Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI DAN JUGA KELUARGA

BERENCANA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tema 7

Dosen Mata Kuliah

Fitri nurhayati.,SST.,M.Keb

Disusun oleh :
Nur Sa’adah Wahyuni (NPM: 314120011)
Aliyn Malinda                         (NPM : 314120052)

PRODI SARJANA DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN ILMU TEKNOLOGI KESEHATAN JENDERAL ACHMAD
YANI CIMAHI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI
DAN JUGA KELUARGA BERENCANA” dengan tepat waktu.

 Makalah “KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI DAN JUGA


KELUARGA BERENCANA” ini disusun untuk memenuhi tugas dari Ibu Fitri
Nurhayati.,SST.,M.Keb pada Mata Kuliah Tema 7 di Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Fitri


Nurhayati.,SST.,M.Keb selaku Dosen Mata kuliah Tema 7. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                           cimahi, 28 September 2021

Penyusun

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA.................................................................................6
1. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA...................................................6
2. TUJUAN KESEHATAN REPRODUKSI.............................................................................6
3. SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI..........................................................................7
4. RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI............................................................7
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI..............7
B. KONSEP KELUARGA BERENCANA.......................................................................................8
1. PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA...........................................................................8
2. TUJUAN UMUM KELUARGA BERENCANA......................................................................8
3. CIRI – CIRI KONTRASEPSI YANG DIANJURKAN.............................................................9
4. CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN................................................................9
5. MENGHENTIKAN / MENGAHIRI KEHAMILAN / KESUBURAN....................................10
6. MACAM-MACAM KB..........................................................................................................10
B. PROGRAM KELUARGA BERENCANA.................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
REFERENSI........................................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi pada remaja merupakan hal yang krusial dalam skala
global maupun nasional. Menurut WHO terdapat 1.21 miliar remaja (individu usia 10-
19 tahun) di seluruh dunia yang mana jumlah ini merupakan yang terbesar dalam
sejarah manusia. Masalah-masalah kesehatan reproduksi di negara maju, seperti
Amerika Serikat antara lain 41% siswa sekolah menengah atas telah melakukan
hubungan seksual, 22% kasus baru HIV ditemukan pada penderita usia 13-24 tahun,
setengah dari 20 juta penderita IMS setiap tahunnya adalah orang-orang muda berusia
15-24 tahun, dan sekitar 250.000 bayi lahir dari ibu berusia 15-19 tahun.(1-3)
Permasalahan kesehatan reproduksi di negara-negara Asia juga memiliki proporsi
yang tidak sedikit. 
Permasalahan tersebut antara lain 13% dari 1139 remaja usia 15-20 tahun
yang disurvei pada tahun 2010 di Malaysia dan 41% dari 1500 anak muda usia 18-24
yang disurvei pada tahun 2014 di Iran sudah pernah berhubungan seksual, sekitar
210.000 remaja usia 10-19 tahun pada tahun 2013 diseluruh Asia dan Pasifik
menderita HIV, hampir 1 dari 10 perempuan di Asia Selatan dan Oseania melahirkan
sebelum usia 18 tahun, dan 34% dari 11 juta aborsi pada tahun 2008 di Asia terjadi
pada wanita usia dibawah 25 tahun dengan mayoritas kasus dilakukan oleh tenaga-
non medis.
Survei yang dilakukan di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada
tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 4.5% remaja laki-laki dan 0.7% remaja
perempuan usia 15-19 tahun telah melakukan seks pranikah, sedangkan seks pranikah
pada remaja usia 20-24 tahun jumlahnya lebih tinggi lagi yaitu 14.6% pada remaja
laki-laki dan 1.8% pada remaja perempuan. Proporsi kehamilan pada usia 15-19 tahun
berdasarkan data tahun 2013 adalah 1.97%. Pada tahun 2014 kasus infeksi HIV kedua
terbanyak di Indonesia ditemukan pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak
3587 orang. Sebanyak 46% kasus aborsi pada tahun 2000 ditemukan pada perempuan
usia 20-29 tahun dan 33% berstatus belum menikah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud  Kesehatan Reproduksi ?
2. permasalahan yang biasanya terjadi pada Kesehatan Reproduksi ?
3. Apakah yang dimaksud Keluarga Berencana ?
4. bagaimana kebijakan teknik dan juga strategi dalam kesehatan reproduksi
5. apa yang dimaksud dengan konsep perencanaan keluarga?
C. TUJUAN
1. mengetahui Kesehatan Reproduksi 
2. Mengetahui masalah yang biasanya terjadi pada Kesehatan Reproduksi.
3. Mengetahui Keluarga Berencana.
4. Mengetahui kebijakan teknik dan juga strategi dalam kesehatan reproduksi
5. Mengetahui apa itu konsep perencanaan keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

A. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

1. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA 

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara


utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan
sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukanhanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan
material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996).
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan
alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother
Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba,
1998).
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

2. TUJUAN KESEHATAN REPRODUKSI 

Tujuan Umum Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif


kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak – hak reproduksi perempuan
sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya. 
Tujuan Khusus 
1. Meningkatkan kemandirian perempuan khususnya dalam peranan dan fungsi
reproduksinya. 
2. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam konteks : kapan ingin
hamil, berapa jumlah anak yang diinginkan, dan jarak antar kehamilan. 
3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki – laki. 
4. Menciptakan dukungan laki – laki dalam membuat keputusan, mencari informasi dan
pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi.
 
3. SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI 

1. Remaja (Pubertas) a. Diberi penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi yang diawali
dengan pendidikan seks. b. Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik,
psikis, sosial dan hygiene sanitasinya. 
2. Wanita a. WUS (Wanita Usia Subur).  Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada
wanita (usia 15 – 45 tahun)  Peningkatan jumlah yang bebas dari kecacatan sebesar 15% b.
PUS (Perempuan Usia Subur).  Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan baik.  Terpenuhinya
kebutuhan KB  Penurunan angka kematian ibu hingga 50%  Penurunan proporsi BBLR
menjadi < 10% 4  Pembatasan tetanus neonatorum 3. Lansia  Proporsi yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit menular seksual maksimal
70%  Pemberian makanan yang banyak mengandung zat kalsium untuk mencegah
osteoporosis.  Member persiapan secara benar dan pemikiran yang positif dalam
menyongsong masa menopause 

4. RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI 

Pendekatan yang dilakukan atau diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup


kesehatan reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan
reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan
baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Secara luas, ruang
lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1 Kesehatan ibu dan bayi baru lahir Perkembangan
organ-organ reproduksi sejak dalam kandungan, bayi, remaja, WUS,
klimakterium,menopause hingga meninggal Kondisi kesehatan ibu hamil berpengaruh
pada kondisi bayi termasuk kondisi organ reproduksinya 2 Pencegahan dan penanggulangan
infeksi saluran reproduksi termasuk PMS-HIV/AIDS. 5 3 Pencegahan dan penanggulangan
komplikasi aborsi 4 Kesehatan reproduksi remaja Perlu pendidikan kesehatan reproduksi
sehubungan dengan menarche, perilaku seksual, PMS, kehamilan yang tidak diinginkan 5
Pencegahan dan penanganan infertile 6 Kanker pada usia lanjut 7 Berbagai aspek kesehatan
reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi genital, fistula, dll. 

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


REPRODUKSI 
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi: a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil) b. Faktor budaya
dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan
reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi
yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb)
c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasannya secara materi, dsb); d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb).

B. KONSEP KELUARGA BERENCANA

1. PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA


Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma. Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang
bersifat sementara maupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara
mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer. A, 2009).
Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan suami
istri untuk :

a. Mendapatkan objek - objek  tertentu

b.       Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan


c.       Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d.       Mengatur interval diantara kehamilan
e.       Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

f.        Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)

Keluarga   Berenca adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan
kepedulian dan peran    serta    masyarakat    melalui    pendewasaan    usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.
 
2. TUJUAN UMUM KELUARGA BERENCANA
a.Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi suatu keluarga dengan cara
mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2002)
b.Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan
KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan
bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil
yang berkualitas.

Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :

a. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan
usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda /
mencegah kehamilan :
b. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai
alasan.
c. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
d. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
e. Penggunaan IUD (Intra Uterine Device) bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat
dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral.

3. CIRI – CIRI KONTRASEPSI YANG DIANJURKAN


a. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin hampir 100%,
karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
b. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
c. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2– 4
tahun. Ini dikenal sebagai catur warga.

Alasan menjarangkan kehamilan :Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
a. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine
Divice) sebagai pilihan utama.
b.   Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak atau kurang
berbahaya karena yang bersangkutan pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
c.   Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
4. CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN
a. Efektivitas cukup tinggi
b. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
c. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
d. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

 5. MENGHENTIKAN / MENGAHIRI KEHAMILAN / KESUBURAN


a. Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai 2 orang anak.

b. Alasan mengakhiri kesuburan :

1)  Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi,
karena alasan medis atau alasan lainnya.

2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

3) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan
timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

6. MACAM-MACAM KB

a. Metode sederhana meliputi :

1)  Tanpa alat yaitu KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus), Metode Suhu Basal (Termal),
Metode lendir serviks (Billings), Metode Simpto-Termal) dan Coitus Interuptus (Hanafi, 2001).

2) Dengan alat yaitu Mekanis (Barrier) [Kondom Pria, Barier intra- vaginal (Diafragma),Kap
Serviks (Cervical cap), Spons (Sponge), Kondom wanita] dan kimiawi [Spermisid (Vaginal cream,
Vaginal foam, Vaginal Jelly, Vaginal suppositoria, Vaginal tablet (busa), Vaginal soluble film].

b. Metode modern

1) Kontrasepsi hormonal yaitu Per-oral [Pil Oral Kombinasi (POK), Mini-pil, Morning-after pill],
Injeksi atau suntikan [DMPA, NET- EN, Microspheres, Microcapsules] dan Sub-kutis : Implant
(Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK), Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST-
1435, Implanon), Implant Biodegradable (Capronor, Pellets).

2) Intra uterie devices (IUD, AKDR)

Kontrasepsi mantap : pada wanita (tubektomi) dan pada pria (vasektomi).


C. PROGRAM KELUARGA BERENCANA

1. PENGERTIAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Pengertian Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional
dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes,1999).

Sejak   pelita   V,    program KB nasional    berubah    menjadi gerakan KB nasional yaitu
gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia. (Sarwono,1999).

2. TUJUAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa
mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga.

3. SASARAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung,
tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
4. RUANG LINGKUP PROGRAM KELUARGA BERENCANA MELIPUTI :

a.   Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

b.  Konseling

c.   Pelayanan Kontrasepsi

d.  Pelayanan Infertilitas

e.   Pendidikan sex (sex education)

f.        Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

g.  Konsultasi genetik

h.  Tes keganasan

i.        Adopsi

5. STRATEGI PENDEKATAN DAN CARA OPERASIONAL PROGRAM KELUARGA


BERENCANA

Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :


a.   Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggerakkan peran serta masyarakat (kepedulian)
yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.

b.   Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)

Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan


keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergi
dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.

` c. Pendekatan integrative (integrative approach)

Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan menggerakkan


potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi
manfaat pada semua pihak.

d. Pendekatan kualitas (quality approach)

Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
c.    Pendekatan kemandirian (self rellant approach)

Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah
mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program
KB nasional.

d.    Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)

Strategi tiga dimensi program KB sebagai   pendekatan program KB nasional, dimana


program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE
yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1)  15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB

2) 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB

3) 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB 

Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :

a. Tahap perluasan jangkauan

Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :

1)  Coverage wilayah

Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada penggarapan


wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju
pertumbuhan yang besar

2)  Coverage khalayak

Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak- banyaknya. Pada tahap ini
pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik

b. Tahap pelembagaan

Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi luar Jawa Bali. Tahap ini
indikator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum
besar

c. Tahap pembudayaan program KB


Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi seluruh
Indonesia. Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang
menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan
Kukesra Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :

1)  Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

2)  Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB

3)  Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah

4)        Pendidikan KB

6. DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP PENCEGAHAN KELAHIRAN

a. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :

1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam


jangka waktu yang terlalu pendek

2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang
cukup untuk mengasuh anak,beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya

b. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :

1) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat

2) Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena
kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan

  c. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :

1)  Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap
anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga

2) Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih
baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak

3)   Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan


keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata

d.   Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :

1)   Memperbaiki kesehatan fisiknya


2)  Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih
banyak waktu terluang untuk keluarganya

e. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :

Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan
seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
memperoleh pendidikan

7. HAK-HAK KONSUMEN KB

a. Hak atas informasi

Hak untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan
keluarga.

b. Hak akses.

Yaitu hak untuk memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelamin, agama dan
kepercayaan, suku, status sosial, status perkawinan dan lokasi.

c. Hak pilihan.

Hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksaan dalam memilih dan menerapkan metode
KB.

d. Hak keamanan

Yaitu hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif.

e. Hak privasi

Setiap konsumen KB berhak untuk mendapatkan privasi atau bebas dari gangguan atau
campur tangan orang lain dalam konseling dan pelayanan KB.

f. Hak kerahasiaan

Hak untuk mendapatkan jaminan bahwa informasi pribadi yang diberikan akan
dirahasiakan.

g. Hak harkat

Yaitu hak untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi, penuh penghargaan dan
perhatian.

h. Hak kenyamanan
Setiap konsumen KB berhak untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan.

i. Hak berpendapat

Hak untuk menyatakan pendapat secara bebas terhadap pelayanan yang d itawarkan.

j. Hak keberlangsungan

Yaitu hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan metode KB secara lengkap dan
pelayanan yang berkesinambungan selama diperlukan.

k. Hak ganti rugi

Hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pelanggaran terhadap hak konsumen.

8. MACAM METODE KONTRASEPSI yang ADA DALAM PROGRAM KB


a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
b. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu
Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan
spermisida.
c. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.
d. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
e. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens
sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
f. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil dan
AKDR.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik serta ditunjang peran serta
lingkungan yang memadai dalam memberikan informasi mengenai kesehatan
reproduksi kepada remaja akan membentuk pribadi remaja sebagai generasi muda
penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohani serta melindungi remaja dari sikap
seksual yang berbahaya. 

SARAN 
Dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan para remaja tentang kesehatan
reproduksinya membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. Setiap sekolah
hendaknya memperhatikan tingkat pengetahuan setiap siswa didiknya 
REFERENSI
Kemenkes R. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin%

20reproduksi%20remaja-ed.pdf): Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (online) 2015

BKKBN. Kajian Profil penduduk Remaja (10-24 tahun) : Ada apa dengan remaja. Policy Brief
Puslitbang kependudukan-BKKBN; 2011;1.

Statistik BP. Publikasi Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Jakarta: Badan Pusat Statistik;
2016.

Centers for Disease Control and Prevention.(a) Sexual Risk Behavior: HIV, STD, and Teen Pregnancy
Prevention. Tersedia dalam: https://www.cdc.gov/healthyyouth/sexualbehaviors/index.htm?
s_cid=hyhomp age-004 ; 2015.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Aktivitas Seksual Remaja. Tersedia dalam:
http://www.bkkbn.go.id/viewberita.aspx?beritaID=1770;

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementrian
kesehatan I. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012: Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta; 2013.

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=MAQPEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR15&dq=konsep+dasar+kesehatan+r
eproduksi+remaja&ots=wvpg_4_451&sig=BNQGXaYVfunHrHZgbagXllGpYz0&redir
_esc=y#v=onepage&q=konsep%20dasar%20kesehatan%20reproduksi
%20remaja&f=false

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=K00iEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=konsep+dasar+kesehatan+repr
oduksi+remaja&ots=VFonGDf_Zd&sig=KNXynFOoOUTVCBn9CAN7306H_wg&redir
_esc=y#v=onepage&q=konsep%20dasar%20kesehatan%20reproduksi
%20remaja&f=false
LAMPIRAN

1.  Seorang ibu, usia 23 tahun datang ke Bidan Praktek Swasta (BPS) untuk konsultasi
mengenai pemakaian alat kontrasepsi. Ia mengatakan bahwa ia baru menikah dan belum
ingin memiliki anak sehingga membutuhkan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
Hasil pemeriksaan T: 36,80C, RR: 24x/i, P: 88x/i, TD: 110/70 mmHg. Tidak ada kelainan
yang ditemukan saat pemeriksaan fisik. Bidan lalu memberikan konseling. Apakah jenis
konseling yang dilakukan oleh bidan tersebut? 

a. Konseling awal 
b. Konseling khusus
c. Konseling lanjutan 
d. Konseling pertama 
e. Konseling permulaan

2. Gadis A usia 20 tahun akan menikah tanggal 15 September 2010. Namun dia bersama
calon suaminya menginginkan selama 3 tahun perkawinan belum ingin punya anak. Pasangan
tersebut tidak tahu harus memilih alakon apa. Sekarang tanggal 13 September 2010 hari
pertama haid. Ari dan calon suaminya datang ketempat praktek saudara untuk konseling pra
nikah. disarankan untuk tidak memakai alakon................
a.       Pil
b.      Suntik 3 bulan
c.       Spermisid
d.      Kondom
e.       Senggama terputus
 
3. Ny N berusia 45 tahun sudah mempunyai anak 6 datang kebidan dan mengatakan ingin
KB, tetapi oleh suaminya dilarang ber KB. Mens masih teratur ia ingin punya anak lagi
karena menurutynya banyak anak banyak rejeki. Dalam pemerinsaan TD 130/80mmhg, Nadi
88x/mnt, suhu 37.Sikap bidan dalam menghadapi Ny N.......
a.       Dipaksa untuk ber KB
b.      Membiarkan ibu memilih
c.       Mendukung keputusan ibu
d.      Memberikan konseling resiko kehamilan
e.       Memberi masukan untuk komunikasi dengan suami

4. Ny S berusia 40 tahun sudah mempunyai anak 3 datang kebidan dan mengatakan ingin
KB, tetapi oleh suaminya dilarang ber KB. Mens masih teratur ia ingin punya anak lagi
karena menurutynya banyak anak banyak rejeki. Dalam pemerinsaan TD 130/80mmhg, Nadi
88x/mnt, suhu 37.9. Suami Ny S ternyata setuju dengna saran dari bu bidan untuk tidak hamil
kembali, untuk menghindari tuntutan hukum harus dilakukan.............
a.      Catatan
b.      Laporan
c.       Rujukan
d.      Informed consent
e.       Informed choice
 
5. Ny S umur 17 tahun, baru menikah satu bulan bersama suaminya datang ke bidan
bermaksud menunda kehamilan 6 bulan dengan ikut KB. Saat ini Ny S haid hari ke 4. Untuk
menentukan alakon pasangan tersebut bidan perlu melakukan konseling tentang...............
a.       Cara kerja alat kontrasepsi
b.      Efek samping alat kontrasepsi
c.       Macam-macam alat kontrasepsi
d.      Lama menggunakan alat kontrasepsi
e.       Pemasangan alat kontrasepsi

6. Seorang remaja putri usia 13 tahun datang ke Praktik Mnadiri Bidn mengeluh sudah 2 hari
keluar darah dari jalan lahir untuk pertama kalinya,perut terasa sakit dan nyeri pada bagian
pinggul bawah yang hilang ketika dibawa istirahat. Hasil pemeriksaan didapatkan BB
37kg.TD 100/70,muka tidak pucat,konjugtiva tidak anemis..,Apakah diagnosa yang tepat
untuk kasus tersebut ?
a.      Menarche
b.      Menstruasi
c.   Metrorarghia       
d.      Menorarghia
e.       Disminorea

7. Seorang perempuan umur 15 tahun diantar ibunya ke Praktik Bidan Mandiri Bidan,keluhan
pusing,lemas,mudah capek dan sedang menstruasi hari ke 3. KU baik composmentis<TD
110/70 mmHG,N 68x/menit, S 36,60 c,P 20x/menit. hasil pemeriksaan kelopak mata dan
kuku berwarna pucat dan hasil laboratorium hb 10gr/dl. Asuhan kebidanan apa yang dapat
diberikan pada kasus tersebut ?
a.   Pemberian analgetik
b.  Pemberian antibiotik
c.   Pemberian tablet fe
d.   Pemberian vitamin
e.   Pemberian trnfusi darah

8. Seorang remaja putri usia 15 tahun datang ke Praktik Mnadiri Bidn mengeluh sudah 2 hari
lecet lecet di area kewanitaanya selama haid. Hasil pemeriksaan didapatkan BB 37kg.TD
100/70,muka tidak pucat,konjugtiva tidak anemis..Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus
tersebut ?
a.   pemberian analgetik
b.   pemberian antibiotik
c.   Pemberian konseling mengenai kespro
d.   Pemberian vitamin
e.   Pemberian trnfusi darah
 
9. Seorang remaja perempuan, umur 17 tahun, datang ke BPM dengan keluhan haidnya sudah
lebih dari 10 hari. Hasil anamnesis: ganti pembalut 3 kali perhari, tidak ada nyeri. Hasil
pemeriksaan: TB 150 cm, BB 55 Kg, TD 110/70 mmHg, N 86x/menit, P 20x/menit, S 36,50
C, benjolan payudara (-), abdomen tidak teraba massa dan benjolan. Diagnosis apakah yang
paling mungkin pada kasus tersebut? 
A. Amenorhea 
B. Hipermenorhea 
C. Hipomenorhea 
D. Oligomenorhea 
E. Polimenorhea

10. Seorang remaja perempuan, umur 17 tahun, datang ke BPM dengan keluhan haidnya
lebih dari 15 hari. Hasil anamnesis: ganti pembalut 3 kali perhari, darah bergumpal. Hasil
pemeriksaan: TD 110/70 mmHg , N 86x/menit, P 20x/menit, S 36,50 C, TB 150 cm, BB 55
kg, pembesaran payudara normal, palpasi abdomen tidak ditemukan massa. Tindakan apakah
yang paling tepat dilakukan pada kasus tersebut ? 
A. Melakukan konseling gizi 
B. Memberikan edukasi personal hygiene 
C. Memberikan suplemen penambah darah 
D. Melakukan konsultasi dengan dokter SpOG 
E. Mengecek ulang keluhan pada siklus menstruasi berikutnya

11. remaja perempuan, umur 14 tahun, datang ke BPM dengan keluhan belum pernah
mengalami haid. Hasil anamnesis: sakit daerah perut setiap bulan. Hasil pemeriksaan: TD
110/70 mmHg, N 86x/menit, P 20x/menit, S 36,5 0 C, TB 145 cm, BB 50 Kg, pembesaran
payudara normal. palpasi abdomen tidak ditemukan massa, inspeksi vulva dan vagina tampak
lubang vagina dengan hymen kebiru-biruan dan menonjol keluar. Tindakan apakah yang
paling tepat pada kasus tersebut? 
A. Insisi hymen 
B. Konseling gizi 
C. Kolaborasi dengan dokter SpOG 
D. Edukasi personal hygiene 
E. Pemberian suplemen penambah darah

12. Seorang anak perempuan, umur 13 tahun, datang ke BPM diantar ibunya dengan keluhan
nyeri perut. Hasil anamnesis: ibu merasa khawatir karena anak tidak bisa sekolah dan selalu
terjadi setiap siklus menstruasi, darah yang keluar bergumpal dan banyak. Hasil pemeriksaan:
TD 90/60 mmHg, N 86x/menit, P 20x/menit, S 36,50 C, tidak ada massa pada abdomen dan
nyeri tekan. Tanda apakah yang paling mungkin terjadi pada kasus tersebut? 
A. Menarche 
B. Dismenore 
C. Gangguan haid 
D. Nyeri saat ovulasi 
E. Pre menstrual syndrome

13. Gadis A usia 20 tahun akan menikah tanggal 15 September 2010. Namun dia bersama
calon suaminya menginginkan selama 3 tahun perkawinan belum ingin punya anak. Pasangan
tersebut tidak tahu harus memilih alakon apa. Sekarang tanggal 13 September 2010 hari
pertama haid. Ari dan calon suaminya datang ketempat praktek saudara untuk konseling pra
nikah.  Piliha alat kontrasepsi A dan pasangannya adalah yang bersifat....
a.       Efektif permanen
b.      Sederhana
c.       Reversible
d.      Alami
e.       Jangka panjang

14. Gadis A usia 20 tahun akan menikah tanggal 15 September 2010. Namun dia bersama
calon suaminya menginginkan selama 3 tahun perkawinan belum ingin punya anak. Pasangan
tersebut tidak tahu harus memilih alakon apa. Sekarang tanggal 13 September 2010 hari
pertama haid. Ari dan calon suaminya datang ketempat praktek saudara untuk konseling pra
nikah.  Waktu yang tepat bagi pasangan tersebut melakukna senggama setelah AKDR
terpasang adalah.................
a.       24 jam setelah pemasangan
b.      Begitu mens selesai
c.       1 minggu setelah pemasangan
d.      2 minggu setelah pemasangan
e.       Haid selanjutnya

15. Ny N berusia 45 tahun sudah mempunyai anak 6 datang kebidan dan mengatakan


ingin KB, tetapi oleh suaminya dilarang ber KB. Mens masih teratur ia ingin punya anak lagi
karena menurutynya banyak anak banyak rejeki. Dalam pemerinsaan TD 130/80mmhg, Nadi
88x/mnt, suhu 37.  Sikap bidan dalam menghadapi Ny N...
a.       Dipaksa untuk ber KB
b.      Membiarkan ibu memilih
c.       Mendukung keputusan ibu
d.      Memberikan konseling resiko kehamilan
e.       Memberi masukan untuk komunikasi dengan suami

 
 

Anda mungkin juga menyukai