Anda di halaman 1dari 14

AGROFORESTRY

PROGRAM TUMPANG SARI POHON PINUS OLEH PERHUTANI


KEPADA PETANI DI DAERAH NGANTANG, MALANG, JAWA TIMUR
TAHUN 1974

NAMA KELOMPOK :
1. I PUTU AGUS WAHYU EKANTARA (1793542110068)
2. I MADE GOJING ANDIKA (1793542110070)
3. YUNUS WIDIES BANI (1793542110064)
4. WILLIBRODUS JAHEDA (1793542110068)
5. PATRIANUS HADUN (1793542110041)
6. MARSELINUS JAUR (1793542110052)
7. YOHANES BARCKENMANS (1793542110056)
8. RICHARDUS NGONGO ELO (1793542110043)
9. OKTAVIANUS BULU DAKA (1793542110040)
10. NGADU ADU (1793542110035)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah sesuai waktu
yang telah di rencanakan. Penyusunan Makalah Ini merupakan tugas mata kuliah
Agroforestry di semester 2 tahun akademik 2017/2018. Dalam penulisan makalah
ini, tentunya banyak pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Dewa Nyoman


Raka, MP selaku dosen pengajar matakuliah Agroforestry di Universitas
Mahasaraswati Denpasar. dan teman-teman yang telah banyak memberikan
bantuan, dorongan serta motivasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
untuk selanjutnya.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada


khususnya dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, 25 Februari 2018


TTD

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
1.4 Manfaat ..............................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................4
2.1 Agroforestry........................................................................................................4
2.2 Jenis Agroforestry...............................................................................................4
a. Agroforestry Sederhana..................................................................................4
b. Agroforestry Kompleks..................................................................................5
2.3 Agroforestry di Indonesia...................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................7
3.1 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk
Tumpang sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Petani............................................................................................................7
3.2 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk
Tumpang sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Perhutani......................................................................................................8
3.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk
Tumpang sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Sumber Daya Alam Termasuk Imaterialnya................................................8
BAB IV PENUTU..............................................................................................................10
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
4.2 Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Indonesia merupakan salah satu negara yang dikaruniai dengan
sumberdaya alam yang berlimpah sebagai sumber kehidupan salah satunya adalah
hutan. Keberadaan hutan memiliki potensi bagi pemenuhan kepentingan sosial,
ekonomi dan lingkungan melalui kegiatan pengelolaan dan pemanfaatannya.
Dengan adanya kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan dapat
memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat desa hutan. Hutan
sungguh kaya dengan beragam potensinya. Mulai hasil kayu hutan, hasil hutan
bukan kayu, hingga jasa-jasa lingkungan. Sumberdaya alam yang besar tentu
perlu dikelola dengan baik dan bertanggung jawab guna menjamin keberlanjutan
pembangunan generasi (Nisa, 2013).
Agroforestry merupakan suatu sistem penggarapan tanah atau penggunaan
lahan di mana kegiatan kehutanan, pertanian, dan peternakan dikombinasikan
secara bersama-sama. Agroforestry atau dikenal juga sebagai suatu sistem
usahatani atau pertanian hutan merupakan suatu sistem penggunaan lahan secara
spasial yang dilakukan oleh manusia dengan menerapkan berbagai teknologi yang
ada melalui pemanfaatan tanaman semusim, tanaman tahunan (perdu, palem,
bambu, dan sebagainya) dan ternak dalam waktu bersamaan atau bergiliran pada
suatu periode tertentu sehingga terbentuk interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi di
dalamnya (Pradnya dkk, 2016).
Agroforestry dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestry utamanya diharapkan dapat
membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara
berkelanjutan guna manjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat dan
dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya didaerah pedesaan.
Untuk daerah tropis, beberapa masalah (ekonomi dan ekologi) berikutnya menjadi
mandat agroforestry dalam pemecahannya antara lain adalah menjamin dan
memperbaiki kebutuhan bahan pangan yang dijabarkan sebagai berikut : (1)
Meningkatkan persediaan pangan baik tahunan atau musiman dan perbaikan

1
kualitas nutrisi, (2) Diversifikasi produk dan pengurangan resiko gagal panen dan
(3) Keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan (Henny dan Asharii,
2011).
Tujuan agroforestri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat petani,
terutama di sekitar hutan yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif
masyarakat dan memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut
dengan pemeliharaannya. Program agroforestri biasanya diarahkan pada
peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya yang akhirnya akan
meningkatkan taraf hidup masyarakat sendiri (Dian dkk, 2014)
Salah satu program pemerintah dalam mewujudkan Agroforestry yaitu
dengan dilakukannya program tumpang sari antara pohon pinus dan kopi di
daerah Ngantang, Malang. Pada tahun 1974 Perum Perhutani menawarkan kepada
petani program tumpang sari dan setiap petani yang mengikuti program ini berhak
mengelola tanah seluas 0.5 ha. Setiap petani memperoleh bibit mahoni atau pinus
untuk ditanam. Mahoni dan pinus merupakan pohon penghasil timber sebagai
sumber keuntungan bagi Perhutani. Lahan dibuka dari hutan primer, kemudian
ditanami jagung atau ubi kayu di antara pohon-pohon pinus yang baru ditanam.
Sistem ini terus berlangsung sampai tanaman pinus berumur 5 tahun, kemudian
karena pertumbuhan mahoni kurang baik Perhutani menawarkan kepada
masyarakat untuk menanam kopi di antara tanaman pinus, asalkan keamanan dan
perawatan pohon pinus tetap terjaga.
Tawaran ini disambut baik oleh petani setempat karena harga biji kopi
cukup menarik. Bibit kopi yang ditanam adalah swadaya petani setempat. Selain
kopi, petani juga menanam pisang sebagai naungan kopi. Hasil buah pisang
dikirim ke Pulau Bali sebagai bahan dasar pembuat keripik pisang. Hasil
penjualan pisang ini sepenuhnya milik petani. Sedang hasil penjualan biji kopi
dibagi antara petani dan Perhutani, 2/3 hasil untuk petani dan 1/3 untuk Perhutani.
Penyadapan getah pinus dilakukan bila pinus telah berumur sekitar 20 tahun,
penyadapan dilakukan oleh petani dan hasil sadapan dibeli Perhutani seharga Rp
1000 per kg. Hasil timber tetap menjadi milik Perhutani. Contoh kasus ini
memberikan ilustrasi bahwa keberhasilan program konservasi alam ini sangat
ditentukan oleh keterlibatan dan terjaminnya kesejahteraan masyarakat setempat.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari program Agroforestry dalam
bentuk tumpang sari tanaman di daerah Ngantang, Malang, jika dilihat dari
sisi petani ?
1.2.2 Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari program Agroforestry dalam
bentuk tumpang sari tanaman di daerah Ngantang, Malang, jika dilihat dari
sisi perhutani ?
1.2.3 Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari program Agroforestry dalam
bentuk tumpang sari tanaman di daerah Ngantang, Malang, jika dilihat dari
sisi Sumber Daya Alam termasuk imaterialnya ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya tugas studi kasus ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui dampak Agroforestry di daerah Ngantang, Malang, dilihat dari
sisi petani.
1.3.2 Mengetahui dampak Agroforestry di daerah Ngantang, Malang, dilihat dari
sisi perhutani.
1.3.3 Mengetahui dampak Agroforestry di daerah Ngantang, Malang, dilihat dari
sisi Sumber Daya Alam termasuk imaterialnya.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penyusunan tugas studi kasus ini adalah :
1.4.1 Mahasiswa menjadi lebih mengenal apa saja manfaat dari program
Agroforestry untuk petani dan perhutani.
1.4.2 Mahasiswa menjadi mampu untuk mengerjakan dan menyelesaikan studi
kasus yang terkait dengan pelajaran Matakuliah Agroforestry.
1.4.3 Bertambahnya wawasan dan pengetahuan Mahasiswa terkait dengan bidang
ilmu Matakuliah Agroforestry yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan
di masing-masih daerah pertanian.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Agroforestry
Agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman hutan
(perennial) yang dikombinasikan dengan pertanian atau disebut juga sistem
wanatani. Sebenarnya banyak definisi mengenai agroforestry, yang satu sama lain
tidak berbeda secara substansi. Banyak definisi dari agroforestry yang sering
digunakan dalam dunia pengetahuan. International Council for Research in
Agroforestry (ICRAF) mendefinisikan agroforestry sebagai suatu sistem
pengelolaan lahan yang berazaskan kelestarian, untuk meningkatkan hasil lahan
secara keseluruhan, melalui kombinasi produksi (termasuk tanaman pohon-
pohonan) dan tanaman hutan dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan
pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai
dengan kebudayaan penduduk setempat (Widianto, 2012).
Menurut Pradnya (2016) Mendefinisikan bahwa Agroforestry merupakan
suatu sistem penggarapan tanah atau penggunaan lahan di mana kegiatan
kehutanan, pertanian, dan peternakan dikombinasikan secara bersama-sama.
Agroforestry atau dikenal juga sebagai suatu sistem usahatani atau pertanian hutan
merupakan suatu sistem penggunaan lahan secara spasial yang dilakukan oleh
manusia dengan menerapkan berbagai teknologi yang ada melalui pemanfaatan
tanaman semusim, tanaman tahunan (perdu, palem, bambu, dan sebagainya) dan
ternak dalam waktu bersamaan atau bergiliran pada suatu periode tertentu
sehingga terbentuk interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi di dalamnya.

2.2 Jenis Agroforestry


Menurut Widianto (2012), Agroforestry dapat dikelompokkan menjadi dua
sistem, yaitu sistem agroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks.

a. Sistem Agroforestry Sederhana


Sistem agroforestry sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana
pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman

4
semusim. Pepohonan dapat ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan
tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang
ditanam juga sangat beragam, dapat yang bernilai ekonomi tinggi misalnya
kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan
mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi gogo,
jagung, kedelai, kacangkacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau
jenis-jenis tanaman lainnya.

b. Sistem agroforestry Kompleks


Sistem agroforestry kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap
yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja
ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola
petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem
ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat
(liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama
dari sistem agroforestry kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di
dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun
hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest.

2.3 Agroforestry di Indonesia


Salah satu program Agroforestry di Indonesia yaitu dilakukannya program
tumpang sari antara pohon pinus dan kopi di daerah Ngantang, Malang. Program
ini merupakan jenis agroforestri sederhana yang dilakukan oleh Perum Perhutani
yang tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomi petani di daerah ini dan
juga kemajuan untuk Perhutani sendiri.
Pada tahun 1974 Perum Perhutani menawarkan kepada petani program
tumpang sari dan setiap petani yang mengikuti program ini berhak mengelola
tanah seluas 0.5 ha. Setiap petani memperoleh bibit mahoni atau pinus untuk
ditanam. Mahoni dan pinus merupakan pohon penghasil timber sebagai sumber
keuntungan bagi Perhutani.

5
Lahan dibuka dari hutan primer, kemudian ditanami jagung atau ubi kayu
di antara pohon-pohon pinus yang baru ditanam. Sistem ini terus berlangsung
sampai tanaman pinus berumur 5 tahun, kemudian karena pertumbuhan mahoni
kurang baik Perhutani menawarkan kepada masyarakat untuk menanam kopi di
antara tanaman pinus, asalkan keamanan dan perawatan pohon pinus tetap terjaga.

Gambar 1. Sistem agroforestry di Ngantang, Malang Jawa Timur.

Tawaran ini disambut baik oleh petani setempat karena harga biji kopi
cukup menarik. Bibit kopi yang ditanam adalah swadaya petani setempat. Selain
kopi, petani juga menanam pisang sebagai naungan kopi. Hasil buah pisang
dikirim ke Pulau Bali sebagai bahan dasar pembuat keripik pisang. Hasil
penjualan pisang ini sepenuhnya milik petani. Sedang hasil penjualan biji kopi
dibagi antara petani dan Perhutani, 2/3 hasil untuk petani dan 1/3 untuk Perhutani.
Penyadapan getah pinus dilakukan bila pinus telah berumur sekitar 20 tahun,
penyadapan dilakukan oleh petani dan hasil sadapan dibeli Perhutani seharga Rp
1000 per kg. Hasil timber tetap menjadi milik Perhutani.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk


Tumpang Sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Petani.
Agroforestry di daerah Ngantang, Malang memberikan banyak manfaat
bagi petani. Adanya agroforestry dapat dirasakan manfaatnya oleh para petani
terutama dalam segi finansial atau perekonomiannya. Sebelum adanya
agroforestry, rata-rata pekerjaan mereka yaitu pencari kayu bakar, pencari rumput
untuk pakan ternak, bahkan adapula yang bekerja sebagai buruh tani yang
mengolah sawah orang lain. Namun setelah adanya program agroforestri ini,
petani yang sebelumnya tidak memiliki lahan sendiri akhirnya dibantu oleh
Perhutani dengan memberikan lahan seluas 0.5 ha kepada masing-masing petani
sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli atau menyewa
lahan.
Dari lahan tersebut, petani mendapatakan keuntungan dari penjualan biji
kopi dan buah pisang yang mereka tanami sambil menunggu pohon pinus besar.
Penjualan buah pisang seutuhnya menjadi milik petani dan untuk penjualan biji
kopi, petani membaginya dengan perhutani yaitu 2/3 untuk petani dan 1/3
diberikan kepada perhutani. Selain itu, petani juga mendapakan pemasukan dari
penyadapan getah pinus. Penyadapan ini dilakukan saat pinus berusia 20 tahun
dan hasil penyadapan tersebut dibeli oleh perhutani dengan harga Rp 1.000/kg
pada saat itu.
Keuntungan yang didapat para petani dari pengadaan tumpang sari pada
kondisi ekonomi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan makin banyaknya
petani yang membuka dan mengolah lahan perhutani, karena sebagian besar dari
petani tumpang sari tidak memiliki sawah sehingga dengan adanya agroforestry
mendorong para warga yang tidak memiliki sawah dapat mengolah lahan
perhutani sehingga dapat meningkatkan perekonomiannya menjadi lebih baik dan
perlahan warga bisa hidup dengan sejahtera, berbeda jauh ketika sebelum adanya
agroforesty atau tumpang sari.

7
Selain itu masyarakat dapat mengembangkan teknologi budidaya mereka
melalui teknik (kearifan) lokal. Seperti pengembangan tanaman pekarangan,
kebun, pemeliharaan hutan sekunder, dan kawasan lindung sekitar desa untuk
perlindungan tata air dan mengelola hasil hutan dengan cara pemanfaatan
hasilhutan non-kayu.

3.2 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk


Tumpang Sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Perhutani.
Keuntungan dengan adanya agroforestri di daerah Ngantang, Malang,
tidak hanya dirasakan oleh para petani tetapi juga dirasakan oleh pihak perhutani
yakni dengan adanya sistem argoforestri, pihak perhutani dapat merasakan hasil
panen dari tanaman tumpang sari yaitu besarnya 1/3 dari penjualan biji kopi oleh
petani. Hal tersebut diberikan oleh petani sebagai bentuk pembagian hasil dari
kerjasama petani dan pihak perhutani, hasil panen para petani biasanya disisihkan
1/3 dari hasil panen untuk diberikan kepada pihak perhutani.
Selain adanya pemasukan dari petani kepada perhutani dari penjualan biji
kopi, perhutani juga diuntungkan oleh hasil pohon pinus yang pertumbuhannya
maksimal sehingga dihasilkan timber (kayu glondongan) yang berkualitas. Hal
ini terjadi karena petani menganggap lahan yang mereka garap itu adalah kebun
bukan hutan. Pohon di hutan dianggap tidak ada yang memiliki. Sebaliknya,
pohon di kebun ada pemiliknya sehingga pohon tersebut mendapat perlindungan
yang lebih efektif daripada yang terdapat di hutan negara. Sumber daya hutan di
dalam agroforestri dengan demikian turut berperan dalam mengurangi tekanan
terhadap sumber daya alam. Sehingga secara tidak langsung agroforestri turut
melindungi hutan alam.

3.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk


Tumpang Sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Sumber Daya Alam Termasuk Imaterialnya.
Agroforest memainkan peran penting dalam pelestarian sumberdaya alam
yang ada di hutan baik nabati maupun hewani karena struktur dan sifatnya yang

8
khas. Agroforest menciptakan kembali arsitektur khas hutan yang mengandung
habitat mikro, dan di dalam habitat mikro ini sejumlah tanaman hutan alam
mampu bertahan hidup dan berkembang biak. Kekayaan flora semakin besar, jika
di dekat kebun terdapat hutan alam yang berperan sebagai sumber (bibit) tanaman.
Bahkan ketika hutan alam sudah hampir lenyap sekalipun, warisan hutan masih
mampu terus berkembang dalam kelompok besar:
Selain itu, program agroforestry ini juga mempunyai aspek positif lainnya
dalam jasa lingkungan. Beberapa dampak yang baik pada lingkungan hutan ini
antara lain :
1. Pelestarian Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan
Kekayaan jenis dalam areal agroforestry sangat tinggi. Agroforestry yang terletak
dekat hutan alam memiliki komponen jenis tumbuhan hutan yang beragam.
2. Habitat Satwa Liar
Agroforestry yang sudah tertata dengan keanekaragaman jenis tinggi dan
komposisi tajuk yang baik dapat menjadi habitat dari beberapa jenis satwa, seperti
primata, beruang, dan mamalia teresterial. Peran satwa tersebut dapat sebagai
penyebar biji-bijian yang membantu proses regenerasi dan peningkatan
keanekaragaman tumbuhan.
3. Konservasi Lahan dan Air
Masalah lingkungan yang umum berkaitan dengan lahan adalah meluasnya lahan
kritis dan tingginya tingkat erosi tanah. Sistem stratifikasi tajuk yang menyerupai
hutan dari segi konservasi tanah dan air akan lebih berdampak pada pengaturan
tata air dan hujan tidak langsung ke tanah yang dapat mencegah erosi permukaan.
Hal ini terlihat dari komposisi jenis dan pola tanam, jenis pohon di ladang, dan
hutan rakyat.
4. Kesetimbangan biodiversity.
Keragaman tanaman yang dusahakan antara tanaman tahunan dan tanaman
pertanian memungkinkan terjadinya rantai makanan dan energi yang lebih
panjang. Kondisi ini selanjutnya akan mendukung terciptanya keragaman hayati
yang tinggi (biodiversitas).

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di BAB III, maka didapatkanlah kesimpulan sebagai
berikut :
1. Program agroforestri memberikan banyak manfaat kepada petani di sekitar
hutan terutamanya adalah manfaat dalam segi ekonomi. Petani diberikan
lahan oleh perhutani dan lahan tersebut dapat mereka tanami tanaman
semusin sebagai tanaman tumpang sari dengan pohon pinus, dan hasil dari
tanaman tumpang sari tersebut ada yang seutuhnya milik mereka dan ada pula
yang dibagi dengan perum perhutani sebagai bentuk pembagian hasil dari
kerjasama petani dan pihak perhutani.
2. Perum perhutani mendapatkan beberapa keuntungan dari program ini yaitu
dari hasil beberapa jenis tanaman tumpang sari petani serta hasil dari pohon
pinus yang juga dirawat oleh petani sehingga menghasilkan getah dan timber
yang baik.
3. Dilihat dari sisi Sumber Daya Alam, agroforestri mampu memberikan
manfaat dan dampak yang baik seperti dalam hal pelestarian sumberdaya
genetik tanaman hutan, habitat satwa liar, konservasi lahan dan air, serta
keseimbangan biodiversity.

4.2 Saran
Penerapan sistem agroforestri merupakan salah satu rangka pengelolaan
hutan yang ada di daerah Ngantang, Malang. Sistem agroforestri ini selain
menguntungkan petani juga menguntungkan pihak perhutani. Adanya kerjasama
yang baik antara dua belah pihak menjadikan agroforestri dianggap sebagai salah
satu bentuk pengelolaan hutan yang mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat disekitar hutan. Sehingga penerapan program ini harus terus
diterapkan di wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi yang sama agar tingkat
perekonomian masyarakat di Indonesia dapat semakin meingkat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dian H, Firmanti S, Gigih HR, Rizka P, Yoananda R. 2014 Penerapan Sistem


Agroforestri dalam Rangka Pengelolaan Hutan di Kecamatan
Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur. www.dokumen.tips.
Diunduh pada tanggal 25 Februari 2018.

Henny M, dan Asharii. 2011. Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung


Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 29, No. 2, Desember 2011.

Kurniatun H, Widianto, dan Sunaryo. 2004. Sistem Agroforestri di Indonesia.


www.worldagroforestry.org. Diunduh pada tangga 23 Februari 2018.

Nisa N U. 2013. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Ditinjau dari Perspektif


Assets Based Community Development. Social Work Jurnal. Vol. 5,
No. 2.

Pradnya P, Raditya R, Nana S, Boy Y. 2016. Optimalisasi Pemanfaatan Sistem


Agroforestri Sebagai Bentuk Adaptasi dan Mitigasi Tanah Longsor.
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, No.2, Agustus 2016.

Totok D H. 2008. Pengelolaan Sumber Hutan Bersama Masyarakat dalam Sistem


Agroforestry. https//media.neliti.com. Diunduh pada tanggal 19 Februari
2018

Widianto, Ary. 2012. Agroforestry dan Peranannya dalam Mempertahankan


Fungsi Hidrologi dan Konserfasi. www.researchgate.net. Diunduh
pada tanggal 24 Februari 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai