Anda di halaman 1dari 2

Nama : Chatrine Afrianti Cronika Debataraja

Nim : 1874201300

Kelas : 5K

Mata Kuliah : Hukum Investasi

1.Menurut saya sikap negara terhadap investasi yaitu sangat baik dan respon negara terhadap
pemilik Investasi sangat baik. Bagi Pemerintah kehadiran Investor – Investor asing ini sangat
baik untuk ekonomi Indonesia tetapi tidak untuk masyarakat yang tinggal di Pedesaan atau
Perkotaan . Penanaman modal untuk menciptakan modal atau uang baik melalui sarana yang
menghasilkan pendapatan maupun melalui menanamkan investasinya di negara penerima modal,
dan dinegara penerima modal harus dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum,
dan rasa aman bagi investor dalam berusaha lebih berorientasi ke resiko yang dirancang untuk
mendapatan modal. Investasi dapat pula menunjuk ke suatu investasi keuangan atau menunjuk
ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang memetik keuntungan dari keberhasilan
pekerjaan. Segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
Keseluruhan kaidah hukum yang mengatu hubungan antara investor dengan penerima modal,
bidang-bidang usaha yang terbuka untuk investasi, serta mengatur tentang prosedur dan syarat-
syarat dalam melakukan investasi dalam suatu negara,yang dimana indonesia sangat membuka
dan dapat menguntungkan dari investor asing atau yang ada di Indonesia. Prosedur dan syarat-
syarat merupakan tata cara yang ditentukan oleh negara penerima modal dalam pelaksanaan
investasi suatu negara. Dan biasanya prosedur dan syarat-syarat itu disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2. Pada masa awal kemerdekaan atau masa orde lama (1945-1965), arus investasi ke Indonesia
menjadi tidak ada karena semua perusahaan telah dinasionalisasi untuk kepentingan nasional.
Pada era ini perekonomian di Indonesia di dominasi pemerintah. Beberapa waktu kemudian,
perekonomian di Indonesia mengalami kemerosotan terutama dalam hal ekspor. Pemerintah
bersama dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) mengeluarkan UU PMA (Undang-Undang
Penanaman Modal Asing) nomor 78 tahun 1958 dengan dasar utama bahwa negara saat itu
kiranya memerlukan modal asing guna mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia serta
memperbesar produksi nasional. Di dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing, terdapat
pembatasan sektor-sektor tertentu, yang mengatur mengenai perusahaan; a. Kereta Api, b.
Telekomunikasi, c. Pelayaran dan Penerbangan, d. Pembangkit tenaga Listrik, e. Irigasi dan air
minum, f. Pabrik mesiu dan senjata,  g. Pabrik tenaga Atom, h. Pertambangan bahan-bahan Vital.
Dalam Undang-undang ini jelas terlihat bagaimana upaya dari pemerintah untuk melindungi
kepentingan ekonomi rakyat dan melindungi dari ancaman pemodal asing pada sektor-sektor
strategis. Selain itu pemerintah juga banyak melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda meliputi berbagai sektor seperti; keuangan, perdagangan, industri, pertambangan dan
pertanian. Hingga pada akhirnya Undang-undang ini diubah pada tahun 1965 dengan Undang-
undang No. 16 tahun 1965. Dalam undang-undang ini pemerintah menghentikan penanaman
modal asing. Watak revolusioner yang dibawa oleh Soekarno jelas terlihat disini, keinginan
untuk terlepas dari modal asing dan berdikari (berdiri di atasa kaki sendiri) di bidang ekonomi
menjadi landasan utamanya.  Penanaman modal asing dirasa hanya menjerumuskan kita pada
pengisapan atas rakyat Indonesia dan menghambat jalannya revolusi Indonesia dalam tahap
mengarah ke nasional demokratis. Namun sayangnya kebijakan ini harus dibayar mahal oleh
Soekarno dengan merelakan tampuk kekuasaan ke tangan Soeharto. Indikasi campur tangan
asing dalam proses peralihan ini pun mulai terlihat. Negara-negara kapitalis, terkhusus Amerika
Serikat, ikut andil dalam proses alih kekuasaan ini dengan alasan utama sudah barang tentu
melindungi kepentingan mereka dalam politik ekonomi di Indonesia yang sempat dihalangi oleh
Soekarno. PKI (Partai Komunis Indonesia) kemudian dijadikan kambing hitam demi
terlaksananya peralihan kekuasaan. Provokasi yang dilakukan AS terhadap Angkatan Darat dan
Partai Komunis Indonesia berbuah pada pemberontakan September 1965, yang kemudian
dijadikan alasan utama untuk melakukan tindakan agresif dan melegalkan kedudukan Soeharto.

Anda mungkin juga menyukai