alat penciuman, alat pendengaran, perasa dan
peraba. Penarapan panca indra sebagai alat pengumpul data, perlu diperhatikan
subyektifitas masing-masing orang, karena itu perlu dilatih terlebih dahulu sebelum
melakukan kegiatan pengumpulan data

C. Syarat Alat Pengumpul data


Data yang sahih merupakan data yang ingin didapatkan dari proses pengumpulan
data. Data yang sahih hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang memiliki
validitas, memiliki reliabilitas, dan operator yang mampu mempergunakan alat ukur dengan
baik.

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 15

1. Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur yang seharusnya diukur,
atau ketepatan suatu alat ukur untuk mengukur obyek yang sedang diukur. Terdapat
beberapa validitas, antara lain :
a. Validitas isi
Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi apabila di dalam alat ukur (kuesioner)
sudah mengantisipasi jawaban-jawaban yang mungkin akan diungkapkan oleh
responden.
b. Validitas konstruk/struktur
Validitas konstruk adalah suatu alat ukur yang memuat item-item pengukuran sesuai
dengan kerangka konsep penelitian yang dilaksanakan. Validitas konstruk dapat
dilakukan dengan mengkaji kerangka konsep dengan cara mendefinisikan secara jelas
berdasarkan literatur, pendapat pakar atau mengujicoba alat ukur pada beberapa
responden
c. Validitas internal
Validitas internal adalah saling keterkaitannya secara selaras item-item penyusunan
pertanyaan pada alat ukur. Pertanyaan yang satu dengan yang lain tidak bertentangan,
seharusnya saling sesuai, saling mendukung, membentuk suatu alat ukur secara
keseluruhan yang memiliki missi untuk mengungkap data sesuai keinginan peneliti
d. Validitas eksternal
Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas eksternal apabila hasil pengukuran yang
dilakukan alat ukur tersebut dibandingkan dengan pengukuran alat ukur yang lain
menghasilkan data yang sama.
2. Reliabilitas
Reliabilitas lebih sering diartikan sebagai kestabilan/keajegan (konsistensi) untuk
mengukur suatu obyek, sehingga didapat nilai ukuran yang tetap. Walaupun pengukuran
dilakukan secaa berulang-ulang, maka data yang didapat akan selalu sama. Terdapat
berbagai macam reliabilitas, diantaranya :
a. Reliabilitas eksternal
Reliabilitas ekternal dapat dicari dengan teknik pengulangan atau teknik bentuk
paralel. Pada teknik pengulangan, kuesioner mulanya diujicobakan pada beberapa
responden, kemudian selang beberapa waktu dilakukan pengukuran lagi. Hasil
pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran kedua. Bila korelasinya
signifikan, berarti terdapat keajegan alat ukur dalam mengukur objek.

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 16

b. Reliabilitas internal
Reliabilitas internal dapat dilihat dengan teknik belah dua. Kuesioner diujicobakan
pada beberapa responden. Item-item pertanyaan pada kuesioner dibelah menjadi dua
dengan cara secara random dikelompokkan menjadi kelompok I dan II, atau dengan
cara mengumpulkan nomor yang ganjil dan genap, atau langsung secara nomor urut
dibelah menjadi dua kelompok. Skor total kedua kelompok dikorelasikan dan hasil
korelasi dimasukkan rumus : rtotal = . Hasil korelasi dibandingkan dengan tabel r.
Keadaan validitas dan reliabilitas suatu pengukuran di lapangan kemungkinan yang
terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :

Valid da reliabel Tidak valid, tapi reliabel Valid, tapi tidak reliabelTidak valid, dann tidak reliabel

c. Mudah digunakan
Alat ukur yang dipergunakan hendaknya mudah dioperasionalkan. Pemakai alat ukur
atau petugas pengumpul data perlu dilatih terlebih dahulu, sehingga familiar terhadap
alat ukur.

D. Kesalahan dalam Pengumpulan Data (/Pengukuran)


Dalam proses pengumpulan data (pengukuran), terdapat 3 (tiga) faktor yang
terlibat, yaitu alat u kur, benda ukur, dan orang yang melakukan pengukuran (operator).
Hasil pengukuran tidak mungkin mencapai kebenaran yang absolut karena keterbatasan
faktor-faktor tersebut. Yang diperoleh dari pengukuran adalah hasil yang dianggap paling
mendekati dengan harga geometris obyek ukur. Meskipun hasil pengukuran itu
merupakan hasil yang dianggap benar, masih juga terjadi penyimpangan, misalnya
lingkungan. Lingkungan yang kurang tepat akan mengganggu jalannya proses
pengukuran, yang sering disebut sebagi kesalahan pengukuran.
1. Kesalahan pengukuran karena alat ukur

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 17

Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan pengukuran sampai seminimal mungkin


maka alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi ini
diperlukan selain untuk mengecek kebenaran skala ukurnya juga untuk menghindari
sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur, seperti kestabilan nol, kepasifan,
pengambangan, dan sebagainya.
2. Kesalahan pengukuran karena benda ukur
Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi, seperti rol atau bola
baja, balok dan sebagainya. Kadang-kadang benda ukur terbuat dari bahan
alumunium, misalnya kotak-kotak kecil, silinder, dan sebagainya. Benda ukur seperti
ini mempunyai sifat elastis, artinya bila ada beban atau tekanan dikenakan pada
benda tersebut maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tidak hati-hati dalam
mengukur benda-benda ukur yang bersifat elastis maka penyimpangan hasil
pengukuran pasti akan terjadi. Oleh karena itu, tekanan kontak dari sensor alat ukur
harus diperkirakan besarnya. Di samping benda ukur yang elastis, benda ukur tidak
elastis pun tidak menimbulkan penyimpangan pengukuran misalnya batang besi yang
mempunyai penampang memanjang dalam ukuran yang sama, seperti pelat besi,
poros-poros yang relatif panjang dan sebagainya. Batang-batang seperti ini bila
diletakkan di atas dua tumpuan akan terjadi lenturan akibat berat batang sendiri.
Untuk mengatasi hal itu biasanya jarak tumpuan ditentukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh kedua ujungnya tetap sejajar. Jarak tumpuan yang terbaik adalah
0,577 kali panjang batang dan juga yang jaraknya 0,544 kali panjang batang.
Kadang-kadang diperlukan juga penjepit untuk memegang benda ukur agar posisinya
mudah untuk diukur. Pemasangan penjepit ini pun harus diperhatikan betul-betul
agar pengaruhnya terhadap benda kerja tidak menimbulkan perubahan bentuk
sehingga bisa menimbulkan penyimpangan pengukuran.
3. Kesalahan pengukuran karena faktor manusia (operator)
Bagaimanapun presisinya alat ukur yang digunakan tetapi masih juga didapatkan
adanya penyimpangan pengukuran, walaupun perubahan bentuk dari benda ukur
sudah dihindari. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh faktor manusia yang melakukan
pengukuran. Manusia memang mempunyai sifat-sifat tersendiri dan juga mempunyai
keterbatasan. Sulit diperoleh hasil yang sama dari dua orang yang melakukan
pengukuran walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi pengukurannya
dianggap sama. Kesalahan pengukuran dari faktor manusia ini dapat dibedakan

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 18

antara lain sebagai berikut:


a. Kesalahan karena kondisi fisik
Kondisi badan yang kurang sehat dapat mempengaruhi proses pengukuran yang
akibatnya hasil pengukuran juga kurang tepat. Contoh yang sederhana, misalnya
pengukur diameter poros dengan jangka sorong. Bila kondisi badan kurang
sehat, sewaktu mengukur mungkin badan sedikit gemetar, maka posisis alat ukur
terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan. Atau mungkin juga
penglihatan yang sudah kurang jelas walau pakai kaca mata sehingga hasil
pembacaan skala ukur juga tidak tepat. Jadi, kondisi yang sehat memang
diperlukan sekali untuk melakukan pengukuran, apalagi untuk pengukuran
dengan ketelitian tinggi.
b. Kesalahan karena metode pengukuran yang digunakan
Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk melakukan pengukuran, tetapi
masih juga terjadi penyimpangan pengukuran. Hal ini tentu disebabkan metode
pengukuran yang kurang tepat. Kekurangtepatan metode yang digunakan ini
berkaitan dengan cara memilih alat ukur dan cara menggunakan atau memegang
alat ukur. Misalnya benda yang akan diukur diameter poros dengan ketelitian 0,1
milimeter. Alat ukur yang digunakan adalah mistar baja dengan ketelitian 0,1
milimeter. Tentu saja hasil pengukurannya tidak mendapatkan dimensi ukuran
sampai 0,01 milimeter. Kesalahan ini timbul karena tidak tepatnya memilih alat
ukur.
Cara memegang dan meletakkan alat ukur pada benda kerja juga akan
mempengaruhi ketepatan hasil pengukuran. Misalnya posisi ujung sensor jam
ukur, posisi mistar baja, posisi kedua rahang ukur jangka sorong, posisi kedua
ujung ukur dari mikrometer, dan sebagainya. Bila posisi alat ukur ini kurang
diperhatikan letaknya oleh si pengukur maka tidak bisa dihindari terjadinya
penyimpangan dalam pengukuran.
c. Kesalahan karena pembacaan (paralax)
Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur dari alat ukur yang
sedang digunakan akan mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan hasil
pengukuran. Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca
skala ukur. Kesalahan ini sering disebut, dengan istilah paralaks. Paralaks sering
kali terjadi pada si pengukur yang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 19

dia melihat skala ukur pada waktu alat ukur sedang digunakan. Di samping itu,
si pengukur yang kurang memahami pembagian divisi dari skala ukur dan
kurang mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil daripada
yang biasanya digunakannya juga akan berpengaruh terhadap ketelitian hasil
pengukurannya.
Sebagai orang yang melakukan pengukuran harus menetukan alat ukur yang tepat
sesuai dengan bentuk dan dimensi yang akan diukur. Untuk memperoleh hasil
pengukuran yang betul-betul dianggap presisi tidak hanya diperlukan asal bisa
membaca skala ukur saja, tetapi juga diperlukan pengalaman dan ketrampilan dalam
menggunakan alat ukur. Ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh seseorang
yang akan melakukan pengukuran yaitu:
 Memiliki pengetahuan teori tentang alat ukur yang memadai dan memiliki
ketrampilan atau pengalaman dalam praktik-praktik pengukuran.
 Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam pengukuran dan sekaligus mengetahui bagaimana cara
mengatasinya.
 Memiliki kemampuan dalam persoalan pengukuran yang meliputi bagaimana
menggunakannya, bagaimana mengalibrasi dan bagaimana memeliharanya.
4. Kesalahan karena faktor lingkungan
Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang digunakan untuk
pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak peralatan ukurnya. Ruang
pengukuran yang banyak debu atau kotoran lainnya sudah tentu dapat menganggu
jalannya proses pengukuran. Disamping si pengukur sendiri merasa tidak nyaman
juga peralatan ukur bisa tidak normal bekerjanya karena ada debu atau kotoran yang
menempel pada muka sensor mekanis dan benda kerja yang kadang-kadang tidak
terkontrol oleh si pengukur. Ruang pengukuran juga harus terang, karena ruang yang
kurang terang atau remang-remang dapat mengganggu dalam membaca skala ukur
yang hal ini juga bisa menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
Akan tetapi, untuk penerangan ini ruang pengukuran sebaiknya tidak banyak diberi
lampu penerangan. Sebeb terlalu banyak lampu yang digunakan tentu sedikit banyak
akan mengakibatkan suhu ruangan menjadi lebih panas. Padahal, menurut standar
internasional bahwa suhu atau temperatur ruangan pengukur yang terbaik adalah
20°C apabila temperatur ruangan pengukur sudah mencapai 20°C, lalu ditambah
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 20

lampu-lampu penerang yang terlalu banyak, maka temperatur ruangan akan berubah.
Seperti kita ketahui bahwa benda padat akan berubah dimensi ukurannya bila terjadi
perubahan panas. Oleh karena itu, pengaruh dari temperatur lingkungan tempat
pengukuran harus diperhatikan.
Kesalahan dalam pengukuran dapat juga digolongkan menjadi kesalahan umum,
kesalahan sistematis, kesalahan acak dan kesalahan serius.
1. Kesalahan Umum
Kesalahan yang dilakukan oleh seseorang ketika mengukur termasuk dalam
kesalahan umum. Kesalahan umum yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pengamat.
Kesalahan ini dapat disebabkan karena pengamat kurang terampil dalam
menggunakan instrumen, posisi mata saat membaca skala yang tidak benar, dan
kekeliruan dalam membaca skala.
2. Kesalahan Sistematis
Kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan alat ukur atau instrumen disebut
kesalahan sistematis. Kesalahan sistematis menyebabkan semua hasil data salah
dengan suatu kemiripan.  Kesalahan sistematis dapat terjadi karena:
 Kesalahan titik nol yang telah bergeser dari titik yang sebenarnya.
 Kesalahan kalibrasi yaitu kesalahan yang terjadi akibat adanya penyesuaian
pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatan alat.
 Kesalahan alat lainnya. Misalnya, melemahnya pegas yang digunakan pada
neraca pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk.
Hal ini dapat diatasi dengan:
 Standardisasi prosedur 
 Standardisasi bahan 
 Kalibrasi instrumen
3. Kesalahan Acak
Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak menentu
bisa menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-fluktuasi kecil
pada saat pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi
(naik turun) kecil ini bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara,
fluktuasi tegangan baterai, dan kebisingan (noise) elektronik yang besifat acak dan
sukar dikendalikan.
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 21

4. Kesalahan serius (Gross error) 


Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran harus
diulangi. Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagen yang digunakan,
peralatan yang  memang rusak total, sampel yang terbuang, dan  lain lain. Indikasi
dari kesalahan ini  cukup jelas dari gambaran data yang sangat menyimpang, data
tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat mampu ulang yang sangat
rendah dan lain lain.

E. Penyusunan Data
1. Editing (Penyortiran)
Penyortiran (Editing) meliputi kegiatan koreksi dan seleksi data yang telah dikumpulkan.
Data yang terkumpulkan dikoreksi satu per satu, baik data primer hasil pengukuran
langsung maupun data sekunder. Kegiatan koreksi data dimaksudkan untuk mendapat
data yang benar, sehingga diharapkan nanti dalam analisis tidak terjadi kesalahan
kesimpulan.
Kegiatan penyrtiran data adalah memilah-milah data yang terkumpul untuk mendapatkan
data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang tidak diperlukan disisihkan,
sehingga tidak terjadi pemborosan analisis, sehingga analisis menjadi terarah sesuai
dengan tujuan penelitian. Biasanya selain kegiatan koreksi dan seleksi, kegiatan editing
juga dilanjutkan dengan pengelompokan data, sehingga langkah selanjutnya lebih efisien
2. Coding (Pengkodean)
Kegiatan coding merupakan kegiatan pemberian kode pada data. Kegiatan coding
bertujuan untuk meringkas data dan memudahkan dalam analisis data. Seyogyanya kode
yang diberikan pada data berbentuk numerik, karena mempercepat proses analisis data
pada komputer. Data yang telah berbentuk numerik tidak perlu dikode, misalnya umur,
jumlah keluarga, tinggi badan, berat badan, dll. Data yang dikode umumnya data yang
berskala nominal atau ordinal. Data dalam skala interval dan ratio dapat saja dilakukan
pengkodean, misalnya nilai datanya besar (ratusan ata bahkan ribuan). Angka kode yang
telah dibuat hendaknya jangan sampai hilang, karena merupakan kunci nantinya bila data
dikembalikan kepada informasi yang sebenarnya.
Contoh :
Data tingkat pendidikan meliputi : tidak tamat SD, SD, SLTP, SLTA dan PT, untuk tidak
tamat SD diberi kode 1, SD dibei kode 2, SLTP diberi kode 3, SLTA diberi kode 4 dan
PT diberi kode 5. Data jenis kelamin meliputi laki-laki dan wanita, laki-laki dikode 1 dan

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 22

wanita dikode 2.
3. Saving (Penyimpanan)
Kegiatan saving pada penelitian yang singkat biasanya tidak dilakukan, karena data
langsung diolah dan dianalisis lebih lanjut. Pada penelitian yang memerlukan waktu
yang lama seperti kohort atau longitudinal biasanya data tidak segera dianalisis, sehingga
perlu dilakukan penyimpanan data. Penyimpanan data dapat dilakukan secara manual
ataupun elektronik. Penyimpanan data dalam bentuk manual dapat berbentuk lembar
jawaban kuesioner, kartu kode, laporan sementara. Penyimpanan dalam elekronik dapat
berupa rekaman dalam disket atau hardisk komputer.
4. Tabulating (Pembuatan tabel)
Berbagai macam tabel dapat digunakan dalam penyusunan data, misalnya array,
distribusi frekwensi, dan sebagainya.
Misalnya di bawah ini adalah data gaji beberapa karyawan Politeknik (dalam ribuan
rupiah), yang juga disebut sebagai data mentah.

722 924 1223 1558 888 865 1158 1364 1038 987
1188 1128 775 1004 1075 1145 1106 1656 1336 1198
790 1450 1289 1304 1084 756 1405 918 1178 1080
805 962 1350 1028 1116 1320 1194 1088 995 1068
826 904 1542 1286 1056 1625 1250 1170 1498 1214
1098 1246 1302 950 1435 1268 1020 1136 1232 1418
878 1165 1582 1125 1520 1408 1015 932 1312 1110
1050 1358 1675 895 975 1475 840 1206 1388 968

Dari data mentah di atas kemudian disusun urutannya dari mulai yang kecil sampai besar
sehingga menjadi seperti di bawah, yang disebut array. Kumpulan data di bawah sudah
dapat dikatakan sebagai informasi.

722 756 775 790 805 826 840 865 878 888
895 904 918 924 932 950 962 968 975 987
995 1004 1015 1020 1028 1038 1050 1056 1068 1075
1080 1084 1088 1098 1106 1110 1116 1125 1128 1136
1145 1158 1165 1170 1178 1188 1194 1198 1206 1214
1223 1232 1246 1250 1268 1286 1289 1302 1304 1312
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 23

1320 1336 1350 1358 1364 1388 1405 1408 1418 1435
1450 1475 1498 1520 1542 1558 1582 1625 1656 1675

Agar menjadi lebih informatif lagi, maka array di atas harus dibentuk/disusun menjadi
tabel seperti di bawah, yang disebut distribusi/pencaran frekwensi.
Terdapat beberapa jenis distribusi frekwensi, antara lain :
1. Distribusi frekwensi kategori
No/Kla Nilai/Kategori Frekwensi
s
1 SD 120
2 SMP 90
3 SMA 65
4 Sarjana (S1) 20
… …. ….
… …. ….
Jumlah ….

2. Distribusi frekwensi angka


No/Kla Interval Nilai Frekwensi
s
1 100  119,5 21
2 120  139,5 42
3 140  159,5 54
4 160  179,5 60
… …. …
… …. …
Jumlah …

3. Distribusi frekwensi relatif


No/Kla Interval Nilai Frekwensi (%)
s
1 100  119,5 8,40
2 120  139,5 16,80
3 140  159,5 21,60
4 160  179,5 24,00
… …. …
… … …
Jumlah 100,00

4. Distribusi frekwensi “kurang dari” dan “atau lebih”


No/Klas Kurang dari Frekwensi No/Kla Atau lebih Fekwensi

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 24

s
1 100 … 1 100 …
2 120 … 2 120 …
3 140 … 3 140 …
4 160 … 4 160 …
… …. … … …. …
… … … … … …
… … … … … …

Untuk data gaji karyawan di atas maka akan paling tepat bila disusun dalam tabel
distribusi frekwensi angka, yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Jumlah klas dapat ditentukan dengan menggunakan rumus STURGE, yaitu :

k = 1 + 3,322 log n dimana : k = jumlah klas


n = jumlah data
Jadi untuk data dia atas, apabila akan dibentuk distribusi frekwensinya maka jumlah
klasnya adalah :
k = 1 + 3,322 log 80 = 7,322  8
Nilai terbesar − Nilai terkecil 1675−722
Besarnya interval (range) : I = Jumlah klas = 8  120
Sehingga distribusi frekwensi untuk data di atas adalah sbb. :
Klas Nilai Frekwensi
1 720 – 839 6
2 840 – 959 10
3 960 – 1079 14
4 1080 – 1199 18
5 1200 – 1319 12
6 1320 – 1439 10
7 1440 – 1559 6
8 1560 – 1679 4
Jumlah 80

Distribusi frekwensi relatif :


Klas Interval Nilai Frekwensi (%)
1 720 – 839 7,5
2 840 – 959 12,5
3 960 – 1079 17,5
4 1080 – 1199 22,5
5 1200 – 1319 15,0
6 1320 – 1439 12,5
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 25

7 1440 – 1559 7,5


8 1560 – 1679 5,0
Jumlah 0,0

Distribusi frekwensi “kurang dari” dan “atau lebih” :


Klas Kurang dari Frekwensi Klas Atau lebih Frekwensi
1 720 0 1 720 80
2 840 6 2 840 74
3 960 16 3 960 64
4 1080 30 4 1080 50
5 1200 48 5 1200 32
6 1320 60 6 1320 20
7 1440 70 7 1440 10
8 1560 76 8 1560 4
9 1680 80 9 1680 0

F. Penyajian Data
Agar data di atas lebih menarik dan mudah dipahami oleh pembaca, maka data
disajikan dalam bentuk grafik (chart), antara lain :
1. Grafik batang/balok (histogram atau bar chart)
20

16

12

0
1 2 3 4 5 6 7 8

2. Grafik kue (pie chart)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 26

5.0% 7.5%
7.5%
12.5%
12.5%

17.5%

15.0%

22.5%

3. Grafik garis (line chart)


20

16

12

0
1 2 3 4 5 6 7 8

4. Kurva (curve)
20

16

12

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

5. Grafik gambar (pictograph)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 27

G. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan 3 (tiga) kelebihan dan kekurangan metode pengumpulan data dengan
pengamatan (observasi) bila diandingkan dengan metode-metode lainnya?
2. Sebutkan 3 (tiga) cara (tip & triks) agar pengumpulan data dengan metode angket
(kuesioner) bisa tepat sasarannya (mengukur apa yang harus diukur) !
3. Dalam kegiatan quick count PILKADA, hasil akhir yang diumumkan hampir sama
dengan hasil yang dimumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), padahal quick
cunt diumumkan 1 jam setelah pencoblosan, dan KPU mengumumkan 1 minggu
setelah pencoblosan. Menurut pengetahuan anda, bagaimana hal tersebut bisa terjadi
(ditinjau dari metode pengumpulan datanya) ?
4. Jelaskan perbedaan antara :
a. Validitas isi dan validitas konstruk
b. Reliabilitas internal dan reliabilitas eksternal
5. Untuk mengetahui data tentang kekayaan orang tua mahasiswa Politeknik Negeri
Sriwijaya, metode pengambilan data mana yang paling tepat ? Jelaskan alasannya !
6. Pengambilan data untuk penelitian ilmu-ilmu sosial justru lebih sulit bila
dibandingkan dengan penelitian ilmu-ilmu eksakta. Jelaskan, mengapa demikian !
7. Jelaskan kelebihan dari masing-masing grafik (grafik batang, grafik garis, kurva, dan
sebagainya) dalam menyajikan suatu data!
8. Di bawah ini adalah data IPK dari 70 mahasiswa Jurusan T Mesin Politeknik Negeri
Sriwijaya angkatan 2008-2009 :
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Statistika 28

2,07 2,92 3,01 2,76 2,81 2,50 3,02 3,15 3,32 2,25
2,63 2,73 3,12 2,84 2,56 2,65 2,38 2,46 3,23 3,00
2,22 2,75 2,35 2,86 3,24 2,78 3,25 3,34 3,12 2,62
2,10 2,23 2,58 2,91 3,05 3,20 3,32 2,45 2,40 2,31
2,05 2,72 2,38 2,88 2,91 2,66 2,59 2,99 3,19 3,01
3,28 2,28 2,84 2,64 2,37 2,68 2,75 2,48 2,59 2,66
3,00 2,80 2,56 2,15 3,20 2,55 2,85 2,22 3,40 2,60
Susunlah data-data di atas ke dalam tabel pencaran/distribusi frekwensi !

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Statistika 11

Valid da reliabel Tidak valid, tapi reliabel


Valid, tapi tidak reliabel
Tidak valid, dann tidak reliabel

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai