Anda di halaman 1dari 12

DINAS KESEHATAN

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART


LAMPIRAN II SURAT EDARAN
NOMOR : 136/SE/2020
TANGGAL : 3 September 2020

PETUNJUK TEKNIS

I. RPJMN TAHUN 2020-2024


A. Prevalensi Stunting pada Balita
1. Definisi Operational
Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang dari -2 SD

2. Rumus perhitungan:

Jumlah balita pendek


Prevalensi Balita
= Jumlah balita yang diukur panjang/tinggi X 100%
Pendek
badan

3. Data yang dikumpulkan


• Panjang badan/tinggi badan;
• Umur; dan
• Jenis kelamin.

4. Frekuensi laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan
pengukuran.
• Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan.
• Laporan tahunan diperoleh untuk melihat gambaran masalah gizi
melalui estimasi hasil pengukuran satu waktu di bulan Agustus dengan
pertimbangan bahwa pada bulan Agustus jumlah balita ditimbang (D/S)
tertinggi dibandingkan bulan lainnya.
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
5. Mekanisme Pelaporan
• Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
puskesmas baik di posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia
dini.
• Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri oleh puskesmas
kedalam aplikasi ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya
berdasarkan indeks PB/U atau TB/U.
• Menghitung persentase balita pendek dengan membagi jumlah balita
pendek dengan jumlah balita yang mempunyai ukuran panjang/tinggi
badan.

B. Prevalensi Wasting pada Balita


1. Definisi Operasional
Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi kurang
berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau
Berat Badan menurut Tinggi Badan menurut Umur (BB/TB) memiliki Z-
score kurang dari -2 SD.

2. Rumus Perhitungan:

Jumlah balita gizi kurang


Prevalensi Balita Gizi Kurang = Jumlah balita yang diukur berat badan X 100%
dan panjang/tinggi badan

3. Data yang dikumpulkan


• Berat badan;
• Panjang badan/tinggi badan;
• Umur; dan
• Jenis kelamin.

4. Frekuensi Laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan
pengukuran
• Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
• Laporan tahunan diperoleh untuk melihat gambaran masalah gizi
melalui estimasi hasil pengukuran satu waktu di bulan Agustus dengan
pertimbangan bahwa pada bulan Agustus jumlah balita ditimbang (D/S)
tertinggi dibandingkan bulan lainnya

5. Mekanisme Pelaporan
• Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
puskesmas baik di posyandu maupun di fasilitas pendidikan anak usia
dini.
• Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri oleh puskesmas
kedalam aplikasi ePPGBM untuk mengetahui kategori status gizinya
berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB.
• Menghitung persentase balita gizi kurang dengan membagi jumlah
balita gizi kurang dengan jumlah balita yang mempunyai ukuran berat
badan dan panjang/tinggi badan.

C. Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)


1. Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronik (KEK) yang ditandai dengan
ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm.

2. Rumus Perhitungan:

Persentase Ibu Hamil Jumlah ibu hamil risiko KEK


= X 100%
Risiko KEK Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA

3. Data yang dikumpulkan


• Jumlah ibu hamil;
• Jumlah ibu hamil yang diukur LiLA;
• Hasil pengukuran LiLA; dan
• Jumlah ibu hamil risiko KEK.

4. Frekuensi Laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan.
• Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan.
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
• Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan
Januari sampai Desember (kumulatif).

5. Mekanisme Pelaporan
• Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat
kedalam kohort ibu dan dientry kedalam aplikasi ePPGBM.
• Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali selama
periode kehamilannya.
• Menghitung persentase ibu hamil KEK dengan membagi jumlah ibu
hamil KEK dengan ibu hamil yang diukur LiLA.

D. Persentase Kabupaten/kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi


1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota
yang minimal 70% dari jumlah puskesmas melakukan kegiatan
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi
informasi.
• Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data
pengukuran melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan
mencapai minimal 60% sasaran ibu hamil dan balita.
• Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab
masalah gizi pada seluruh balita gizi buruk.
• Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja
Kabupaten/Kota melakukan penyusunan rencana kegiatan
berdasarkan hasil surveilans gizi dan diupload kedalam sistem setiap
triwulan.

2. Rumus Perhitungan
Persentase Kab/Kota Jumlah kab/kota melaksanakan
melaksanakan surveilans Gizi = surveilans gizi X 100%
Jumlah kab/kota yang ada

3. Data yang dikumpulkan


• Jumlah Puskesmas yang ada.
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
• Jumlah puskesmas yang mengentry data sasaran >60%, melakukan
konfirmasi pada seluruh kasus balita gizi buruk dan membuat rencana
kegiatan.

4. Frekuensi dan Mekanisme Laporan


• Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan
pelayanan kesehatan balita (taburia didistribusikan).
• Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan dan dievaluasi.
• Rekapitulasi sasaran yang menerima taburia sampai 4 bulan.
• Rekapitulasi data tahunan diperoleh berdasarkan penjumlahan dari
Januari sampai Desember (kumulatif).

E. Jumlah Balita Mendapat Suplementasi Gizi Mikro


1. Definisi Operasional
Balita usia 6 – 59 bulan sebagai sasaran penerima Taburia dengan
kategori berat badan kurang (BB/U < - 2SD)

2. Rumus Perhitungan:
Jumlah Balita yang mendapat Taburia

3. Data yang dikumpulkan


• Jumlah balita 6-59 bulan;
• Jumlah balita sasaran taburia (berat badan kurang (BB/U < - 2SD) dan
bukan penerima Makanan Tambahan); dan
• Jumlah distribusi taburia per sasaran.

4. Frekuensi Laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan
pelayanan kesehatan balitata (taburia didistribusikan).
• Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan dan dievaluasi
• Rekapitulasi sasaran yang menerima taburia sampai 4 bulan.
• Rekapitulasi data tahunan diperoleh berdasarkan penjumlahan dari
Januari sampai Desember (kumulatif).

5. Mekanisme Laporan
• Entry data jumlah distribusi taburia pada sasaran.
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
• Menghitung jumlah balita menerima taburia dan jumlah sachet yang
diterima.

F. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita


1. Definisi Operasional
Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita Balita
Gizi buruk adalah balita usia 0-59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk atau
indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari -3 SD atau
Lingkar Lengan Atas <11,5cm bagi balita 6 – 59 bulan. adalah puskesmas
dengan kriteria:
• Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat,
dan tenaga gizi.
• Memiliki Standar Prosedur Operasional tatalaksana gizi buruk pada
balita.

2. Rumus Perhitungan:

Persentase Puskesmas Jumlah Puskesmas mampu


Mampu Tatalaksana Gizi = tatalaksana gizi buruk X 100%
Buruk Jumlah seluruh Puskesmas

3. Data yang dikumpulkan


• Jumlah Puskesmas;
• Jumlah puskesmas yang mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari
dokter, bidan/perawat, dan tenaga gizi dan memiliki Standar Prosedur
Operasional tatalaksana gizi buruk pada balita; dan
• Jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk.

4. Frekuensi Laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ada tenaga
yang telah terlatih tatalaksana gizi buruk.
• Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan.
• Rekapitulasi data tahunan diperoleh berdasarkan kondisi pada bulan
Desember.
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
5. Mekanisme Pelaporan Pemantauan Pertumbuhan
• Entry data tenaga kesehatan (dokter, tenaga gizi atau bidan/perawat)
yang telah mengikuti pelatihan tatalaksana gizi buruk disertai upload
sertifikat pelatihan.
• Upload SOP tatalaksana gizi buruk yang dimiliki puskesmas.
• Menghitung jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan
membagi jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan
jumlah puskesmas yangn ada.

G. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif


1. Definisi Operasional
Bayi usia 0 bulan 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam

2. Rumus Perhitungan:

Persentase Bayi Usia Kurang Jumlah Bayi Usia Kurang dari 6


dari 6 Bulan Mendapat ASI Bulan Mendapat ASI Eksklusif
= X 100%
Eksklusif Jumlah bayi kurang dari 6 bulan
direcall

3. Data yang di kumpulkan


• Jumlah bayi umur 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan 4 bulan dan 5 bulan
• Jumlah bayi umur 0-5 bulan 29 hari
• Jumlah bayi umur 0-5 bulan 29 hari masih ASI

4. Frekuensi Laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan
• Rekapitulasi laporan dilakukan bulan Februari dan Agustus
• Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan
Agustus dengan pertimbangan balita yang di recall pada bulan Februari
berbeda dengan bayi yang di recall pada bulan Agustus

5. Mekanisme Pelaporan Pemantauan Pertumbuhan


• Mencatat/entri hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan
• Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus
• Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif 0 sampai 5 bulan
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
• Menghitung persentase bayi yang masih ASI Eksklusif dengan membagi
bayi yang masih ASI dengan seluruh bayi yang di recall

II. RENSTRA DINAS KESEHATAN 2018-2022


A. Persentase Bayi Usia 0-6 bulan mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif
1. Definisi
Air susu ibu (ASI) Ekslusif yang selanjutnya disebut ASI Ekslusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai dengan 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain

2. Rumus Perhitungan:

Persentase Bayi Usia 0-6 bulan Jumlah Bayi Usia 0-6 yang mendapatkan ASI Eksklusif
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
= X 100%
Ekslusif Jumlah bayi usia 0-6 bulan di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu

3. Frekuensi Laporan
• Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan
• Rekapitulasi laporan dilakukan bulan Februari dan Agustus
• Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan
Agustus dengan pertimbangan balita yang di recall pada bulan Februari
berbeda dengan bayi yang di recall pada bulan Agustus

B. Persentase Anak Balita (bayi lima tahun) kurus yang mendapatkan makanan
tambahan
1. Definisi
Balita adalah anak dengan usia 0-59 bulan 29 hari. Balita kurus adalah
anak dengan usia 0-59 bulan 29 hari yang status gizinya berdasarkan
indikator BB/TB yaitu > -2 SD dan < -3 SD.
Kriteria makanan tambahan adalah makanan tambahan pabrikan dalam
bentuk biskuit yang diberikan kepada balita kurus selama 90 hari makan
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
2. Rumus Perhitungan:

Persentase Anak Balita (bayi lima Jumlah anak balita kurus yang mendapat makanan
tahun) kurus yang mendapatkan tambahan di suatu wilayah dalam kurun waktu
makanan tambahan = tertentu X 100%
Jumlah seluruh balita kurus di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu

3. Frekuensi Laporan
• Melakukan pemantauan pertumbuhan dan mencatat hasil pengukuran
kedalam register
• Menentukan kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB (Sangat
Kurus/Kurus/Normal/Gemuk)
• Menghitung jumlah balita kurus
• Merekap pemberian makanan tambahan pada balita kurus
• Menghitung persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

C. Persentase Remaja Putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)


1. Definisi
Kualitas kesehatan remaja putri merupakan salah satu fokus upaya
pencegahan stunting. Intervensi kesehatan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan remaja putri antara lain dengan suplementasi tablet tambah
darah, pemberian obat cacing, promosi gizi seimbang, pemberian
suplementasi zink, dan penyediaan akses PKPR (pelayanan kesehatan
peduli remaja) di puskesmas.
Remaja putri adalah anak perempuan dengan usia 12-18 tahun yang
bersekolah di SLTP dan SLTA.
Tablet tambah darah (TTD) adalah tablet besi folat yang setiap tablet
mengandung 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat.

2. Rumus Perhitungan:

Persentase Remaja Remaja putri yang mendapatkan TTD sebanyak 1 tablet


Putri yang setiap minggu disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
= X 100%
mendapatkan Tablet Jumlah seluruh remaja putri yang ada di suatu wilayah dalam
Tambah Darah (TTD) kurun waktu tertentu
DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKART
3. Frekuensi Laporan
• Siswi mencatat TTD yang didapat di sekolah maupun diperoleh secara
mandiri melalui kartu suplementasi remaja putri.
• Merekap jumlah TTD yang diterima dan diminum (angka 1) serta jumlah
minggu yang dilalui siswi sejak bersekolah ditempat tersebut atau
memasuki usia 12 tahun berdasarkan formulir pemantauan program TTD
rematri.
• Menghitung persentase jumlah tablet yang diterima terhadap jumlah
minggu yang dilalui dan persentase jumlah tablet yang diminum
terhadap jumlah minggu yang dilalui. Perhitungan ini dilakukan setiap 3
bulan (triwulan).
• Menentukan kategori persentase rematri menerima TTD dan persentase
rematri minum TTD terhadap seluruh remaja putri yang ada/terdaftar
disekolah tersebut.
• Laporan tahunan menggunakan laporan triwulan ke 4.

III. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi adalah setiap bulan mengisi laporan di aplikasi elektronik
pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM), dan mengirim
laporan bulanan. Dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan

IV. PENUTUP
Dengan adanya Surat Edaran ini diharapkan dapat menambah pemahaman
dalam menyelenggarakan Surveilans Gizi terutama menyediakan sumber data
dan informasi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, sehingga
permasalahan gizi yang ditemukan dapat segera ditanggulangi oleh Suku Dinas
Kesehatan Tingkat Kota/ Kabupaten Administrasi dan Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai