NAMA KELOMPOK :
1. I PUTU AGUS WAHYU EKANTARA (1793542110068)
2. I MADE GOJING ANDIKA (1793542110070)
3. YUNUS WIDIES BANI (1793542110064)
4. WILLIBRODUS JAHEDA (1793542110068)
5. PATRIANUS HADUN (1793542110041)
6. MARSELINUS JAUR (1793542110052)
7. YOHANES BARCKENMANS (1793542110056)
8. RICHARDUS NGONGO ELO (1793542110043)
9. OKTAVIANUS BULU DAKA (1793542110040)
10. NGADU ADU (1793542110035)
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah sesuai waktu
yang telah di rencanakan. Penyusunan Makalah Ini merupakan tugas mata kuliah
Agroforestry di semester 2 tahun akademik 2017/2018. Dalam penulisan makalah
ini, tentunya banyak pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
untuk selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
1.4 Manfaat ..............................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................4
2.1 Agroforestry........................................................................................................4
2.2 Jenis Agroforestry...............................................................................................4
a. Agroforestry Sederhana..................................................................................4
b. Agroforestry Kompleks..................................................................................5
2.3 Agroforestry di Indonesia...................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................7
3.1 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk
Tumpang sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Petani............................................................................................................7
3.2 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk
Tumpang sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Perhutani......................................................................................................8
3.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Program Agroforestry dalam Bentuk
Tumpang sari Tanaman di Daerah Ngantang, Malang, Jika Dilihat dari
Sisi Sumber Daya Alam Termasuk Imaterialnya................................................8
BAB IV PENUTU..............................................................................................................10
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
4.2 Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kualitas nutrisi, (2) Diversifikasi produk dan pengurangan resiko gagal panen dan
(3) Keterjaminan bahan pangan secara berkesinambungan (Henny dan Asharii,
2011).
Tujuan agroforestri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat petani,
terutama di sekitar hutan yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif
masyarakat dan memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut
dengan pemeliharaannya. Program agroforestri biasanya diarahkan pada
peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya yang akhirnya akan
meningkatkan taraf hidup masyarakat sendiri (Dian dkk, 2014)
Salah satu program pemerintah dalam mewujudkan Agroforestry yaitu
dengan dilakukannya program tumpang sari antara pohon pinus dan kopi di
daerah Ngantang, Malang. Pada tahun 1974 Perum Perhutani menawarkan kepada
petani program tumpang sari dan setiap petani yang mengikuti program ini berhak
mengelola tanah seluas 0.5 ha. Setiap petani memperoleh bibit mahoni atau pinus
untuk ditanam. Mahoni dan pinus merupakan pohon penghasil timber sebagai
sumber keuntungan bagi Perhutani. Lahan dibuka dari hutan primer, kemudian
ditanami jagung atau ubi kayu di antara pohon-pohon pinus yang baru ditanam.
Sistem ini terus berlangsung sampai tanaman pinus berumur 5 tahun, kemudian
karena pertumbuhan mahoni kurang baik Perhutani menawarkan kepada
masyarakat untuk menanam kopi di antara tanaman pinus, asalkan keamanan dan
perawatan pohon pinus tetap terjaga.
Tawaran ini disambut baik oleh petani setempat karena harga biji kopi
cukup menarik. Bibit kopi yang ditanam adalah swadaya petani setempat. Selain
kopi, petani juga menanam pisang sebagai naungan kopi. Hasil buah pisang
dikirim ke Pulau Bali sebagai bahan dasar pembuat keripik pisang. Hasil
penjualan pisang ini sepenuhnya milik petani. Sedang hasil penjualan biji kopi
dibagi antara petani dan Perhutani, 2/3 hasil untuk petani dan 1/3 untuk Perhutani.
Penyadapan getah pinus dilakukan bila pinus telah berumur sekitar 20 tahun,
penyadapan dilakukan oleh petani dan hasil sadapan dibeli Perhutani seharga Rp
1000 per kg. Hasil timber tetap menjadi milik Perhutani. Contoh kasus ini
memberikan ilustrasi bahwa keberhasilan program konservasi alam ini sangat
ditentukan oleh keterlibatan dan terjaminnya kesejahteraan masyarakat setempat.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari program Agroforestry dalam
bentuk tumpang sari tanaman di daerah Ngantang, Malang, jika dilihat dari
sisi petani ?
1.2.2 Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari program Agroforestry dalam
bentuk tumpang sari tanaman di daerah Ngantang, Malang, jika dilihat dari
sisi perhutani ?
1.2.3 Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari program Agroforestry dalam
bentuk tumpang sari tanaman di daerah Ngantang, Malang, jika dilihat dari
sisi Sumber Daya Alam termasuk imaterialnya ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya tugas studi kasus ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui dampak Agroforestry di daerah Ngantang, Malang, dilihat dari
sisi petani.
1.3.2 Mengetahui dampak Agroforestry di daerah Ngantang, Malang, dilihat dari
sisi perhutani.
1.3.3 Mengetahui dampak Agroforestry di daerah Ngantang, Malang, dilihat dari
sisi Sumber Daya Alam termasuk imaterialnya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penyusunan tugas studi kasus ini adalah :
1.4.1 Mahasiswa menjadi lebih mengenal apa saja manfaat dari program
Agroforestry untuk petani dan perhutani.
1.4.2 Mahasiswa menjadi mampu untuk mengerjakan dan menyelesaikan studi
kasus yang terkait dengan pelajaran Matakuliah Agroforestry.
1.4.3 Bertambahnya wawasan dan pengetahuan Mahasiswa terkait dengan bidang
ilmu Matakuliah Agroforestry yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan
di masing-masih daerah pertanian.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Agroforestry
Agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman hutan
(perennial) yang dikombinasikan dengan pertanian atau disebut juga sistem
wanatani. Sebenarnya banyak definisi mengenai agroforestry, yang satu sama lain
tidak berbeda secara substansi. Banyak definisi dari agroforestry yang sering
digunakan dalam dunia pengetahuan. International Council for Research in
Agroforestry (ICRAF) mendefinisikan agroforestry sebagai suatu sistem
pengelolaan lahan yang berazaskan kelestarian, untuk meningkatkan hasil lahan
secara keseluruhan, melalui kombinasi produksi (termasuk tanaman pohon-
pohonan) dan tanaman hutan dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan
pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai
dengan kebudayaan penduduk setempat (Widianto, 2012).
Menurut Pradnya (2016) Mendefinisikan bahwa Agroforestry merupakan
suatu sistem penggarapan tanah atau penggunaan lahan di mana kegiatan
kehutanan, pertanian, dan peternakan dikombinasikan secara bersama-sama.
Agroforestry atau dikenal juga sebagai suatu sistem usahatani atau pertanian hutan
merupakan suatu sistem penggunaan lahan secara spasial yang dilakukan oleh
manusia dengan menerapkan berbagai teknologi yang ada melalui pemanfaatan
tanaman semusim, tanaman tahunan (perdu, palem, bambu, dan sebagainya) dan
ternak dalam waktu bersamaan atau bergiliran pada suatu periode tertentu
sehingga terbentuk interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi di dalamnya.
4
semusim. Pepohonan dapat ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan
tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang
ditanam juga sangat beragam, dapat yang bernilai ekonomi tinggi misalnya
kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan
mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi gogo,
jagung, kedelai, kacangkacangan, ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau
jenis-jenis tanaman lainnya.
5
Lahan dibuka dari hutan primer, kemudian ditanami jagung atau ubi kayu
di antara pohon-pohon pinus yang baru ditanam. Sistem ini terus berlangsung
sampai tanaman pinus berumur 5 tahun, kemudian karena pertumbuhan mahoni
kurang baik Perhutani menawarkan kepada masyarakat untuk menanam kopi di
antara tanaman pinus, asalkan keamanan dan perawatan pohon pinus tetap terjaga.
Tawaran ini disambut baik oleh petani setempat karena harga biji kopi
cukup menarik. Bibit kopi yang ditanam adalah swadaya petani setempat. Selain
kopi, petani juga menanam pisang sebagai naungan kopi. Hasil buah pisang
dikirim ke Pulau Bali sebagai bahan dasar pembuat keripik pisang. Hasil
penjualan pisang ini sepenuhnya milik petani. Sedang hasil penjualan biji kopi
dibagi antara petani dan Perhutani, 2/3 hasil untuk petani dan 1/3 untuk Perhutani.
Penyadapan getah pinus dilakukan bila pinus telah berumur sekitar 20 tahun,
penyadapan dilakukan oleh petani dan hasil sadapan dibeli Perhutani seharga Rp
1000 per kg. Hasil timber tetap menjadi milik Perhutani.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Selain itu masyarakat dapat mengembangkan teknologi budidaya mereka
melalui teknik (kearifan) lokal. Seperti pengembangan tanaman pekarangan,
kebun, pemeliharaan hutan sekunder, dan kawasan lindung sekitar desa untuk
perlindungan tata air dan mengelola hasil hutan dengan cara pemanfaatan
hasilhutan non-kayu.
8
khas. Agroforest menciptakan kembali arsitektur khas hutan yang mengandung
habitat mikro, dan di dalam habitat mikro ini sejumlah tanaman hutan alam
mampu bertahan hidup dan berkembang biak. Kekayaan flora semakin besar, jika
di dekat kebun terdapat hutan alam yang berperan sebagai sumber (bibit) tanaman.
Bahkan ketika hutan alam sudah hampir lenyap sekalipun, warisan hutan masih
mampu terus berkembang dalam kelompok besar:
Selain itu, program agroforestry ini juga mempunyai aspek positif lainnya
dalam jasa lingkungan. Beberapa dampak yang baik pada lingkungan hutan ini
antara lain :
1. Pelestarian Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan
Kekayaan jenis dalam areal agroforestry sangat tinggi. Agroforestry yang terletak
dekat hutan alam memiliki komponen jenis tumbuhan hutan yang beragam.
2. Habitat Satwa Liar
Agroforestry yang sudah tertata dengan keanekaragaman jenis tinggi dan
komposisi tajuk yang baik dapat menjadi habitat dari beberapa jenis satwa, seperti
primata, beruang, dan mamalia teresterial. Peran satwa tersebut dapat sebagai
penyebar biji-bijian yang membantu proses regenerasi dan peningkatan
keanekaragaman tumbuhan.
3. Konservasi Lahan dan Air
Masalah lingkungan yang umum berkaitan dengan lahan adalah meluasnya lahan
kritis dan tingginya tingkat erosi tanah. Sistem stratifikasi tajuk yang menyerupai
hutan dari segi konservasi tanah dan air akan lebih berdampak pada pengaturan
tata air dan hujan tidak langsung ke tanah yang dapat mencegah erosi permukaan.
Hal ini terlihat dari komposisi jenis dan pola tanam, jenis pohon di ladang, dan
hutan rakyat.
4. Kesetimbangan biodiversity.
Keragaman tanaman yang dusahakan antara tanaman tahunan dan tanaman
pertanian memungkinkan terjadinya rantai makanan dan energi yang lebih
panjang. Kondisi ini selanjutnya akan mendukung terciptanya keragaman hayati
yang tinggi (biodiversitas).
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di BAB III, maka didapatkanlah kesimpulan sebagai
berikut :
1. Program agroforestri memberikan banyak manfaat kepada petani di sekitar
hutan terutamanya adalah manfaat dalam segi ekonomi. Petani diberikan
lahan oleh perhutani dan lahan tersebut dapat mereka tanami tanaman
semusin sebagai tanaman tumpang sari dengan pohon pinus, dan hasil dari
tanaman tumpang sari tersebut ada yang seutuhnya milik mereka dan ada pula
yang dibagi dengan perum perhutani sebagai bentuk pembagian hasil dari
kerjasama petani dan pihak perhutani.
2. Perum perhutani mendapatkan beberapa keuntungan dari program ini yaitu
dari hasil beberapa jenis tanaman tumpang sari petani serta hasil dari pohon
pinus yang juga dirawat oleh petani sehingga menghasilkan getah dan timber
yang baik.
3. Dilihat dari sisi Sumber Daya Alam, agroforestri mampu memberikan
manfaat dan dampak yang baik seperti dalam hal pelestarian sumberdaya
genetik tanaman hutan, habitat satwa liar, konservasi lahan dan air, serta
keseimbangan biodiversity.
4.2 Saran
Penerapan sistem agroforestri merupakan salah satu rangka pengelolaan
hutan yang ada di daerah Ngantang, Malang. Sistem agroforestri ini selain
menguntungkan petani juga menguntungkan pihak perhutani. Adanya kerjasama
yang baik antara dua belah pihak menjadikan agroforestri dianggap sebagai salah
satu bentuk pengelolaan hutan yang mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat disekitar hutan. Sehingga penerapan program ini harus terus
diterapkan di wilayah-wilayah lain yang memiliki potensi yang sama agar tingkat
perekonomian masyarakat di Indonesia dapat semakin meingkat.
10
DAFTAR PUSTAKA
11