Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah

satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 28. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan.

Hal tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem

Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan perundang undangan

yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun sebagai landasan dalam

perencanaan program dan kegiatan (Direktorat Bina Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan, 2015).

Pembangunan di bidang kesehatan selaras dengan misi Presiden

Republik Indonesia yang keempat, yaitu “Mewujudkan kualitas hidup

manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera” karena hanya manusia

yang sehatlah yang mampu untuk mandiri dan berdaulat (Direktorat Bina

Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2015). Di kabupaten/kota pemerintah

dan pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap pengaturan, pembinaan,

pengwasan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan (Kemenkes, 2014).

1
2

Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang

tercantum di dalam SKN menjelaskan bahwa pemerintah menjamin

keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara

profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti

ilmiah. Subsistem tersebut merupakan tatanan yang menghimpun berbagai

upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan

perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung dalam rangka

tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Direktorat Bina Obat

Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2015).

Dalam pelayanan kesehatan, obat dapat menyelamatkan kehidupan

dan meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat

esensial merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga penyediaan obat

esensial merupakan kewajiban bagi pemerintahan di semua level, baik Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/Kota (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan, 2015).

Satuaan kerja pemerintah daerah yang bertanggung jawab

menyelenggarakan urusan pemerintah dalam bidang kesehatan di

kabupaten/kota yaitu Dinas kesehatan kabupaten/kota (Kemenkes, 2014).

Salah satu bagian dari Dinas Kesehatan adalah UPT Gudang Farmasi yang

memiliki tujuan tugas melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan,

dan pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan

dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit


3

dan pembinaan kesehatan masyarakat di kabupaten/ kota. Keberadaan UPT

Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota yang sifatnya seragam di seluruh

Indonesia pada dasarnya untuk menjamin pengelolaan obat publik dan

perbekalan kesehatan khususnya di pelayanan kesehatan dasar, dapat

menjamin ketersediaan obat dan aksesibilitas publik terhadap obat

(Pemerintah , 2016).

Hal ini menjadi faktor pendorong dilaksanakan PKL di UPT Gudang

Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka agar mengetahui seluruh

kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan. Kegiatan

tersebut meliputi pengelolaan, penerimaan, penyimpanan, pendistriusian

perbekalan Farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka

pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit serta

pembinaan kesehatan masyarakat di kabupaten/kota. Sehingga dapat

menghasilkan ahli madya farmasi yang professional dengan pengetahuan dan

kemampuan yang baik, agar pelayanan kefarmasian dapat dilaksanakan

secara optimal.

B. Tujuan

1. Mengetahui pelaksanaan seleksi obat publik dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan dasar.

2. Mengetahui perhitungan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan dasar.

3. Mengetahui proses perencanaan dan pengadaan perbekalan kesehatan.


4

4. Mengetahui prosedur penerimaan dan penyimpanan obat publik dan

perbekalan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran.

5. Mengetahui prosedur pendistribusian obat publik dan perbekalan

kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran sesuai dengan

kebutuhan unit pelayanan kesehatan.

6. Mengetahui dan memahami pencatatan pelaporan obat publik dan

perbekalan kesehatan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai wahana untuk melatih diri dalam melakukan pelayanan

kefarmasian.

b. Dapat menambah keahlian dan keterampilan mahasiswa dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian.

c. Mengetahui peran farmasi dalam pelayanan kefarmasian di dinas

kesehatan kabupaten Bangka

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

a. Menjadi bahan referensi

b. Menambah informasi bagi mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes

Pangkalpinang.

c. Sebagai bahan teori ataupun studi kasus bagi mahasiswa.

3. Bagi Upt Gudang Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

Menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian

di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, sehingga dapat dijadikan


5

pertimbangan dalam mengambil kebijakan agar meningkatkan kinerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Dinas Kesehatan

a. Pengertian

Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, Dinas Kesehatan

adalah satuan kerja Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam

bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Menurut Peraturan Bupati

Bangka No. 51 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan

Tipe A Kabupaten Bangka, Dinas Kesehatan Tipe A adalah unsur

pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah

di bidang kesehatan.

b. Tugas dan Fungsi

Menurut Peraturan Bupati Bangka No. 51 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta

Tata Kerja Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka, tugas dan

fungsi Dinas Kesehatan Tipe A sebagai berikut:

1) Tugas

Dinas Kesehatan Tipe A mempunyai tugas membantu

Bupati dalam melaksankan urusan pemerintah di bidang

kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan pelaksanaan

6
7

tugas pembantuan yang diberikan/ didelegasikan kepada

Daerah.

2) Fungsi

Untuk menyelengarakan tugas Dinas Kesehatan Tipe A

mempunyai fungsi:

a) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyaarakat,

pencegahan, pengendalian penyakit, dan penyehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, serta sumber daya

kesehatan.

b) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyakarat,

pencegahan, pengendalian penyakit, dan penyehatan

lingkungan, pelayanan kesehatan, serta sumber daya

kesehatan.

c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan

masyakarat, pencegahan, pengendalian penyakit, dan

penyehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, serta sumber

daya kesehatan.

d) Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya.

e) Pembinaan UPT.

f) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati tekait

dengan bidang kesehatan.


8

2. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Gudang Farmasi

a. Pengertian

Gudang Farmasi adalah tempat penerimaan penyimpanan,

pendistribusian, dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat

alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya (seperti ddt,

pompa, pipa, perbekalan KB, sepeda motor/sepeda roda dua, susu

bubuk, dan lain-lain) yang tujuannya akan ditujukan untuk

melaksanakan program kesehatan di Kabupaten/ Kota Madya yang

bersangkutan (Yannas, 2013). Menurut Peraturan Bupati Bangka

No. 51 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Tipe A

Kabupaten Bangka, Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) adalah unsur

pelaksanaan operasional Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten

Bangka.

b. Tugas

Menurut Peraturan Bupati Bangka No. 51 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta

Tata Kerja Dinas Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka, UPT

Dinas mempunyai tugas melaksankan sebagian tugas Dinas

Kesehatan Tipe A yang mempunyai wilayah kerja satu atau

beberapa kecamatan.
9

3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Menurut Kemenkes (2010), Kegiatan pengelolaan

Perbekalan Farmasi meliputi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai meliputi: proses perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian.

Proses perencanaan obat dan perbekalan kesehatan melalui

beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat

Pengadaan obat diawali dengan perencanaan kebutuhan

dimana kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Tahap Pemilihan Obat

Pemilihan obat berdasarkan pada Obat Generik

terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Pelayanan

Kesehatan Dasar (PKD) dan Daftar Obat Essensial

Nasional (DOEN) yang masih berlaku dengan patokan

harga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tentang

Daftar Harga Obat untuk Obat Pelayanan Kesehatan Dasar

(PKD) dan Obat Program Kesehatan.

Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan

apakah obat benar benar diperlukan sesuai dengan pola

penyakit yang ada. Pada perencanaan kebutuhan obat,

apabila dana tidak mencukupi, perlu dilakukan analisa

kebutuhan sesuai anggaran yang ada (dengan menggunakan


10

metode perhitungan ABC) dan untuk seleksi obat perlu

dilakukan analisa VEN.

Untuk mendapatkan perencanaan obat yang tepat,

seleksi kebutuhan obat harus mempertimbangkan beberapa

hal berikut :

1. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan

statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik

dibandingkan resiko efek samping yang akan

ditimbulkan

2. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini

untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.

3. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat

tersebut mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan

obat tunggal

4. Memiliki rasio manfaat/biaya yang paling

menguntungkan

b. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat

Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk

mengetahui pemakaian setiap bulan dari masing-masing

jenis obat di Unit Pelayanan Kesehatan/ Puskesmas selama

setahun, serta untuk menentukan stok optimum (stok kerja

ditambah stok pengaman = stok optimum).


11

Data pemakaian obat di puskesmas diperoleh dari

LPLPO dan Pola Penyakit (LB 1). Informasi yang di dapat

dari kompilasi pemakaian obat adalah:

1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing

Unit Pelayanan Kesehatan/ Puskesmas.

2. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total

pemakaian setahun seluruh Unit Pelayanan Kesehatan/

Puskesmas.

3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk

tingkat Kabupaten/ Kota.

4. Pola penyakit yang ada.

Manfaat informasi yang didapat:

1. Sebagai sumber data dalam menentukan jenis dan

kebutuhan obat.

2. Sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat

untuk pemakaian tahun mendatang.

c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat merupakan salah satu

pekerjaan kefarmasian yang harus dilakukan oleh

Apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Dengan

koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat

secara terpadu (termasuk obat program), maka diharapkan

obat yang direncanakan dapat tepat jenis, jumlah dan


12

waktu serta mutu yang terjamin. Untuk menentukan

kebutuhan obat dilakukan pendekatan perhitungan melalui

metoda konsumsi dan atau morbiditas.

1. Metoda Konsumsi

Didasarkan atas analisa data konsumsi obat

tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang

dibutuhkan berdasarkan metoda konsumsi perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengolahan data

b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi

c. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

d. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi

dana

Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang

mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend

(regresi linier) pemakaian obat 3 (tiga) tahun

sebelumnya atau lebih.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan

metode konsumsi :

a. Daftar nama obat

b. Stok awal

c. Penerimaan

d. Pengeluaran
13

e. Sisa stok

f. Obat hilang, rusak, kadaluarsa

g. Kekosongan obat

h. Pemakaian rata-rata obat per tahun

i. Waktu tunggu (lead time)

j. Stok pengaman (buffer stok)

k. Pola kunjungan

2. Metoda Morbiditas

Metoda morbiditas adalah perhitungan

kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Adapun

faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan

pola penyakit dan lead time. Langkah - langkah dalam

metoda ini adalah:

a. Memanfaatkan pedoman pengobatan.

b. Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.

c. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan

frekuensi penyakit.

d. Menghitung jumlah kebutuhan obat.

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan

metode morbiditas:

a. Perkiraan jumlah populasi


14

b. Komposisi demografi dari populasi yang akan

diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk

umur antara:

1) 0 – 4 tahun

2) 5 – 14 tahun

3) 15 – 44 tahun

4) 45 tahun (disesuaikan dengan LB-1) Atau

ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (> 12

tahun) dan anak ( 1 – 12 tahun )

c. Menetapkan pola morbiditas penyakit

d. Masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh

populasi pada kelompok umur yang ada.

e. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat sesuai

dengan pedoman pengobatan dasar di puskesmas.

f. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit

pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok

umur yang ada.

g. Menghitung kebutuhan jumlah obat, dengan cara

jumlah kasus di kali jumlah obat sesuai pedoman

pengobatan dasar di puskesmas.

h. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekwensi

dan lama pemberian obat dapat menggunakan

pedoman pengobatan yang ada.


15

i. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan

datang dengan mempertimbangkan faktor antara

lain:

1) Pola penyakit

2) Lead time

3) Buffer stock

j. Menghitung kebutuhan obat tahun anggaran yang

akan datang.

2. Pengadaan

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

merupakan proses untuk penyediaan obat yang

dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Pengadaan

obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam Pelaksanaan Pengadaan

Barang/ Jasa Instansi Pemerintah dan Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pengadaan obat dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang


16

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/jasa Instansi

Pemerintah melalui :

1. Lelang

2. Pemilihan Langsung

3. Penunjukan langsung untuk

a. Pengadaan skala kecil

b. Telah dilakukan pelelangan ulang

c. Pengadaan bersifat mendesak

d. Penyediaan barang/jasa tunggal

e. Swakelola

Tujuan pengadaan obat adalah :

1. Tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang

cukup sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan

2. Mutu obat terjamin

3. Obat dapat diperoleh pada saat diperlukan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pengadaan obat adalah :

1. Kriteria obat dan perbekalan kesehatan/ memilih

metoda pengadaan

2. Persyaratan pemasok

3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat

4. Penerimaan dan pemeriksaan obat


17

5. Pemantauan status pesanan

3. Penerimaan

Berdasarkan permenkes No.72 tentang Rumah

Sakit, Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin

kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu

penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau

surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua

dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan

dengan baik.

Pemantauan status pesanan bertujuan untuk :

a. Mempercepat pengiriman sehingga efisiensi dapat

ditingkatkan

b. Pemantauan dapat didasarkan kepada sistem VEN.

c. Petugas Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota

memantau status pesanan secara berkala.

d. Pemantauan dan evaluasi pesanan harus dilakukan

dengan memperhatikan :

1) Nama obat

2) Satuan kemasan

3) Jumlah obat diadakan

4) Obat yang sudah diterima

5) Obat yang belum diterima


18

4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan

menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan

obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada

tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan

fisik yang dapat merusak mutu obat dan perbekalan

kesehatan.

Tujuan penyimpanan obat dan perbekalan

kesehatan adalah untuk :

1. Memelihara mutu obat

2. Menghindari penyalahgunaan dan penggunaan yang

salah

3. Menjaga kelangsungan persediaan

4. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:

1. Penyiapan sarana penyimpanan

Ketersediaan sarana yang ada di unit

pengelola obat dan perbekalan kesehatan bertujuan

untuk mendukung jalannya organisasi. Adapun

sarana yang minimal sebaiknya tersedia adalah

sebagai berikut :

a. Gedung dengan luas 300 m2 – 600 m2


19

b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan

jumlah 1 – 3 unit

c. Komputer + Printer dengan jumlah 1 – 3 unit

d. Telepon & Facsimile de ngan jumlah 1 unit

e. Sarana penyimpanan:

1) Rak : 10 - 15 unit

2) Pallet : 40 - 60 unit

3) Lemari : 5 - 7 unit

4) Lemari Khusus : 1 unit

5) Cold chain (medical refrigerator)

6) Cold Box

7) Cold Pack

8) Generator

f. Sarana Administrasi Umum:

1) Brankas : 1 Unit

2) Mesin Tik : 1 – 2 unit

3) Lemari arsip : 1 – 2 unit

g. Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan

Kesehata:

1) Kartu Stok

2) Kartu Persediaan Obat

3) Kartu Induk Persediaan Obat

4) Buku Harian Pengeluaran Barang


20

5) SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)

6) LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan

Permintaan Obat)

7) Kartu Rencana Distribusi

8) Lembar bantu penentuan proporsi stok

optimum

2. Pengaturan tata ruang

Untuk mendapatkan kemudahan dalam

penyimpanan, penyusunan, pencarian dan

pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata

ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang

selain harus memperhatikan kebersihan dan

menjaga gudang dari kebocoran dan hewan pengerat

juga harus diperhatikan ergonominya.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam merancang gudang adalah sebagai berikut :

a. Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, maka

gudang perlu ditata sebagai berikut:

1) Gudang jangan menggunakan sekat-sekat

karena akan membatasi pengaturan ruangan.

Jika digunakan sekat, perhatikan posisi


21

dinding dan pintu untuk mempermudah

gerakan.

2) Berdasarkan arah arus pene rimaan dan

pengeluaran obat, ruang gudang dapat ditata

berdasarkan sistem :

a. Arus garis lurus

b. Arus U

c. Arus L

3) Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang

gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di

dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan

memaksimalkan stabilitas obat sekaligus bermanfaat

dalam memperbaiki kondisi kerja petugas. Idealnya

dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan

menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas.

Alternatif lain adalah menggunakan kipas

angin/ventilator/rotator. Perlu adanya pengukur

suhu di ruangan penyimpanan obat dan dilakukan

pencatatan suhu.

b. Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan

penggunaan pallet akan dapat meningkatkan


22

sirkulasi udara dan pemindahan obat.

Penggunaan pallet memberikan keuntungan :

1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan

terhadap banjir, serangan serangga (rayap)

2) Melindungi sediaan dari kelembaban

3) Memudahkan penanganan stok

4) Dapat menampung obat lebih banyak

5) Pallet lebih murah dari pada rak

c. Kondisi penyimpanan khusus

1) Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain

khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik (harus

tersedianya generator).

2) Narkotika dan bahan berbahaya harus

disimpan dalam lemari khusus dan selalu

terkunci sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

3) Bahan-bahan mudah terbakar seperti

alkohol, eter dan pestisida harus disimpan

dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan

di bangunan khusus terpisah dari gudang

induk

d. Pencegahan kebakaran
23

Perlu dihindari adanya penumpukan

bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,

karton dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran

harus diletakkan pada tempat yang mudah

dijangkau dan dalam jumlah yang cukup.

Contohnya tersedia bak pasir, tabung pemadam

kebakaran, karung goni, galah berpengait besi.

3. Penyusunan obat

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan

alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok

maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Gunakan prinsip First Expired date First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) dalam

penyusunan obat yaitu obat yang masa

kadaluwarsanya lebih awal atau yang diterima

lebih awal harus digunakan lebih awal sebab

umumnya obat yang datang lebih awal biasanya

juga diproduksi lebih awal dan umurnya relatif

lebih tua dan masa kadaluwarsanya mungkin

lebih awal.

b. Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet

secara rapi dan teratur. Untuk obat kemasan

kecil dan jumlahnya sedikit disimpan dalam rak


24

dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk

pemakaian luar dengan memperhatikan

keseragaman nomor batch.

c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan

narkotika dan psikotropika.

d. Simpan obat yang stabilitasnya dapat

dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan

kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

Perhatikan untuk obat yang perlu penyimpanan

khusus.

e. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak

dengan rapi.

f. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka

biarkan obat tetap dalam box masing-masing.

4. Pengamatan mutu obat

Mutu obat yang disimpan di ruang

penyimpanan dapat mengalami perubahan baik

karena faktor fisik maupun kimiawi yang dapat

diamati secara visual. Jika dari pengamatan visual

diduga ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan

dengan cara organoleptik, harus dilakukan sampling

untuk pengujian laboratorium.


25

5. Distribusi

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam

rangka pengeluaran dan pengiriman obat, terjamin

keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata dan

teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan

kesehatan. Distribusi obat dilakukan agar persediaan

jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari

kekosongan dan menumpuknya persediaan serta

mempertahankan tingkat persediaan obat.

Tujuan distribusi adalah sebagai berikut:

1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan

teratur sehingga dapat diperoleh pada saat

dibutuhkan.

2. Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan

pada saat pendistribusian.

3. Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya

penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.

4. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai

kebutuhan pelayanan dan program kesehatan.

Kegiatan distribusi obat di Kabupaten/ Kota

terdiri dari :
26

1. Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi

untuk kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan

kesehatan

2. Kegiatan distribusi khusus yang mencakup

distribusi obat untuk :

a. Program kesehatan

b. Kejadian Luar Biasa (KLB)

c. Bencana (alam dan sosial)

Tata Cara Pendistribusian Obat di Instalasi

Farmasi adalah sebagai berikut :

1. IFK Kabupaten/ Kota melaksanakan distribusi obat

ke Puskesmas dan di wilayah kerjanya sesuai

kebutuhan masing-masing Unit Pelayanan

Kesehatan.

2. Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan obat

untuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling

dan Unit-unit Pelayanan Kesehatan lainnya yang

ada di wilayah binaannya.

3. Distribusi obat-obatan dapat pula dilaksanakan

langsung dari IFK ke Puskesmas Pembantu sesuai

dengan situasi dan kondisi wilayah atas persetujuan

Kepala Puskesmas yang membawahinya.


27

Tata cara distribusi obat ke Unit Pelayanan

Kesehatan dapat dilakukan dengan cara penyerahan

oleh IFK ke Unit Pelayanan Kesehatan, pengambilan

sendiri oleh UPK di IFK, atau cara lain yang ditetapkan

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.

6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan

dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib

baik obat-obatan yang diterima, disimpan,

didistribusikan

maupun yang digunakan di Puskesmas dan unit

pelayanan kesehatan lainnya.

Tujuan dari kegiatan pencatatan dan pelaporan adalah

sebagai berikut :

a. Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah

penerimaan, persediaan, pengeluaran/ penggunaan

dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian

kegiatan mutasi obat.

b. Sebagian dari kegiatan pencatatan dan pelaporan

obat ini telah diuraikan pada masing-masing aspek

pengelolaan obat. Berikut ini akan diuraikan secara


28

ringkas kegiatan pencatatan dan pelaporan obat

yang perlu dilakukan oleh IFK.

Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan meliputi:

a. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung

Perencanaan Pengadaan Obat melalui kegiatan

perhitungan tingkat kecukupan obat per UPK.

b. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan

bahwa rencana distribusi akan dapat didukung

sepenuhnya oleh sisa stok obat di IFK.

c. Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu

Rencana Distribusi Obat.

d. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di

IFK dibagi dengan pemakaian rata-rata obat di Unit

Pelayanan Kesehatan.

Laporan Pengelolaan Obat Sebagai unit kerja yang

secara fungsional berada di bawah dan langsung

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, maka IFK memiliki kewajiban untuk

melaporkan kegiatan pengelolaan obat yang

dilaksanakan.

Laporan yang perlu disusun IFK terdiri dari :

a. Laporan dinamika logistik dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota ke Walikota/Bupati


29

dengan tembusan kepada Kadinkes Provinsi tiga

bulan sekali dan dari Provinsi ke Kementrian

Kesehatan Cq. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes

tiga bulan sekali.

b. Laporan tahunan/ profil pengelolaan obat Kab/ Kota

dikirim kepada Dinkes Provinsi dan setelah

dikompilasi oleh Dinkes Provinsi dikirimkan

kepada Kemenkes Cq. Ditjen Bina Kefarmasian dan

Alkes.

B. Profil Lahan PKL

1. Kondisi Geografi

Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan

luas lebih kurang 2.950,68 km2 atau 295.068 Ha. Secara administratif

wilayah Kabupaten Bangka berbatasan langsung dengan daratan

wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka

Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten

Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Barat. Bangka secara geografis

terletak antara 10 20 LU 30 70 LS dan 1050 - 1070 BT. Memiliki luas

daratan 11.534,14 Km2. berada pada jalur international yang

menghubungkan dua samudera dan dua benua, merupakan suatu

peluang yang dapat dimanfaatkan untuk berdirinya kawasan industri

maritim. Bangka dibatasi oleh laut dan selat sebagai berikut : Sebelah

Utara (Laut Natuna), Sebelah Selatan (Laut Jawa), Sebelah Barat


30

(Selat Bangka), dan Sebelah Timur (Selat Gaspar). Jarak yang paling

jauh dari Ibukota Kabupaten Bangka ke Ibukota Kabupaten lain adalah

Toboali (Kabupaten Bangka Selatan) kemudian Muntok (Kabupaten

Bangka Barat). Jarak Ibukota Kabupaten Bangka (Sungailiat) ke

Ibukota Kabupaten lain yaitu: ke Toboali (158 km), Mentok (140 km),

Koba (90 km), dan ke Provinsi Pangkalpinang (33 km).

2. Kependudukan

Berdasarkan hasil registrasi penuduk di Kabupaten Bangka,

jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak 309.067 jiwa. Data yang

tersedia pada tahun 2016, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di

Kabupaten yaitu laki-laki sebanyak 159.361 jiwa dan perempuan

sebanyak 149.706 jiwa. Usia muda/nonproduktif 82.106 jiwa, usia

produktif 212.368 jiwa, dan usia tua/ nonproduktif 14.593 jiwa.


31

3. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka terdiri

dari:

Gambar 1. Struktur Organisasi


Sumber: Dinas Kesehatan Bangka (2017)

4. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Bangka

a. Visi

Terwujudnya Dinas Kesehatan sebagai intitusi yang professional,

mampu memberikan pelayanan prima untuk menuju masyarakat

Bangka yang sehat, mandiri dan bermartabat.

b. Misi

1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui

pemberdayaaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat

mandiri.
32

2) Melindungi kesehatan mayarakat dengan menjamin tersedianya

upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan

berperikeadilan.

3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya

kesehatan.

4) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik diperlukan

suatu indikaor yang tercantum dalam petunjuk teknis ini

menyajikan data indikator kesehatan dan indikator tarkait

kesehatan yang meliputi (1) indikator derajat kesehatan yang

terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas dan morbilitas

status gizi, (2) indikator upaya kesehatan yang terdiri atas

pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan keadaan

lingkungan, (3) indikator sumber daya kesehatan terdiri atas

saarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaaan

kesehatan, dan (4) indikator lain yang terkait dengan kesehatan.

5. Struktur, Visi dan Misi UPT Gedung Farmasi

UPT Gudang Farmasi sebagai salah satu unit pelaksana teknis di

linkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka mempunyai peran yang

sangat strategis karena mempunyai tanggung jawab sebagai pelaksana

teknis operasional pengelolaan obat publik, perbekalan kesehatan,

reagensia maupun vaksin. UPT Gudang Farmasi bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Dinas Kabupaten Bangka:


33

a. Struktur Organisasi UPT Gudang Farmasi

KEPALA UPT GUDANG FARMASI

KEPALA SUBBAGIAN

TATA USAHA

PELAKSANA OPERASIONAL JABATAN PELAKSANA


FUNGSIONAL OPERASIONAL
PENERIMAAN,
PENYIMPANAN, DAN PENCATATAN,
DISTRIBUSI PELAPORAN, DAN
EVALUASI
b. Visi

Menjadi satu-satunya unit di lingkungan Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka yang melakukan pengelolaan obat, perbekalan

farmasi, dan vaksin.

c. Misi

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

Kabupaten Bangka dengan menyediakan obat, perbekalan

kesehatan, dan vaksin yang terjamin kualitasnya di seluruh

Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah Kabupaten Bangka.

2) Melakukan pengelolaan obat publik, perbekalan kesehatan ,

reagensia, dan vaksin sesuai dengan standar dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.


34

BAB III

PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan PKL mahasiswa D3 farmasi poltekkes kemenkes

pangkalpinang di lakukan di dinas kesehatan kabupaten bnagka selama

dua minggu berlangsung dari tanggal 10 maret sampai dengan 23 maret

2017. Kegiatan PKL di dinas kesehatan kabupaten bangka di laksanakan

setiap hari senin – kamis pukul 07.30 – 14.00, jum’at pukul 07.30 – 11.00,

sabtu pukul 07.30 – 13.00 WIB.

B. Uraian Kegiatan

1. Melakukan pencatatan obat dan perbekalan farmasi keluar pada kartu

stok.

2. Melakukan penyusunan obat pada rak obat dan membersihkan rak

obat.

3. Membantu menyiapkan obat yang di pesan oleh puskesmas, baik obat

program maupun non program.

4. Membantu menyusun tempat penyimpanan obat.

C. Identifikasi dan Saran Penyelesaian Masalah

1. Identifikasi Masalah

PKL yang dilaksanakan di UPT Gudang Farmasi

Kabupaten Bangka di tempatkan pada 2 ruangan yaitu Gudang

Farmasi (Instalasi Farmasi) dan Seksi Farmasi. Ada beberapa

permasalahan yang ditemukan oleh praktikan yaitu mengenai


35

penyimpanan obat di Gudang Farmasi yang kurang sesuai seperti

lemari khusus narkotika dan psikotropika tidak terkunci rapat dan

tidak memiliki dua buah kunci, pengukuran dan pencatatan suhu

tidak dilakukan, dan ada obat yang tidak di tempatkan di atas pallet

atau rak.

2. Penyelesaian Masalah

Menurut Permenkes No 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,

Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan

Prekursor Farmasi, obat narkotika dan bahan bebahaya harus

disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci sesuai dengan

peraturan yang berlaku seperti dinding terbuat dari tembok dan

hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi

dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda. kunci lemari khusus

dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk

dan pegawai lain yang dikuasakan. Metode penyimpanan obat

narkotika dan psikotropika yang diterapakan oleh UPT Gudang

Farmasi Kabupaten Bangka perlu diperbaiki agar aman dari

pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kemenkes RI (2010), Salah satu faktor penting dalam merancang

gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam

ruangan gudang. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun

biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas.


36

Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin/ventilator/rotator.

Perlu adanya pengukur suhu di ruangan penyimpanan obat dan

dilakukan pencatatan suhu. Untuk pengukuran dan pecatatan suhu

penyimpanan obat yang diterapakan oleh UPT Gudang Farmasi

Kabupaten Bangka perlu diperbaiki agar sirkulasi udara utuk suhu

penyimpanan obat menjadi lebih baik. Sirkulasi yang baik akan

memaksimalkan stabilitas obat sekaligus bermanfaat dalam

memperbaiki kondisi kerja petugas.

Menurut Depkes (2007), Penempatan rak yang tepat dan

penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara dan

pemindahan obat. Penggunaan pallet memberikan keuntungan

yaitu Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,

serangan serangga (rayap), melindungi sediaan dari kelembaban,

memudahkan penanganan stok, dan Dapat menampung obat lebih

banyak. Untuk penempatan obat yang dilakukan oleh UPT Gudang

Farmasi Kabupaten Bangka perlu diperbaiki karena ada obat yang

tidak ditempatkan di atas Pallet atau rak. Obat-obat yang

diletakkan tanpa menggunakan pallet atau rak akan memberikan

kerugian seperti tidak terlindungi jika sewaktu-waktu terjadi banjir,

akan mudah terserang rayap dan akan membuat sediaan obat

mejadi lembab.
37

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kesehatan adalah salah satu unsur penting bahkan sangat strategis

dalam upaya pembangunan Manusia. Dengan kondisi kesehatan yang

optimal, seseorang ataupun masyarakat suatu daerah bahkan suatu

Negara akan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang lebih

besar untuk memenuhi kebutuhannya akan pendidikan dan ekonomi

yang pada gilirannya akan berdampak pada meningkatnya kualitas

sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan.

2. Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak

tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu

dikelola dengan baik, efekktif dan efisien.

3. Tugas Gudang Farmasi pengelolaan (perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian), perbekalan farmasi

dan peralatan kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan

kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan

kesehatan masyarakat di Kabupaten sesuai petunjuk Kepala Dinas

Kesehatan.

4. Kegiatan pengelolaan Perbekalan Farmasi meliputi Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi: proses

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan

pendistribusian.
38

B. Saran

1. Menambahkan SDM di gudang farmasi sesuai dengan latar belakang

farmasi, agar dapat terorganisir sesuai dengan standar yang berlaku.

2. Melakukan pengecekan suhu, expired date, dan kondisi obat secara

berkala agar mutu dan khasiat obat tetap terjaga.

3. Lemari khusus narkotika dan psikotropika sebaiknya terbuat dari

bahan yang kuat, memiliki dua buah kunci yang berbeda, diletakkan

diruang khusus di bagian sudut ruangan agar tidak mudah diakses oleh

orang selain staff di gudang farmasi.

4. Obat yang tidak diletakkan di atas pallet, sebaiknya obat disusun di

atas pallet agar obat tidak rusak.

5. Penyususnan obat sebaiknya melihat aturan penyusunan agar tidak ada

obat yang rusak dikarenakan penyusunan obat yang melebihi

tumpukan.
39

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Di


Daerah Kepulauan. Departermen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Dinkes, 2017. Profil Dinas Kesehatan Bangka. Bangka.
Kemenkes. 2010. Materi Peltihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Kabupaten / Kota. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Pemerintah. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta.
.2010. Peraturan Bupati Bangka Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Kesehatan Tipe A Kabupaten Bangka. Bangka.
. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Yannas, H. 2013. Manajemen Farmasi Kelas XII. SMK Kesehatan Yannas
Husada. Jakarta.
40

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai