NIM : I011211151
KELOMPOK : 4
Secara sosiologis, bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultur
berdasarkan etnis dan bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan menghargai litas budaya,
betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan bangsa. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini diikat dalam norma dan aturan untuk
menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan kesadaran moral dan hokum.
Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati diri bangsa, diperlukan
komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cinta tanah air, kesadaran bela negara, persatuan
nasional dalam suasana saling menghargai keberagaman. Persatuan dan keberagaman
budaya, adat istiadat, tradisi harus dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola dan
terus menerus.
Pada awal pemerintahan orde baru, kurikulum sekolah yang berlaku dinamakan
kurikulum 1968. Didalam kurikulum tersebut tercantum mata pelajaran kewarganegaraan
negara. Dalam mata pelajaran tersebut materi maupun metode yang bersifat indoktrinatif
dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru yang dikelompokan
menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, sebagaimana tertera dalam Kurikulum
Sekolah Dasar (SD) 1968. Dalam kurikulum tersebut pendidikan kewarganegaraan negara
mencangkup sejarah indonesia, ilmu bumi, dan pengetahuan kewargaan negara, diberikan
selama masa pendidikan enam tahun. Sedangkan dalam kurikulum Sekolah Menengah 1968
untuk jenjang SMA pendidikan kewarganegaraan negara mencangkup Pancasila dan UUD
1945, ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya, pengetahuan umum tentang PBB.
Dalam kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran wajib untuk SMA.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan kolerasi, yang artinya mata
pelajaran PKn dikolerasikan dengan mata pejaran lain seperti sejarah Indonesia, ilmu bumi
Indonesia, HAM, dan ekonomi.
Selanjutnya, kurikulum berubah menjadi Kurikulum Sekolah Tahun 1975. Nama mata
pelajaran pun berubah menjadi pendidikan Moral Pancasila dengan kajian materi secara
khusus menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari mata pelajaran sejarah,
ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-hal yang menyangkut Pancasila dan UUD 1945 berdiri sendiri
dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP), sedangkan gabungan mata pelajaran
sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pasca orde baru hingga saat ini, nama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari dokumen mata
pelajaran PKn (2006) menjadi mata pelajaran Pkn (2013). Jadi secara politis, PKn di
Indonesia akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perubahan system ketatanegaraan
dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.