Anda di halaman 1dari 29

Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 7.No.

1 Juni 2021
Avaiable online at www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi
p-ISSN : 2442-6032
e-ISSN : 2598-9979

Review : Imunoterapi Penanganan Infeksi Virus

Usmar1, Andi Maqhfirah Nurul Fitri1, Dewi Yuliana2, Firzan Nainu1*


1Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
2Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar

ABSTRAK
Penyakit menular akibat virus merupakan salah satu perkembangan yang pesat terutama dalam kondisi
masalah kesehatan global yang mempengaruhi sistem pandemi COVID-19 yang dihadapi saat ini. Meskipun
kesehatan masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia. terapi dan obat-obatan yang digunakan dalam bidang
Hal tersebut mendorong disusunnya artikel ini untuk imunofarmakologi masih terbatas serta banyak hal yang
mendiskusikan relevansi dan pentingnya imunoterapi belum dapat ditemukan, namun teknologi baru dan
dalam menentukan pilihan terapetik terkait infeksi kemajuan pesat dalam pengetahuan tentang regulasi
virus, dengan menitikberatkan pembahasan pada sistem imun telah menjadikan imunoterapi sebagai
ketersediaan pilihan vaksin dan obat yang telah bidang yang memiliki potensi besar dan menjanjikan
ditemukan untuk membantu manusia melawan berbagai dalam penanganan infeksi virus maupun patogen lain.
jenis infeksi yang disebabkan oleh virus. Penulisan Oleh karena itu, konsep imunoterapi serta relevansinya
artikel review naratif ini dilakukan menggunakan dengan penyakit manusia merupakan salah satu solusi
metode analisis pustaka primer maupun sekunder yang menawarkan pilihan baru untuk kebutuhan medis
terkait yang berhasil dikumpulkan dari database online yang belum terpenuhi terkait penyakit infeksi akibat
Google Scholar dan NCBI-PubMed. Selain itu, sumber virus.
acuan pustaka juga diambil dari beberapa buku teks
akademik. Imunoterapi merupakan bidang yang Kata Kunci: COVID-19, imunofarmakologi, imunoterapi,
berkembang melalui interaksi bidang imunologi, infeksi virus, imunitas
farmakologi dan farmakoterapi yang memiliki

ABSTRACT
Viral infectious disease is a global health problem that development, especially in the current state of the
affects public health systems and economies worldwide. COVID-19 pandemic. Although therapies and drugs used
Such reason prompts the preparation of this article to in the field of immunopharmacology are still limited and
discuss the relevance and importance of immunotherapy many things have not yet been discovered, new
in determining therapeutic options related to viral technologies and rapid advances in knowledge about the
infections, focusing on the availability of vaccines and regulation of the immune system have made
drugs that have been found to help humans to fight immunotherapy a field that has great and promising
various types of infections caused by viruses. The writing potential in the treatment of viral and other pathogenic
of this narrative review article was carried out using the infections. Therefore, the concept of immunotherapy
related primary and secondary literature analysis and its relevance to human disease is one solution that
methods that were collected from the online databases of offers new options for medical needs that have not been
Google Scholar and NCBI-PubMed. In addition, met related to viral infectious diseases.
reference sources are also taken from several academic
textbooks. Immunotherapy is a field that is developing Keywords: COVID-19, immunopharmacology,
through the interaction of the fields of immunology, immunotherapy, viral infections, immunity
pharmacology and pharmacotherapy which has rapid

Penulis Korespondensi : Informasi Artikel


Firzan Nainu Submitted : 14 Juni 2021
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Accepted : 23 Juni 2021
E-mail : firzannainu@gmail.com Published : 30 Juni 2021

DOI : https://doi.org/10.35311/jmpi. v7i1.76


84

PENDAHULUAN hewan yang terinfeksi, atau benda mati


Dalam beberapa dekade terakhir, yang terkontaminasi ke inang yang rentan
penyakit menular akibat virus merupakan (Usmar et al., 2017). Secara umum,
salah satu masalah kesehatan global yang pengendalian penyakit menular akibat
mempengaruhi sistem kesehatan virus telah mulai mengalami kemajuan.
masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia Hal ini tercapai melalui peningkatan
(Graham and Sullivan, 2018, Riley and kepedulian masyarakat global dalam
Blanton, 2018). Infeksi virus dapat terjadi aspek sanitasi, peningkatan kualitas
kapan saja dan tidak terbatas pada umur, perawatan medis, dan maraknya
ras, maupun jenis kelamin tertentu (Riley pengembangan vaksin dan antivirus baru
and Blanton, 2018). Sebagai parasit dari berbagai sumber hayati sebagai salah
intraseluler, virus dapat menginvasi satu upaya imunofarmakologi dan
berbagai organ pada tubuh manusia imunoterapi (Graham and Sullivan, 2018,
maupun spesies lainnya, mengakibatkan Verhoef et al., 2019).
berbagai jenis penyakit, dari ringan hingga Mekanisme pertahanan tubuh
parah. Misalnya, infeksi oleh empat jenis terhadap infeksi virus dapat dibagi
human coronavirus (229E, NL63, OC43, menjadi respons imun alamiah (bawaan)
and HKU1) yang dapat menyebabkan dan respons imun adaptif (dapatan).
infeksi ringan hingga sedang pada saluran Respons imun alamiah merupakan
pernapasan (Zumla et al., 2016), infeksi respons awal terhadap infeksi, tidak
herpes simplex virus 1 dan 2 (HSV-1 dan spesifik untuk patogen, dan tidak
HSV-2) pada bagian kulit (Whitley and membuat organisme resisten terhadap
Roizman, 2001) hingga infeksi pada infeksi berikutnya oleh patogen yang sama
organ-organ tubuh bagian dalam oleh (Murphy and Weaver, 2016). Sebaliknya,
virus hepatitis dan HIV yang hingga kini respons imun adaptif membutuhkan
masih menjadi ancaman global (Deeks et waktu untuk berkembang, spesifik untuk
al., 2015, Yuen et al., 2018). Bahkan, sejak patogen yang menyerang, dan diikuti oleh
akhir 2019 hingga sekarang, penduduk memori imunologis sehingga bila terjadi
dunia masih terancam dengan keberadaan paparan yang sama, maka akan
SARS-CoV-2, coronavirus jenis baru yang menghasilkan respon yang lebih cepat
menyebabkan pandemi COVID-19 untuk melawan dan menghancurkan
(Harapan et al., 2020). patogen tersebut (Murphy and Weaver,
Infeksi virus didefinisikan sebagai 2016). Respons imun alamiah dan adaptif
penyakit yang disebabkan oleh patogen tidak berfungsi secara independen satu
berupa virus yang timbul melalui sama lain dan sistem imun yang memadai
penularan dari orang yang terinfeksi, membutuhkan aktivitas keduanya.

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


85

Konsekuensi dari tidak memadainya menentukan pilihan terapetik terkait


sistem imun pada tubuh diilustrasikan infeksi virus, dengan menitikberatkan
dengan baik oleh pengamatan pada tubuh pembahasan pada ketersediaan pilihan
bayi baru lahir yang sangat rentan vaksin dan obat yang telah ditemukan
terhadap infeksi virus maupun mikroba untuk membantu manusia melawan
sebab imunitas adaptifnya belum pernah berbagai jenis infeksi yang disebabkan
terpapar sebelumnya. Hal ini memberikan oleh berbagai jenis virus.
perbedaan yang signifikan jika
dibandingkan dengan orang dewasa METODE PENELITIAN
(Murphy and Weaver, 2016, Yu et al.,
Penulisan artikel review naratif ini
2018).
dilakukan menggunakan metode analisis
Salah satu langkah yang dapat
pustaka primer maupun sekunder dalam
dilakukan untuk menangani infeksi virus
rentang waktu terbitan 2000-2021 yang
adalah melalui pendekatan
berhasil dikumpulkan dari database
imunofarmakologi dan imunoterapi.
online Google Scholar dan NCBI-PubMed.
Dalam studi imunofarmakologi, modulasi
Selain itu, sumber acuan pustaka juga
respon imun dipelajari dan dianalisis
diambil dari beberapa buku teks
melalui regulasi inhibisi maupun induksi
akademik. Kata kunci yang digunakan
terhadap aktivitas sel dan jaringan, baik
dalam penelusuran pustaka adalah
dari sistem imun alamiah maupun sistem
“immunopharmacology,“immunotherapy
imun adaptif dengan tujuan untuk
”, “viral infection”,“immunity”,
mendapatkan pilihan terapeutik yang
“pharmacology of viral
lebih efektif dan lebih aman bagi pasien.
infection”,“imunofarmakologi”,“imunoter
Saat ini, imunofarmakologi dan
api”, “infeksi virus”, “imunitas”, dan
imunoterapi dipandang penting untuk
“farmakologi infeksi virus”. Literatur yang
memenuhi kebutuhan klinis berbagai
terkumpul kemudian diklasifikasikan dan
kondisi patologis seperti penyakit
ditelaah serta disusun menjadi sebuah
autoimun, alergi dan asma,
review naratif berdasarkan format yang
imunodefisiensi, infeksi kronis, tumor,
ditentukan.
penyakit inflamasi dan degeneratif kronis,
hingga gangguan metabolisme (Harding et
HASIL DAN PEMBAHASAN
al., 2018, Khan, 2016, Rouse and
Virus adalah patogen subseluler
Sehrawat, 2010, Verhoef et al., 2019).
dan merupakan parasit obligat
Dalam artikel review ini, kami akan
intraseluler yang menginfeksi dan
mendiskusikan mengenai relevansi dan
mengambil alih fungsi komponen
pentingnya imunoterapi dalam

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


86

sitoplasma sel inang untuk bereplikasi bertanggung jawab dalam mekanisme


(Fields et al., 2013). Secara umum, virus infeksi sel inang oleh virus. Melalui
diselubungi oleh pelindung yang terdiri interaksi ligan tertentu pada selubung
atas protein, lipid, glikopropein, atau virus dengan reseptor spesifik pada sel
kombinasi ketiganya, yang disebut kapsid, inang, virus akan melekatkan diri pada sel
serta mengandung genom asam nukleat inang dan menembus membrane sel
DNA atau RNA (Fields et al., 2013). (Fields et al., 2013, Wagner et al., 2007).
Sebagai parasit obligat intraseluler, virus Selain selubung, terdapat pula protein
sangat bergantung pada komponen- kapsid yang sangat penting bagi virus.
komponen biokimia sel eukariotik Protein penyusun kapsid disandi oleh
maupun prokariotik untuk menunjang genom virus. Karena ukuran genom yang
proses replikasinya. Setelah berhasil kecil dan kapasitas pengkodeannya yang
masuk ke dalam sel, virus akan terbatas, hanya beberapa protein
mengirimkan genomnya ke dalam sel struktural yang dapat dikode oleh genom
inang untuk selanjutnya diekspresikan sehingga diperlukan sejumlah salinan
(transkripsi dan translasi) oleh sel inang protein untuk membentuk struktur kapsid
untuk menjadi protein fungsional yang tiga dimensi. Perakitan kapsid virus
kemudian akan mendukung proses mengikuti dua pola dasar yaitu simetri
replikasi virus membentuk virion baru heliks dan simetri ikosahedral (Fields et
(Fields et al., 2013, Wagner et al., 2007). al., 2013, Wagner et al., 2007).
Partikel lengkap virus disebut Walaupun memiliki bentuk dan
virion. Genom yang dikandung oleh virion ukuran yang beragam, virus memiliki
akan dibawa ke sel inang untuk komponen asam nukleat yang sederhana,
diekspresikan sehingga virion umumnya hanya berupa DNA atau RNA (Wagner et
berfungsi sebagai alat transportasi gen al., 2007). Inilah yang kemudian
(Fields et al., 2013). Virion paling digunakan menjadi dasar klasifikasi virus
sederhana terdiri dari dua komponen menurut sistem yang diusulkan oleh David
dasar, yaitu: asam nukleat (RNA atau DNA Baltimore (Fields et al., 2013, Wagner et
beruntai tunggal atau ganda) dan al., 2007). Klasifikasi Baltimore
komponen struktural penyusun lainnya mengelompokkan virus ke dalam tujuh
seperti selubung (envelope) protein dan kategori (Gambar 1) berdasarkan jenis
kapsid atau nukleokapsid yang berfungsi asam nukleat yang dimiliki, yaitu: virus
sebagai cangkang untuk melindungi DNA beruntai ganda (Grup I), virus DNA
genom virus dari ancaman lingkungan untai tunggal (Grup II), virus RNA untai
ekstraseluler (Fields et al., 2013, Wagner ganda (Grup III), virus RNA untai tunggal
et al., 2007). Selubung ini pula yang positif (Grup IV), virus RNA untai tunggal

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


87

negatif (Grup V), virus RNA untai tunggal memiliki reseptor spesifik dan dalam
positif dengan zat antara DNA (Grup VI), beberapa kasus, virus yang berbeda dapat
dan retrovirus DNA untai ganda (Grup memiliki reseptor yang sama. Misalnya,
VII). Walaupun demikian, model yang virus Coxsackie B (Picornaviridae, virus
paling populer dalam klasifikasi virus RNA), dan adenovirus (Adenoviridae,
adalah yang diusulkan oleh Komite virus DNA), menggunakan reseptor yang
Internasional Taksonomi Virus sama yaitu protein CAR (Coxsackie-
(International Committee on Taxonomy adenovirus receptor), anggota dari
of Viruses, ICTV) (Gorbalenya et al., superfamili imunoglobulin (Ig)
2020). (Rossmann et al., 2002, Sharma et al.,
2009). Contoh lain adalah asam sialat,
karbohidrat yang melekat pada sebagian
besar glikoprotein, digunakan oleh virus
influenza (famili Orthomyxoviridae),
human coronavirus OC3 (famili
Coronaviridae), reovirus (Reoviridae),
parvovirus sapi (Parvoviridae), dan

Gambar 1. Klasifikasi virus berdasarkan banyak virus lainnya (Matrosovich et al.,


komponen asam nukleat dan mekanisme 2015). Sebaliknya, anggota keluarga virus
pembentukan RNA duta (messenger RNA,
mRNA) menurut Baltimore classification yang sama mungkin menggunakan
system reseptor yang sangat berbeda seperti
virus-virus jenis retrovirus (famili
Replikasi virus dalam sel inang Retroviridae) dan virus-virus yang berada
dalam family Coronaviridae (Dimitrov,
Replikasi virus berawal dari
2004, Fields et al., 2013, Grove and Marsh,
interaksi antara virus dengan reseptor
2011).
virus yang diekspresikan pada permukaan
sel inang, diikuti dengan penetrasi genom Interaksi antara virus dengan
ke dalam sitoplasma (Wagner et al., 2007). reseptor bervariasi sesuai dengan jumlah
Reseptor virus dapat berupa protein, dan jenis protein yang terlibat dalam
seperti glikoprotein, atau residu proses tersebut. Beberapa virus kompleks
karbohidrat yang terdapat pada seperti Poxviridae dan Herpesviridae
glikoprotein atau glikolipid. Ketersediaan dapat menggunakan lebih dari satu
reseptor pada permukaan sel inang adalah reseptor primer yang berfungsi sebagai
penentu utama tropisme virus (Fields et reseptor alternatif (McFadden, 2005,
al., 2013, Wagner et al., 2007). Setiap virus Taylor et al., 2007). Beberapa virus juga

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


88

mampu berikatan dengan reseptor Namun, sebagian besar virus melakukan


aksesori, yang berafinitas rendah, sebelum proses penetrasi ke sel inang melalui
ditransfer ke reseptor berafinitas tinggi di endositosis yang dimediasi oleh reseptor
mana virus memasuki sel. Selain itu, (Dimitrov, 2004, Helenius, 2018). Setelah
beberapa virus juga berinteraksi dengan pengikatan virus oleh reseptor, kompleks
reseptor sekunder (koreseptor) selain reseptor memicu pembentukan vesikel
interaksinya dengan reseptor primer yang dimediasi oleh protein clathrin.
(Maginnis, 2018). Contoh virus yang Kompleks ini memicu endositosis,
menggunakan koreseptor adalah HIV, sehingga disebut clathrin-mediated
yang menggunakan molekul permukaan endocytosis, yang pada akhirnya
sel, antigen sel-T, yang disebut CD4 membentuk endosome berisi partikel
sebagai reseptor primer dan kemokin CC virus. Endosom ini selanjutnya akan
sebagai koreseptor (Wilen et al., 2012). dipecah untuk menembus sitoplasma.
Untuk virus yang memiliki selubung,
Proses masuknya partikel atau
kerusakan endosom dipicu oleh fusi
genom virus ke dalam sitoplasma sel inang
membran antara selubung virus dan
yang terjadi setelah virus berikatan
membran endosom. Untuk virus yang
dengan reseptor disebut sebagai proses
tidak berselubung, lisis endosom
penetrasi (Fields et al., 2013, Wagner et
diinduksi oleh salah satu protein kapsid
al., 2007). Untuk virus yang memiliki
(Fields et al., 2013, Wagner et al., 2007).
selubung, dapat menggunakan mode
penetrasi berupa fusi langsung Strategi replikasi genom virus
(menembus ke dalam sitosol langsung berbeda satu sama lain, tergantung dari
melalui membran plasma) atau melalui jenis komponen asam nukleat yang
endositosis yang dimediasi oleh reseptor. dimiliki. Terdapat tiga grup besar virus
Sedangkan, virus tanpa selubung hanya yang dapat dikenali, yaitu kelas pertama
bisa berpenetrasi ke dalam sel inang dan kedua adalah virus yang mengandung
melalui proses endositosis yang dimediasi DNA atau RNA sebagai genom dengan
reseptor (Dimitrov, 2004, Wagner et al., masing-masing dapat berupa untai
2007). Beberapa virus, seperti virus tunggal maupun untai ganda, serta kelas
Epstein-Barr, melakukan fusi langsung, di ketiga adalah virus yang memiliki gen
mana selubung virus dan membran sel pengkode enzim reverse transcriptase
berfusi dan nukleokapsid virus langsung (Fields et al., 2013, Wagner et al., 2007).
dikirim ke sitoplasma, meninggalkan Virus grup pertama mengandung DNA
selubung virus di belakang membran sebagai genom, baik untai tunggal
plasma (Dimitrov, 2004, Helenius, 2018). maupun untai ganda. Genom DNA

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


89

direplikasi melalui penyalinan langsung untai tunggal negatif (single strand,


DNA menjadi DNA, melalui bantuan negative sense), dan virus dengan RNA
enzim DNA polimerase. Virus DNA yang untai ganda (double strand) (Fields et al.,
lebih kecil menggunakan DNA polimerase 2013, Wagner et al., 2007).
sel inang sedangkan virus DNA yang lebih
Virus grup ketiga menggunakan
besar umumnya memiliki DNA
enzim reverse transcriptase (RT) dalam
polimerase mereka sendiri (Fields et al.,
replikasi genomnya serta memiliki
2013). Virus DNA yang menggunakan
tahapan pengubahan RNA menjadi DNA
DNA polimerase sel inang harus
dalam siklus hidupnya (Wagner et al.,
mereplikasi genomnya di dalam nukleus.
2007). Terdapat dua famili virus yang
Meskipun beberapa virus seperti
menginfeksi vertebrata yang
adenovirus dan herpesvirus mampu
menggunakan enzim RT dalam replikasi
menghasilkan DNA polimerase mereka
genom mereka, yaitu retroviridae
sendiri (Hoeben and Uil, 2013, Weller and
(misalnya HIV) dan hepadnaviridae
Coen, 2012), tetapi virus-virus tersebut
(misalnya virus hepatitis B) (Fields et al.,
juga mereplikasi genomnya di dalam
2013). Pada retrovirus, enzim RT yang
nukleus sebab tidak menyandikan DNA-
disandi di dalam genom virus akan
dependent RNA polymerase (DdRP).
diekspresikan untuk mengubah genom
Berbeda halnya dengan poxvirus yang
RNA retrovirus menjadi DNA untai ganda
mampu memproduksi DNA dan RNA
(double strand). Di dalam inti sel yang
polimerase (Kates and McAuslan, 1967)
terinfeksi, RNA polimerase seluler
sehingga proses replikasi dan penyalinan
mentranskripsi salinan DNA dari genom
genom poxvirus terjadi di sitoplasma
retrovirus untuk menghasilkan RNA yang
(Fields et al., 2013).
akan ditranskripsikan secara terbalik.
Virus grup kedua mengandung Secara sederhana, retrovirus mengikuti
RNA sebagai genomnya, baik untai aturan RNA→DNA→RNA. Retrovirus
tunggal maupun untai ganda. Genom RNA kemudian akan mengemas RNA ini ke
direplikasi melalui penyalinan langsung dalam virion. Dengan demikian, replikasi
RNA menjadi RNA menggunakan RNA- genom retrovirus akan membentuk DNA
dependent RNA polymerase (RdRP) intermediat (Fields et al., 2013, Wagner et
(Fields et al., 2013, Wagner et al., 2007). al., 2007). Pada Hepadnaviridae, enzim
Virus RNA dibagi menjadi beberapa sub- RT yang disandi di dalam genom virus
kelompok, yaitu virus dengan genom RNA akan mengubah salinan RNA dari genom
untai tunggal positif (single strand, DNA hepadnavirus, menjadi DNA untai
positive sense), virus dengan genom RNA ganda. Di dalam inti sel yang terinfeksi,

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


90

RNA polimerase seluler mentranskripsi et al., 2007). Enzim yang banyak terlibat
genom DNA hepadnavirus untuk dalam proses ini adalah protease atau
menghasilkan RNA yang akan enzim khusus yang disandi di dalam
ditranskripsikan secara terbalik. genom virus atau dapat pula keduanya
Hepadnavirus membalikkan transkripsi (Fields et al., 2013, Wagner et al., 2007).
RNA menjadi DNA selama pengemasan,
Fase terakhir dari pembentukan
sehingga virion mengandung DNA.
virion adalah fase pelepasan virion dari sel
Dengan demikian, replikasi genom
yang terinfeksi. Untuk virus yang tidak
hepadnavirus akan membentuk RNA
memiliki selubung atau tidak terlindungi,
intermediat, sehingga dapat digambarkan
proses pelepasannya dari sel inang adalah
mengikuti kaidah replikasi
melalui lisis sel inang (Fields et al., 2013).
DNA→RNA→DNA (Fields et al., 2013,
Lisis dapat terjadi sebagai respon
Wagner et al., 2007).
terhadap gangguan seluler fungsi sel inang
Setelah genom virus direplikasi (akibat replikasi yang dilakukan oleh
dan protein-protein virus diekspresikan, virus) atau dapat juga melalui induksi
selanjutnya adalah proses perakitan apoptosis oleh protein khusus yang
komponen virion. Perakitan kapsid diproduksi oleh virus, misalnya seperti
mengikuti stuktur genom virus dan dapat pada polyomavirus SV40 (Bhat et al.,
dibagi menjadi dua proses yaitu perakitan 2020) dan adenovirus (Braithwaite and
kapsid dan pengemasan genom. Kedua Russell, 2001). Sedangkan, virus yang
proses ini dapat terjadi secara berurutan memiliki selubung memperoleh membran
seperti pada picornavirus atau bersamaan lipidnya saat virus keluar dari sel melalui
dengan cara berpasangan seperti pada membran sel, atau pada saat virus keluar
adenovirus (Li et al., 2012, San Martín, ke vesikel intraseluler sebelum pelepasan
2012). Pada picornavirus, prokapsid atau (Wagner et al., 2007). Protein selubung
kapsid yang belum matang dirakit terlebih virus diambil selama proses ini yaitu pada
dahulu tanpa genom RNA. Selanjutnya saat partikel virus diekstrusi. Proses ini
genom RNA dikemas atau disisipkan dikenal dengan istilah budding (Fields et
melalui pori yang terbentuk pada struktur al., 2013). Sebelum dilepaskan, virus yang
prokapsid (Li et al., 2012). Sebaliknya, memiliki selubung akan mengalami
perakitan kapsid digabungkan dengan proses pembalutan atau envelopment,
pengemasan genom pada adenovirus (San yaitu kapsid dikelilingi oleh lipid bilayer.
Martín, 2012). Selanjutnya, proses Ada dua mekanisme yang dapat terjadi
maturasi atau pematangan virion akan berkaitan dengan proses perakitan kapsid
dilaksanakan (Fields et al., 2013, Wagner dan envelopment. Yang pertama,

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


91

envelopment dilakukan setelah perakitan recognition receptors (PRRs) (Medzhitov


kapsid selesai, seperti pada replikasi virus and Janeway, 2000, Usmar et al., 2017).
herpes dan hepatitis B (Ryu, 2017) dan
Inisiasi respons imun alamiah
kapsid yang sudah tersusun lengkap akan
diawali dengan pengenalan pathogen-
direkrut ke membran melalui interaksi
associated molecular patterns (PAMPs)
antara kapsid virus dengan glikoprotein
oleh PRRs (Usmar et al., 2017). PAMP
pada amplop virus. Mekanisme lainnya
merupakan pola molekuler vital, yang
yaitu proses envelopment dan kapsid
tidak mengalami perubahan signifikan
dapat terjadi secara bersamaan seperti
selama evolusi, yang ada atau diproduksi
pada replikasi retrovirus (Ryu, 2017).
oleh patogen dan termasuk
Pada umumnya, virus yang memiliki
lipopolisakarida (LPS), lipoprotein,
selubung dilepaskan secara ekstraseluler
peptidoglikan, lipoarabinomannan dan
melalui proses eksositosis (Ryu, 2017).
oligosakarida (Basset et al., 2003) dan
Peran sistem imun dalam melawan dapat dikenali oleh toll-like receptor
infeksi virus (TLR), jenis PRR yang paling banyak
diteliti, atau jenis PRRs lainnya pada
Makhluk hidup memiliki
inang, seperti reseptor scavenger, reseptor
komponen seluler dan humoral sistem
peptida formil, reseptor manosa dan
imun yang bertugas mempertahankan
glycan, reseptor komplemen CR3,
tubuh manusia dari serangan patogen dan
beberapa reseptor terlarut seperti CD14,
benda-benda asing lainnya (Murphy and
dan PRR sitosol seperti gen I (RIG-I) yang
Weaver, 2016). Komponen seluler dari
diinduksi asam retinoid (RLRs), dan
sistem imun alamiah termasuk sel
reseptor nucleotide-binding
dendritik penyaji antigen, makrofag
oligomerization domain (NOD)-like
fagositik dan granulosit, sel pembunuh
(NLRs) (Murphy and Weaver, 2016,
alami sitotoksik (Natural killer, NK), dan
Usmar et al., 2017). PRR ditemukan pada
limfosit T γδ (Basset et al., 2003). Selama
sel epitel, makrofag-monosit, granulosit,
infeksi, sistem imun alamiah berperan
sel mast dan sel dendritik (Basset et al.,
sebagai pertahanan pertama yang
2003). Untuk review singkat mengenai
mengenali dan selanjutnya memicu
komponen TLR, RLR, dan sensor asam
respons proinflamasi terhadap patogen
nukleat lainnya, dapat dilihat pada artikel
yang menyerang, dimana kemampuannya
berikut (Usmar et al., 2017).
didasari pada penggunaan aktivasi
komplemen, fagositosis, autofagi, dan Selain dari komponen seluler yang
aktivasi imun oleh berbagai jenis pattern telah disebutkan sebelumnya, sistem imun
alamiah juga terdiri dari protein antivirus

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


92

seperti interferon (IFN) α/β, yang paling 2006, Murphy and Weaver, 2016). Sel
lama diketahui dan paling banyak yang terinfeksi oleh virus mengirimkan
dipelajari, yang bekerja dengan mengikat sinyal positif, yaitu indikasi adanya
reseptor IFN tipe I dan menghasilkan ekspresi molekul MHC yang rendah,
transkripsi lebih dari 100 gen yang sehingga menjadi target sitolisis oleh sel
distimulasi IFN (Ivashkiv and Donlin, NK. Adapun sel yang tidak terinfeksi
2014, López de Padilla and Niewold, 2016, biasanya dilindungi dari sitolisis sel NK
Murphy and Weaver, 2016). Aktivasi karena mereka mengirimkan sinyal
TLR3, 4, 7, 8, dan 9 akan memicu produksi negatif seperti ekspresi molekul MHC
Interferon (IFN) tipe I yang merupakan yang tinggi (Campbell and Colonna,
pemain kunci dalam memulai dan 2001). Sel NK mengekspresikan dua tipe
mengatur respons imun (López de Padilla reseptor di permukaannya untuk menjaga
and Niewold, 2016). IFN tipe I bersifat sel NK tetap berada dalam keadaan respon
protektif pada infeksi virus akut namun yang tepat, yaitu tipe reseptor yang akan
pada infeksi bakteri dan penyakit berinteraksi dengan molekul MHC kelas I
autoimun, IFN tipe I dapat berperan di permukaan sel target dan menghambat
protektif atau bahkan merusak pembunuhan oleh sel NK (Kumar, 2018),
(Trinchieri, 2010). serta tipe reseptor yang berinteraksi
dengan molekul di permukaan sel yang
IFN tipe I juga mengaktifkan sel
mengaktifkan fungsi sitotoksiknya
natural killer (NK) dan menginduksi
sehingga merangsang sel NK untuk
sitokin lain seperti interleukin (IL)-12
membunuh sel target jika sel NK tidak
yang meningkatkan respons sel NK (López
cukup dihambat oleh interaksinya dengan
de Padilla and Niewold, 2016). Sel NK
molekul kelas I (Kumar, 2018).
adalah sel sitolitik yang membunuh
dengan mekanisme antigen-independent. Selain IFN α/β, beberapa protein
Beberapa jenis virus, seperti herpesvirus, inang lainnya berfungsi dalam pertahanan
menurunkan produksi kompleks antivirus. Beberapa sitokin dan kemokin
histokompatibilitas mayor (Major yang diinduksi oleh infeksi virus juga
Histocompatibility Complex, MHC) berperan dalam pertahanan. Ini termasuk
dalam sel yang terinfeksi agar terhindar sitokin TNF-α, IFN-g, IL-12, IL-6, dan
dari pengawasan sistem imun (Orr et al., kemokin seperti MIP-1α. Secara khusus,
2005). Sel NK akan membunuh sel yang IL-12 adalah penginduksi kuat IFN-g dari
tidak mengekspresikan MHC kelas I atau sel NK (Murphy and Weaver, 2016).
yang mengekspresikannya hanya dalam Kemokin inflamasi juga dapat memainkan
jumlah yang sedikit (Lodoen and Lanier, peran penting dalam pertahanan antivirus

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


93

bawaan dengan mengatur respons yaitu antibodi bekerja di lingkungan


makrofag, neutrofil, DC, dan NK di tempat ekstraseluler untuk mengurangi
infeksi (Murphy and Weaver, 2016). infektivitas virus dengan mengikat
Pensinyalan TLR juga mengarah pada partikel virus bebas sehingga mengurangi
pematangan sel dendritik, pemain kunci jumlah sel yang terinfeksi. Adapun
dalam sistem kekebalan adaptif. Sel limfosit T bekerja secara intraseluler
dendritik yang teraktivasi akan bermigrasi untuk mengenali dan membunuh sel yang
ke kelenjar getah bening untuk terinfeksi sebelum pematangan virus
menyajikan antigen ke sel T sehingga terjadi sehingga meminimalkan pelepasan
mengaktifkan sel T tersebut (Hemmi and virus yang akan menulari lebih banyak sel
Akira, 2005). inang prospektif (Murphy and Weaver,
2016). Antibodi dapat berfungsi paling
Inisiasi respons imun adaptif
efektif untuk mencegah infeksi ulang,
sangat bergantung pada respons imun
terutama pada permukaan mukosa, yang
alamiah yang mengaktifkan sel penyaji
juga memiliki relevansi dengan infeksi
antigen (antigen presenting cells, APC),
HIV (Murphy and Weaver, 2016, Wilen et
biasanya makrofag atau sel dendritik. APC
al., 2012).
akan dikirim ke dalam jaringan limfoid
oleh sinyal kemokin dan sitokin dan Aktivasi limfosit T diperlukan
mengaktivasi limfosit (Cantrell, 2015). sebagai inisiasi respons imun adaptif baik
Beberapa virus dapat menghambat dalam bentuk imunitas seluler maupun
pematangan sel dendritik sehingga imunitas humoral. Limfosit T
mengganggu fungsi APC, seperti herpes mengekspresikan reseptor di
simplex virus (HSV) dan virus campak permukaannya yang mampu mengenali
(Griffin, 2010, Kruse et al., 2000). antigen peptida spesifik yang disajikan
oleh APC dalam konteks molekul MHC
Dua komponen terpenting dari
kelas I atau II (Murphy and Weaver,
sistem imun adaptif adalah produksi
2016). Reseptor limfosit T berinteraksi
limfosit T sitotoksik (cytotoxic T
dengan antigen peptida dan juga molekul
lymphocyte, CTL) yang disebut imunitas
MHC. Dua molekul reseptor limfosit T
seluler dan produksi antibodi yang
yang dikenal adalah cluster of
disekresikan oleh sel B yang disebut
differentiation 4 (CD4) dan CD8. Limfosit
imunitas humoral (Aoshi et al., 2011).
T dewasa hanya memiliki salah satu dari
Komponen lain adalah sel T-helper (Sel
kedua reseptor tersebut dimana sel-T
TH), yang penting dalam regulasi kedua
CD8+ mengenali antigen peptida yang
respons ini (Aoshi et al., 2011). Antibodi
disajikan oleh MHC kelas I dan sel-T
dan CTL bertindak secara komplementer

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


94

CD4+ mengenali antigen peptida yang upaya menanggulangi infeksi virus, proses
disajikan oleh MHC kelas II (Murphy and eliminasi sel-sel yang terinfeksi virus oleh
Weaver, 2016). CTL bergantung pada kemampuan sel dari
sebagian besar organ untuk beregenerasi
Mayoritas sel T CD8+ merupakan
dari sel progenitor (Murphy and Weaver,
prekursor CTL, namun sebagian kecil sel T
2016). Salah satu alasan yang mungkin
CD4+ ditemukan juga dapat berproliferasi
untuk menjelaskan mengapa MHC kelas I
menjadi CTL (Murphy and Weaver, 2016).
diekspresikan sangat sedikit di sel saraf
Antigen yang disajikan oleh MHC kelas I
adalah ketidakmampuan sel saraf untuk
berasal dari protein intraseluler dan
beregenerasi apabila terbunuh oleh CTL
mewakili semua protein yang disintesis di
(Neumann et al., 2002).
dalam sel. APC juga dapat menyajikan
antigen yang mereka peroleh dari Mayoritas limfosit T CD4+
lingkungan eksternal, dalam konteks merupakan prekursor, namun sebagian
MHC kelas I, melalui proses yang dikenal kecil sel T CD8+ ditemukan juga dapat
sebagai cross-priming (Murphy and menjadi CTL sel T helper (Luckheeram et
Weaver, 2016). Pada cross-priming, al., 2012). Antigen yang disajikan oleh
antigen virus berasal dari sel terinfeksi molekul MHC kelas II berasal dari protein
yang mati dan difagositosis oleh APC ekstraseluler, dan dengan demikian
(Nainu et al., 2017). Jika limfosit T yang molekul MHC ini mengambil sampel
berpatroli memiliki reseptor yang lingkungan ekstraseluler (Murphy and
mengikat secara khusus ke antigen yang Weaver, 2016). Interaksi reseptor limfosit
disajikan oleh MHC kelas I, sel T dapat T dengan antigen yang disajikan oleh
menjadi aktif dan berdiferensiasi menjadi MHC kelas II mengaktivasi Sel TH yang
efektor (CTL). Stimulasi lebih lanjut oleh kemudian berproliferasi untuk
sitokin seperti interleukin-2 (IL-2) mengeluarkan sitokin yang penting untuk
dibutuhkan untuk proliferasi CTL. menimbulkan respons imun seperti yang
Sumber IL-2 biasanya merupakan sel T- telah dijelaskan sebelumnya (Murphy and
helper yang sebagian besar adalah sel T Weaver, 2016). Dua tipe utama sel TH
CD4+ (Murphy and Weaver, 2016). Sel telah dikenali yaitu sel TH-1 dan sel TH-2
TH-1 yang teraktivasi mengeluarkan IL-2 yang mengeluarkan sitokin yang saling
serta tumor necrosis factor β (TNF-β), berlawanan dan memiliki fungsi yang
interferon γ (IFN-γ), dan sitokin lainnya. berbeda dalam sistem imun adaptif. Sel
CTL yang teraktivasi akan membunuh sel TH-1 sangat efektif untuk aktivasi dan
yang menampilkan epitop yang mereka fungsi CTL dalam jalur imun seluler dan
kenali (Murphy and Weaver, 2016). Dalam terutama memproduksi IFN-γ, LTα, TNF-

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


95

α, dan IL-2 untuk membantu mengatur atau oleh jalur sel NK yang disebut
respons inflamasi (Romagnani, 1992). sitotoksisitas seluler (antibody-dependent
Sedangkan, sel TH-2 optimal untuk cellular cytotoxicity, ADCC) yang
aktivasi sel B dan berfungsi di jalur imun dimediasi oleh sel pembawa reseptor Fc
humoral serta menghasilkan serangkaian (Gómez Román et al., 2014). Namun,
sitokin yang dapat menurunkan fungsi terkadang pengikatan antara reseptor Fc
perlindungan sel TH-1, seperti IL-4, IL-5, dengan virus yang terikat antibodi dapat
dan dua sitokin anti inflamasi, IL-10 dan memfasilitasi infeksi dan mengakibatkan
transforming growth factor-β (TGF-β) kerusakan jaringan yang lebih parah, hal
(Romagnani, 1992). ini dapat terjadi pada demam berdarah
dan beberapa kasus infeksi HIV (Forthal
Selain CTL dan sel-TH, salah satu
and Finzi, 2018).
limfosit yang berperan penting dalam
sistem imun adaptif adalah limfosit B yang Setelah virus berhasil dieliminasi,
bertanggungjawab untuk memproduksi sebagian besar CTL dan limfosit lainnya
immunoglobulin atau antibodi (Murphy akan menjalani apoptosis sebab sinyal
and Weaver, 2016). Molekul antibodi sitokin dan antigen tidak lagi ada. Hal ini
diproduksi pertama kali sebagai protein menjadi penting sebab proses apoptosis
integral membran yang akan limfosit dan sel sistem adaptif lainnya
diekspresikan di permukaan limfosit B akan menurunkan respons autoimun yang
dan akan mengaktivasi limfosit B jika mungkin terjadi (Murphy and Weaver,
terikat dengan antigen. Antigen yang 2016, Neumann et al., 2002). Setelah fase
dikenali dapat berupa virus utuh, protein, ini, sel-sel yang tersisa berdiferensiasi
atau bahkan antigen nonprotein seperti menjadi sel-sel memori, yang tetap
karbohidrat yang dapat diinternalisasi menjadi populasi yang kurang lebih stabil
oleh sel B dan terdegradasi oleh jalur dalam inang selama bertahun-tahun dan
pemrosesan antigen MHC kelas II mewakili kumpulan prekursor limfosit
(Murphy and Weaver, 2016). Setelah efektor yang dapat diaktifkan setelah
menerima sinyal kedua dari sel TH-2, sel pertemuan sekunder dengan antigen, dan
B akan berproliferasi dan memulai reaksi memberikan perlindungan saat terjadi
germinal center (GC) untuk membentuk infeksi ulang oleh virus yang sama
sel yang memproduksi antibodi (Murphy and Weaver, 2016). Memori
(Romagnani, 1992). Secara biologis, imunologis adalah ciri utama dari
perlekatan antibodi pada virus akan imunitas adaptif. Tujuan dari vaksinasi
memicu lisis virus yang dapat terjadi adalah untuk menginduksi memori
melalui jalur yang dimediasi komplemen imunologis yang berumur panjang untuk

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


96

melindungi dari infeksi ulang (Murphy hepatitis B dan C, dan virus influenza (De
and Weaver, 2016). Clercq and Li, 2016, Razonable, 2011).

Imunoterapi dalam penanganan Asiklovir masih menjadi terapi


penyakit terkait infeksi virus standar untuk infeksi virus herpes
simpleks (herpes simplex virus, HSV) dan
Secara umum, tujuan dari
virus varicella (Katzung, 2017). Efikasi
intervensi farmakologis pada penyakit
valasiklovir, prodrug asiklovir, dan
terkait infeksi virus adalah untuk
famciclovir, prodrug penciclovir, dalam
mengeliminasi patogen penyebab infeksi
pengobatan herpes genitalis dan herpes
dan memodulasi respons imun dalam
zoster akut telah didokumentasikan
rangka menurunkan efek negatif pasca
dengan baik dalam uji klinis (Tyring et al.,
infeksi. Secara umum, pendekatan melalui
2000). Brivudin dan sorivudine yang
imunoterapi menawarkan solusi terapetik
merupakan senyawa paling aktif melawan
dengan cara meningkatkan reaksi
virus varicella-zoster (varicella zoster
pertahanan yang memadai dan
virus, VZV) dalam kultur sel juga telah
bermanfaat saat infeksi sedang
berhasil dalam pengobatan herpes zoster
berlangsung dan mengatur regulasi
(Wutzler, 1997). Saat ini ada beberapa
aktivasi sistem imun, termasuk inflamasi,
obat antivirus yang dilisensikan untuk
untuk menghindari kerusakan jaringan
pengobatan infeksi cytomegalovirus
yang tidak perlu pasca infeksi (Khan,
(CMV) yaitu gansiklovir (GCV),
2016, Rouse and Sehrawat, 2010). Pada
valgansiklovir (VGCV), foscarnet (FOS),
akhirnya, keseimbangan (homeostasis)
dan cidofovir (CDV). Peran agen-agen ini
respon imun yang terganggu dapat
telah berkembang dari pengobatan
dikembalikan.
penyakit menjadi pencegahan infeksi dan
Pengembangan obat-obatan penyakit CMV, terutama pada penerima
sebagai agen dalam terapi antivirus transplantasi organ padat (SOT) dan
difokuskan pada penemuan obat yang transplantasi sel induk hematopoietik
memiliki kelebihan dalam selektivitas dan (HSCT) (Ahmed, 2011, Katzung, 2017).
efektivitas, stabilitas secara in vivo, dan
Untuk menangani infeksi
toksisitas yang lebih rendah. Saat ini,
retrovirus, enam kelas senyawa
terapi antivirus meliputi penggunaan
antiretroviral saat ini telah tersedia untuk
obat-obatan terhadap infeksi herpesvirus
digunakan yaitu kelas obat non-nucleoside
dan virus varicella-zoster,
analog reverse transcriptase inhibitors
cytomegalovirus, retrovirus (HIV), virus
(NNRTIs) seperti delavirdine, efavirenz,
nevirapine, dan etravirine; kelas obat

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


97

nucleoside/nucleotide analog reverse ribavirin sebab terapi kombinasi dengan


transcriptase inhibitors (NRTIs/NtRTIs) ribavirin oral lebih efektif daripada
seperti abacavir, didanosine, monoterapi dengan interferon atau
emtricitabine, lamivudine, stavudine, ribavirin saja (Katzung, 2017).
tenofovir, zalcitabine, dan zidovudine;
Terkait penanganan infeksi virus
kelas obat integrase inhibitors (INIs)
influenza, saat ini beberapa obat antivirus
seperti raltegravir; kelas obat protease
telah digunakan. Kelas antivirus influenza
inhibitors (PIs) seperti atazanavir,
yang pertama dikenal adalah penghambat
darunavir, fosamprenavir, indinavir,
saluran ion M2 seperti amantadine dan
lopinavir, litonavir, saquinavir, dan
rimantadine (Katzung, 2017). Namun,
tipranavir; kelas obat antagonis reseptor
senyawa ini biasanya hanya efektif
CCR5 seperti vicriviroc dan pro140; dan
melawan virus influenza A dan dapat
kelas obat entry inhibitors (EIs) seperti
menyebabkan efek samping yang
enfuvirtide dan maraviroc (De Clercq and
merugikan (De Clercq and Li, 2016,
Li, 2016, Pau and George, 2014).
Nicholson et al., 2003). Adapun kelas
Lebih lanjut, tujuh obat telah antivirus influenza yang saat ini banyak
disetujui untuk pengobatan infeksi virus digunakan adalah penghambat
hepatitis B (hepatitis B virus, HBV) kronis neuraminidase (NAI) seperti oseltamivir,
di Amerika Serikat: lima analog zanamivir, laninamivir, dan peramivir
nukleosida/nukleotida oral yaitu (Farrukee and Hurt, 2017). Penghambat
lamivudine, adefovir dipivoxil, tenofovir, neuraminidase bekerja dengan cara
entecavir, dan telbivudine serta dua obat menghambat aktivitas enzim
interferon injeksi yaitu interferon alfa-2b neuraminidase yang dibutuhkan oleh
dan pegylated interferon alfa-2a virus influenza untuk keluar dari sel yang
(Katzung, 2017). Adapun untuk infeksi terinfeksi. Penggunaan kelas obat ini telah
virus hepatitis C (hepatitis C virus, HCV), terbukti efektif secara klinis dalam
standar pengobatan saat ini adalah menangani infeksi virus influenza (De
interferon alfa terpegilasi yang diberikan Clercq and Li, 2016, Farrukee and Hurt,
sekali seminggu yang dikombinasikan 2017). Beberapa antivirus yang telah
dengan ribavirin oral setiap hari. digunakan secara klinis dan beberapa
Monoterapi dengan interferon alfa kandidat antivirus dapat dilihat pada
pegilasi direkomendasikan hanya pada Tabel 1.
pasien yang tidak dapat mentolerir

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


98

Tabel 1. Daftar antivirus yang telah tersedia di pasaran maupun kandidat antivirus
beserta protein target

Kandidat antiviral
Nama obat (paten)
Virus Protein target baru (novel Referensi
yang telah tersedia
inhibitor)

Aciclovir (generik,
Zovirax), brivudine Synguanol,
(zostex), Famciclovir filociclovir, MBX-
DNA
(Famvir), foscarnet 2168, (Li et al.,
polymerase
(Foscavir), idoxuridine mitoxantrone 2021a)
Virus herpes UL30
(Dendrid), penciclovir dihydrochloride,
simplex (HSV)
trifluridine (Denavir), PHA76749
valaciclovir (Valtrex)

Protein (Li et al.,


Docosanol (Abreva) NGI-1, C1
selubung 2021a)

Cidofovir (Vistide),
DNA fomivirsen (Vitravene),
(Li et al.,
polymerase foscarnet (Foscavir), Filociclovir
Human 2021a)
UL54 ganciclovir (Cytovene),
cytomegalovirus
valganciclovir (Valvite)
(HCMV)
(Li et al.,
Terminase UL56 Letermovir (Prevymis)
2021a)

Aciclovir (generik,
Zovirax), brivudine
Varicella-zoster DNA (zostex), famciclovir (Li et al.,
virus (VZV) polymerase (Famvir), valaciclovir 2021a)
(Valtrex), vidarabine
(vira-A)

VP37 envelope (Li et al.,


Human smallpox Tecovirimat (Tpoxx)
wrapping protein 2021a)

Adefovir (Hepsera),
besifovirb, clevudine,
DNA entecavir (Baraclude), (Li et al.,
Tenofovir exalidex
polymerase telbivudine (Tyzeka), 2021a)
Hepatitis B virus tenofovir alafenamide,
(HBV) tenofovir (Viread)

Pegylated interferon alfa


(Katzung,
2a (Referon A) Interferon
2017)
alfa 2b (Intron A)

Danoprevir (Ganovo), Asunaprevir,


glecaprevir (Mavyret),
Hepatitis C virus NS3/4A faldaprevir (Li et al.,
grazoprevir (Zepatier),
(HCV) protease furaprevir, 2021a)
paritaprevir (Viekira pak),
narlaprevir,
simeprevir (Olysio)
Seraprevir,

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


99

vaniprevir,
vedroprevir

Daclatasvir (daklinza),
ledipasvir (Harvoni),
NS5A ombitasvir (Technivie), Ravidasvir, (Li et al.,
fosfoprotein elbasvir (Zepatier), ruzasvir, odalasvir 2021a)
velpatasvir (Epclusa),
pibrentasvir (Marivet)

Adafosbuvir,
deleobuvir,
NS5B Sofosbuvir (Sovaldi), (Li et al.,
lomibuvir,
polymerase dasabuvir (Exviera) 2021a)
mericitabine,
radalbuvir

Pegylated interferon alfa


2a (Referon A),
(Katzung,
pegylated interferon alfa
2017)
2b, interferon alfa 2b
(Intron A)

Amprenavir, atazanavir
(Reyataz), darunavir
(Prezista), fosamprenavir
(Lexiva), indinavir TMB-607, TMC-
(Li et al.,
Protease (Crixivan), lopinavir 310911, GRL-
2021a)
(kaletra), nelfinavir 09510
(Viracept), ritonavir
(Norvir), saquinavir,
tipranavir (Aptivus)

NRTIs: Abacavir
(Ziagen), didanosine
(Videx), emtricitabine
(Emtriva), lamivudine
(Epivir), stavudine (Zerit),
Human tenofovir alafenamide
MK-8504, MK-
immunodeficiency (Viread), tenofovir 8583, racivir,
virus (HIV) disoproxil fumarate, islatravir, rovafovir
Reverse zidovudine (Combivir) (Li et al.,
etalafenamide,
transcriptase 2021a)
censavudine,
NNRTIs: Delavirdinea
amdoxovir,
(Rescriptor), doravirine
elvucitabine,
(Piletro), efavirenz
(Sustiva), elsulfavirineb
(Elpida), etravirine
(Intelence), nevirapine
(viramune), rilpivirine
(Edurant),

Bictegravir (Biktarvy),
dolutegravir (Tivicay), (Li et al.,
Integrase KM-023
elvitegravir (Stribild), 2021a)
raltegravir (Isentress),

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


100

gp41 (Viral Albuvirtide (Aikening), (Li et al.,


Cabotegravir
entry) enfuvirtide GSK373239 2021a)

gp120 (Viral (Li et al.,


Fostemsavir (Rukobia) GSK373239
entry) 2021a)

CCR5 reseptor (Katzung,


Vicrivirox dan pro-140
(Viral entry) 2017)

(Katzung,
Cell fusion TNX-355 (Ibalizumab)
2017)

(Katzung,
Maturation Bevirimat
2017)

RNA Lumicitabine (ALS- (Li et al.,


Ribavirin (Rebetol)
polymerase 8176) 2021a)

Presatovir (GS-
Respiratory 5806), ziresovir
syncytial virus (RO-0529,
(RSV) Fusion AK0529), MDT- (Li et al.,
Palivizumab (Sinagis)
glycoprotein 637, 2021a)
JNJ53718678,
sisunatovir, ALX-
0171

Baloxavir marboxil
RNA (Li et al.,
(Xofluza), favipiravir Pimodivir (VX-787)
polymerase 2021a)
(Avigan)

Laninamivir (Inavir),
Human influenza
oseltamivir (Tamiflu), (Katzung,
virus Neuraminidase Isocorilagin
peramivir (Rapivab), 2017)
zanamivir (Relenza),

Amantadine, rimantadine (Katzung,


Matrix protein 2
(Flumadine) 2017)

(Frediansyah
RNA Remdesivir (GS-5734), et al., 2021,
polymerase Favipiravir Kausar et al.,
2021)

(Kausar et al.,
Sintesis protein Ritonavir/Lopinavir
2021)

SARS-CoV-2 Imunomodulator spesifik:


/COVID-19 Anakinra, toclixumab,
sarilumab, roxulitinib, (Rizk et al.,
baricitinib, adalimunab, 2020, Syahrir
Imunomodulator sagramortim, et al., 2021)
dan obat lain gimsilumab,
convalescent plasma

Imunomodulator non- (Rizk et al.,


spesifik: IVIG, 2020)
Dexamethosone,

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


101

methylprednisolon,
interferon β-1b,
interferonα-2b,

Lain-lain; ACEi/ARB,
azytromycin, (Mudatsir et
hydroxycloroquin, al., 2020, Rizk
cholchicine, et al., 2020)
nitazoxanide, ivermectin

Riset-riset pengembangan menginduksi efek seperti vaksin


imunoterapi (Pelegrin et al., 2015).

Antibodi monoklonal (mAb) Respons imun antivirus yang


merupakan salah satu agen yang diinduksi, atau diperkuat, oleh
semakin banyak dipertimbangkan untuk imunoterapi berbasis mAb telah diamati
penanganan penyakit yang disebabkan pada berbagai virus yang menyerang
oleh infeksi virus. Pada dasarnya, mAb manusia melalui pendekatan pre-klinis
sejauh ini telah digunakan secara luas menggunakan primata dalam model
untuk menekan transmisi atau infeksi HIV yang menggunakan mAb
perbanyakan virus secara langsung generasi kedua (Bossart et al., 2011,
berdasarkan aktivitas penetralan Geisbert et al., 2014). Adapun penggunaan
dan/atau pembunuhan sel virus yang antibodi monoklonal dalam terapi
dimilikinya (Dibo et al., 2019). Terapi coronavirus disease (COVID)-19 masih
mAb adalah bentuk imunoterapi pasif terus diinvestigasi. Namun hasil yang
yaitu pemberian antibodi eksogen untuk menjanjikan telah dilaporkan untuk
menekan infeksi virus dengan tindakan penggunaan klinis kombinasi terapi
penargetan langsung dan cepat. antibodi monoklonal bamlanivimab dan
Pendekatan terapeutik ini berbeda etesevimab dalam pengobatan COVID-19
dengan pendekatan vaksin, yang ringan hingga sedang (Gottlieb et al.,
bertujuan untuk menstimulasi respon 2021). Bamlanivimab dan etesevimab
imun endogen dari inang sehingga adalah antibodi monoklonal terhadap
terbentuk imunitas yang berkelanjutan protein spike SARS-CoV-2, virus
(Pelegrin et al., 2015). Namun, dalam penyebab COVID-19, yang dirancang
beberapa tahun terakhir, beberapa untuk memblokir perlekatan virus dan
penelitian telah mengungkapkan bahwa penetrasinya ke dalam sel manusia
terapi mAb dapat digunakan untuk (Gottlieb et al., 2021). Beberapa antibodi
merekrut sistem kekebalan endogen dari monoklonal yang digunakan dalam
organisme yang terinfeksi dan

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


102

mengatasi infeksi virus dapat dilihat pada yang berhasil pada virus yang
Tabel 2. menginfeksi daerah pernapasan dapat
diterapkan pada virus SARS-CoV-2
Selain melalui pendekatan antibodi
melalui polimer nanopartikel anorganik
monoklonal, saat ini juga telah dilakukan
yang menggunakan protein berbasis
beberapa pendekatan farmasetik
peptida (Sivasankarapillai et al., 2020).
termasuk di antaranya adalah dari segi
Antivirus yang disiapkan dalam bentuk
bentuk sediaan dan juga mode
nanopartikel menunjukkan peningkatan
penghantaran obat ke daerah infeksi
efektivitas dan mengatasi keterbatasan
(Chakravarty and Vora, 2021). Salah satu
seperti ketersediaan hayati yang rendah,
pendekatan bentuk sediaan adalah
efek samping yang merugikan, frekuensi
melalui bentuk nanopartikel yang
konsumsi, dan waktu pengobatan (Singh
memiliki banyak keuntungan serta telah
et al., 2017). Namun, penelitian yang
diterapkan secara luas dalam berbagai
menyelidiki interaksi antara partikel
bidang. Teknik nanoteknologi telah
nano dengan sistem imun dibutuhkan
digunakan dalam sistem penghantaran
untuk pengembangan sistem
obat karena mampu membawa zat ke
nanocarrier yang biokompatibel,
dalam tubuh, meningkatkan kemanjuran
biodegradable, dan non-sitotoksik untuk
terapeutik dan mengurangi toksisitas zat
bertindak secara khusus pada infeksi
yang dibawa (Chakravarty and Vora, 2021,
virus tanpa mempengaruhi sel dan
Delshadi et al., 2021, Li et al., 2021b).
jaringan yang sehat.
Partikel nano diprediksi bekerja secara
langsung pada virus atau menyebabkan Imunoterapi untuk mengatasi
perubahan struktural pada virus, sehingga infeksi virus juga dapat menggunakan
mencegahnya menembus sel target. pendekatan berbasis clustered regularly
Beberapa penelitian menyelidiki aktivitas interspaced short palindromic repeats
antivirus nanopartikel serta beberapa (CRISPR). Metode ini merupakan salah
diantaranya menunjukkan aksi satu teknik yang sedang hangat
intraseluler nanopartikel melalui dibicarakan di dunia medis. Teknik
interferensi protein (Cagno et al., 2018, CRISPR-Cas9 memungkinkan
Jamali et al., 2018, Sabet et al., 2017). pengeditan DNA oleh endonuklease
Pendekatan berbasis Cas9, dipandu oleh urutan RNA yang
nanoteknologi baru-baru ini disarankan mampu berpasangan dengan urutan
dalam terapi infeksi SARS-CoV-2 basa target. Teknik ini telah digunakan
(Bhavana et al., 2020, Hassanzadeh, dengan cepat, mudah, dan efisien untuk
2020, Weiss et al., 2020). Hasil studi memodifikasi gen endogen dan

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


103

manipulasi genom berbagai jenis sel Sejumlah strategi in vitro dan in


yang penting secara klinis (Cong et al., vivo sedang dirancang untuk mencegah
2013, Jinek et al., 2012, Sander and infeksi, termasuk oleh SARS-CoV-2,
Joung, 2014). Beberapa virus dengan dengan bantuan teknik CRISPR-Cas
genom DNA dapat bertahan dalam sel (Ding et al., 2021, Strich and Chertow,
inang dalam bentuk episom seperti HSV 2019). Beberapa pendekatan yang
dan HBV (Hensel et al., 2018, Nicoll et mungkin dilakukan dengan
al., 2012, Serquiña and Ziegelbauer, memanfaatkan sistem CRISPR-Cas
2017) atau berintegrasi ke dalam diantaranya adalah memodifikasi
kromosom inang, seperti dalam kasus reseptor yang digunakan oleh virus
HPV (Arias-Pulido et al., 2006). untuk masuk ke dalam sel sehingga pada
Intervensi replikasi genom virus melalui akhirnya akan mencegah pengikatan
penggunaan sistem CRISPR-Cas dapat reseptor virus dan mencegah replikasi
mengontrol infeksi berikutnya (Chen et dari virus; menghambat ekspresi
al., 2018). Aktivitas antivirus dari sistem beberapa gen yang menyandikan protein
berbasis CRISPR-Cas telah dibuktikan yang penting bagi replikasi virus (dengan
secara in vivo pada pasien leukemia yang metode knock-down atau bahkan knock
tidak memiliki viral load HIV-1 yang out), sehingga mencegah replikasi virus
terdeteksi setelah menerima sumsum dan membuat virus lebih rentan
tulang dengan mutasi homozigot delta terhadap respons imun inang;
tipe 5 CC pada reseptor kemokin 32 meningkatkan ekspresi penghambat
(CCR5Δ32) (Allers et al., 2011). Contoh transkripsi inang sehingga menghalangi
pertama penggunaan CRISPR-Cas dalam replikasi dan/atau menyebabkan
mekanisme pertahanan terhadap infeksi penurunan transkripsi RNA virus dan
virus secara in vitro dan in vivo jumlah virion; dan mengeksisi gen virus
dipublikasikan tidak lama setelah yang mengintegrasikan DNA-nya ke
metode tersebut diperkenalkan (Lin et dalam genom inang (Chen et al., 2018, de
al., 2014), yang melaporkan penurunan Buhr and Lebbink, 2018, De Silva
signifikan dalam ekspresi protein virus Feelixge et al., 2018, Ding et al., 2021,
HBV. Beberapa penelitian telah Koujah et al., 2019, Lee, 2019, Sanches-
menunjukkan bahwa pengeditan DNA da-Silva et al., 2019, Strich and Chertow,
oleh sistem CRISPR-Cas mampu 2019).
mengeliminasi HBV dalam kultur sel
Manipulasi langsung genom virus
(Seeger and Sohn, 2014).
menggunakan sistem CRISPR-Cas juga
memiliki potensi yang besar dalam

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


104

pencegahan infeksi virus kronis maupun memotivasi pengembangan terapi


patogen lainnya. Namun, kesulitannya antivirus baru dengan harapan
cukup besar dan implikasi terhadap menghilangkan kebutuhan akan
manfaat klinis belum dapat diketahui. pengobatan berkelanjutan.
Meskipun banyak tantangan yang perlu
diselesaikan, potensi pencegahan infeksi
dan penyembuhan pasien melalui
pemanfaatan teknologi CRISPR telah
Tabel 2. Beberapa contoh vaksin dan antibodi monoklonal untuk pencegahan dan terapi
penyakit terkait infeksi virus

Contoh sediaan yang


Virus Keterangan Referensi
tersedia

CSJ148 adalah kombinasi dari dua mAbs


manusia anti-HCMV yang mengikat dan
Antibodi monoklonal
menghambat fungsi virus HCMV gB (LJP538) (Macagno et al.,
HCMV CSJ148 (LJP538 and
dan pentameric gHkompleks (LJP539). Kedua 2010)
LJP539) Novartis
antibodi diisolasi dari sel B yang dimortalisasi
(akibat infeksi EBV).

Antibodi monoklonal Antibodi monoklonal Ibalizumab berikatan


(Song et al.,
HIV Ibalizumab (TNX-355), dengan CD4 manusia, yang merupakan
2010)
Genentech reseptor utama pada HIV-1.

Disetujui untuk profilaksis pada bayi dengan


Antibodi monoklonal (Luna et al.,
risiko tinggi RSV, Synagis adalah α-mAb
RSV Palivizumab (Synagis; 2020, McLellan
manusia dari isoform IgG1yang menargetkan
MEDI-493, MedImmune) et al., 2010)
glikoprotein F RSV.

Antibodi monoklonal
ZMapp adalah kombinasi tiga antibodi yang
ZMapp, National Institute (Qiu et al.,
Ebola dioptimalkan (terdiri dari murine mAbs m1H3,
of Allergy and Infectious 2014)
m2G4 dan m4G7).
Diseases (NIAID)

CL184 adalah gabungan mAb yang terdiri dari


Antibodi monoklonal CR57 dan CR4098, dan CL184 adalah hasil
(Bakker et al.,
Rabies CL184 (CR57 and evaluasi sebagai pengganti human rabies
2008)
CR4098), Crucell immunoglobulin (HRIG) (NCT00708084,
NCT00656097, NCT0122838).

VIS410 menargetkan epitop yang


dikonservasi di stem influenza A
Antibodi monoklonal hemagglutinin (HA). Hasil rekayasa (Hershberger et
Influenza
VIS410, Visterra, Inc menggunakan informasi struktural pada al., 2019)
antarmuka antibodi-antigen. VIS410 sedang
dalam uji klinis Fase 2 (NCT02989194).

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


105

Antibodi monoklonal
CR6261, Crucell Holland
Diisolasi dari individu sehat yang divaksinasi
SARS- BV and the National (Ekiert et al.,
menggunakan metode seleksi tampilan phage
CoV-2 Institute of Allergy and 2009)
pada rekombinan H5 HA.
Infectious Diseases
(NIAID)

Antibody monoklonal Antibodi monoklonal yang secara khusus


Bamlanivimab (LY-coV55 ditujukan untuk melawan lonjakan protein
and LY3819253) SARS-CoV-2, dirancang untuk memblokir
SARS- (Taylor et al.,
perlekatan virus dan masuk ke dalam sel
CoV-2 2021)
Antibody monoklonal manusia. Bamlanivimab dan etesevimab
Etesevimab (LY-CoV016 mengikat situs yang berbeda tetapi
and LY3832479) overlapping pada protein virus.

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Imunoterapi merupakan bidang Terima kasih kami ucapkan kepada


yang berkembang melalui interaksi bidang anggota UNHAS Fly Research Group
imunologi, farmakologi dan (UFRG) yang telah banyak membantu
farmakoterapi yang memiliki dalam diskusi terkait materi yang ditulis
perkembangan yang pesat terutama dalam dalam artikel ini. Gambar 1 dalam artikel
kondisi pandemi COVID-19 yang dihadapi ini dibuat menggunakan aplikasi
saat ini. Meskipun terapi dan obat-obatan Biorender (Biorender.com).
yang digunakan dalam bidang
imunofarmakologi masih terbatas serta DAFTAR PUSTAKA

banyak hal yang belum dapat ditemukan, Ahmed, A. 2011. Antiviral treatment of
namun teknologi baru dan kemajuan pesat cytomegalovirus infection. Infect Disord
Drug Targets, 11, 475-503.
dalam pengetahuan tentang regulasi Allers, K., Hütter, G., Hofmann, J.,
sistem imun telah menjadikan Loddenkemper, C., Rieger, K., Thiel, E.
& Schneider, T. 2011. Evidence for the
imunoterapi sebagai bidang yang memiliki cure of HIV infection by CCR5Δ32/Δ32
potensi besar dan menjanjikan dalam stem cell transplantation. Blood, 117,
2791-9.
penanganan infeksi virus maupun patogen Aoshi, T., Koyama, S., Kobiyama, K., Akira,
lain. Oleh karena itu, konsep imunoterapi S. & Ishii, K. J. 2011. Innate and adaptive
immune responses to viral infection and
serta relevansinya dengan penyakit
vaccination. Current Opinion in Virology,
manusia merupakan salah satu solusi yang 1, 226-232.
Arias-Pulido, H., Peyton, C. L., Joste, N. E.,
menawarkan pilihan baru untuk
Vargas, H. & Wheeler, C. M. 2006.
kebutuhan medis yang belum terpenuhi Human papillomavirus type 16
integration in cervical carcinoma in situ
terkait penyakit infeksi akibat virus.
and in invasive cervical cancer. J Clin
Microbiol, 44, 1755-62.
Bakker, A. B., Python, C., Kissling, C. J.,

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


106

Pandya, P., Marissen, W. E., Brink, M. F., natural killer cell receptors and signal
Lagerwerf, F., Worst, S., Van Corven, E., transduction. Int Rev Immunol, 20, 333-
Kostense, S., Hartmann, K., Weverling, 70.
G. J., Uytdehaag, F., Herzog, C., Briggs, Cantrell, D. 2015. Signaling in lymphocyte
D. J., Rupprecht, C. E., Grimaldi, R. & activation. Cold Spring Harbor
Goudsmit, J. 2008. First administration to perspectives in biology, 7, a018788.
humans of a monoclonal antibody Chakravarty, M. & Vora, A. 2021.
cocktail against rabies virus: safety, Nanotechnology-based antiviral
tolerability, and neutralizing activity. therapeutics. Drug Deliv Transl Res, 11,
Vaccine, 26, 5922-7. 748-787.
Basset, C., Holton, J., O'mahony, R. & Roitt, I. Chen, S., Yu, X. & Guo, D. 2018. CRISPR-
2003. Innate immunity and pathogen-host Cas Targeting of Host Genes as an
interaction. Vaccine, 21 Suppl 2, S12-23. Antiviral Strategy. Viruses, 10.
Bhat, S. A., Sarwar, Z., Gillani, S. Q., Un Nisa, Cong, L., Ran, F. A., Cox, D., Lin, S., Barretto,
M., Reshi, I., Nabi, N., Xie, S., Fazili, K. R., Habib, N., Hsu, P. D., Wu, X., Jiang,
M., Roberts, T. M. & Andrabi, S. 2020. W., Marraffini, L. A. & Zhang, F. 2013.
Polyomavirus Small T Antigen Induces Multiplex genome engineering using
Apoptosis in Mammalian Cells through CRISPR/Cas systems. Science, 339, 819-
the UNC5B Pathway in a PP2A- 23.
Dependent Manner. J Virol, 94. De Buhr, H. & Lebbink, R. J. 2018. Harnessing
Bhavana, V., Thakor, P., Singh, S. B. & CRISPR to combat human viral
Mehra, N. K. 2020. COVID-19: infections. Curr Opin Immunol, 54, 123-
Pathophysiology, treatment options, 129.
nanotechnology approaches, and research De Clercq, E. & Li, G. 2016. Approved
agenda to combating the SARS-CoV2 Antiviral Drugs over the Past 50 Years.
pandemic. Life Sci, 261, 118336. Clin Microbiol Rev, 29, 695-747.
Bossart, K. N., Geisbert, T. W., Feldmann, H., De Silva Feelixge, H. S., Stone, D.,
Zhu, Z., Feldmann, F., Geisbert, J. B., Roychoudhury, P., Aubert, M. & Jerome,
Yan, L., Feng, Y. R., Brining, D., Scott, K. R. 2018. CRISPR/Cas9 and Genome
D., Wang, Y., Dimitrov, A. S., Callison, Editing for Viral Disease-Is Resistance
J., Chan, Y. P., Hickey, A. C., Dimitrov, Futile? ACS Infect Dis, 4, 871-880.
D. S., Broder, C. C. & Rockx, B. 2011. A Deeks, S. G., Overbaugh, J., Phillips, A. &
neutralizing human monoclonal antibody Buchbinder, S. 2015. HIV infection.
protects african green monkeys from Nature Reviews Disease Primers, 1,
hendra virus challenge. Sci Transl Med, 3, 15035.
105ra103. Delshadi, R., Bahrami, A., Mcclements, D. J.,
Braithwaite, A. W. & Russell, I. A. 2001. Moore, M. D. & Williams, L. 2021.
Induction of cell death by adenoviruses. Development of nanoparticle-delivery
Apoptosis, 6, 359-70. systems for antiviral agents: A review. J
Cagno, V., Andreozzi, P., D’alicarnasso, M., Control Release, 331, 30-44.
Jacob Silva, P., Mueller, M., Galloux, M., Dibo, M., Battocchio, E. C., Dos Santos Souza,
Le Goffic, R., Jones, S. T., Vallino, M., L. M., Da Silva, M. D. V., Banin-Hirata,
Hodek, J., Weber, J., Sen, S., Janeček, E.- B. K., Sapla, M. M. M., Marinello, P.,
R., Bekdemir, A., Sanavio, B., Martinelli, Rocha, S. P. D. & Faccin-Galhardi, L. C.
C., Donalisio, M., Rameix Welti, M.-A., 2019. Antibody Therapy for the Control
Eleouet, J.-F., Han, Y., Kaiser, L., of Viral Diseases: An Update. Curr Pharm
Vukovic, L., Tapparel, C., Král, P., Krol, Biotechnol, 20, 1108-1121.
S., Lembo, D. & Stellacci, F. 2018. Dimitrov, D. S. 2004. Virus entry: molecular
Broad-spectrum non-toxic antiviral mechanisms and biomedical applications.
nanoparticles with a virucidal inhibition Nature Reviews Microbiology, 2, 109-
mechanism. Nature Materials, 17, 195- 122.
203. Ding, R., Long, J., Yuan, M., Jin, Y., Yang, H.,
Campbell, K. S. & Colonna, M. 2001. Human Chen, M., Chen, S. & Duan, G. 2021.

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


107

CRISPR/Cas System: A Potential virosphere into 15 hierarchical ranks. Nat


Technology for the Prevention and Microbiol, 5, 668-674.
Control of COVID-19 and Emerging Gottlieb, R. L., Nirula, A., Chen, P., Boscia, J.,
Infectious Diseases. Frontiers in Cellular Heller, B., Morris, J., Huhn, G., Cardona,
and Infection Microbiology, 11. J., Mocherla, B., Stosor, V., Shawa, I.,
Ekiert, D. C., Bhabha, G., Elsliger, M. A., Kumar, P., Adams, A. C., Van Naarden,
Friesen, R. H., Jongeneelen, M., Throsby, J., Custer, K. L., Durante, M., Oakley, G.,
M., Goudsmit, J. & Wilson, I. A. 2009. Schade, A. E., Holzer, T. R., Ebert, P. J.,
Antibody recognition of a highly Higgs, R. E., Kallewaard, N. L., Sabo, J.,
conserved influenza virus epitope. Patel, D. R., Klekotka, P., Shen, L. &
Science, 324, 246-51. Skovronsky, D. M. 2021. Effect of
Farrukee, R. & Hurt, A. C. 2017. Antiviral Bamlanivimab as Monotherapy or in
Drugs for the Treatment and Prevention Combination With Etesevimab on Viral
of Influenza. Current Treatment Options Load in Patients With Mild to Moderate
in Infectious Diseases, 9, 318-332. COVID-19: A Randomized Clinical
Fields, B. N., Knipe, D. M. & Howley, P. M. Trial. JAMA, 325, 632-644.
2013. Fields Virology, Wolters Kluwer Graham, B. S. & Sullivan, N. J. 2018.
Health. Emerging viral diseases from a
Forthal, D. N. & Finzi, A. 2018. Antibody- vaccinology perspective: preparing for
dependent cellular cytotoxicity in HIV the next pandemic. Nat Immunol, 19, 20-
infection. AIDS (London, England), 32, 28.
2439-2451. Griffin, D. E. 2010. Measles virus-induced
Frediansyah, A., Nainu, F., Dhama, K., suppression of immune responses.
Mudatsir, M. & Harapan, H. 2021. Immunol Rev, 236, 176-89.
Remdesivir and its antiviral activity Grove, J. & Marsh, M. 2011. The cell biology
against COVID-19: A systematic review. of receptor-mediated virus entry. The
Clinical Epidemiology and Global Journal of cell biology, 195, 1071-1082.
Health, 9, 123-127. Harapan, H., Itoh, N., Yufika, A., Winardi, W.,
Geisbert, T. W., Mire, C. E., Geisbert, J. B., Keam, S., Te, H., Megawati, D., Hayati,
Chan, Y. P., Agans, K. N., Feldmann, F., Z., Wagner, A. L. & Mudatsir, M. 2020.
Fenton, K. A., Zhu, Z., Dimitrov, D. S., Coronavirus disease 2019 (COVID-19):
Scott, D. P., Bossart, K. N., Feldmann, H. A literature review. Journal of Infection
& Broder, C. C. 2014. Therapeutic and Public Health, 13, 667-673.
treatment of Nipah virus infection in Harding, S. D., Faccenda, E., Southan, C.,
nonhuman primates with a neutralizing Maffia, P. & Davies, J. A. 2018. A new
human monoclonal antibody. Sci Transl guide to immunopharmacology. Nature
Med, 6, 242ra82. Reviews Immunology, 18, 729-729.
Gómez Román, V. R., Murray, J. C. & Weiner, Hassanzadeh, P. 2020. Nanotheranostics
L. M. 2014. Chapter 1 - Antibody- against COVID-19: From multivalent to
Dependent Cellular Cytotoxicity immune-targeted materials. J Control
(ADCC). In: ACKERMAN, M. E. & Release, 328, 112-126.
NIMMERJAHN, F. (eds.) Antibody Fc. Helenius, A. 2018. Virus Entry: Looking Back
Boston: Academic Press. and Moving Forward. J Mol Biol, 430,
Gorbalenya, A. E., Krupovic, M., Mushegian, 1853-1862.
A., Kropinski, A. M., Siddell, S. G., Hemmi, H. & Akira, S. 2005. TLR signalling
Varsani, A., Adams, M. J., Davison, A. J., and the function of dendritic cells. Chem
Dutilh, B. E., Harrach, B., Harrison, R. L., Immunol Allergy, 86, 120-135.
Junglen, S., King, A. M. Q., Knowles, N. Hensel, K. O., Cantner, F., Bangert, F., Wirth,
J., Lefkowitz, E. J., Nibert, M. L., Rubino, S. & Postberg, J. 2018. Episomal HBV
L., Sabanadzovic, S., Sanfaçon, H., persistence within transcribed host
Simmonds, P., Walker, P. J., Zerbini, F. nuclear chromatin compartments
M. & Kuhn, J. H. 2020. The new scope of involves HBx. Epigenetics Chromatin,
virus taxonomy: partitioning the 11, 34.

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


108

Hershberger, E., Sloan, S., Narayan, K., Hay, cells infected with herpes simplex virus
C. A., Smith, P., Engler, F., Jeeninga, R., type 1 exhibit inhibited T-cell stimulatory
Smits, S., Trevejo, J., Shriver, Z. & capacity. Journal of virology, 74, 7127-
Oldach, D. 2019. Safety and efficacy of 7136.
monoclonal antibody VIS410 in adults Kumar, S. 2018. Natural killer cell cytotoxicity
with uncomplicated influenza A and its regulation by inhibitory receptors.
infection: Results from a randomized, Immunology, 154, 383-393.
double-blind, phase-2, placebo-controlled Lee, C. 2019. CRISPR/Cas9-Based Antiviral
study. EBioMedicine, 40, 574-582. Strategy: Current Status and the Potential
Hoeben, R. C. & Uil, T. G. 2013. Adenovirus Challenge. Molecules (Basel,
DNA replication. Cold Spring Harbor Switzerland), 24, 1349.
perspectives in biology, 5, a013003- Li, C., Wang, J. C.-Y., Taylor, M. W. &
a013003. Zlotnick, A. 2012. In vitro assembly of an
Ivashkiv, L. B. & Donlin, L. T. 2014. empty picornavirus capsid follows a
Regulation of type I interferon responses. dodecahedral path. Journal of virology,
Nat Rev Immunol, 14, 36-49. 86, 13062-13069.
Jamali, A., Mottaghitalab, F., Abdoli, A., Li, G., Jing, X. & Zhang, P. 2021a. Antiviral
Dinarvand, M., Esmailie, A., Kheiri, M. Classification. In: BAMFORD, D. H. &
T. & Atyabi, F. 2018. Inhibiting influenza ZUCKERMAN, M. (eds.) Encyclopedia
virus replication and inducing protection of Virology. 4th ed.: Elsevier.
against lethal influenza virus challenge Li, Y., Xiao, Y., Chen, Y. & Huang, K. 2021b.
through chitosan nanoparticles loaded by Nano-based approaches in the
siRNA. Drug Deliv Transl Res, 8, 12-20. development of antiviral agents and
Jinek, M., Chylinski, K., Fonfara, I., Hauer, vaccines. Life Sci, 265, 118761.
M., Doudna, J. A. & Charpentier, E. 2012. Lin, S. R., Yang, H. C., Kuo, Y. T., Liu, C. J.,
A Programmable Dual-RNA–Guided Yang, T. Y., Sung, K. C., Lin, Y. Y.,
DNA Endonuclease in Adaptive Bacterial Wang, H. Y., Wang, C. C., Shen, Y. C.,
Immunity. Science, 337, 816-821. Wu, F. Y., Kao, J. H., Chen, D. S. &
Kates, J. R. & Mcauslan, B. R. 1967. Poxvirus Chen, P. J. 2014. The CRISPR/Cas9
DNA-dependent RNA polymerase. System Facilitates Clearance of the
Proceedings of the National Academy of Intrahepatic HBV Templates In Vivo.
Sciences of the United States of America, Mol Ther Nucleic Acids, 3, e186.
58, 134-141. Lodoen, M. B. & Lanier, L. L. 2006. Natural
Katzung, B. G. 2017. Basic and Clinical killer cells as an initial defense against
Pharmacology 14th Edition, McGraw- pathogens. Curr Opin Immunol, 18, 391-
Hill Education. 8.
Kausar, S., Said Khan, F., Ishaq Mujeeb Ur López De Padilla, C. M. & Niewold, T. B.
Rehman, M., Akram, M., Riaz, M., 2016. The type I interferons: Basic
Rasool, G., Hamid Khan, A., Saleem, I., concepts and clinical relevance in
Shamim, S. & Malik, A. 2021. A review: immune-mediated inflammatory
Mechanism of action of antiviral drugs. diseases. Gene, 576, 14-21.
International Journal of Luckheeram, R. V., Zhou, R., Verma, A. D. &
Immunopathology and Pharmacology, Xia, B. 2012. CD4+ T Cells:
35, 20587384211002621. Differentiation and Functions. Clinical
Khan, M. M. 2016. Immunopharmacology, and Developmental Immunology, 2012,
Springer International Publishing. 925135.
Koujah, L., Shukla, D. & Naqvi, A. R. 2019. Luna, M. S., Manzoni, P., Paes, B., Baraldi, E.,
CRISPR-Cas based targeting of host and Cossey, V., Kugelman, A., Chawla, R.,
viral genes as an antiviral strategy. Semin Dotta, A., Rodríguez Fernández, R.,
Cell Dev Biol, 96, 53-64. Resch, B. & Carbonell-Estrany, X. 2020.
Kruse, M., Rosorius, O., Krätzer, F., Stelz, G., Expert consensus on palivizumab use for
Kuhnt, C., Schuler, G., Hauber, J. & respiratory syncytial virus in developed
Steinkasserer, A. 2000. Mature dendritic countries. Paediatr Respir Rev, 33, 35-44.

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


109

Macagno, A., Bernasconi, N. L., Vanzetta, F., factor in herpes simplex virus infection of
Dander, E., Sarasini, A., Revello, M. G., mice. PLoS pathogens, 1, e7-e7.
Gerna, G., Sallusto, F. & Lanzavecchia, Pau, A. K. & George, J. M. 2014.
A. 2010. Isolation of human monoclonal Antiretroviral therapy: current drugs.
antibodies that potently neutralize human Infect Dis Clin North Am, 28, 371-402.
cytomegalovirus infection by targeting Pelegrin, M., Naranjo-Gomez, M. &
different epitopes on the gH/gL/UL128- Piechaczyk, M. 2015. Antiviral
131A complex. J Virol, 84, 1005-13. Monoclonal Antibodies: Can They Be
Maginnis, M. S. 2018. Virus-Receptor More Than Simple Neutralizing Agents?
Interactions: The Key to Cellular Trends Microbiol, 23, 653-665.
Invasion. J Mol Biol, 430, 2590-2611. Qiu, X., Wong, G., Audet, J., Bello, A.,
Matrosovich, M., Herrler, G. & Klenk, H. D. Fernando, L., Alimonti, J. B., Fausther-
2015. Sialic Acid Receptors of Viruses. Bovendo, H., Wei, H., Aviles, J., Hiatt,
Top Curr Chem, 367, 1-28. E., Johnson, A., Morton, J., Swope, K.,
Mcfadden, G. 2005. Poxvirus tropism. Nature Bohorov, O., Bohorova, N., Goodman,
Reviews Microbiology, 3, 201-213. C., Kim, D., Pauly, M. H., Velasco, J.,
Mclellan, J. S., Chen, M., Kim, A., Yang, Y., Pettitt, J., Olinger, G. G., Whaley, K., Xu,
Graham, B. S. & Kwong, P. D. 2010. B., Strong, J. E., Zeitlin, L. & Kobinger,
Structural basis of respiratory syncytial G. P. 2014. Reversion of advanced Ebola
virus neutralization by motavizumab. Nat virus disease in nonhuman primates with
Struct Mol Biol, 17, 248-50. ZMapp. Nature, 514, 47-53.
Medzhitov, R. & Janeway, C., Jr. 2000. Innate Razonable, R. R. 2011. Antiviral drugs for
immunity. N Engl J Med, 343, 338-44. viruses other than human
Mudatsir, M., Yufika, A., Nainu, F., immunodeficiency virus. Mayo Clin
Frediansyah, A., Megawati, D., Pranata, Proc, 86, 1009-26.
A., Mahdani, W., Ichsan, I., Dhama, K. & Riley, L. W. & Blanton, R. E. 2018. Advances
Harapan, H. 2020. Antiviral Activity of in Molecular Epidemiology of Infectious
Ivermectin Against SARS-CoV-2: An Diseases: Definitions, Approaches, and
Old-Fashioned Dog with a New Trick— Scope of the Field. Microbiol Spectr, 6.
A Literature Review. Scientia Rizk, J. G., Kalantar-Zadeh, K., Mehra, M. R.,
Pharmaceutica, 88, 36. Lavie, C. J., Rizk, Y. & Forthal, D. N.
Murphy, K. M. & Weaver, C. 2016. Janeway's 2020. Pharmaco-Immunomodulatory
Immunobiology, Garland Science, Taylor Therapy in COVID-19. Drugs, 80, 1267-
& Francis Group, LLC. 1292.
Nainu, F., Shiratsuchi, A. & Nakanishi, Y. Romagnani, S. 1992. Type 1 T helper and type
2017. Induction of Apoptosis and 2 T helper cells: Functions, regulation and
Subsequent Phagocytosis of Virus- role in protection and disease.
Infected Cells As an Antiviral International Journal of Clinical and
Mechanism. Frontiers in Immunology, 8. Laboratory Research, 21, 152-158.
Neumann, H., Medana, I. M., Bauer, J. & Rossmann, M. G., He, Y. & Kuhn, R. J. 2002.
Lassmann, H. 2002. Cytotoxic T Picornavirus-receptor interactions.
lymphocytes in autoimmune and Trends Microbiol, 10, 324-31.
degenerative CNS diseases. Trends Rouse, B. T. & Sehrawat, S. 2010. Immunity
Neurosci, 25, 313-9. and immunopathology to viruses: what
Nicholson, K. G., Wood, J. M. & Zambon, M. decides the outcome? Nature Reviews
2003. Influenza. Lancet, 362, 1733-45. Immunology, 10, 514-526.
Nicoll, M. P., Proença, J. T. & Efstathiou, S. Ryu, W.-S. 2017. Virus Life Cycle. Molecular
2012. The molecular basis of herpes Virology of Human Pathogenic Viruses,
simplex virus latency. FEMS 31-45.
microbiology reviews, 36, 684-705. Sabet, S., George, M. A., El-Shorbagy, H. M.,
Orr, M. T., Edelmann, K. H., Vieira, J., Corey, Bassiony, H., Farroh, K. Y., Youssef, T.
L., Raulet, D. H. & Wilson, C. B. 2005. & Salaheldin, T. A. 2017. Gelatin
Inhibition of MHC class I is a virulence nanoparticles enhance delivery of

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


110

hepatitis C virus recombinant NS2 gene. Taylor, J. M., Lin, E., Susmarski, N., Yoon,
PLoS One, 12, e0181723. M., Zago, A., Ware, C. F., Pfeffer, K.,
San Martín, C. 2012. Latest insights on Miyoshi, J., Takai, Y. & Spear, P. G.
adenovirus structure and assembly. 2007. Alternative entry receptors for
Viruses, 4, 847-877. herpes simplex virus and their roles in
Sanches-Da-Silva, G. N., Medeiros, L. F. S. & disease. Cell Host Microbe, 2, 19-28.
Lima, F. M. 2019. The Potential Use of Taylor, P. C., Adams, A. C., Hufford, M. M.,
the CRISPR-Cas System for HIV-1 Gene De La Torre, I., Winthrop, K. & Gottlieb,
Therapy. Int J Genomics, 2019, 8458263. R. L. 2021. Neutralizing monoclonal
Sander, J. D. & Joung, J. K. 2014. CRISPR- antibodies for treatment of COVID-19.
Cas systems for editing, regulating and Nature Reviews Immunology, 21, 382-
targeting genomes. Nat Biotechnol, 32, 393.
347-55. Trinchieri, G. 2010. Type I interferon: friend
Seeger, C. & Sohn, J. A. 2014. Targeting or foe? J Exp Med, 207, 2053-63.
Hepatitis B Virus With CRISPR/Cas9. Tyring, S. K., Beutner, K. R., Tucker, B. A.,
Mol Ther Nucleic Acids, 3, e216. Anderson, W. C. & Crooks, R. J. 2000.
Serquiña, A. K. & Ziegelbauer, J. M. 2017. Antiviral therapy for herpes zoster:
How herpesviruses pass on their randomized, controlled clinical trial of
genomes. The Journal of cell biology, valacyclovir and famciclovir therapy in
216, 2611-2613. immunocompetent patients 50 years and
Sharma, A., Li, X., Bangari, D. S. & Mittal, S. older. Arch Fam Med, 9, 863-9.
K. 2009. Adenovirus receptors and their Usmar, U., Arfiansyah, R. & Nainu, F. 2017.
implications in gene delivery. Virus Res, Sensor Asam Nukleat Sebagai Aktivator
143, 184-94. Imunitas Intrinsik Terhadap Patogen
Singh, L., Kruger, H. G., Maguire, G. E. M., Intraseluler. Galenika Journal of
Govender, T. & Parboosing, R. 2017. The Pharmacy, 3, 174-190.
role of nanotechnology in the treatment of Verhoef, J., Van Kessel, K. & Snippe, H. 2019.
viral infections. Ther Adv Infect Dis, 4, Immune Response in Human Pathology:
105-131. Infections Caused by Bacteria, Viruses,
Sivasankarapillai, V. S., Pillai, A. M., Rahdar, Fungi, and Parasites. Nijkamp and
A., Sobha, A. P., Das, S. S., Mitropoulos, Parnham's Principles of
A. C., Mokarrar, M. H. & Kyzas, G. Z. Immunopharmacology, 165-178.
2020. On Facing the SARS-CoV-2 Wagner, E. K., Hewlett, M. J., Bloom, D. C. &
(COVID-19) with Combination of Camerini, D. 2007. Basic Virology,
Nanomaterials and Medicine: Possible Wiley.
Strategies and First Challenges. Weiss, C., Carriere, M., Fusco, L., Capua, I.,
Nanomaterials (Basel), 10. Regla-Nava, J. A., Pasquali, M., Scott, J.
Song, R., Franco, D., Kao, C.-Y., Yu, F., A., Vitale, F., Unal, M. A., Mattevi, C.,
Huang, Y. & Ho, D. D. 2010. Epitope Bedognetti, D., Merkoçi, A., Tasciotti, E.,
mapping of ibalizumab, a humanized Yilmazer, A., Gogotsi, Y., Stellacci, F. &
anti-CD4 monoclonal antibody with anti- Delogu, L. G. 2020. Toward
HIV-1 activity in infected patients. Nanotechnology-Enabled Approaches
Journal of virology, 84, 6935-6942. against the COVID-19 Pandemic. ACS
Strich, J. R. & Chertow, D. S. 2019. CRISPR- Nano, 14, 6383-6406.
Cas Biology and Its Application to Weller, S. K. & Coen, D. M. 2012. Herpes
Infectious Diseases. Journal of clinical simplex viruses: mechanisms of DNA
microbiology, 57, e01307-18. replication. Cold Spring Harbor
Syahrir, S., Ariastiwi, D. A., Manggau, M. A., perspectives in biology, 4, a013011-
Nainu, F. & Bahar, M. A. 2021. a013011.
Efektivitas Sarilumab Sebagai Kandidat Whitley, R. J. & Roizman, B. 2001. Herpes
Obat Covid19: Sebuah Kajian Sistematik. simplex virus infections. Lancet, 357,
Majalah Farmasi dan Farmakologi, 25, 1513-8.
37-41. Wilen, C. B., Tilton, J. C. & Doms, R. W.

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111


111

2012. HIV: cell binding and entry. Cold Janssen, H. L. A., Lau, D. T. Y.,
Spring Harbor perspectives in medicine, Locarnini, S. A., Peters, M. G. & Lai, C.-
2, a006866. L. 2018. Hepatitis B virus infection.
Wutzler, P. 1997. Antiviral therapy of herpes Nature Reviews Disease Primers, 4,
simplex and varicella-zoster virus 18035.
infections. Intervirology, 40, 343-56. Zumla, A., Chan, J. F., Azhar, E. I., Hui, D. S.
Yu, J. C., Khodadadi, H., Malik, A., Davidson, & Yuen, K. Y. 2016. Coronaviruses -
B., Salles, É. D. S. L., Bhatia, J., Hale, V. drug discovery and therapeutic options.
L. & Baban, B. 2018. Innate Immunity of Nat Rev Drug Discov, 15, 327-47.7
Neonates and Infants. Frontiers in
Immunology, 9.
Yuen, M.-F., Chen, D.-S., Dusheiko, G. M.,

Copyright (c) 2021 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia; This article is an open access article
distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution License
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

Usmar Dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 7(1);2021 : 83-111

Anda mungkin juga menyukai