Anda di halaman 1dari 4

1.

Landasan hukum kontrak dan perikatan :


Adapun KUHPer mengatur Ketentuan Perikatan secara umum (Bab I KUHPer Pasal
1233 s.d Pasal 1312), Perikatan  yang lahir dari Kontrak atau Persetujuan Bab II
KUHPer Pasal 1313 s.d Pasal 1351), Perikatan yang lahir karena Undang-Undang (Bab
III Pasal 1352 dan 1380), dan seterusnya hingga Bab XVIII tentang Perdamaian.
Beberapa pasal terkait tentang Perikatan yang menjadi perhatian adalah sebagai
berikut :
 Perikatan sebagaimana disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) Pasal 1233 menyebutkan bahwa “Perikatan, lahir karena suatu
persetujuan atau karena undang-undang”.
 Pasal 1239 KUHPer berbunyi “Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk
tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan  dengan memberikan penggantian
biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. “
 Pasal 1243 KUHPer berbunyi “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak
dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah
dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya
dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.”
 Pasal 1244 KUHPer berbunyi “Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya,
kerugian dan bunga. bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya
perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu
disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan
kepadanya. walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya.
 Pasal 1304 KUHPer mengatur perikatan dengan perjanjian hukuman jika tidak
melaksanakan perikatan.
 Pasal 1338 dan Pasal 1339 menyatakan dengan jelas bahwa perikatan yang lahir
karena suatu persetujuan memiliki akibat persetujuan, dimana Pasal 1338
berbunyi “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak
dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena
alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan Harus
dilaksanakan dengan itikad baik.” Dan Pasal 1339 berbunyi “Persetujuan tidak
hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga
segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan
keadilan, kebiasaan, atau undang-undang.”
2. Asas-asas hukum perikatan :
a. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)
b. Asas Konsensualisme (concensualism)
c. Asas Itikad Baik (good faith)
d. Asas Keseimbangan
e. Asas Kepatutan
f. Asas Kepastian Hukum
g. Asas Kepribadian (personality)
3. Subjek kontrak adalah orang maupun pihak yang terlibat dalam pembuatan kontrak,
yakni manusia dan badan hukum.
4. Pasal 1333 KUHPer, objek perjanjian harus mencakup pokok barang tertentu yang
sekurang-kurangnya dapat ditentukan jenisnya. 
Pasal 1332 KUHPer menentukan bahwa objek perjanjian adalah barang-barang yang
dapat diperdagangkan.
5. Keadaan memaksa menyebabkan pelaksanaan kontrak menjadi terhambat, tentunya
menimbulkan kerugian bagi kreditur. Keadaan memaksa terjadi tanpa diduga
sehingga menimbulkan keadaan yang disebut resiko.
6. Kompensasi atau peristiwa kompensasi dalam pelaksanaan kontrak pengadaan
barang dan jasa adalah segala sesuatu yang diterima dapat berupa fisik maupun non
fisik  dari Pejabat Pembuat Komitmen kepada penyedia.
7. Dengan dilakukan pembayaran tersebut maka pada saat itu pula berakhirlah
perikatan.
8. Cara mendirikan farma :
a. Lakukan Pembuatan Akta Pendirian Firma.
Agar bisa membuat akta pendirian Firma anda harus memiliki 2 orang
pendiri. Prosesnya dilakukan di notaris seperti pembuatan akta pada
umumnya. 
b. Proses Pembuatan Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP).
SKDP ini diurus di kantor kelurahan yang sesuai dengan kelurahan di mana
Firma anda berdomisili.
c. Pengajuan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Kewajiban pajak Firma ini akan lebih mudah dijalankan jika sudah memiliki
NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Proses Permintaan Pembuatan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP-
PKP).
SP-PKP menjadi bukti dokumen legalitas yang menunjukkan bahwa anda
sebagai pengusaha sudah dikenakan pajak.
e. Pendaftaran Akta Pendirian Firma di Pengadilan Negeri
f. Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
g. Pengurusan Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
h. Pengajuan Surat Izin Gangguan (HO)
i. Pengajuan Pembuatan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
j. Pembuatan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
9. Sekutu Komplementer yang disebut sekutu aktif, bertugas untuk aktivitas
operasional perusahaan dan sepenuhnya berhak untuk melangsungkan perjanjian
kerja dengan pihak ketiga.
Sekutu Komanditer yang disebut sekutu pasif, hanya bertugas untuk menyerahkan
pemasukan sebagai modal persekutuan. Sekutu ini tidak bertanggung jawab
terhadap operasional perusahaan.
10. Dikarenakan bentuknya yang termasuk dalam persekutuan perdata, maka tidak
terdapat pemisahan aset pribadi masing-masing sekutu dengan aset CV. Sehingga
apabila CV memiliki utang dan aset yang dihasilkan CV tidak cukup untuk melunasi
utang tersebut, maka aset pribadi sekutu aktif dapat diambil untuk melunasi utang
tersebut. Sedangkan bagi sekutu pasif, ia tidak perlu bertanggung jawab atas utang
tersebut dan hanya akan menanggung kerugian sebesar modal yang ia keluarkan
pada saat awal pendirian CV.

Anda mungkin juga menyukai