b. Perkembangan emosional
Pada saat anak berusia 10 tahun, perkembangan psikologi atau emosi remaja
masih akan menunjukkan ketergantungannya pada orangtua. Namun, kedekatannya
dengan teman-teman sebaya akan semakin menguat. Bahkan, tekanan dari lingkungan
pertemanan yang dirasakannya akan semakin besar. Begitu pula dengan identitas
dirinya dalam sebuah pertemanan.
Meski begitu, pada usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa memiliki
kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar. Hal ini membuatnya masih akan mengikuti
aturan dan prinsip yang ada di dalam rumah. Namun, Kalian mungkin perlu
mempersiapkan diri jika anak mulai mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan
di rumah. Di saat yang bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja
usia 11 hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya. Hal ini
biasanya terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya. Namun apabila
permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan ia mengalami
masalah tertentu. Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya
terlalu gemuk, ia bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung pada
gangguan makan serta minder.
Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan
identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang
didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang dibaca. Apabila dilakukan tanpa
pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh apa yang dilihatnya berdasarkan
rasa penasaran. Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Kalian juga bisa melihat
perkembangan psikologi atau emosi remaja yang cukup signifikan.Ini terlihat dari
perubahan mood yang semakin menjadi-jadi. Satu waktu merasa bisa menaklukkan
segalanya, di waktu lain anak merasa telah mengacaukan semuanya.
c. Perkembangan sosial
Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup
atau geng, sehingga menjadi lebih solid. Pada anak usia 10 tahun, perkembangan
psikologi juga ditkaliani dengan sisi kompetitif yang dimilikinya terhadap teman yang
bukan termasuk di dalam perkumpulannya. Di usia ini, anak perempuan akan lebih
suka bermain dengan anak perempuan, begitu pula dengan anak laki-laki yang lebih
nyaman bermain dengan anak laki-laki. Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan
ketertarikan pada lawan jenis, meski belum terlalu kentara. Rasa ketertarikan itu bisa
jadi pertkalian dari masa puber. Dengan begitu, anak juga berpotensi mengalami
perubahan suasana hati yang tak menentu. Hal ini juga didampingi dengan kepekaan
terhadap bentuk tubuh dan penampilannya. Semakin bertambah usia, anak Kalian
akan lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan teman dibanding dengan
keluarga. Hal ini juga termasuk ke dalam perkembangan psikologi anak usia 11
tahun. Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun juga bisa
semakin terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.
2. Perkembangan psikologi remaja 14 – 17 tahun
Apabila dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Kalian bisa melihat
ada perbedaan di perkembangan remaja fase middle ini. Secara umum, bisa dikatakan
bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat karena mereka mulai membangun
identitas diri. Tidak hanya itu saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan
kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua. Berikut beberapa perkembangan
psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga 17 tahun:
Memperlihatkan kemandirian pada orangtua.
Menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.
Mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
Mempunyai kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan jenis.
Perubahan susasana hati yang tidak menentu.
a. Perkembangan emosional
Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih tergolong naik
turun. Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya
orangtua kewalahan dengan hal ini. Di usia ini Kalian juga perlu mulai memberikan
edukasi seks karena anak mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.
Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko,
sehingga Kalian wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang
diketahuinya. Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak
dilakukannya. Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi
remaja juga mulai memperlihatkan kepedulian. Simpati dan empati mulai terpupuk
walau ada kalanya ia mempunyai sudut pkalianng berbeda. Perhatikan apabila ia
memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.
Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi remaja ia
mengalami beberapa gangguan. Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur,
gangguan citra tubuh, krisis kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi
pada remaja
b. Perkembangan sosial
Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai ikatan
tersendiri dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya. Ada banyak
kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan yang sama.
Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman membicarakan
masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu. Hal ini pun berlanjut sampai di
perkembangan anak usia 17 tahun karena ia tetap menjaga hubungan baik dengan
sahabat. Mungkin, hubungan orangtua dengan anak akan bergeser karena ini
perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun pada usia ini, perkembangan remaja
sudah mencapai fase terakhir, yaitu late. Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya
menjadi lebih terkendali dibandingkan dengan usia sebelumnya. Maka dari itu, bisa
dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia ini sudah lebih
memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya. Berikut beberapa perkembangan
psikologi remaja usia 18 tahun, di antaranya:
Semakin membuka diri untuk memperluas pertemanan.
Sudah memikirkan masa depan dan tujuan hidup.
Mandiri dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
Mulai tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.
c. Perkembangan emosional
Sebagai orangtua, Kalian perlu memahami apabila setiap anak mempunyai
tahapan perkembangannya masing-masing. Begitu juga dengan perkembangan
psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun ini. Ada kemungkinan ia mulai sadar
dan mengerti apa yang diinginkan. Apalagi, emosinya sudah berangsur-angsur
menjadi lebih stabil. Maka dari itu ia semakin yakin untuk mempertahankan
kemandirian sekaligus mencoba dunia baru yang sudah lama diinginkan.
PENYEBAB REMAJA MULAI MEMBERONTAK
Pertengkaran orangtua dengan anak bisa berujung pada keinginan kabur dari
rumah karena ia sedang berada dalam fase pemberontakan. Ini juga hal yang bisa terjadi
pada perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun atau bahkan lebih
muda. Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa dicapai
selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja. Beberapa penyebab yang
membuat perkembangan emosi remaja jadi memberontak, seperti:
1. Merasa tidak aman di rumah
Anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan sehingga
mengakibatkan perkembangan psikologisnya terganggu. Hal ini bisa terjadi jika ia
menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan verbal, fisik, psikologis, atau seksual.
2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan
Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa
membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur. Dengan begitu, anak bisa membolos
tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua. Hal lain yang mengakibatkan psikologis
remaja terganggu adalah ketika terlibat masalah tertentu tapi ia tidak berani
menganggung akibat atau hukumannya. Maka, ia pun memilih untuk memberontak
seperti lari dari rumah daripada harus menerima konsekuensi.
3. Merasa tidak dihargai
Salah satu kasus pemberontakan yang bisa mengganggu psikologi atau emosi
remaja adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.Ia merasa kurang
dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih menyayangi kakak atau adiknya. Selain itu,
anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan hukuman yang sangat berat
atas kesalahannya. Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup
perhatian dari orangtua juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara
memberontak.
4. Tidak bijak menggunakan media sosial
Media sosial adalah tempat bagi sebagian besar remaja untuk mengekspresikan
diri mereka, lewat kata-kata maupun foto. Di antara semua jenis media sosial, instagram
cukup mendapat banyak perhatian bagi anak remaja. Melalui instagram, ia bisa
mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya dan mendapat feedback, berupa like atau
komentar. Namun, tidak semua mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi
perkembangan psikologi atau emosi remaja. Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil
selfie sehingga berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja.