Anda di halaman 1dari 4

Nama : Silvia Julianti Mata Kuliah : Zoologi Invertebrata

NPM : 2013024014 Dosen Pengampu :

Prodi : Pendidikan Biologi 1. Dr. Dewi Lengkana, M. Sc.

2. Ismi Rakhmawati, S.Pd., M.Pd.

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd.

Animal Local Wisdom Task

1. Kucing (Felis silvestris catus) (Vertebrata / Mamalia)

Umur dan Pekerjaan Narasumber Lokasi Hewan

44 tahun (Ibu Rumah Tangga) Kota Bandar Lampung, Kab. Bandar


Lampung, Kec. Way halim

Mitos dan keterkaitan dengan sains Gambar Hewan


Mitos : Kucing mempunyai 9 nyawa

Kaitan dengan sains:


Sembilan nyawa yang dimiliki oleh kucing
diyakini berasal dari kemampuannya melompat
atau terjatuh dari tempat tinggi tanpa terluka.
Kucing juga bisa menghindari kecelakaan
dengan baik sehingga enggak membuatnya
terluka. Sebenarnya, berbagai kemampuan
yang dimiliki kucing ini berasal dari
keseimbangan tubuhnya yang baik saat mereka
terjatuh (mengatur gaya gravitasi yang baik)
Ketika terjatuh, kucing mengetahui posisi
jatuhnya, yaitu menghadapkan kaki ke bawah
yang digunakan untuk mendarat. Kucing juga
dikenal punya refleks yang sangat baik,
sehingga bisa membuat mereka dapat
melarikan diri dengan cepat dari situasi yang
dianggap berbahaya.
2. Ular (Serpentes) (Vertebrata / Reptil)

Umur dan Pekerjaan Narasumber Lokasi Hewan

33 tahun (PNS) Kota Bandar Lampung, Kab. Bandar


Lampung, Kec. Way halim

Mitos dan keterkaitan dengan sains Gambar Hewan


Mitos : Ular bisa dikonsumsi sebagai
pengobatan

Kaitan dengan sains:


Menurut Dr. Tri Maharani, daging, empedu,
dan bisa ular mengandung protein. Jadi, bisa
dikonsumsi oleh manusia. Meski bisa
dikonsumsi, kita harus tetap berhati-hati saat
mengonsumsi daging ular. Namun, tidak benar
bila daging ular memiliki berbagai khaziat
ajaib selama ini yang dipercaya oleh
masyarakat. Selain itu, ada kekhawatiran bila
ular yang dimakan memiliki penyakit. Karena
Ular adalah hewan liar. Kita tidak bisa
membedakan mana ular sakit dan mana ular
sehat. Selain itu, kita juga tidak tahu, apakah
ular tersebut mengandung bakteri atau tidak.
Jika ular yang kita konsumsi mengandung
bakteri, kita tidak tahu efek apa yang akan
ditimbulkan oleh bakteri tersebut pada tubuh
kita. Bakteri yang belum diketahui jenisnya ini
dikhawatirkan bisa membuat seseorang sakit.

Karena mengandung bakteri yang tak dikenal,


alangkah baiknya jika kita memilih daging
hewan lain yang lebih layak untuk dimakan,
misalnya ayam atau sapi. Jika kita
memaksakan diri makan daging ular,
dikhawatirkan akan terjadi zoonis (infeksi yang
disebabkan oleh bakteri tak dikenal yang ada di
tubuh hewan)
3. Monyet (Hominoidea) (Vertebrata / Mamalia)

Umur dan Pekerjaan Narasumber Lokasi Hewan

52 tahun (Wiraswasta) Kota Bandar Lampung, Kab. Bandar


Lampung, Kec. Way halim

Mitos dan keterkaitan dengan sains Gambar Hewan


Mitos : Otak monyet bisa meningkatkan
kecerdasan manusia

Kaitan dengan sains:


Mitos itu bisa benar, bila dibuktikan dengan
penelitian ilmiah. Tapi mitos itu juga bisa
salah, bila tidak dibuktikan dengan penelitian
ilmiah. Sebelumnya, dipercaya bahwa
penyebab sejumlah primata punya otak lebih
besar dari yang lain, karena terkait perilaku
sosialnya. Primata yang hidup di lingkungan
sosial yang lebih besar dan kompleks
membutuhkan otak yang lebih besar pula untuk
mengakomodasi secara efisien seluruh
hubungan sosial itu. Namun, sejak umur 5
tahun manusia sudah tampak kecerdasannya
tanpa memakan otak monyet, dan belum ada
penelitian yang membenarkan bahwa otak
monyet bisa meningkatkan kecerdasan
manusia.
4. Banteng (Bos javanicus) (Vertebrata / Mamalia)

Umur dan Pekerjaan Narasumber Lokasi Hewan

46 tahun (Ibu Rumah Tangga) Kota Bandar Lampung, Kab. Bandar


Lampung, Kec. Way halim

Mitos dan keterkaitan dengan sains Gambar Hewan


Mitos : Banteng benci warna merah

Kaitan dengan sains:


Mitos ini muncul karena ada seorang matador
yang mengibaskan Muleta (tongkat kain
merah) untuk memancing kemarahan banteng.
Namun, pernyataan banteng membenci warna
merah hanya sebuah mitos. Sebab, banteng
tidak mengenal warna, termasuk merah.
Sebenarnya banteng menjadi agresif bukan
karena warna merah. Banteng menjadi agresif
karena gerakan dari Muleta. Banteng bakal
menghampiri objek yang bergerak paling aktif
yang berada dalam jangkauannya. Jadi, seekor
banteng tidak bisa melihat warna merah, tapi
bereaksi terhadap gerakan. Pandangan terhadap
warna adalah subyek yang menipu.
Muleta inilah yang membuat atraksi matador
vs banteng menjadi sangat menarik. Namun
pada kenyataannya, banteng tidak tertarik pada
warna merah yang ada pada Muleta. Banteng
lebih tertarik dengan kibasan yang diberikan
matador pada Muleta.

Kain yang ada di Muleta itu menutupi


pandangan banteng. Banteng punya penyakit
buta parsial yang menyebabkan banteng tidak
bisa melihat warna atau buta warna. Sebab,
matador memang sudah biasa sejak dulu
menggunakan kain berwarna merah sebagai
alat untuk aksinya melawan banteng. Kostum
hiasan dan jubah merah dianggap sebagai
bagian penting dari budaya dan tradisi adu
banteng. Maka banyak yang menganggap
warna merah yang membuat banteng
mengamuk.

Anda mungkin juga menyukai