1. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki misi yang sangat mulia. Seperti yang
diamanatkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Menengah dan Dasar, untuk kelompok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian memiliki cakupan sebagai berikut: Kelompok mata pelajaran kewarga negaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan ber negara, serta peningkatan kualitas diri nya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan ke bang saan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak- hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kese taraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ke taatan membayar pajak, dan sikap ser ta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (Sapriya, 2007:22). Fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah membuka peluang seluas- luasnya bagi para warga negara, menyatakan komitmennya dan menjalankan perannya yang aktif, untuk belajar mendewasakan diri, khususnya mengenai hubungan hukum, moral dan fungsional antara para warga negara dengan satuan- satuan organisasi negara dan lembaga-lembaga publik lainnya. Sosok warga negara yangbaik yang ingin dihasilkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan adalah warga negara yang merdeka yang tidak jadi beban bagi siapapun, yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, memahami garis besar sejarah, cita-cita dan tujuan bernegara, dan produktif dengan turut memajukan ketertiban, keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan umum. Jika disederhanakan maka fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk atau mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik (Maftuh, 2008:134) 2. Negara dan kewarganegaraan a. Pengertian negara Menurut Roger H. Soltau, negara adalah alat agency atau wewenang/authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama. Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupa-kan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi- asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat. Sehingga negara adalah suatu kelompok yang terorganisasi, yaitu suatu kelompok yang memunyai tujuan-tujuan yang sedikit banyak dipertimbangkan, pembagian tugas dan perpaduan kekuatan-kekuatan. Anggota-anggota kelompok ini para warga negara, bermukim di suatu daerah tertentu, negara memiliki di daerah ini kekuasaan tertinggi yang diakui kedaulatannya. Ia menentukan bila perlu dengan jalan paksa dan kekerasan, batas-batas kekuasaan dan orang-orang dan kelompok dalam masyarakat di daerah ini. Hal ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa kekuasaan negara pun memunyai batas-batas, umpamanya disebabkan kekuasaan dan badan internasional dan supra nasional. Kekuasaan negara diakui oleh warga negara dan warga negara lain, dengan kata lain kekuasaan tertinggi disahkan wewenang tertinggi. Maka ada suatu pimpinan yang diakui oleh negara, yaitu pemerintahan. Sangat perlu adanya suatu negara karena harus ada yang mengatur sekelompok manusia yang saling berinterkasi dan bekerj-sama untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Sehingga diperlukan suatu negara untuk mengatur dan mengendalikan persoalan-persoalan bersama. b. warga negara menurut Aristoteles adalah seluruh manusia yang menjadi komponen tubuh politik yang terdiri dari bagian-bagian untuk membentuk negara.Warga negara dalam konteks pemikiran Aristoteles disini tidak termasuk mereka kaum petani dan mekanik (Pasaribu, 2016). Karena bagi Aristoteles yang berhak menyadang status warga negara hanyalah mereka yang memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dengan memiliki nalar berpolitik dan kedudukan dalam Polis. Warga negara merupakan orang-orang bangsa Indonesia dan orang-orang negara lain yang disahkan oleh undang-undang menjadi warga negara Indonesia. Sedangkan penduduk adalah orang-orang Indonesia maupun orang-orang negara lain yang bertempat tinggal di Indonesia. Kedudukan warga negara di dalam suatu negara sangat penting statusnya terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara.Perbedaan status / kedudukan sebagai warga negara sangat berpengaruh terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki baik yang mencangkup bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun Hankam. Berikut dijabarkan mengenai kedudukan warga negara dalam negara : Dengan memiliki status sebagai warga negara, maka orang akan memiliki hubungan dengan negara. Hubungan itu berwujud status sebagai warga negara, peran sebagai warga negara, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara. Sebagai warga negara, maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat dengan negaranya. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif. peran (role) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negatif, dan positif (Cholisin, 2000). Di samping kedudukan warga negarajuga mempunyai peran dalam negara dimana dalam konteks kedudukan sesuai dengan paparan diatas warga negara di jamin dalam undang-undang agar mempunyai kedudukan antara hak dan kewajiban sebagi warga negara dan memiliki hubungan timbal balik dengan negara, untuk itu sebagai warga negara sudah sepatutnya mempunyai peran dalam negara untuk menciptakan suatu korelasi yang baik dalam menjalankan sebuah negara yang demokratis. c. Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara khusus ialah negara) yang dengannya akan membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan memiliki keanggotaan yang sedemikian ialah disebut warga negara. Manfaat status kewarganegaraan adalah ada kepastian hukum yang berlaku pada seseorang warganegara berkaitan dengan hukum perdata dan hukum publik, sehingga hukum manakah yang mengikat orang tersebut tentunya hukum Negara yang mengakui ia sebgai angotanya. 3. Membangun kerukunan dalam kehidupan masyarakat yang multikultural, memerlukan kesepahaman di antara subkultur masyarakat yang terdapat di dalamnya. Pada situasi ini, penting menyadari perlunya membangun kesadaran sikap tradisional dengan upaya saling membangun keterikatan antara satu subkultur masyarakat dengan lainnya (Irwan, 2015). Menghargai berbagi keberagaman yang ada. Menjadikan keberagaman itu sebagai alat pemersatu kedekatan kita dalam hidup bersama. Menjaga keberagaman yang ada, membuat keberagaman sebagai daya tarik agar tidak punah. Contoh menjaga keragaman dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam beragama yaitu ikut serta dalam membantu menjaga ketertiban dan keamanan saat hari raya saudara kita yang beragama lain. 4. Dengan meningkatkan kerukunun supaya perbedaan yang ada tidak meyebabkan perpecahan melainkan dapat memperkuat tali persaudaraan yang ada sehingga apabila ada kelompok anti kebergaman tidak akan mempengaruh dan dapat menghadang aksi kelompok anti keberagaman tersebut. DAFTAR RUJUKAN
Cholisin. 2000. Materi Pokok Ilmu Kewarganegaraan-Pendidikan Kewarganegaraan.
UNY.Yogyakarta.
Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), 165.
Maftuh, B. (2008). “Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan”. Jurnal Educationist. Vol. II. No.2, pp 134-144.[online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._II_No._2Juli_2008/7_ Bunyamin_Maftuh_rev.pdf [25 Mei 2012]
Pasaribu, S. (2016). Politik Aristoteles. Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promothea.
Sapriya. (2007). “Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membangun Karakter Warga
Negara”. Jurnal Sekolah Dasar, Tahun 16, No. 1, pp 22-34 [online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161072234.pdf [18 Mei 2012]