SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TELO SUPRIYANTO
NIM 108015000052
Saran dalam penelitian ini adalah bagi sekolah untuk mendorong guru
dalam proses belajar mengajar pembelajaran IPS di sekolah dengan menggunakan
metode Role Playing, bagi guru sebagai alternatif untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode Role Playing, dan bagi
siswa sebagai upaya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS dengan
metode Role Playing.
Kata kunci: metode Role Playing, hasil belajar siswa.
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufiq dan Hidayah-
Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu
pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan arahan pada penulisan skripsi ini.
4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Sunaryo dan Sumirah yang telah memberikan
banyak dukungan moril dan materil serta do’a restu dalam masa perkuliahan.
5. Kak Muhammad Mukhyidin, S.Pd.I, kak Luki Yunita, M.Pd, kak Niniken, kak
Abdul Basir, adek Mei Herdi dan juga keponakanku Riska dan Ikhsan yang
tercinta semoga Allah selalu memberikan kemudahan kepada kita semua.
Canda dan tawa yang selalu mengiringi perjalanan kita, semoga menjadikan
motivasi yang lebih dalam menapaki makna kehidupan ini hendaknya. Amien.
6. Ibu Dyah Lestari Rahayu, S.Sos, Guru SMP PGRI 2 Ciputat selaku guru mata
pelajaran IPS Terpadu.
7. Seluruh sahabat-sahabatku yang tersayang, di SMP PGRI 2 Ciputat dan SMP
Bahrul Maghfiroh terimakasih kalian selalu memberikan semangat kepada
saya. Canda dan tawa kalian yang selalu menemani hari-hari saya. Semoga
kalian selalu menjadi sahabat terbaik saya.
8. Siswa-siswi kelas VIII-4 SMP PGRI 2 Ciputat terimakasih selalu memberikan
semangat kepada saya.
iii
Selanjutnya ada pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak
retak, begitu juga dengan skripsi ini tentulah masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan hasil skripsi penulis senantiasa terbuka untuk saran
dan kritik yang membangun dari siapa saja. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terimakasih.
Jakarta, Juni 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i
ABSTRAC ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
v
E. Hipotesis Tindakan ................................................................. 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 72
vi
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-16, h. 10
3
2
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 1991), Cet. Ke-4 h. 5
4
B. Identifikasi Masalah
Dari masalah yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diidentifikasi
masalahnya, yaitu :
1. Siswa menganggap pembelajaran IPS sangat membosankan
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan secara baik maka masalah dibatasi
pada pengunaan Metode Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS (SMP PGRI 2 Ciputat).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Apakah Melalui Penerapan Metode Role Playing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS (SMP PGRI 2 Ciputat)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah Penerapan Metode Role Playing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
SMP PGRI 2 Ciputat pada mata pelajaran IPS melalui Metode Role Playing.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta
didik, guru, dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penetian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
6
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Metode
a. Pengertian Metode
Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam rangkaian sistem
pembelajaran. Maka dari tiu diperlukan kecerdasan dan kemahiran guru dalam
memilih metode pembelajaran. Pemilihan metode yang kurang tepat menjadikan
pembelajaran kurang efektif.
Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal tesebut disebabkan perkembangan
teknologi dalam bidang pendidikan yang menuntut efesiensi dalam pembelajaran.
Menurut Sri Aniatah W, dkk menyatakan bahwa metode adalah suatu cara
yang digunakan guru dalam pembelajaran siswa agar terjadi interaksi dan proses
belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki
karakter yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajar siswa tetapi
dengan yang lainnya sangat menunjang.1
Sedang pengertian metode menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya
menyatakan bahwa “Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian ini
ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di kelas baik secara individual maupun secara
kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik. Makin banyak metode mengajar, makin efektif pula
pencapaian.”2
1
Sri Anitah W.dkk, Strategi pembelajaran di SD (Jakarta Universitas Terbuka 2009)
Cet ke 7
2
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV
Pustaka Setia 2005 Cet.II hal. 52)
7
8
3
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama 2009) Cet. Pertama, hal. 119
9
4
Oemar Hamalik, Perencanaan Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta Bumi
Aksara 2009) Cet. Ke. 8 hal. 199
5
Hamzah B. Uno., Model pembelajaran ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011)Cet. 7 hal. 26
6
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2005) Cet. 2 , hal 65
10
7
Hamzah B. Uno., Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara 2011) Cet. 7 hal.26
11
8
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama 2009) Cet. Pertama hal. 120
12
9
Muhibbin Syah, PsikologiPendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-8, h. 94
10
Daras, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam (Jakarta:2005), h. 60.
11
Daras, Psikologi Pendidikan Dalam……......... h. 60.
12
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta:
Bumi Aksara, 1991), Cet. 1 h. 78
13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
edisi kedua, 1998), h.5
15
14
Nana, Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h.155
15
Syaiful Bahri Djamarah, Pisikologi Belajar, edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
13.
16
Chalidjah Hasan, Pisikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), Cet 1, h. 84.
17
Zikri Neni Iska, Pisikologi:Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2008), Cet II, h. 82.
18
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.28
16
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman, sedangkan rumusan kedua adalah proses memperoleh respons-
respons sebagai akibat adanya latihan khusus.19
Pada setiap aktivitas kehidupannya, manusia pasti memiliki tujuan yang
ingin di capai dari aktivitas tersebut, maka Sudirman A, menyusun tujuan belajar
adalah:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan yang di tandai kematangan berfikir
2) Pemahaman konsep dan keterampilan
3) Pembentukan sikap.20
Belajar itu sendiri pada dasarnya suatu perubahan yang dialami seseorang
dari tidak tahu dari segi pengetahuan sikap pada perilaku yang didapat lewat
proses interaksi seseorang dengan lingkungannya baik melalui pengalaman
maupun latihan.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Oleh karenanya,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.
Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.21
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi
yang dikuasai siswa.22
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda karya), h. 90
20
Sudirman A, Interaksi Dalam Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 28
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan………………h. 89
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan………………h. 91
17
25
Oemar Hamalik, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara , 2009), Ed. 1. Cet.
9. h. 36
26
Agus Suprijono, Cooperatve Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Jakarta: Pt. UIN
Jakarta Press, 2009), h. 2
19
b. Ciri-ciri Belajar
William Burton menyimpulkan bahwa, uraiannya tentang prinsip-prinsip
belajar sebagai berikut:
a) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui
(under going).
b) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
murid.
c) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid
sendiri yang mendorong motivasi yang kontinyu.
d) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-
pengalaman dan hasil-hasil yang didinginkan disesuaikan dengan
kematangan murid.
e) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
f) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.27
c. Prinsip-prinsip Belajar
Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, dimulai
sejak dalam ayunan (buaian) sampai dengan menjelang liang lahat (meninggal).
Banyak teori yang membahas masalah belajar. Tiap teori bertolak dari asumsi atau
anggapan dasar tertentu tentang belajar. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
apabila kita temukan konsep atau pandangan serta praktek yang berbeda dari
belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang sama atau
relatif sama di antara konsep-konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang
sebagai prinsip belajar.
Menurut Nana Syaodih beberapa prinsip umum belajar:
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi
berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar, dan dengan
belajar ini perkembangan individu lebih pesat.
2) Belajar berlangsung seumur hidup.
27
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h.31
20
d. Jenis-jenis belajar
Ada bermacam-macam kegiatan yang terdapat dalam proses belajar.
Kegiatan ini memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik
dalam aspek materi dan metodenya maupun aspek tujuan dan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Menurut muhibbin Syah belajar bisa dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu:
1) Belajar abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-5, h. 165-166
22
secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam
menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta
insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana
belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya
yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan
menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara
pemecahan masalah.
5) Belajar rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan
berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya
ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya
dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa
diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan
pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
6) Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu (kontekstual).
7) Belajar apresiasi
Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan (Judgment) arti penting
atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam
hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek
tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya.
24
8) Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan (knowledge) ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini
juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi
dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat
khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-
alat laboratorium dan penelitian lapangan.29
e. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang
benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan
tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara
efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan
untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan.30
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan………………. h. 122-124
30
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 ), h. 58
25
(a) Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat
umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung
berbagai komponen.
(b) Bakat
Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
(c) Minat dan perhatian
Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat.
Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu,
biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran
yang diminatinya. Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian
secara kontinyu baik secara sadar maupun secara tidak sadar pada
objek tertentu biasanya akan membangkitkan minat pada objek
tersebut.
(d) Kesehatan jasmani
Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar seseorang apabila
memiliki badan atau kondisi fisik yang sehat maka ia akan
mempunyai semangat dalam belajar. Namun sebaliknya seseorang
yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit untuk bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
(e) Cara belajar
Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar
yang efisien. Diantaranya yaitu berkonsentrasi baik sebelum
belajar ataupun pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
mempelajari kembali materi pelajaran yang telah diterima,
membaca dengan teliti dan betul materinya, mencoba
26
31
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV.
Rajawali,2000), h. 3.
32
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h. 130 . 138.
27
33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya,
2009), cet-Ke-13. h. 22.
34
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…………………… h. 22.
35
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…………………… h.3
36
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses …………………., h. 22
37
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses …………………...h. 2
28
38
Nana Sudjana, Penilaian Proses......................................h.22
39
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya, 2000), h. 65
40
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
h.229.
41
Adi Suryanto, dkk., Pemahaman Murid Sekolah Dasar terhadap Konsep
IPA Berbasis Biologi:Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi, (Jurnal Pendidikan, Vol.5, No.1,
Jakarta:Lembaga Penelitian Universitas Terbuka, Maret 2004), h.63.
42
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2008), cet. 1, h. 14.
43
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h.
31.
29
Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya merupakan “akibat dari
suatu proses belajar”.44 Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil
belajar adalah: “Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan
memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi
tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai
informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran
yang dibahas dan dikaji bersama”45.
Menurut Ngalim purwanto “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.46 Hasil belajar dalam diri
seseorang terlihat melalui kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, belajar
membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan, kebebasan,
sikap, pengertian dan minat.
Suatu proses belajar yang akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari
apa yang dapat di lakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat di buktikan
dengan perbuatan.
Menurut Kunandar hasil belajar adalah “kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi
dasar.”47 Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang
perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan
belajar yang dilakukan sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang
dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka
intinya adalah "perubahan".48 Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas
44
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Sinar
Baru,1999), h.22
45
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.
92.
46
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2007),
cet.1 h.102
47
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Persiapan menghadapi sertifikasi guru, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2007).h.229
48
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2003), h. 3-4.
30
49
Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 23-24.
50
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2,
h. 32
31
Jadi menurut Oemar Hamalik “hasil belajar yaitu hasil yang telah dicapai
secara optimal selama berlangsungnya belajar”.51 Pengambilan keputusan tentang
hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seseorang guru agar dapat
mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar.
Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain:
51
Oemar Hamalik, Proses Belajar…............ h. 31
52
Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 24.
32
Oleh karena itu, prestasi erat kaitannya dengan belajar. Pada dasarnya
belajar merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan. Proses
tersebut dilakukan baik secara formal maupun informal. Secara formal, berarti
seseorang melalui tahapan belajar pada suatu lembaga tertentu yang secara resmi
dikelola oleh manusia tertentu dan mengikuti suatu model pembelajaran tertentu
pula.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa biasanya seorang guru mengadakan
suatu tes yang disebut evaluasi. Menurut Purwanto, tes hasil belajar adalah tes
yang digunakan untuk menilai nilai-nilai pelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada murid-muridnya untuk dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu
tertentu.53 Hasil belajar adalah apa yang dapat ditampilkan oleh setiap individu
dan berupa penampilan yang sebenarnya diukur dengan pemberian tes pada saat
itu.
Tes hasil belajar yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap
tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar
dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang
dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang
berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau
soal-soal) yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh
testee, sehingga (berdasarkan atas data-data yang diproleh dari kegiatan
pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau hasil
belajar testee, nilai yang mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang
berhasil dicapai oleh testee lainnya.54
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil belajar dapat dilihat pada bagan
dibawah ini:
53
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 33
54
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2001), h. 73-74
33
Pengetahuan
Belajar Tes Hasil
Belajar
Perilaku
Nilai
Dan tingkah laku manusia itu meliputi berbagai aspek, seperti aspek
ekonomi, sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial.55
Kemudian Abu Ahmad dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar menjelaskan
bahwa pembelajaran IPS merupakan “Materi dari berbagai disiplin ilmu sosial
seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi sosial, ekonomi, ilmu politik,
ilmu hukum, ilmu-ilmu sosial lainnya, dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah”.56
Menurut Sapriya penddikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi
dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan padagogis/psikologis untuk
tujuan pendidikan”.57
Ilmu Pengetahuan Soaial adalah salah satu pelajaran yang diajarkan
disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas.
Dimana sasaran utamanya adalah pengembangan teoritis, seperti yang menjadi
penekanan pada sosial science. Dari keterngan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji
kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian ekonomi, sejarah,
geografi, sosiologi dan mata pelajaran ilmu sosial lainnya.
55
Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam KBK, (Tangerang: Quantum Teaching,2005), hal. 19-24
56
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Asadi mahasatya, 2003) h. 2-3
57
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bnadung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 1, h. 11
35
58
Sapriya, Pendidi kan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bnadung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 1, h. 208
36
59
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Presyasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 126
60
Entin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaeran
IPS. (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008), cet. 3, h. 15
61
Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam KBK , (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 25
37
62
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007
63
ibid
64
Ani Nurhanipah.Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI AL-FALAH Jakarta
Timur. Tahun 2012/2013.
38
disimpulkan bahwa metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar sisawa,
ketertarikan siswa dalam belajar IPS, meningkatkan efektivitas belajar siswa serta
meningkatkan pemahaman materi, dan membuat siswa bersemangat dalam
belajar.
2. Cahya Khaerina, “Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar
Biologi.”65
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode role playing
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak pada tumbuhan. Penetian
ini dilaksanakan di SMP Muhammadyah 4 Tangerang pada bulan November
2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, sampel
diambil secara purosive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelomok
eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
instrumen test hasil belajar dan hasilnya diuji melalui statistik tes “t”. Dari hasil
penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 6,61 sedangkan t tabel pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan
bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh metode role playing terhadap hasil
belajar biologi siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunujukan bahwa
penggunaan metode role playing membawa pengaruh yang signifikan terhadap
hasil belajar biologi siswa.
D. Kerangka Berpikir
Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat pengalaman dan
pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan segenap aspek pribadi,
kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar
termasuk menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung
jawab guru.
Keberhasilan belajar IPS bagi peserta didik sangat dipengarui oleh
berbagai faktor internal dan eksternal. Hasil belajar pada prakteknya selalu
65
Cahya Khaerina.Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Pengaruh Metode Role
Playing Terhadap Hasil Belajar Biologi.
39
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara yang diberikan oleh peneliti terhadap
permasalahan yang diteliti, dimana kebenarannya masih harus diuji secara
empiris.
Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan
tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.66
Hipotesis penelitian atau biasa diesebut sebagai hipotesis verbal dibentuk
berdasarkan kerangka berpikir yang disusun peneliti.67
Namun perlu dipahami bahwa pertanyaan diterima atau ditolaknya
hipotesis tidak dapat diidentikan dengan keberhasilan atau kegagalan suatu
penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah:
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mengembangkan model pembelajaran
metode Role Playing akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
66
Syarifuddin Nurdin, Metode Research, Jakarta:Bumi Aksara, 2011, cet. Ke-12, h. 38
67
Kadir dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarata, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011,
h. 48
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1
Suharsimi Arikunto (ed), Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, BUMI AKSARA, 2008),
Cet 7, h. 2
2
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet.
Ke-2, h. 24
39
40
1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan
pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan dilakukan.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan
pada tahap perencanaan.
3. Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
4. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah
diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan
untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
41
Siklus I
Pengamatan/peng
Refleksi I umpulan data I
Permasalahan
Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil
refleksi tindakan II tindakan II
Siklus II
Pengamatan/peng
Refleksi II umpulan data II
Siklus II
Apabila Dilanjutkan ke
masalah siklus
belum berikutnya
terselesaikan
42
3
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 213
43
4
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas.................... h. 18
5
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas……………..h. 19
6
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas.................... h. 19
44
7
Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1986), h. 25
45
Adapun bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes
tertulis yaitu berupa pre test dan pos test.
Menurut Muhibbin Syah bahwa:
Pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian
materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan
siswa mengenai bahan yang akan disajikan.
Pos test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang
dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk
mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.8
2. Pedoman observasi (pengamatan), yaitu alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-
gejala yang diselidiki. Selain itu untuk melengkapi observasi juga
digunakan dokumentasi dengan menggunakan kamera yang hasilnya
berupa foto-foto yang diambil ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Pedoman wawancara ini untuk mengetahui dan menggali informasi secara
lebih masalah yang diteliti. Sudarmin Damin mengatakan bahwa
wawancara merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data.9
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2003), cet.
Ke-8, h. 143-144
9
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h.
130
46
b) Daya pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan pandai dengan siswa yang berkemapuan
rendah. Dalam penelitian ini, daya beda untuk masing-masing butir soal
10
Ahmad Sofyan., dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006), h. 105.
11
Ahmad Sofyan., dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA………………..., h. 105.
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT. Rosdakarya.
2009), Cet. Ke-13, h. 137.
47
4. Analisis N-Gain
Dalam menganalisis data pada aspek kognitif/penguasaan konsep
dengan menggunakan gain Skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan
pretes. Gain ini menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep setelah pembelajaran dilakukan guru.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:13
Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari N-Gain.
N-Gain = skor postes – skor pretes
Skor ideal – skor pretes
13
Yanti, “Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui permainan Bernuansa
Nilai”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan UIN Jakarta, 2008), h.41
48
keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam
satu siklus, peneliti (bersama guru pengamat) menentukan rancangan untuk siklus
kedua. Apakah peneliti akan mengulangi kesuksesan untuk meyakinkan atau
menguatkan hasil, atau akan memperbaiki langkah terhadap hambatan atau
kesulitan selama proses belajar berlangsung. Untuk itu masih perlu penelitian
lebih lanjut.
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Siswa Kelas VIII-4 SMP PGRI 2 Ciputat
Umlah siswa pada kelas VIII-4 di SMP PGRI 2 Ciputat berjumlah 35
orang yang terdiri dari 15 perempuan dan 20 laki-laki. Pada penelitian ini, siswa
kelas VIII-4 berperan sebagai subyek penelitian.
Proses penelitian ini dilakukan selama 4 kali pertemuan atau lebih dari
satu bulan pada bulan April-Mei. Kemudian materi yang diajukan pada penelitian
adalah IPS pada bab permintaan dan penawaran. Dari hasil pengamatan peneliti
dapat diketahui situasi kelas dapat tergolong kelas yang diam atau tidak ramai.
Respon siswa dalam pembelajaran biasa-biasa saja tidak ada yang aktif
mengemukakan pendapat. Dengan karakteristik yang berbeda-beda, ada siswa
yang pendiam, ada siswa yang selalu bikin gaduh, dan ada siswa yang aktif dalam
pembelajaran.
2. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan menguji instrumen tes kepada
siswa diluar sampel penelitian yaitu siswa SMP kelas VIIJ-4.
Hasil uji instrumen tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Hasil Uji Validitas
Rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Jumlah
Keterangan Nomor soal
Soal
Valid 2, 3, 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 22, 24, 25, 26
49
50
26, 27, 29, 31, 35, 36, 37, 39, 41, 43, 45, dan 46
1, 4, 5, 6, 8, 11, 14, 19, 20, 21, 23, 28, 30, 32, 33,
Tidak valid 24
34, 38, 40, 42, 44, 47, 48, 49, dan 50
50
Berdasarkan hasil uji-uji instrumen tersebut maka dari 50 butir soal yang
dibuat ditetapkan 20 butir soal yang digunakan dalam penelitian. Nomor butir soal
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2, 3, 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18,
22, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 35, dan 36.
b) Siklus II
Dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh gambaran terjadinya
peningkatan aktivitas siswa dari yang kurang aktif menjadi cukup aktif. Pada
pertemuan ketiga rata-rata siswa yang aktif 45%, cukup aktif 40% dan kurang
aktif sebesar 15%. Pada pertemuan keempat rata-rata siswa yang aktif 65%, cukup
aktif 22,5% dan kurang aktif sebesar 12,5%. Perhitungan data keaktifan siswa
siklus II dapat dilihat pada lampiran 8.
Tabel 4.5.
Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II
Tingkat Pertemuan Pertemuan kedua
Rata-rata (%)
Keaktifan pertama (%) (%)
Aktif 45 65 55
Cukup Aktif 40 22,5 31,5
Kurang Aktif 15 12,5 13,75
C. Analisis Data
1. Data Aktivitas Siswa
Tabel 4.6. Persentase Keaktifan Siswa
Tingkat
Siklus I (%) Siklus II (%)
Keaktifan
Aktif 33,75 55
Cukup Aktif 46,25 31,5
Kurang Aktif 20 13,75
2. Hasil Tes
Penguasaan konsep siswa dari aspek kognitif dijaring dengan
menggunakan instrumen pilihan ganda yang diberikan sebelum dan sesudah
pembelajaran. Instrumen pretes diberikan masing-masing pada awal siklus
(pertemuan pertama dan ketiga) dan instrumen postes pada akhir siklus
(pertemuan kedua dan keempat). Peningkatan penguasaan konsep siswa dari
siklus I dan siklus II diperoleh dari nilai N-Gain.
55
18 R 50 70 0,40
19 S 40 50 0,17
20 T 30 50 0,29
21 U 0 50 0,50
22 V 30 40 0,14
23 W 30 50 0,29
24 X 40 80 0,67
25 Y 20 30 0,13
26 Z 30 70 0,57
27 AA 30 40 0,14
28 BB 30 50 0,29
29 CC 40 80 0,67
30 DD 20 30 0,13
31 EE 30 70 0,57
32 FF 20 40 0,25
33 GG 0 30 0,30
34 HH 20 50 0.38
35 II 40 40 0.00
Jumlah 990 1890 12.60
Rata-rata 28,28 54.00 0,36
siklus I dan siklus II tampak terjadi peningkatan dari 0,36 menjadi 0,50. Data hasil
pretes dan postes dari siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8. Nilai Tes Siswa Siklus II
No Nama Pre-test Pos-test N-gain
1 A 20 60 0,50
2 B 20 60 0,50
3 C 40 60 0,33
4 D 10 70 0,67
5 E 60 90 0,75
6 F 0 30 0,30
7 G 30 70 0,57
8 H 30 40 0,14
9 I 10 50 0,44
10 J 0 50 0,50
11 K 50 90 0,80
12 L 50 90 0,80
13 M 50 70 0,40
14 N 70 80 0,33
15 O 70 80 0,33
16 P 50 70 0,40
17 Q 40 60 0,33
18 R 50 60 0,20
19 S 90 100 1,00
20 T 20 40 0,25
21 U 40 40 0,00
22 V 40 80 0,67
23 W 30 40 0,14
24 X 70 80 0,33
25 Y 0 60 0,60
26 Z 70 100 1,00
58
27 AA 40 80 0,67
28 BB 30 40 0,14
29 CC 70 80 0,33
30 DD 0 60 0,60
31 EE 70 100 1,00
32 FF 70 100 1,00
33 GG 30 50 0,29
34 HH 50 70 0,40
35 II 10 70 0,67
Jumlah 1380 2370 17.40
Rata-rata 39.43 67,71 0,50
mereka dan mempermudah siswa untuk mempelajari materi dengan baik dan
benar, sehingga mereka juga bisa mendapatkan hasil yang baik juga. Menurut
siswa pembelajaran IPS efektif dengan menggunakan metode Role Playing,
karena siswa bisa memahami materi pelajaran dengan mudah dan cepat, selain itu
siswa juga bisa mendengarkan pendapat-pendapat dari teman mereka sehingga
siswa bisa menambah ilmu pengetahuan.
Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan, bahwa seorang guru harus
dapat membuat sebuah pelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan, agar
materi yang disampaikan mudah diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu,
siswa akan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
F. Keterbatasan Peneliti
Setelah didapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka peneliti
menguraikan beberapa keterbatasan di dalam pelaksanaanya, diantaranya adalah:
1. Keterbatasan peneliti tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
guru yang bersangkutan dalam jangka waktu yang panjang.
2. Pengelolaan waktu karena kegiatan pembelajaran membutuhkan tahapan-
tahapan yang biasanya menghabiskan waktu yang lama.
3. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP PGRI 2 Ciputat maka hasil
penelitian ini belum tentu sama jika dilakukan di sekolah lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode Role Playing merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan
dalam pembelajaaran IPS. Berdasarkan hasil-hasil penelitan yang didapatkan,
yaitu peningkatan nilai N-Gain yaitu 0,46 atau 46%, maka dapat disimpulkan
bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ketertarikan
siswa dalam belajar IPS, meningkatkan efektivitas belajar siswa serta
meningkatkan pemahaman materi, dan membuat siswa bersemangat dalam
belajar.
B. Saran
1. Bagi Siswa
Dengan diterapkan metode Role Playing, diharapkan dari hasil penelitian ini
siswa lebih termotivasi dalam proses pemeblajaran serta dapat meningkatkan hasil
belajar yang maksimal.
2. Bagi Guru
62
63
3. Bagi Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV
Pustaka Setia 2005.
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Jakarta:
Bumi Aksara, 1991.
76
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Presyasi
Pustaka, 2007.
Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
edisi kedua, 1998.
Yanti, “Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui permainan
Bernuansa Nilai”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:
Perpustakaan UIN Jakarta, 2008.
80
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
SIKLUS I
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a,b,c atau d pada jawaban
yang benar !
2. Alasan pokok golongan tua menolak usulan para pemuda untuk segera
mengumumkan kemerdekaan adalah….
7. Sejak mulai terbentuknya, PPKI baru dapat melaksanakan sidang pada masa
…
9. Latar belakang penculikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta oleh para
pemuda adalah…
a. Agar Ir Soekarno dan Drs. Moh Hatta tidak terpengaruh oleh jepang
10. Jasa Ibu Fatmawati dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilihat
perannya dalam …
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
SIKLUS II
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a,b,c atau d pada jawaban
yang benar !
5. Naskah teks prolamasi yang otentik adalah dalam bentuk naskah ....
a. Tulisan yang ditandatangani Soekarno-Hatta
b. Ketikan yang ditandatangani Soekarno
c. Tulisan tangan Soekarno
d. Ketikan yang ditandatangani Soekarno-Hatta
6. Badan yang pertama kali mengangkat Presiden dan Wakil Presiden adalah ....
a. BPUPKI c. KNIP
b. MPR d. PPKI
7. Salah seorang tokoh pemuda yang berperan dalam peristiwa upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah ....
a. Suhud
b. Suwandi Suryaningrat
c. Sutarjo Kartohdikusumo
d. Supriyadi
8. Perbedaan nyata isi Pancasila yang tercantum pada alenia keempat pembukaan
UUD 1945 dengan Piagam Jakarta, khususnya terletak pada sila ke - ...
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
9. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk tanggal ....
a. 1 Maret 1945 c. 28 April 1945
b. 10 Juli 1945 d. 7 Agustus 1945
10. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada 17 Agustus 1945
adalah saat yang tepat, mengingat indonesia dalam keadaan vacuum of power,
artinya ....
a. kekosongan kekuasaan
b. kekurangan tentara
c. kekalahan Jepang
d. kekuasaan yang memuncak
80
Lampiran 3
Kunci Jawaban
Siklus I Siklus II
1. A 1. B
2. A 2. A
3. A 3. A
4. B 4. D
5. A 5. A
6. B 6. D
7. A 7. A
8. D 8. A
9. B 9. D
10. B 10. A
80
Lampiran 4
27 AA 30 40 0,14
28 BB 30 50 0,29
29 CC 40 80 0,67
30 DD 20 30 0,13
31 EE 30 70 0,57
32 FF 20 40 0,25
33 GG 0 30 0,30
34 HH 20 50 0.38
35 II 40 40 0.00
Jumlah 990 1890 12.60
Rata-rata 28,28 54.00 0,36
80
Lampiran 5
26 Z 70 100 1,00
27 AA 40 80 0,67
28 BB 30 40 0,14
29 CC 70 80 0,33
30 DD 0 60 0,60
31 EE 70 100 1,00
32 FF 70 100 1,00
33 GG 30 50 0,29
34 HH 50 70 0,40
35 II 10 70 0,67
Jumlah 1380 2370 17.40
Rata-rata 39.43 67,71 0,50
80
Lampiran 6
Lembar Observasi
buku catatan
7. Membuat laporan hasil Turut andil dalam
belajar dengan metode membuat laporan
Role Playing hasil belajar dengan
metode Role Playing
Jumlah
Persentase
Lampiran 7
Lampiran 8
Daya
No Validitas Tingkat Kesukaran
Pembeda
Soal
Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks
1 0,273 Tidak valid 95,00 Sangat mudah 18,18
2 0,416 Valid 72,50 Mudah 54,55
3 0,407 Valid 22,50 Sukar 36,36
4 0,088 Tidak valid 50.00 Sedang -9,o9
5 0,238 Tidak valid 17,50 Sukar 0,00
6 0,164 Tidak valid 27,50 Sukar 0,00
7 0,334 Valid 82,50 Mudah 27,27
8 0,236 Tidak valid 47,50 Sedang 9,09
9 0,468 Valid 72,50 Mudah 54,55
10 0,422 Valid 45,00 Sedang 54,55
11 0,088 Tidak valid 50,00 Sedang -9,09
12 0,480 Valid 77,50 Mudah 63,64
13 0,468 Valid 10,00 Sangat sukar 18,18
14 -0,105 Tidak valid 27,50 Sukar 0,00
15 0,413 Valid 52,50 Sedang 54,55
16 0,334 Valid 37,50 Sedang 18,18
17 0,532 Valid 47,50 Sedang 72,73
18 0,366 Valid 77,50 Mudah 18,18
19 -0,102 Tidak valid 30,00 Sukar -18,18
20 0,211 Tidak valid 90,00 Sangat mudah 18,18
21 -,041 Tidak valid 77,50 Mudah -18,18
22 0,334 Valid 75,00 Mudah 36,36
23 0,148 Tidak valid 32,50 Sedang -9,09
80
Lampiran 9
Lampiran 10
80
Lampiran 11
Lampiran 12