Anda di halaman 1dari 23

Elemen Mesin 1

BAB I
POROS DAN PASAK

CAPAIAN PEMBELAJARAN SUB-MK (Learning Outcome)


Kode Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)
Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
S9
secara mandiri
Menguasai konsep teoritis secara umum tentang metode penyelesaian masalah
P2 rekayasa, sumber daya, perangkat IT, dan teknologi modern yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah rekayasa secara prosedural;
P7 Menguasai pengetahuan tentang perkembangan teknologi terbaru dan terkini;
KU2 Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur
Mampu memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai
KU3 dengan bidang keahlian terapannya didasarkan pada pemikiran logis, inovatif,
dan bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri;
Mampu menerapkan matematika, sains alam, dan prinsip rekayasa ke dalam
prosedur dan praktek teknikal (pemesinan konvensional dan non konvensional,
KK1 fabrikasi, dan CNC, perancangan, perawatan dan perbaikan) untuk
menyelesaikan masalah di lingkup teknik mesin yang terdefinisi dengan jelas
(well defined) pada bidang spesialisasi dan perawatan;
Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah di lingkup teknik mesin
bidang produksi dan perawatan, yang terdefinisi dengan jelas (well defined)
KK2 menggunakan analisis data berdasarkan standar yang relevan, serta memilih
metode dengan memperhatikan faktor ekonomi, kesehatan, keselamatan dan
lingkungan;
Mampu merancang dan merealisasikan komponen mesin, dan bagian-bagian
rancangan sistem yang terdefinisi dengan jelas (well defined), untuk memenuhi
KK3
kebutuhan yang spesifik dengan mempertimbangkan masalah keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan;
Mahasiswa memahami fungsi/kegunaan poros, menyebutkan macam-macam
M1 poros, serta mampu menentukan diameter poros bila diketahui jenis bahan dan
bebannya.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian putaran kritis poros, dan menentukan
M2
putaran kritis poros bila diketahui beban dan lenturannya.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian pasak, fungsi/kegunaan pasak, dan
M3 macam-macam pasak, serta menentukan ukuran pasak bila diketahui bahan dan
daya yang dipindahkannya;

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 2

A. Deskripsi singkat
Dalam bab ini dibahas/dijelaskan mengenai pengertian/defisnisi poros dan macam-
macamnya, serta bahan yang digunakan. Selain itu juga dibahas/dijelaskan mengenai
bagaimana merancang poros, dari mulai menentukan bahan, menentukan faktor-faktor
koreksi yang terjadi, hingga menentukan diameternya.

B. Definisi dan Macam-macam poros


Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat dimana
terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan
elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban bengkok, beban tarikan, beban
tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya.
Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Setiap bagian/komponen
mesin yang berputar, pasti terdapat poros yang berfungsi untuk memutar komponen
tersebut. Jadi poros adalah komponen mesin yang berfungsi untuk memindahkan/
meneruskan putaran dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu mesin. Sedangkan
pasak adalah komponen yang berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari atau ke
poros. Berdasarkan bebannya poros dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Poros transmisi atau shaft,
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban
putar berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat
ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll.
2. Gandar atau axle
Poros gandar atau axle merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang. Poros gandar tidak menerima
beban puntir, tetapi hanya mendapat
beban lentur atau bengkok. Poros ini
hanya untuk mendukung beban,
misalnya poros pada roda kendaraan
bermotor, atau poros roda
becak/gerobak, dan lainnya.
3. Poros spindle.
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 3

Spindle adalah poros yang hanya menerima beban puntir saja, berarti poros ini hanya
digunakan untuk memindahkan putaran saja. Poros seperti ini misalnya saja pada
mesin-mesin perkakas (mesin bubut, mesin frais, dsb). Selain beban puntiran, poros
spindle juga menerima sedikit beban lentur
(axial load). Poros spindle dapat digunakan
secara efektip apabila deformasi yang terjadi
pada poros tersebut kecil.
Berdasarkan bentuknya poros dibedakan menjadi :
 Poros lurus
 Poros engkol

C. Bahan poros
Oleh karena digunakan untuk mendukung beban dan atau memindahkan putaran,
biasanya poros ditumpu/didukung bantalan (bearing) yang berfungsi untuk membatasi
gerakan dari poros tersebut. Sehingga bahan poros harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan yang memadai untuk itu, yaitu lebih kuat atau lebih keras dari bahan bantalan.
Misalnya saja baja AISI seri 3xxx (baja crom nikel), atau baja seri 8xxx (baja crom-nikel-
vanadium). Tetapi untuk poros-poros yang tidak terlalu menahan beban yang besar, maka
baja seri 2xxx (baja nikel) atau baja seri 9xxx (baja mangan silikon) juga banyak
digunakan.
Baja lain yang sering digunakan adalah baja spesial ASSAB, seri 709M (C = 0,42%, Si =
0,25%, Mn = 0,75%, Cr = 1,05%, dan Mo = 0,20%), seri 7210M (C = 0,15%, Si =
0,25%, Mn = 0,90%, Cr = 0,80%, Ni = 1,20%, dan Mo = 0,10%), CR-8000 (C = 0,28%,
Mn = 1,60%, Ni = 0,40%, Cr = 1,60%, Mo = 0,20%, dan sebagainya.

D. Perhitungan poros
1. Momen Bengkok dan Tegangan Bengkok
Momen bengkok adalah sebuah momen (gaya x jarak) yang dapat mengakibatkan
suatu komponen/poros mengalami bengkok. Akibat
bengkok maka serat pada salah satu sisi akan tertarik M M

dan serat pada sisi yang lain akan tertekan. Jadi

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 4

sebenarnya tegangan bengkok tidak lain adalah tegangan tarik atau tegangan tekan
yang terjadi pada serat yang berlawanan dalam satu penampang.
Bila sebuah poros mendapat momen bengkok sebesar M, maka tegangan bengkok
yang terjadi pada serat terluar (σ) adalah :
.
σb =  σb = tegangan bengkok (N/mm2)

M = momen bengkok (Nmm)


Ix = momen inersia luasan linier (mm4)
y = jarak antara titik pusat penampang ke serat terluar (mm)
Untuk penampang bulat pejal dengan diameter d, maka Ix = d4 dan y = ½d,

sehingga tegangan bengkok dapat dirumuskan :


σb = M ……………………………………...…………………(Rumus 1a)

Untuk poros yang berpenampang bulat berlubang dengan diameter luar do dan
diameter dalam di, maka Ix = (do4 – di4), sehingga tegangan bengkoknya :

σb = ( )
M ……………………………………………………(Rumus 1b)

Jika = k, maka rumus 1b dapat diubah menjadi :

σb = ( )
M ..............................................................................(Rumus 1c)

Contoh 1 :
Sebuah cantilever yang panjangnya 2 m dan F
diameter 32 mm, dibebani dengan F = 1,5
KN pada ujungnya (lihat gambar di
samping). Hitunglah tegangan maks. yang
terjadi pada serat terluar, bila berat
cantilever 0,5 KN ?
Jawab :
F
Dari free body diagram di samping
MR
didapat momen bengkok maksimum
Rx
terjadi pada ujung jepitan balok, yang
besarnya : Ry W

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 5

M = F.2 + W.1 = 1500.2 + 500.1 = 3500


Nm
Tegangan pada serat paling atas :
. ,
σb = = .
. 3.500.000 = 1088,52 N/mm2 = ,
= 110,96 kgf/mm2

Contoh 2 :
Sebuah pipa yang panjangnya 3 m dengan F1 F2
M
penampang diameter luar (do) 40 mm dan
diameter dalam (di) 36 mm, ditumpu dengan
engsel dan roll seperti pada gambar di
2,5 m 0,5 m
samping. Jika F1 = 800 N, F2 = 350 N dan M
= 200 Nm, tentukan tegangan maksimum yang terjadi pada pipa jika berat pipa
diabaikan ?
Jawab :
Dari free body diagram didapat bahwa :
ΣFx = 0  RAH = 0 F1 F2
M
ΣFy = 0 RAV –F1 + RB – F2 = 0
RAH
RAV – 800 + RB – 350 = 0
RAV + RB = 1150………(1)
RAV RB
ΣMA = 0 M + F1.1,25 – RB.2,5 + F2.3 = 0
200 + 800.1,25 – 2,5 RB + 350.3 = 0

200 + 1000 + 1050 = 2,5 RB  RB = ,


= 900 N

RAV = 1150 – 900 = 250 N


Momen pada titik/tumpuan A : MA = M = 200 Nm = 200000 Nmm
Momen pada F1 : MF = 512,5 Nm
Momen pada tumpuan roll : MB = -175 Nm
Momen maksimum terjadi pada beban F1, yaitu sebesar 512,5 Nm = 512.500 Nmm
Tegangan maksimum yang terjadi pada pipa :
. . .
σb = = = 237,182 N/mm2 = 24,178 kgf/mm2
.( )

atau :

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 6

.
σb = ( )
M= ( )
512500 = 237,182 N/mm2 = 24,178 kgf/mm2

2. Momen puntir dan tegangan puntir


Momen puntir atau torsi adalah momen kopel
yang arahnya tegak lurus dengan sumbu
komponen/poros, dan akibatnya penampang T
akan mendapat tegangan puntir/geser yang
T
arahnya sejajar dengan penampang
komponen/poros tersebut. Tegangan geser
akibat momen puntir, atau juga disebut tegangan puntir (τp), tidak sama dengan
tegangan geser akibat gaya geser (selanjutnya disimbolkan dengan τ saja). Tegangan
puntir dapat dirumuskan sebagai :
.
τp = τ = tegangan puntir (N/mm2)

T = momen puntir atau torsi (Nmm)


r = jari-jari poros (mm)
Ip = momen inersia luasan polair (mm4) (= Ix + Iy)
Bila poros pejal, maka momen inersia luasan polair Ip = d4 sehingga tegangan

puntirnya :
τ= T ……………………………………………………….......(Rumus 2a)

Bila poros berlubang maka momen inersia luasan polair Ip = (do4 – di4), sehingga

tegangan puntir yang terjadi :

τ = π( )
T ….........………………..………………………....…(Rumus 2b)

Jika = k, maka rumus 2b dapat diubah menjadi :

τ= ( )
T .................................................................................(Rumus 2c)

Contoh 3 :
Sebuah poros digunakan untuk memindahkan daya 2 KW pada putaran 500 rpm.
Tentukan tegangan puntir yang terjadi pada poros, bila : (a) poros pejal dengan
diameter d = 30 mm, dan (b) poros berlubang dengan do = 30 mm dan di = 24 mm ?
Jawab :
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 7

Torsi yang bekerja pada poros : T = 9,55 = 9,55 . = 38,2 Nm

Tegangan puntir yang terjadi bila poros pejal :


τ= T= .
. 38,2.1000 = 7,206 N/mm2 = 0,735 kgf/mm2

Tegangan puntir bila poros berlubang :


.
τ= ( )
T= ( )
.38200 = 12,205 N/mm2 = 1,244 kgf/mm2

3. Momen kombinasi dan tegangan kombinasi


Kebanyakan poros menderita beban kombinasi antara bengkok dan puntir (ingat
definisi di atas). Bila poros mendapat beban kombinasi, maka tegangan yang terjadi
disebut tegangan kombinasi yang nilainya lebih besar dari pada tegangan bengkok atau
tegangan puntir. Tegangan kombinasi bisa terjadi dalam 2 bentuk, yaitu tegangan
kombinasi tarik (σk) dan tegangan kombinasi puntir (τk). Dari penjabaran dengan
menggunakan lingkaran Mohr, didapat bahwa tegangan tarik kombinasi dirumuskan :

σk = ½σb + ( 𝜎 ) + 𝜏 bila : σb = M dan τ= 𝑇

maka :

σk = ½ M+ ( . M) + ( 𝑇)

σk = 𝑀 + √𝑀 + 𝑇 ............................................................(Rumus 3)

Untuk mengatasi adanya beban kejut atau beban berfluktuasi (berubah-ubah), maka
nilai M harus dikalikan dengan faktor koreksi untuk momen (KM) dan nilai T dikalikan
dengan faktor koreksi untuk torsi (KT), sehingga rumus di atas menjadi :
σk = K .M + (K . M) + (K . T) ……………….........(Rumus 3a)

Bila poros berlubang dengan diameter luar do dan diameter dalam di, maka rumus 3a
dapat diubah menjadi :

σk = ( )
K .M + (K . M) + (K . T) ............…………..(Rumus 3b)

Jika k = maka rumus 3b dapat diubah menjadi :

σk = ( )
K .M + (K . M) + (K . T) ...........................(Rumus 3c)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 8

Besarnya nilai KM = 1,5 ÷ 3 dan nilai KT = 1,0 ÷ 2,5 (tergantung kondisi beban)
Sedangkan tegangan puntir kombinasi dapat dirumuskan sebagai :

τk = ( 𝜎 ) + 𝜏 bila : σb = M dan = 𝑇

maka :

τk = ( . M) + ( 𝑇)

τk = π √M + T ..............................................................................(Rumus 4)

dengan adanya faktor koreksi untuk momen bengkok dan faktor koreksi untuk torsi,
maka :
τk = π (K . M) + (K . T) ……………………………..(Rumus 4a)

τk = π( )
(K . M) + (K . T) ...........………………………...Rumus 4b)

τk = π ( )
(K . M) + (K . T) ...........………………………(Rumus 4c)

Contoh 4 : F1 F2
Sebuah poros yang panjangnya 300
mm, digunakan untuk memindahkan
daya 2 KW/2000 rpm dengan beban
120 120 60
F1 = 200 N dan F2 = 400 N seperti
pada gambar di samping. Jika poros berlubang dengan do = 36 mm dan di = 30 mm,
tentukan tegangan kombinasi tarik yang terjadi pada poros, bila dianggap KM = 2,5
dan KT = 1,5 ? F1 F2
Jawab :
Dari free body diagram di samping dapat
dihitung :
ΣFx = 0 tidak ada.
RA RB
ΣFy = 0  RA – F1 + RB – F2 = 0
RA – 200 + RB – 400 = 0
RA + RB = 600
ΣMA = 0  F1.120 – RB.240 + F2.300 = 0
200.120 – 240 RB + 400.300 = 0
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 9

24000 + 120000 = 240 RB  RB = 600N dan RA = 0


Momen di titik F1 : M1 = RA.120 = 0
Momen di titik RB : MB = RA.240 – F1.120 = 0.240 – 200.120 = –24000 Nmm
Torsi yang terjadi pada poros :
T = 9,55 = 9,55. = 9,55 Nm = 9550 Nmm

Tegangan tarik kombinasi yang terjadi :


σk = ( )
𝐾 .𝑀 + (𝐾 . 𝑀) + (𝐾 . 𝑇)
.
σk = ( )
2,5.24000 + (2,5.24000) + (1,5.9550) = 25,656 N/mm2

Tegangan geser kombinasi :


τk = ( )
(𝐾 . 𝑀) + (𝐾 . 𝑇)
.
τk = ( )
(2,5.24000) + (1,5.9550) = 13,006 N/mm2

4. Beban aksial
Beban aksial adalah beban yang mempunyai arah
sama dengan sumbu poros (beban yang searah
dengan sumbu poros). Beban yang mempunyai arah
seperti itu, bisa berbentuk tekan (compression) atau
tarik (tension). Bila beban tekan maka poros akan
mendapat tegangan tekan, dan bila beban tarik
maka poros akan mendapat tegangan tarik, dengan rumus yang sama yaitu :
σ=

Keterangan :
σ = tegangan tarik/tekan (N/mm2)
F = beban tarik/tekan (N)
π
A = luas penampang poros (= d2) (mm2)

Tegangan tarik yang diakibatkan oleh beban tarik akan memperbesar tegangan
kombinasi yang terjadi pada poros seperti dalam pembahasan di atas.
Jadi tegangan kombinasi akibat beban aksial, beban bengkok, dan beban puntir, maka :
σk = α π + K .M + (K . M) + (K . T) .....................................(Rumus 5a)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 10

Untuk poros berlubang, maka :

σk = α π ( )
+ ( )
K .M + (K . M) + (K . T) ..................(Rumus 5b)

Keterangan :
α = faktor koreksi beban aksial (tergantung angka kerampingan poros) (= 1 s/d 2)
Apabila beban tekan yang bekerja pada poros melebihi harga tertentu dan poros cukup
panjang, maka kemungkinan poros akan mengalami bukckling (dibahas tersendiri).
Contoh 5 :
Sebuah poros digunakan untuk memindahkan daya 5 PK pada
putaran 1200 rpm, dengan posisi seperti gambar di samping.
Poros juga mendapat beban F1 = 800 N, F2 = 500 N, dan
beban vertikal (berat poros dan pulley), sebesar 200 N. Jika
bahan poros adalah baja setara st42, faktor keamanan bahan
(V) = 5, faktor koreksi momen bengkok (KM) = 2,5, faktor
koreksi momen puntir (KT) = 1,5, dan faktor koreksi beban

200
aksial () = 1,2, tentukan diameter poros bila poros dianggap
pejal ?

Jawab :
Dari free body diagram di samping didapat :
ΣFx = 0  RAV = W = 200 N
ΣFy = 0  RAH + RB – F1 – F2 = 0  RAH + RB = F1 + F2 = 1300 N
ΣMA = 0  W.0 + F1.100 – F2.200 + RB.400 = 0  RB = 50 N  RA = 1250 N
MF1 = 0
MA = F1.100 = 800.100 = 80.000 Nmm
MF2 = F1.300 – RA.200 = 800.300 – 1250.200 = 240.000 – 250.000 = –10.000 Nmm
MB = 0
Jadi momen maksimum terjadi pada titik A, sebesar 80.000 mm.
Momen puntir atau torsi : T = 9,55 P/n = 9,55.5.745/1200 Nm = 29,644792 Nm =
29644,792 Nmm
Tegangan ijin bahan : i = u/V = 42/5 = 8,4 kgf/mm2 = 82,404 N/mm2

Dari rumus 5b : σk = α π + K .M + (K . M) + (K . T)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 11

.
82,404 = 1,2 + 2,5.80000 + (2,5.80000) + (1,5.29644,792)
π
d = 29,292 mm

5. Sudut puntir (angulair deflection)


Setiap poros yang mendapat
beban puntir/torsi akan
mengalami sudut puntir,
terutama pada saat beban
T
tersebut mulai bekerja (lihat T
gambar di bawah). Besarnya
sudut puntir pada poros dapat Ѳ

dinyatakan seperti rumus di


atas. L
T.L
θ = G.I ………….(Rumus 6a)
p

Keterangan :
θ = sudut puntir (radian)
T = momen puntir/torsi (Nmm)
L = panjang poros (mm)
G = modulus geser (N/mm2)
π
Ip = momen inersia polair (mm4) (= d )

Bila nilai Ip tersebut dimasukkan ke rumus (6a) di atas, dan satuannya diubah dari
radian (rad) menjadi derajat (o), maka rumus menjadi :
Θ= (o) ..............................................................................(Rumus 6b)

Contoh 6 :
Sebuah poros yang panjangnya 500 mm dan diameter 25 mm, digunakan untuk
memindahkan daya 2 HP/1800 rpm. Jika bahan poros mempunyai harga G = 180 GPa,
hitunglah sudut puntir yang terjadi pada poros ?
Jawab :
.
To rsi yang terjadi pada poros : T = 9,55. = 9,55. = 7,905 Nm = 7905 Nmm
T.L .
Sudut puntir pada poros : Ѳ = 584 = 584 = 0,033o.
G.d4 .
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 12

6. Lenturan (liniair deflection)


Sekecil apapun, setiap poros yang mendapat beban bengkok pasti akan melentur. Bila
lenturan tersebut sudah melebihi batas toleransi, maka putaran poros akan tidak
seimbang lagi (unbalance) atau dalam bahasa awam disebut gimbal. Hal ini
menyebabkan putaran kritis poros akan semakin kecil. Oleh karena itu dalam setiap
perencanaan poros harus memperhitungkan lenturan yang terjadi pada poros. Rumus
untuk menghitung lenturan pada poros adalah :
Pembebanan pada poros Rumus lenturan
1. Cantilever dengan beban Lenturan pada titik yang berjarak x :
terpusat F Θx = (2L – x)
F
x yx = (3L – x)

Lenturan maksimum terjadi di x = L, yaitu :


L
ymaks =

2. Cantilever dengan beban merata Lenturan pada titik yang berjarak x :


w Θx = (3L2 – 3Lx + x2)

x yx = (x2 + 6L2 – 4Lx)


w
Lenturan maks. terjadi di ujung cantilever yang
L besarnya :

ymaks =  w = beban per satuan panjang

3. Balok/poros dengan beban Sudut lentur (Ѳ) pada titik A maupun B :


merata w ѲA = ѲB =

Lenturan pada titik yang berjarak x :


x w
yx = (L3 – 2 Lx2 + x3)

Lenturan maksimum terletak pada x = ½ L,


L
yaitu : ymaks =

4. Balok/poros dengan beban Sudut lentur p ada titik A dan B :


terpusat F ѲA =
( )
dan ѲB =
( )

Lenturan pada titik yang berjarak x :


Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 13

a F b yx = (L2 – x2 – b2)
x Lenturan di tengah-tengah balok (x = ½ L) :

ytengah = (3L2 – 4b2)


L
Lenturan pada titik F (x = a), yaitu : yF =

Lenturan maksimum terjadi pada x =

yaitu : ymaks = (L2 – b2)

5. Balok dengan beban terpusat di Lenturan pada titik yang berjarak x dari engsel
luar tumpuan yx = (x– L )

F Lenturan maks yang terjadi antara kedua


x tumpuan :

ymaks = 0,064 , yaitu pada x = = 0,577 L



L a Lenturan pada titik pembebanan F :

yF = (L – a)

6. Balok dengan beban momen M Sudut lentur di titik A dan B :


ѲA = dan ѲB =

x Lenturan pada titik yang berjarak x :


M
( )
yx =
L Lenturan maksimum terjadi pada x = L/√3,
yaitu :

ymaks = √

Keterangan rumus :
y = lenturan/defleksi (mm)
F = gaya/beban (N)
w = berat poros/balok per satuan panjang (N/mm)
L = panjang poros/balok (mm)
E = modulus elastisitas bahan poros/balok (N/mm2)  baja : E = (210 ÷ 220) GPa.
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 14

I = momen inersia linier penampang poros/balok (mm4)


π π
(lingkaran pejal : I = d , lingkaran berlubang : I = (d − d )

Contoh 7 :
F
Sebuah poros yang panjangnya 1,2 m dan
beratnya 48 N ditumpu pada kedua ujungnya
dengan bantalan, dan diberi beban F = 250 N
seperti pada gambar. Jika bahan poros adalah 700 500
baja dengan modulus elastisitas E = 210 GPa,
tentukan lenturan maksimumnya bila Ø poros 24 mm ?
Jawab : w

Dari data di atas dapat diketahui bahwa :


F = 250 N
w = 48 N/1,2 m = 40 N/m = 0,04 N/mm RA RB
E = 210 GPa = 210.109 N/m2 = 210.000 N/mm2
+
I= .244 = 16286 mm4
F
a = 700 mm, b = 500 mm, dan L = 1200 mm
Lenturan maksimum akibat w terjadi pada
tengah-tengah balok, yang besarnya :
. , .
yw = = . .
= 0,316 mm
RA RB
Lenturan di tengah balok akibat beban F :
. .
yF = (L2 – x2 – b2) = . . .
(12002 – 6002 – 5002 ) = 2,528 mm atau
.
ytengah = (3L2 – 4b2) = . .
(3.12002 – 4.5002) = 2,528 mm

Jadi lenturan total di tengah balok adalah :


ytengah = 0,316 + 2,528 = 2,844 mm
Lenturan di titik F, akibat w :
, .
yw = (L3 – 2 Lx2 + x3) = . .
(12003 – 2.1200.7002 + 7003) = 0,305 mm

Lenturan di titik F akibat F :


. .
yx = (L2 – x2 – b2) = . . .
(12002 – 7002 – 5002) = 2,487 mm atau

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 15

. .
yF = = . . .
= 2,487 mm

Jadi lenturan total di titi F :


y = 0,305 + 2,487 = 2,792 mm
Lenturan maksimum terjadi di tengah-tengah balok sebesar 2,844 mm.
Contoh 8 :
Sebuah gandar untuk roda becak dengan Ø 30 mm dan panjang 1,2 m, digunakan
untuk mendukung beban F1 = F2 = 750N, F1 F2
seperti pada gambar. Jika gandar terbuat
dari baja dengan E = 220 GPa, tentukan
lenturan di : (a) tengah-tengah gandar, (b)
200 800 200
titik beban F1, dan (c) titik beban F2? (berat
gandar 60 N)
Jawab :
Lenturan di tengah-tengah gandar akibat w
. , . F1
yw = = . . ,
= 0,154 mm

Lenturan di tengah-tengah gandar akibat F1

yF1 = (L2 – x2 – b2)


. .
= . . . ,
(12002 – 6002 – 2002) RA + F2
RB

= 1,486 mm
Lenturan di tengah-tengah balok akibat F2 :
yF1 =yF2 = 1,486 mm
Jadi lenturan total di tengah-tengah gandar : RA RB
ytot = 0,154 +1,486 + 1,486 = 3,126 mm +
Lenturan di titik F1 akibat w :
w
3 2 3 , .
yw = (L – 2 Lx + x ) = . . ,

(12003 – 2.1200.2002 + 2003) = 0,078 mm


Lenturan di titik F1 akibat F1 : RA RB
. .
yF1 = = . . . ,
= 0,953 mm

Lenturan di titik F1 akibat F2 :

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 16

. .
yF2 = (L2 – x2 – b2) = . . . ,
(12002 – 2002 – 2002) = 0,648 mm

Jadi lenturan total di titik beban F1 adalah :


ytotal = 0,078 + 0,953 + 0,648 = 1,679 mm
Oleh karena bebannya simetri dan sama, maka lenturan di titik beban F2 juga akan
sama dengan lenturan di titik beban F1, yaitu 1,679 mm.

7. Putaran kritis
y1 y2 y3
Setiap benda, atau poros, mempunyai
frekwensi alami, yang besarnya sangat
tergantung pada kekakuan (stiffness)
benda/poros tersebut. Nilai kekakuan
suatu poros merupakan perkalian antara W3
W1
modulus elastisitas (E) bahan poros dan W2

momen inersia luasan (I) penampang poros tersebut. Bila kemudian poros berputar
dengan frekwensi yang sama atau hampir sama dengan frekwensi alaminya, maka
terjadilah resonansi pada poros yang ditandai dengan getaran dengan amplitudo yang
sangat besar, sehingga poros patah. Putaran poros yang menyebabkan poros
mengalami resonansi tersebut disebut sebagai putaran kritis (ncr), yang besarnya sangat
dipengaruhi oleh b eban poros dan lenturan poros dimana beban tersebut berada.
Menurut persamaan Rayleigh-Ritz, besarnya putaran kritis dapat dinyatakan sebagai :

ωcr = g dan ncr = g = √9,81


ncr = 29,91 .................................................................(Rumus 7)

Keterangan rumus :
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
F = berat beban atau gaya (N)
y = besarnya lenturan pada tiap-tiap beban (m)
Contoh 9 :

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 17

Sebuah poros yang panjangnya 400 mm


150
dan diameter 24 mm, digunakan untuk 150
100
memindahkan daya dari pulley I ke
pulley II seperti pada gambar di
samping. Jika gaya pada pulley I (F1) =
500N dan gaya pada pulley II (F2) =
300 N, tentukan putaran kritisnya bila
poros terbuat dari baja dengan E = 210
F2
GPa ? F1
Jawab :
Untuk bisa mengetahui putaran kritisnya, maka harus ditentukan terlebih dahulu
lenturannya.
F1
Untuk menentukan lenturan poros yang
mendapat beban seperti pada gambar, maka
digunakan cara superposisi, yaitu :
Lenturan di titik beban F2 (tengah-tengah
RA RB
tumpuan) akibat beban F1 :
. .
YF2F1 = (x2 – L2) = . . . ,
(1502 –

3002) = 0,0822 mm (ke atas)


Lenturan di titik beban F1 akibat beban F1 :
.
yF1F1 = (L – a) = . . ,
(300 –
W2
100) = 0,0975 mm (ke bawah)
Lenturan di titik beban F2 akibat beban F2 :
. .
YF2F2 = = . . ,
= 0,0493 mm

(ke bawah)
RA RB
Lenturan di titik beban F1 akibat beban F2 :
( ) . . .( . )
YF1F2 = a = 100. . . . ,
= 0,0493 mm
. .
y= = . .
= 0,0493 mm (ke atas)

Jadi lenturan total di titik beban W2 adalah :


yW2 = 0,0822 – 0,0493 = 0,0329 mm (ke atas)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 18

Lenturan total di titik beban W1 adalah :


yW1 = 0,0975 – 0,0493 = 0,0482 mm (ke bawah)
Putaran kritis poros :

ncr = 29,91 ⋯

( , . ) ( , . )
ncr = 29,91 ( , . ) ( , . )
= 4521,73 rpm ≈ 4500 rpm

8. Pasak (key)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 19

Pasak (key) adalah sebuah komponen mesin yang digunakan untuk menyambung/
menyatukan dua komponen mesin yang lain agar berputar/bergerak bersama-sama.
Dapat juga diartikan pasak adalah sebuah komponen mesin yang digunakan untuk
memindahkan putaran dari poros ke komponen
mesin yang lain.
Untuk mengetahui kekuatan pasak, maka dapat
diketahui dari kekuatan geser dan kekuatan
d tekannya.
Misalnya sebuah pasak digunakan untuk
memindahkan daya P (watt) pada putaran n
(rpm), berarti torsi yang dipindahkan oleh pasak
adalah :

T = 9,55 (Nm)

Jika pasak dipasang pada poros yang berdiameter d (mm), maka gaya geser atau gaya
tekan yang membebani pasak adalah :
F = 2000 (N)

Standar ukuran pasak untuk konstruksi


t
secara umum adalah :
w = ¼d

w t = ⅔w
l Tegangan geser yang terjadi pada pasak
adalah :
τ= = .
= / .
= .
(N/mm2) ………………………………….....(rumus 8a)

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 20

Bila tegangan geser yang terjadi melebihi tegangan geser ijin bahan pasak (τijin), maka
pasak akan terbelah atau gompel.
Kemudian tegangan tekan atau tekanan bidang (crushing stress) yang terjadi pada
pasak adalah :
p= = = = .
(N/mm2) .....................................................(rumus 8b)
. .

Bila tegangan tekan yang terjadi melebihi tegangan tekan ijin bahan pasak (pijin), maka
pasak akan mudah aus, sehingga pasak akan menjadi longgar (oblak) dan akhirnya
daya yang dipindahkan pasak tidak optimal.

E. Soal-soal latihan
1. Sebuah gandar yang panjangnya 0,8 m,
W1 W2
digunakan untuk mendukung beban W1 = W2
= 600 N. Jika bahan gandar adalah baja setara
dengan st 42, tentukan diameter minimum
100 600 100
yang diijinkan agar gandar tidak patah ?
(faktor keamanan bahan V = 8 dan faktor
koreksi momen KM = 2,5)

2. Sebuah poros yang panjangnya 16” dan diameter 1⅛”, terbuat dari baja dengan
tegangan ultimate (σu) = 60 ksi = 60000 psi.
Poros digunakan untuk memindahkan daya P
dari roda gigi ke pulley (lihat gambar). Jika
putaran poros 1200 rpm, faktor keamananan
bahan V = 6, faktor koreksi untuk momen KM
4” 12”
= 2,5, dan faktor koreksi untuk torsi KT = 1,5, W1
W2
tentukan daya P maksimum yang mampu
dipindahkan poros ? (W1 = 120 lbf dan W2 = 80 lbf)

3. Sebuah poros berlubang yang terbuat dari baja setara st 50, dengan diameter luar (do)
32 mm dan diameter dalam (di) 20 mm, digunakan untuk memindahkan daya 5 PK
pada putaran 3000 rpm (lihat gambar di samping). Daya masuk melalui pulley I dan
keluar lewat pulley II. Jika gaya yang diakibatkan oleh sabuk pada pulley I (F1) = 800
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Elemen Mesin 21

N, dan gaya sabuk pada pulley II (F2) =


350 N, tentukan apakah poros aman
terhadap beban tersebut? (faktor
keamanan bahan V = 6, faktor koreksi
momen bengkok KM = 2, dan faktor
100 300 100
koreksi untuk momen puntir KT = 1,5)

4. Poros berlubang dengan diameter


F1 F2
luar (do) 24 mm dan diameter dalam
(di) 18 mm digunakan untuk
memindahkan daya 8 HP pada
200 200 100
putaran 2000 rpm. Poros digunakan
untuk menahan beban F1 = 0,8 KN dan F2 = 1,2 KN (lihat gambar). Jika bahan poros
adalah baja setara st 56, dengan faktor keamanan bahan (V) = 8, tentukan apakah
poros aman ? (KM = 2,5 dan KT = 1,5)

5. Sebuah poros yang panjangnya 400


F1 F2 F3
mm, mempunyai diameter dalam
(di) 21 mm dan diameter luar (do)
28 mm, serta terbuat dari baja setara
st 42. Poros diberi beban F1 = 400 100 150 100 50

N, F2 = 300 N, dan F3 = 500 N, seperti gambar di samping. Jika faktor keamanan


bahan (V) = 5, dan faktor koreksi untuk momen bengkok (KM) = 2,5, serta faktor
koreksi untuk momen puntir (KT) = 1,5, tentukan daya yang mampu dipindahkan
poros bila poros berputar 2000 rpm ?
F1
100

6. Sebuah poros yang terbuat dari baja setara st50 digunakan


untuk memindahkan daya 5 KW pada putaran 2500 rpm
200

(lihat gambar di samping). Daya masuk melalui pulley I dan


keluar lewat pulley II, sehingga gaya pada pulley I (F1) =
F2

750 N dan gaya pada pulley II (F2) = 450 N. Jika berat


200

poros dan kedua pulley dianggap sebesar 200 N, dan faktor

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 22

keamanan bahan (V) = 6, faktor koreksi utuk momen bengkok (KM) = 2, serta faktor
koreksi untuk momen puntir (KT) = 2, tentukan ukuran diameter poros bila poros
berlubang dengan perbandingan di/do = 0,8 ? (faktor koreksi beban aksial atau α = 1,2)

7. Sebuah poros berlubang yang


F1 F2
panjangnya 350 mm digunakan
untuk memindahkan daya 4 KW
pada putaran 2400 rpm. Poros 100 150 100
terbuat dari baja setara st 42 dengan
faktor keamanan bahan (V) = 6, dan digunakan untuk menahan beban F1 = 40 kgf dan
F2 = 50 kgf (lihat gambar). Jika faktor koreksi momen bengkok (KM) = 2,5 dan faktor
koreksi untuk torsi (KT) = 1,5, tentukan ukuran diameter poros bila di/do = 0,8 ? Bila
baja mempunyai nilai E = 220 GPa, tentukan lenturan maksimumnya ?

8. Poros yang panjang-nya 500 mm,


F1 F2
diberi beban F1 = 300 N dan F2 = 400
seperti gambar di samping. Jika poros
berlubang dengan diameter dalam (di) 200
150 150
= 20 mm dan diameter luar (do) = 28
mm, serta poros terbuat dari baja dengan nilai modulus elastisitas (E) = 220 GPa,
hitunglah putaran kritis poros ?

9. Daya sebesar 3 KW/1500 rpm


dipindahkan dari pulley I ke pulley 100 100
II, seperti pada gambar di bawah. 50
Gaya tegang sabuk pada pulley I
adalah F1 = 350 N dan F2 = 200 N,
serta F3 = 250 N dan F4 = 150 N.
Bahan poros adalah baja setara st 42 F1
dengan faktor keamanan (V) = 6.
F3
Jika faktor koreksi untuk momen F4 F2
bengkok (KM) = 2,0 dan faktor

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya


Elemen Mesin 23

koreksi momen puntir (KT) = 1,5, tentukan diameter minimum poros agar mampu
memindahkan daya di atas, bila poros berlubang dengan k = 0,75 ? Bila baja
mempunyai nilai E = 210 GPa, tentukan lenturan maksimum poros ?

10. Sebuah poros yang berdiameter 18 mm


F1 F2 F3
dan panjang 400 mm, mendapat beban F1
= 300 N, F2 = 400 N, dan F3 = 500 N,
seperti pada gambar di samping. Jika 100 150 100
50
bahan poros adalah baja dengan modulus
elastisitas E = 210.109 Pa, tentukan lenturan maksimum yang terjadi, dan dimana
lenturan tersebut terjadi ?

11. Sebuah poros yang panjangnya


W1 W2 W3 W4
800 mm, digunakan untuk
membawa beban (roda gigi dan
pulley) dengan berat W1 = 800 N, 100 150 150 150 150
W2 = 350 N, W3 = 500 N, dan
W4 = 250 N (lihat gambar di samping). Jika besarnya lenturan pada W1 adalah y1 =
0,132 mm, lenturan pada W2 adalah y2 = 0,115 mm, dan lenturan pada W3 adalah y3 =
0,148 mm, serta lenturan pada W4 adalah y4 = 0,126 mm, tentukaan putaran kritis
poros ?

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai