Oleh :
1
Burns H. Weston, “Human Rights” dalam Claude dan Weston, eds., Human Rights in the World
Community, Issues and Action (Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 1992), halaman 14.
2
Majda El Muhtaj, Dimensi-dimensi HAM mengurai hak ekonomi, social, dan budaya (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013), halaman ix.
3
Richard Pierre Claude dan Burns H. Weston, eds., Human Rights in the World Community,
(Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 1992), halaman ix.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yakni:
1. Apa itu pelanggaran Hak Asasi Manusia ?
2. Bagaimana kasus pelanggaran HAM Apartheid di Afrika Selatan ?
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII), Hlm. 39
5
Lusiana Margareth Tijow, Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Janji Kawin,
Intelegensia Media. Hlm. 24
6
Bang Andi, “Akar Permasalahan Rohingya Ada di Myanmar”,
http://suarajakarta.co/news/hukum/akar-masalah-pelanggaran-ham-rohingya-ada-di-myanmar/
(diakses pada 14 February 2019 pukul 12.01)
alamiah yang tidak dapat diserahkan (atau bahkan diambil) oleh kelompok
masyarakat lainnya, kecuali lewat perjanjian masyarakat.7
Upaya sengaja untuk merampas hak atas tanah, penolakan
kewarganegaraan, pembantaian massa, pengusiran, pembakaran pelarangan
pelaksanaan ibadah, penutupan jalur pasokan makanan, dan sejumlah
tindakan brutal lainnya adalah sangat bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (HAM). Padahal di dalam piagam hak
asasi manusia berisi; hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
atas kebebasan informasi, hak keamanan, hak kesejahteraan, kewajiban,
perlindungan dan pemajuan.8
Hak-hak asasi manusia adalah mengenai hubungan antara warga negara
dan negaranya menyangkut kewajiban negara untuk mempromosikan dan
mengamankan hak-hak dasar khusus dari warga negara sebagaimana
ditentukan dalam instrumen-instrumen itu. Banyak dari hak dasar ini diakui
oleh konstitusi negara-negara, demikianlah seperti hak hidup, hak berkumpul
dalam perserikatan yang tujuannya tidak merugikan orang lain, hak
mengungkapkan gagasan yang tidak memfitnah orang lain, hak memeluk
kepercayaan agama, hak atas milik pribadi, hak menuntut keadilan secara
hukum, hak atas proses pengadilan yang benar, antara lain. Maka pelanggaran
hak-hak asasi manusia terjadi, bila negara atau pejabatnya atau perangkatnya
melanggar hak-hak warga Negara.
Isu-isu hak asasi manusia telah semakin menjadi perhatian global dan
mengancam perpecahan antara negara-negara maju dan negara-negara
berkembang sebagai akibat konfrotansi pandangan UtaraSelatan selama
dekade 1960-an sampai awal 1980-an. Ada masa pada Perang Dunia II dan
era pasca perang menginginkan semakin dikuranginya yurisdiksi eksklusif
negara atas warganya di satu pihak, dan internasionalisasi lembaga
7
A. Masyur Effendi, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia dan Proses Dinamika penyusunan
Hak Asasi Manusia, Ghalia Indonesia. Hlm. 3
8
Lusiana Margareth Tijow, Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Janji Kawin,
Intelegensia Media. Hlm. 26
perlidungan bagi individu menghadapi negara dimana ia menjadi warganya di
lain pihak. Lembaga perlidungan ini telah dikenal sebagai hak-hak asasi
manusia. PBB adalah pelopor dalam perkembangan ini, salah satu tujuannya
yang utama adalah mempromosikan hak-hak asasi manusia. Kemudian
terdapat Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948, Perjanjian
Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Kebudayaan tahun 1966,
dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik tahun 1966.
Perjanjian Internasional tentang Diskriminasi Rasial, Perjanjian tentang
Pemusnahan Suatu Bangsa dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak
Anak.
System nilai yang menjelma dalam konsep hak asasi manusia (HAM)
tidaklah semata-mata sebagai produk Barat, melainkan dasar pijakan yang
kokoh dari seluruh budaya dan agama.9 Pandangan dunia tentang HAM
adalah pandangan kesemestaan bagi eksistensi dan proteksi kehidupan dan
kemartabatan manusia.
Wacana HAM terus berkembang seiring dengan intensitas kesadaran
manusia atas hak dan kewajiban yang dimilikinya. Namun demikian, wacana
HAM menjadi actual karena sering dilecehkan dalam sejarah manusia sejak
awal hingga kurun waktu kini.10 Gerakan dan diseminasi HAM terus
berlangsung bahkan dengan menembus batas-batas territorial sebuah Negara.
Manfred Nowak menegaskan human rights must be considered one of the
major achievements of modern day philosophy.11Ruth Gavison juga
menegaskan, the twentieth century is often described as “the age of rights”. 12
Begitu derasnya kemauan dan daya desak HAM, maka jika ada sebuah
Negara yang diidentifikasi melanggar dan mengabaikan HAM, dengan
sekejap mata nation-state di belahan bumi ini memberikan respons, terlebih
9
Manfred Nowak, Introduction to the International Human Rights Regime (Leiden:Martinus
Nijhoff Publishers, 2003) hlm. 1
10
Abdul Muin Salim, “Al-Huquq al-Insan al-Asasiyah fi al-Qur’an al-Karim”, dalam Azhar Arsyad,
et.al. (ed), Islam&Global Peace (Yogyakarta;Madyan Press, 2002), hlm. 339
11
Loc.cit
12
Ruth Gavison, “On the Relationship Between Civil and Political Rights, and Social and Cultural
Rights, dalam Jeand-Mare Coicaud, et.al. (ed.), The Globalization of Human Rights (Tokyo: United
Nations University Press, 2003), hlm. 24
beberapa Negara yang dijuluki sebagai adi kuasa memberikan kritik, tudingan
bahkan kecaman keras seperti embargo dan sebagainya.
Human rights are, literally, the rights that one has simply because one is a
human being.13 Berarti, di samping keabsahannya terjaga dalam eksistensi
kemanusiaan manusia, juga terdapat kewajiban yang sungguh-sungguh untuk
dimengerti, dipahami, dan ditanggungjawabi untuk dilaksanakan. Hak-hak
asasi merupakan suatu perangkat asas-asas yang timbul dari nilai-nilai yang
kemudian menjadi kaidah-kaidah yang mengatur perilaku manusia dalam
hubungan dengan sesame manusia. Apapun yang diartikan atau dirumuskan
dengan hak asasi, gejala tersebut tetap merupakan suatu manifestasi dari nilai-
nilai yang kemudian dikonkretkan menjadi kaidah hidup bersama.
Sebagai hak kodrati, HAM melebur dalam jati diri manusia. Maka, tidak
dibenarkan siapapun mencabut HAM itu. Dengan kata lain, moralitas HAM
adalah to affirm the twofold claim that each and every (born) human beings
has inherent dignity and is inviolable (not-to-be-violented), demikian tegas
Michael J. Perry14
DalamUndang-Undang No.39 tahun 1999 Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hokum
,mengurangi, menghalangi, membatasi dan mencabut HAM seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini dan tidak mendapat
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.Yang sekarang telah
menjadi UU No.26/2000 tentang pengadilan HAM yang berbunyi
pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut
HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini,
13
Jack Donelly, Universal Human Rights in Theory and Practice (Ithaca: Cornell University Press,
2003), hlm. 10
14
Michael J. Perry, Toward a Theory of Human Rights; Religion, Law, Courts (Cambridge;
Cambridge University Press, 2007), hlm. 33
dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang berlaku.