Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

Demokrasi di Indonesia telah semakin berkembang seiring dengan 


pergantian pemimpin serta pergantian masa, mulai dari masa
penjajahan, orde lama sampai kepada masa reformasi sekarang.
Demkorasi kini telah sangat akrab dengan kehidupa masyarakat
Indonesia. Penerapan demokrasipun telah merambat sampai hampir
ke semua aspek, tak terkecuali hal-hal besar seperti pemilihan kepala
daerah maupun hal-hal kecil seperti pemilihan ketua kelas, karena
fungsinya yang begitu dekat dengan keseharian maka demokrasi kini
semakin gencar dipelajari.

Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam


berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa
negara. Seperti diakui oleh Moh. Mahmud MD, ada dua alasan
demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Pertama,
hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi
sebagai asas yang fundamental; kedua, demokrasi sebagai asas
kenegaraan secara esensial telah memberikan arah peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya. Karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman
yang benar pada warga masyarakat tentang demokrasi.

 BAB 2

1. Hakikat Demokrasi Secara Etimologi

Pengertian Demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etimologis)


dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri atas
dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang
berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demos-
cratein atau demos-cratos(demokrasi) adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat-
rakuat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

1. Hakikat Demokrasi Menurut Para Ahli

Pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para


ahli sebagai berikut :

1. Menurut Joseph A. Schmeter

Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk


mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat.

2. Menurut Sidney Hook

Demokrasi adalah untuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan


pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa.

3. Menurut Philipie C. Schmitter dan Terry Lynn Karl

Menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana


pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di
wilayah  publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak
langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil yang
telah dipilih.

4. Henry B. Mayo

Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu


sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas
dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.

5. Affan Gaffar (2000)

Memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu, pemaknaan secara


normatif (demokrais normatif) dan empirik (demokrasi empirik).
Demokrasi normatif adalah demokrasi yang secara ideal hendak
dilakukan oleh sebuah negara. Sedangkan demokrasi empirik adalah
demokrasi dalam perwujudannya pada politik praktis.

Dari beberapa pendapat diatas diperoleh kesimpulan bahwa hakikat


demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan
di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat
mengandung pengertian tiga hal :

Pertama, pemerintah dari rakyat (Governmenet of the People);

Kedua, Pemerintah oleh rakyat (Government by people);

Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (Government for people);

Jadi hakikat suatu pemerintahan yang demokratis bila ketiga hal


diatas dapat dijalankan dan ditegakan dalam tata pemerintahan. 

2.2. Model-model Demokrasi

Sklar mengajukan lima corak atau model demokrasi yakni :

1.Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh Undang-


Undang dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam
waktu yang ajeg. Banyak negara Afrika menerapkan model ini hanya
sedikit yang bisa beratahan. 
2.Demokrasi Terpimpin

Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka dipercaya


rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai
kendaraan untuk menduduki kekuasaan. 

3.Demokrasi Sosial

Demokrasi Sosial adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada


keadilan sosial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk
memperoleh kepercayaan politik.

4.Demokrasi Partisipasi

Demokrasi partisipasi menekankan hubungan timbal balik antara


penguasa dan yang dikuasi.

5.Demokrasi Konstitusional

Demokrasi konstitusional menekankan pratiksi khusus bagi kelompok-


kelompok budaya yang menekankan kerja sama yang erat diantara
elite yang mewakili bagian budaya masyarakat utama.

6.Demokrasi Parlamenter

Di dalam sistem parlementer, kekuasaan legislatif terletak di atas


kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu, menteri-menteri kabinet harus
mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada
Dewan/DPR/Senat. Pemerintah setiap saat dapat dijatuhkan oleh
Dewan/DPR/Senat dengan mosi tidak percaya.

7.Demokrasi Rakyat

Demokrasi ini terdapat dalam negara-negara komunis yang totaliter.


Lembaga-lembaga demokrasi pada umumnya tidak berfungsi
sebagaimana mestinya karena kekuasaan ada di tangan sekelompok
kecil pimpinan partai komunis. Mereka ini yang memegang dan
mempergunakan kekuasaan menurut ideologi totaliter komunis:
Dalam demokrasi rakyat, pada dasarnya rakyat tidak memperoleh hak
yang lazimnya di dapat dalam sistem demokrasi lainnya.

8.Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan Paneasila


dan UUD 1945. Dalam Demokrasi Pancasila sangat diharapkan
adanya musyawarah untuk mufakat. Akan tetapi, bila tidak tercapai
mufakat, pengambilan keputusan dapat ditempuh melalui
pemu¬ngutan suara (Pasal 2, Ayat (3), WD 1945). Dalam demokrasi
Pancasila tidak mengenal dominasi mayoritas ataupun tirani
minoritas. Domiinasi mayoritas adalah kelompok besar yang
menguasai segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
mengabaikan kelompok yang kecil. Tirani minoritas adalah kelompok
kecil yang menguasai segala segi kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan mengabaikan kelompok besar.

Selanjutnya pembagian demokrasi dilihat dari segi pemeliharaan


menurut Inu Kencana terdiri dari dua model yaitu :

1.Demokrasi Langsung (Direct Democracy)

Demokrasi langsung terjadi apabila rakyat mewujudkan


kedaulatannya pada suatu negara dilakukan secara langsung. Pada
demokrasi langsung lembaga legislatif hanya berfungsi sebagai
lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan pemilihan
pejabat eksekutif (Presiden, Wakil Presiden, Gubernur, Bupati dan
Wali Kota ) dilakukan rakyat secara langsung melalui pemilu. Begitu
juga pemilihan anggota parlemen atau legislatif (DPR, DPP, DPRD)
dilakukan rakyat secara langsung.

2. Demokrasi Tidak Langsung (Indirect Democracy)


Demokrasi tidak langsung terjadi bila untuk mewujudkan
kedaulatannya rakyat tidk secara langsung berhadapan dengan pihak
eksekutif, melainkan melalui lebaga perwakilan. Pada demokrasi tidak
langsung, lembaga parlemen dituntut kepekaan terhadap berbagai hal
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam hubungannya
dengan pemerintahan atau negara. Dengan demikian demokrasi tidak
langsung disebut juga dengan demokrasi perwakilan  

2.3. Unsur Penegak Demokrasi

1. Negara Hukum (Rechtsstaat and The Rule Of Law)

Istilah Rechtsstaat and The Rule Of  Law yang diterjemahkan menjadi


negara hukum menurut Moh. Mahfud MD pada hakikatnya
mempunyai makna berbeda. Istilah Rechtsstaat banyak dianut di
negara-negara eropa kontinental yang bertumpuh pada sistem Civil
Law, sedangkan The Rule Of Law banyak dikembangkan di negara-
negara angolo saxson yang bertumpuh pada common law. Civil
Law menitik beratkan pada Administration Lawsedangkan Common
Law menitik beratkan pada Judicial Law.

Konsep Rechtsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya perlindungan terhadap HAM


2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga
negara untuk menjamin perlindungan HAM
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan
4. Adanya peradilan administrasi.

Adapun The rule Of Law dicirikan oleh :

1. Adanya supremasi aturan-aturan hukum


2. Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum (equality before
the law)
3. Adanya jaminan perlindungan HAM. 
Dengan demikian konsep negara hukum sebagai gabungan dari
kedua konsep diatas dicirikan sebagai berikut :

1. Adanya jamiman perlindungan terhadap HAM


2. Adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan
3. Adanya pemisahan dan pembagian kekusaan negara
4. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri. 

Selanjutnya dalam konferensi International Commission Of Jurist di


Bangkok disebutkan bahwa ciri-ciri negara hukum adalah sebagai
berikut :

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak


individu, konstitusi harus menentukan cara prosedural untuk
memperoleh atas hak-hak yang dijamin (due process of law).
2. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Adanya pemilu yang bebas.
4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat.
5. Adanya kebebasan beserikat/berorganisasi dan berposisi
6. Adanya pendidikan kewarganegaraan.

Sementara itu istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan


dalam penjelasan UUD 1945 yang berbunyi “Indonesia ialah negara
yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan bukan berdasar atas
kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Penjelasan tersebut merupakan
gambaran sistem pemerintahan negara Indonesia. Dalam kaitan
dengan istilah negara hukum Indonesia, Padmo Wahyono
menyatakan bahwa konsep negara hukum Indnonesia yang menyebut
rechtsstaat dalam tanda kurung memberi ati bahwa negara huku
Indonesia mengambil pola secara tidak menyimpang dari pengertian
negara hukum pada umumnya (genusbegrip) yang kemudian
disesuaikan dengan keadaan Indonesia.

B.Masyarakat Madani (Civil Society)


Masyarakat Madani (Civil Society) dicirikan dengan masyarakat
terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh dan tekanan negara,
masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif serta masyarakat
egaliter. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat
signifikan dalam membangun demokrasi. Sebab salah satu syarat
penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat
dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintahan.

Masyarakat madani (Civil Society) mensyaratkan adanya civic


engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi
sosial. Civil Engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka,
percaya, dan toleran antar satu dengan yang lain yang sangat penting
artinya bagi bangungan politik demokrasi (Saiful Mujani : 2001).
Masyarakat madani  (Civil Society) dan demokrasi bagi Gellner
merupaka dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi
dapat dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang
menghendaki adanya pertisipasi. Selain itu demokrasi merupakan
pandangan mengenai masyarakat dalam kaitan dengan
pengungkapan kehendak, adanya perbedaan pandangan, adanya
keragaman konsesus. Tatanan nilai-nilai masyarakat tersebut ada
dalam masyarakat madani. Karena itu demokrasi membutuhkan
tatanan nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat madani.

Lebih lanjut menurut Gellner, masyarakat madani (Civil


Society) bukan hanya merupakan syarat penting atau prakondisi bagi
demokrasi semata, tetapi tatanan nilai dalam masyarakat
madani (Civil Society) seperti kebebasan dan kemandirian juga
merupakan sesuatu yang inheren baik secara internal (dalam
hubungan horizontal yaitu hubungan antar sesama warga negara)
maupun secara eksternal (dalam hubungan vertikal yaitu hubungan
negara dan pemerintahan dengan masyarakat atau sebaliknya).
Sebagai perwujudan masyarakat madani secara kongkrit dibentuk
berbagai organisasi-organisasi diluar negara yang disebut dengan
nama NGO (Non Government Organization) yang di Indonesia
dikenal dengan nama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Masyarakat madani (Civil Society) dapat menjalankan peran dan
fungsinya sebagai mitra dan partner kerja lembaga eksekutif dan
legislatif serta yudikatif, juga dapat melakukan kontrol sosial (Social
Control) terhadap pelaksanaan kerja lembaga-lembaga tersebut.
Dengan demikian masyarakat madani (Civil society) menjadi sangat
penting keberadaannya dalam mewujudkan demokrasi.

C.Infrastruktur Politik

Infrastruktur Politik terdiri dari partai politik (Politic Party), kelompok 


gerakan (Movement Group) dan komponen penekan atau kelompok
kepentingan (Pressurelintrest Group). Partai politik merupakan
struktur kelembagaan politik yang anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai dan cita-cita yang sama yaitu memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan kebijakan-
kebijakannya. Kelompok gerakan yang lebih dikenal dengan sebutan
organisasi masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang yang
berhimpun dalam satu wadah organisasi yang berorientasi pada
pembedayaan warganya seperti Muhammadiyah, NU, Persis, Perti,
Nahdatul Wathon, Al-Wasliyah, Al-Irsyad, Jamiatul Khair dan
sebagainya. Sedangkan kelompok penekan atau kelompok
kepentingan (Pressurelintrest Group) merupakan sekelompok orang
dalam sebuah wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria
profesionalitas dan keilmuan tertentu seperti AIPI (Asosiasi Ilmuan
Politik Indonesia), IKADIN, KADIN, ICMI, PGRI, LIPI, PWI dan
sebagainya.

Menciptakan dan menegakan demokrasi dalam tata kehidupan


kenegaraan dan pemerintahan, partai politik seperti yang dikatakan
oleh Miriam Budiarjo mengemban beberap fungsi :

1. Sebagai sarana komunikasi politik


2. Sebagai sarana sosialiasi politik
3. Sebagai sarana rekrutmen kader dan anggota politik
4. Sebagai sarana pengatur konflik
Keempat fungsi partai politik tersebu merupakan pengejawatan dari
nilai-nilai demokrasi yaitu adanya partisipasi, kontrol rakyat melalui
partai poltik terhadap kehidupan kenegaraan dan pemerintahan serta
adanya pelatihan penyelesaian konflik secara damai (Conflic
Resolution). Aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan dan
kelompok penekan yang merupakan perwujudan adanya kebebasan
berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat dan melakukan
opisis terhadap negara dan pemerintahan. Hal itu merupakan
indikator bagi tegaknya sebuah demokrasi. Kaum cendekiawan,
kalangan sivitas akademika kampus, kalangan pers merupakan
kelompok penekan signifikan untuk mewujudkan sistem demokratis
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Begitu pula
aktivitas yang dilakukan oleh kelompok gerakan merupakan wujud
keterlibatan dalam melakukan kontrol terhadap kebijakan yagn diambil
oleh negara. Dengan demikian partai politik, kelompok gerakan dan
kelompok penekan sebagai infrastruktur politik menjadi salah satu
pilar tegaknya demokrasi.

2.4. Prinsip dan Parameter Demokrasi

Menurut Masykuri Abdillah (1999) prinsip-prinsip demokrasi terdiri


atas prinsip persamaan, kebebasan, dan pluralisme. Sedangkan
dalam pandangan Robert A. Dahl terdapat enam prinsip yang harus
ada dalam sistem demokrasi yaitu :

 Hak memilih dan dipilih


 Kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman
 Kebebasan mengakses informasi
 Kebebasan berserikat
 Kontrol atas keputusan pemerintah
 Pemilihan yang teliti dan jujur

Sementara itu Inu kencana lebih memerinci lagi tentang prinsip-prinsip


demokrasi yakni sebagai berikut :
 Adanya pembagian kekuasaan
 Adanya pemilihan umum yang bebas
 Adanya manajemen yang terbuka
 Adanya kebebasan individu
 Adanya peradilan yang bebas
 Adanya pengakuan hak minoritas
 Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum
 Adanya pers yang bebas
 Adanya beberapa partai politik
 Adanya musyawarah
 Adanya persetujuan parlemen
 Adanya pemerintahan yang konstitusional
 Adanya ketentuan tentang pendemokrasian
 Adanya pengawasan terhadap administrasi publik
 Adanya perlindungan hak asasi
 Adanya pemerintahan yang bersih
 Adanya persaingan keahlian
 Adanya mekanisme politik
 Adanya kebijaksanaan negara
 Adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggungjawab.

Prinsip-prinsip negara demokrasi yang telah disebut di atas kemudian


dituangkan dalam konsep yang lebih paktis untuk dapat diukur dan
dicirikan. Ciri-ciri ini yang kemudian dijadikan parameter untuk
mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan di suatu
negara. Untuk mengukur suatu negara atau pemerintahan dalam
menjalankan tata pemerintahannya dikatakan demokratis dapat dilihat
dari empat aspek :

Pertama, masalah pembentukan negara. Kita percaya bahwa proses


pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana
kualitas, watak, dan pola hubungan yang akan terbangun. Untuk
sementara ini, pemilihan umum dipercaya sebagai salah satu
instrumen penting guna memungkinkan berlangsungnya suatu proses
pembentukan pemerintahan yang baik.
Kedua, dasar kekuasaan negara. Masalah ini menyangkut konsep
legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung kepada
rakayat.

Ketiga, susunan kekuasaa negara. Kekuasaan negara dijalankan


secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam
satu “tangan/wilayah”. Penyelenggaraan kekuasaan negara sendiri
haruslah diatur dalam suatu tata urutan yang membatasi dan
sekaligus memberikan koridir dalam pelaksanaannya. Aturan yang
ada patut memastikan dua hal utama,yakni :

1. Memungkinkan terjadinya desentralisasi, untuk menghindari


sentralisasi.
2. Memungkinkan pembatasan, agar kekuasaan tidak menjadi tidak
terbatas.

Keempat, masalah kontrol rakyat. Apakan dengan berbagai koridor


tersebut sudah dengan sendirinya akan berjalan suatu proses yang
memungkinkan terbangun sebuah relasi yang baik, yakni suatu relasi
kuasa yang simetris, memiliki sambungan yang jelas, dan adanya
mekanisme yang memungkinkan check and balance terhadap
kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legsilatif.

Sementara menurut Djuanda Widjaya kehidupan demokratis di suatu


negara ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut :

1. Dinikmati dan dijalankan hak serta kewajiban politik oleh


masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin
adanya kebebasa, kemerdekaan, dan rasa merdeka.
2. Penegakan hukum yang mewujud pada asas supremasi
penegakan hukum (Supremacy Of Law), kesamaan di depan
hukum (Equality Before The Law), dan jaminan terahadap HAM.
3. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat.
4. Kebebasan pers dan pers yang bertanggungjawab.
5. Pengakuan terhadap hak minoritas
6. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asas
pelayanan, pemberdayaan, dan pencerdasan.
7. Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif.
8. Keseimbangan dan keharmonisan.
9. Tentara yang profesional sebagai kekuatan pertahanan. Dan,
10. Lembaga peradilan yang independen.

 Demokrasi Sebagai Pandangan Hidup

Pemerintahan demokratis membutuhkan kultur demokrasi untuk


membuatnya performed (eksis dan teagak). Kultur demokrasi itu
berada dalam masyarakat itu sendiri. Sebuah pemerintahan yang baik
dapat tumbuh dan stabil apabila masyarakat pada umumnya punya
sikap positif dan proaktif terhadap norma-norma dasar demokrasi.
Karena itu harus ada keyakinan yang luas di masyarakat bahwa
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang terbaik dibanding
dengan sitem pemerintahan lainnya (Saiful Mujani : 2002). Untuk itu,
masyarakat harus mejadikan demokrasi sebagai way of life yang
menuntun tata kehidupan kemasyarakat, kebangsaan, pemerintahan
dan kenegaraan.

Menurut Nurcholish Madjid, demokrasi bukanlah kata benda, tetapi


lebih merupakan kata kerja yang mengandung makna sebagai proses
dinamis. Karen itu demokrasi harus diupayakan. Demokrasi dalam
kerangka di atas berarti sebuah proses melaksanakan nilai-
nilai civility (keadaban) dalam bernegara dan bermasyarakat.
Demokrasi adalah proses mennuju dan menjaga civil society yang
menghormati dan berupaya meralisasikan nilai-nilai demokrasi
(Sukron Kamil, 2002). Menurut Nurcholish Madjid pandangan hidup
demokratis berdasrkan pada bahan-bahan telah berkembang, baik
secara teoritis maupun pengalaman praktis di negeri-negeri yang
demokrasinya cukup mapan paling tidak mencakup tujuh norma.
Ketujuh norma tersebut yakni sebagai berikut :

1. Pentingnya kesadaran akan pluralisme


2. Musyawarah
3. Pertimbangan Moral
4. Permufaktan yang jujur dan sehat
5. Pemenuhan segi-segi ekonomi
6. Kerja sama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai
i’tikad baik masing-masing
7. Padangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu
dengan sistem pendidikan.

 Hakikat Pancasila

Menurut ilmu asal usul kata (etimologi), Pancasila berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu pancar dan sila. Panca berarti lima, sila artinya satu
sendi, dasar, atau alas.

Sedangkan menurut peristilahan (terminologi) , Pancasila telah


dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit pada abad XIV. Dalam buku
Sutasoma karangan Mpu Tantular, Pancasila merupakan ajaran
tentang penuntun kesusilaan antara lain, jangan melakukan
kekerasan, mencuri, berjiwa dengki, dan mabok akibat minuman
keras.

Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI yang pertama (29
Mei-1 Juni 1945) Ir.Soekarno mengusulkan tentang lima asas sebagai
dasar negara, yaitu  Pancasial. Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia diterima dan disahkan oleh PPKI bersamaan
dengan disahkannya UUD 1945. Kata atau istilah Pancasila sendiri
tidak tertera dalam Pembukaan UUD 1945, namun telah tersirat
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

 Fungsi dan Kedudukan Pancasila


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia

Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan


serta dapat memberi kekuatan kepada berdirinya suatu negara.
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu alas atau landasan
yaitu Pancasila. Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara,
adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia,
termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat,
pemerintah dan wilayah. Pancasila pada posisi seperti inilah yang
merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh
kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan suatu wawasan menyeluruh terhadap


kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai luhur.
Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk
mengatur hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan,


pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi
dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar. Dengan
demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada hakikatnya
adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia.
Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata
lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia.

4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat


indonesia, hal tersebut melalui penjabaran instrumental sebagai
acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta sesuai
dengan jiwa Indonesia serta karena pancasila lahir bersamaan
dengan lahirnya Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap
bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya
Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir
bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman
dahulu kala pada masa kejayaan nasional.

5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum

Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan


/ hukum yang berlaku dan dijalankan di Indonesia harus bersumber
dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila.
Karena segala kehidupan negara indonesia berdasarkan pancasila

6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir


bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas
bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya
sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. dan Pancasila
Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya kepribadian
Negara Indonesia yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu
amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental bangsa Indonesia. 
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai
bangsa Indonesia

Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia


yang menjadikan pancasila sebagai patokan atau landasan
pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai
masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun spiritual
yang berdasarkan Pancasila. 

8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan


perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para pendiri bangsa untuk
dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya Pancasila telah
disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-
1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia), PPKI ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat
Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut. 

9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa


Indonesia

Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan


Bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan palsafah hidup dan
kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan
norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar,
bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan
Rakyat Indonesia. 

 Hubungan Antara Pancasila dan Demokrasi

Di Indonesia berdasarkan Pancasila demokrasi dilaksanakan melalui


Musyawarah untuk Mufakat. Jadi dianggap tidak benar bahwa pihak
yang sedikit jumlahnya dapat di”bulldozer” oleh pihak yang besar
jumlahnya. Itu berarti bahwa demokrasi Indonesia pada prinsipnya
mengusahakan Win-Win Solution dan bukan karena faktor manfaat
semata-mata. Namun demikian, kalau musyawarah tidak kunjung
mencapai mufakat sedangkan keadaan memerlukan keputusan saat
itu, tidak tertutup kemungkinan penyelesaian didasarkan jumlah
suara. Maka dalam hal ini voting dilakukan karena faktor Manfaat,
terbalik dari pandangan demokrasi Barat.

Dalam demokrasi Indonesia tidak hanya faktor Politik yang perlu


ditegakkan, tetapi juga faktor kesejahteraan bagi orang banyak
sebagaimana dikehendaki sila kelima Pancasila. Jadi demokrasi
Indonesia bukan hanya demokrasi politik, tetapi juga demokrasi
ekonomi dan demokrasi sosial. Bahkan sesuai dengan Tujuan Bangsa
dapat dikatakan bahwa demokrasi Indonesia adalah demokrasi
kesejahteraan dan kebahagiaan dan bukan demokrasi kekuasaan
seperti di Barat. Hal itu kemudian berakibat bahwa pembentukan
partai-partai politik mengarah pada perwujudan kehidupan sejahtera
bangsa (lihat makalah sebelumnya : Pancasila dan Partai Politik).

Karena demokrasi Indonesia adalah demokrasi kesejahteraan, maka


wahana pelaksanaan demokrasi Indonesia tidak hanya partai politik.
Banyak anggota masyarakat mengutamakan perannya dalam
masyarakat sebagai karyawan atau menjalankan fungsi masyarakat
tertentu untuk membangun kesejahteraan, bukan sebagai politikus.
Mereka tidak berminat turut serta dalam partai politik. Karena
kepentingan bangsa juga meliputi mereka, maka selayaknya mereka
ikut pula dalam proses demokrasi, termasuk demokrasi politik. Oleh
sebab itu di samping peran partai politik ada peran Golongan
Fungsional atau Golongan Karya (Golkar).

Demikian pula Indonesia adalah satu negara yang luas wilayahnya


dan terbagi dalam banyak Daerah yang semuanya termasuk dalam
Keluarga Bangsa Indonesia. Oleh sebab itu di samping peran partai
politik dan golkar, harus diperhatikan juga partisipasi Daerah dalam
mengatur dan mengurus bangsa Indonesia sebagai satu Keluarga.
Karena itu ada Utusan Daerah yang mewakili daerahnya masing-
masing dalam menentukan jalannya Bahtera Indonesia.

Sebagaimana prinsip Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam


Perbedaan menjamin setiap bagian untuk mengejar yang terbaik,
maka Daerah yang banyak jumlahnya dan aneka ragam sifatnya perlu
memperoleh kesempatan mengurus dirinya sesuai pandangannya,
tetapi tanpa mengabaikan kepentingan seluruh bangsa dan NKRI.
Otonomi Daerah harus menjadi bagian penting dari demokrasi
Indonesia dan mempunyai peran luas bagi pencapaian Tujuan
Bangsa.

 
BAB 3

PEMBAHASAN

 Demokrasi Pancasila

1. Pengertian Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber


pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang digali
dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri yaitu Pancasila. Mengenai
rumusan singkat demokrasi Pancasila, tercantum dalam sila keempat
Pancasila. Rumusan tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian
yang bulat dan utuh antara sila satu dengan sila lainnya.

Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat mengenai


pengertian demokrasi Pancasila. Beberapa penertian tersebut yaitu :

1. Menurut Ensiklopedia Indonesia

Demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang-


bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam penyelesaian
masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempuh
jalan permusyawaratan untuk mncapai mufakat.

2. Menurut Prof. Dardji Darmadiharja, S.H.

Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber pada


kepribadian dan falsafah bangsa Indonesia, yang perwujudannya
seperti dalam ketentuan Pembukaan UUD 1945.

3. Menurut Prof. Dr. Drs. Notonegoro, S.H.


Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijkasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-
KeTuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui bahwa pada


hakikatnya demokrasi pancasila merupakan saran atau alat bagi
bangsa Indnonesia untuk mencapai tujuan negara. Tujuan negara
tersebut sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea IV, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Inti dari demokrasi Pancasila adalah paham
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai dan diintegrasikan dengan
sila-sila lainnya. 

1. Ciri dan Isi Pokok Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila merupakan ide atau gagasan yang ingin


ditetapkan oleh para pendiri negara sejak awal berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Demokrasi Pancasila yang berintikan
musyawarah untuk mencapai mufakat dengan berapaham
kekeluargaan dan kegotong royongan mempunyai ciri khas yang
membedakan dengan demokrasi yang lainnya, yaitu sebagai berikut :

1. Demokrasi Pancaila bersifat kekeluargaan dan kegotong


royongan yang bernafaskan KeTuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi Pancasila harus mengahragai HAM serta menjami
adanya hak-hak minoritas.
3. Pengambilan keputusan dalam demokrasi Pancasila sedapat
mungkin didasarkan atas musyawarah untuk mufakat.
4. Demokrasi Pancasila harus bersendikan hukum, rakyat sebagai
subjek demokrasi berhak untuk ikut secara efektif untuk
menentukan kehidupan bangsa dan negara. 
Sementara isi pokok demokrasi Pancasila yaitu :

1. Pelaksanaan Pembukaan UUD 1945 dan penjabarannya yang


dituangkan dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945.
2. Demokrasi Pancasila harus menghargai dan melindungi HAM.
3. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan atas
kelembagaan.
4. Demokrasi Pancasila harus bersendi atas hukum sebagaimana
dijelaskan dalam penjelasan UUD 1945, yaitu negara hukum yang
demokratis. 

1. Prinsip dan Asas Demokrasi Pancasila

Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila terdiri dari :

1. Demokrasi yang Ber-KeTuhanan Yang Maha Esa, maksudnya


bahwa demokrasi selalu dijiwai dan diliputi oleh nilai-nilai
KeTuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi yang menjunjung tinggi HAM, maksudnya dalam
demokrasi Pancasila negara/pemerintah menghargai dan
melindungi HAM.
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat, maksudnya kepentingan
rakyat banyak harus diutamakan dari pada kepentingan pribadi.
4. Demokrasi yang didukung oeh kecerdasan warga negara,
maksudnya bahwa dalam demokrasi Pancasila didukung oleh
warga negara yang mengerti akan hak dan kewajibannya serta
dapat melakukan peranannya dalam demokrasi.
5. Demokrasi yang menerapkan prinsip prinsip pemisahan
kekuasaan, maksudnya bahwa dalam negara demokrasi menganut
sistem pemisahan kekuasaan, masing-masing lembaga negara
memiliki fungsi dan wewenang masing-masing.
6. Demokrasi yang menjamin perkembangan otonomi daerah,
maksudnya bahwa negara menjamin berkembagnya setiap daerah
untuk memajukan potensi daerahnya masing-masing sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
7. Demokrasi yang menerapkan konsep negara hukum,
maksudnya bahwa negara Indonesia berdasarkan hukum, bukan
kekuasaan belaka, sehingga segala kebijaksanaan maupun
tindakan pemerintah berdasarkan pada hukum yang berlaku.
8. Demokrasi yang menjamin terselenggaranya peradilan yang
bebas, merdeka, dan tidak memihak, maksudnya badan peradilan
yang tidak terpengaruhi dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak
lain.
9. Demokrasi yang menumbuhkan kesejahteraan rakyat,
maksudnya adalah demokrasi yang dikembangkan bertujuan untuk
menjamindan mewujudkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan
kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan baik lahir
maupun batin.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial, maksudnya bahwa tujuan
akhir upaya pelaksanaan ketatanegaraan adalah tercapainya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Dalam sistem demokrasi Pancasila, ada dua asas yaitu :

1. Asas kerakyatan, yaitu asas kesadaran akan cinta kepada


rakyat, manunggal dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta berjiwa
kerakyatan atau menghayati kesadaran senasib dan secita-cita
dengan rakyat.
2. Asas Musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang
memperhatikan aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang
jumlahnya banyak dan melalui forum permusyawaratandalam
rangka membahas untuk menyatukan pendapat bersama serta
mencapai kesepakatan bersama yang dijiwai oleh kasih sayang,
pengorbanan demi tercapai kebahagiaan bersama. 

3.2. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia

1. Perekembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan

Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda


yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan
demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih
adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD
1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut
UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu
oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :

 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP


berubah menjadi lembaga legislatif.
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang
Pembentukan Partai Politik.
 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer

Perkembangan demokrasi pada periode ini telah meletakkan hal-hal


mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh.
Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk
menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka
dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian
menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk
masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.

B.Masa Demokrasi Parlementer

Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai


1959menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan
konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di
Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan
dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan
parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak
percaya kepad pihak pemerintah  yang mengakibatkan kabinet harus
meletakkan jabatannya.

 
Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal
yang parlementer, dimana  presiden sebagai Kepala Negara bukan
sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen,
akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai
politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :

 Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi


terhadap pengelolaan konflik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
1950
 Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan
kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan
proses politik yang  berjalan

Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit


Presiden 5 Juli 1959 :

 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

C.Masa Demokrasi Terpimpin

Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.


VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:

 Dominasi Presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah


menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik.
Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan
ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan
politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno
melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh Pancasila.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang


dipenjarakan
 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok
Timur)

Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh


PKI, menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

D.Masa Demokrasi Orde Baru


Pemerintahan Orde Baru  ditandai oleh Presiden Soeharto yang
menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada
masa orde baru ini menerapkan Demokrasi Pancasila untuk
menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan


disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan demokrasi
pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:

 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada


 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela
 Sebab jatuhnya Orde Baru:
 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
 Terjadinya krisis politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden
Soeharto untuk turun jadi Presiden.

Orde Baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif
otonom, dan sementara masyarakat semakin teralienasi dari
lingkungan kekuasaan danproses formulasi kebijakan. Kedaan ini
adalah dampak dari :

1. Kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu


yang memberi legitimasi politik yangkuat kepada negara;
2. Dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai,
depolitisasai, dan institusionalisasi;
3. Dipakai pendekatan keamanan;
4. Intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang
memberikan keleluasaan kepda negara untuk mengakumulasikan
modal dan kekuatan ekonomi;
5. Tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi
minyak bumi dan gas serta dari komoditas nonmigas dan pajak
domestik, mauppun yang berasal dari bantuan luar negeri, dan
akhirnya
6. Sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan
pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak
masyarakat yang potensinya muncul karena sebab struktural.

E.Masa Demokrasi Reformasi – Sekarang

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan


lengsernya Presiden Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana
kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan
reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan
reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian
Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan
tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan


dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21
Mei 1998.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang


demokratis antara lain:

 Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-


pokok reformasi
 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR
tentang Referandum
 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara
yang bebas dari KKN
 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa
Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI
 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
 Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan
umum sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini


adalah demokresi Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan
sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950 1959.
Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya
adalah:

 Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis


dari yang sebelumnya.
 Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat
sampi pada tingkat desa.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan
secara terbuka.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya
kebebasan menyatakan pendapat

 Peranan Demokrasi Dalam Bidang-Bidang Kehidupan Bangsa

1. Bidang Politik

Oleh karena Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi tidak


langsung atau demokrasi perwakilan maka kebijak dijalankan oleh
para wakil rakyat dalam menetapkan berbagai kebijakan
peme¬rintahan dalam bentuk peraturan perun¬dangan.
Dalam melakukan tugasnya, para wakil rakyat harus mampu
memikirkan, memperhatikan, dan mempertimbangkan aneka-ragam
kepentingan rakyat agar keputusan-keputusan yang diambilnya
benar-benar mencerrninkan aspirasi selu¬ruh lapisan masyarakat dan
benar-benar bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.
Tentu tidak hanya wakil rakyat yang harus menjalankan
kebijaksanaan dalam melaksanakan tugasnya. Semua
penye¬lenggara negara (para penegak hukum, presiden, wakil
presiden, para menteri, para anggota DPR, para anggota BPK, dan
seluruh aparat pemerintahan lain, baik di pusat maupun di daerah)
wajib menjalan¬kan atau menunaikan tugasnya dengan penuh hikmat
kebijaksanaan.

1. Bidang Ekonomi

Pancasila dan UUD 1945 menggaris¬kan dua prinsip pokok


demokrasi ekono¬mi. Prinsip itu adalah sebagai berikut.
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama at as dasar
semangat           kekeluargaan.
2) Segala hal yang menguasai hajat hidup orang banyak harus
dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besamya
kemakmuran         rakyat.
Dua prinsip pokok ini menunjukkan bahwa kemakmuran seluruh
rakyat harus menjadi tujuan utama pelaksanaan Demo¬krasi
Pancasila dalam bidang ekonomi Oleh karena itu, tidak diperbolehkan
se¬orang pun menguasai bidang-bidang eko¬nomi yang menguasai
hajat (kepentingan) orang banyak. Perlulah digariskan peme¬rataan
kesempatan-kesempatan ekonornis dan kesejahteraan bagi setiap
warga bangsa ini. Itu semua hanya bisa dicapai apabila semua pihak
menggunakan sanaan sebagai pedoman dalam bersikap maupun
berkiprah dalam pereekonomian bangsa dan dan negara     Indonesia.

1. Bidang Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, De¬mokrasi Pancasila


menggariskan penting ”hikmat k¬ebijaksanaan” sebagai pe¬nuntut
hubungan antar manusia Indonesia dengan bangsa lain.
Dengan demikian, bukan hanya wakil rakyat atau pejabat/aparat
pemerintah yang dituntut untuk selalu meng¬unakan hikmat
kebijaksanaan dalam mengusrus kepentingan bersama. Seluruh
bangsa Indonessia baik anak dan orang tua dalam keluarga, warga
dan pengurus RT dan RW, murid, guru, kepala sekolah dan warga
sekolah lainnya di sekolah, maupun kemasyarakatan, partai politik,
instansi pemerintah, perusahaan, Dewan Perwakilan Rakyat, untuk
dituntut melakukannya.

 Wujud Demokrasi Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk melaksanakan Demokrasi Pan¬casila dalam kehidupan sehari-


hari kita hendaknya mengamalkan sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Adapun
bentuk-bentuk pengamalan yang dapat kita lakukan antara lain     
sebagai           berikut:
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, kita hendaknya
menya¬dari setiap manusia Indonesia mem¬punyai kedudukan, hak
dan       kewajiban      yang    sama.
2. Kita hendaknya tidak boleh memaksa¬kan kehendak kepada orang
lain.
3. Kita hendaknya mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan          untuk            kepentingan  bersama. .
4. Kita hendaknya menyadari bahwa musyawarah untuk mencapai
mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Kita hendaknya menghormati dan menjunjung tinggi setiap
keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6. Kita hendaknya dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
7. Kita hendaknya menyadari bahwa di dalam musyawarah
diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan.
8. Kita hendaknya menyadari bahwa musyawarah dilakukan dengan
akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan se
cara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, men¬junjung tinggi harkat
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

 Membangun Sikap Positif Terhadap Demokrasi Pancasila

Demokrasi dengan segala cirinya itu perlu diwujudkan menjadi suatu


kenyataan hidup dalam bidang apapun. Semua warga negara tanpa
kecuali, baik penguasa maupun rakyat biasa, harus membiasakan
hidup demokratis.

Sikap positif terhadap budaya demokrasi Pancasila dapat kita lakukan


dengan cara sebagai berikut:

1. Menghormati hak, kewarganegaraan serta tugas tanggung


jawab sendiri, sesama masyarakat dan lembaga masyarakat serta
negara
2. Saling menghargai pikiran dan pendapat orang lain kita harus
menyadari dalam bermusyawarah ,beda pendapat itu wajar,
asalkan masing-masing berpegang teguh pada norma yang
berlaku, tidak ingin menang sendiri,menggunakan kata-kata yang
sopan.
3. Menghormati pemimpin dan lembaga-lembaga sosial serta
negara merupakan kesadaran setiap warga negara untuk
melestarikannya.

Berbagai sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam


berbagai lingkungan kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Kehidupan keluarga, misalnya anggota keluarga
bertekad untuk:

 Membiasakan tidak memaksakan kehendak kepada sesama


anggota keluarga.
 Membiasakan bermusyawarah dalam mengambil suatu
keputusan untuk kepentingan bersama.
 Mengembangkan diri agar lebih berguna untuk kepentingan
keluarga.
 Saling menghormati hak dan kewajiban anggota keluarga.

2. Lingkungan kehidupan sekolah, misalnya tiap warga sekolah


bertekad untuk:

 Memilih pengurus kelas denga musyawarah mufakat dan/atau


voting.
 Menyelesaikan masalah bersama setiap warga sekolah dengan
mengutamakan kepentingan bersama.
 Melaksanakan kegiatan gotong royong dalam menjaga
kebersihan lingkungan.
 Mendiskusikan materi pelajaran yang sulit untuk dibahas
bersama-sama.

3. Lingkungan kehidupan bermasyarakat, misalnya semua warga


masyarakat bertekad untuk:

 Memilih pengurus RT dan RW secara demokratis.


 Mengambil keputusan secara musyawarah dalam menentukan
bantuan untuk meringankan warga yang tertimpa musibah gempa
bumi.
 Melaksanakan tugas gotong royong dalam membersihkan
sampah di lingkungannya.
 Melaksanakan siskamling yang telah disetujui dengan penuh
tanggung jawab.

4. Lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga


Negara bertekad untuk
 Melaksanakan kegiatan pemilu dengan penuh tanggung jawab.
 Menghormati hak asasi manusia.
 Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Memberikan pendapat/usul yang membangun kepada
pemerintah

Demokrasi Pancasila ialah suatu sistem demokrasi yang berpedoman


pada paham-paham yang terkandung dalam sila-sila dan nilai-nilai
Pancasila. Dimana dalam berjalannya demokrasi di Indonesia dalam
bentuk apapun harus memperhatikan norma-norma yang dimuat
dalam Pancasila.

Dalam perjalanan bangsa Indonesia, Demokrasi Pancasila juga turut


berkembang seiring dengan pergantian masa dan kepemimpinan,
mulai dari masa revolusi kemerdekaan sampai kepada masa
reformasi. Namun meskipun terjadinya pergantian masa dan
kepemimpinan demokrasi dengan peham pancasila tetap
dipertahankan, hanya saja terdapat sedikit perbedaan dalam
menjalankannya yang bergantung pada pemimpin negara serta
bentuk negara pada waktu itu.
Demokrasi Pancsila ini juga ternyata memiliki peran yang sangat
sakral dalam kehidupan bangsa Indonesia baik secara nasional
mapun dalam keseharian, seperti pada bidang Politik, Sosial, dan
Ekonomi. 

4.2.Saran

Sebagai warga negara Indonesia yang sejatinya sejak lahir sampai


sekarang ini selalu berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila,
sebaikya kita lebih meningkatkan kesadaran kita untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut di dalam keseharian kita, sehingga pemahaman
yang kita punya tidak hanya sebatas prasyarat pengetahuan dan ilmu
bela

DAFTAR PUSTAKA 

Buku :

Dede Rosyada. Dkk. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat

Madani. (Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah. 2003).

Prof. Dr. H. Kaelan, MS. Pendidikan Pancasila. (Yogyakarta :

PARADIGMA. 2014)

Diktat :

Ignatius Adiwidjaja, S.Sos., M.Si. Pengantar Ilmu Politik. (Malang :

Diterbitkan Sendiri. 2016).

Anda mungkin juga menyukai