Anda di halaman 1dari 105

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA


PELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas Di SMP PGRI 2 Ciputat)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
TELO SUPRIYANTO
NIM 108015000052

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ABSTRAK

TELO SUPRIYANTO, NIM 108015000052, Penerapan Metode Role Playing


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (SMP
PGRI 2 Ciputat) Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat, yang bertujuan untuk


meningkatkan hasil belajar siswa pada saat pembelajaran IPS. Metode yang
diterapkan adalah metode Role Playing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VIII-4 yang terdiri dari 35 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan alur Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua Siklus.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
tes hasil belajar siswa berupa pretes dan postes, dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan metode Role Playing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa SMP PGRI 2 Ciputat kelas VIII-4. Setelah dilakukan metode
Role Playing pada Siklus I diperoleh nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,35 dan pada
Siklus II diperoleh nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,46.

Saran dalam penelitian ini adalah bagi sekolah untuk mendorong guru
dalam proses belajar mengajar pembelajaran IPS di sekolah dengan menggunakan
metode Role Playing, bagi guru sebagai alternatif untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan metode Role Playing, dan bagi
siswa sebagai upaya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS dengan
metode Role Playing.
Kata kunci: metode Role Playing, hasil belajar siswa.

i
ABSTRACT

TELO SUPRIYANTO, NIM 108015000052, Role Playing Application


Method To Improve Student Results In Subject IPS (SMP PGRI 2 Ciputat)
Department of Social Education, Faculty of Science Tarbiyah And Teaching,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study was conducted in SMP PGRI 2 Ciputat, which aims to


improve student learning outcomes during the learning IPS. The method applied is
the method of Role Playing. The subjects were students of class VIII-4 which
consists of 35 students. This research was conducted with grooves Class Action
Research (PTK), which consists of two cycles.
The instrument used in this study was the observation sheets, test student
learning outcomes in the form of pretest and posttest, and interview.
The results showed Role Playing method can improve student learning outcomes
SMP PGRI 2 Ciputat VIII-4. After the method of Role Playing in Cycle I obtained
an average value of N-Gain 0.35 and the Cycle II obtained an average value of
0.46 N-Gain.
Suggestions in this study is for schools to encourage teachers in teaching
and learning in school learning social studies using Role Playing, for teachers as
an alternative to knowing improving student learning outcomes in social studies
learning methods Role Playing, and for students as an effort to increase learning
outcomes in learning the methods Role Playing IPS.
Keywords: Role Playing methods, student learning outcomes.

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufiq dan Hidayah-
Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu
pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan arahan pada penulisan skripsi ini.
4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Sunaryo dan Sumirah yang telah memberikan
banyak dukungan moril dan materil serta do’a restu dalam masa perkuliahan.
5. Kak Muhammad Mukhyidin, S.Pd.I, kak Luki Yunita, M.Pd, kak Niniken, kak
Abdul Basir, adek Mei Herdi dan juga keponakanku Riska dan Ikhsan yang
tercinta semoga Allah selalu memberikan kemudahan kepada kita semua.
Canda dan tawa yang selalu mengiringi perjalanan kita, semoga menjadikan
motivasi yang lebih dalam menapaki makna kehidupan ini hendaknya. Amien.
6. Ibu Dyah Lestari Rahayu, S.Sos, Guru SMP PGRI 2 Ciputat selaku guru mata
pelajaran IPS Terpadu.
7. Seluruh sahabat-sahabatku yang tersayang, di SMP PGRI 2 Ciputat dan SMP
Bahrul Maghfiroh terimakasih kalian selalu memberikan semangat kepada
saya. Canda dan tawa kalian yang selalu menemani hari-hari saya. Semoga
kalian selalu menjadi sahabat terbaik saya.
8. Siswa-siswi kelas VIII-4 SMP PGRI 2 Ciputat terimakasih selalu memberikan
semangat kepada saya.

iii
Selanjutnya ada pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak
retak, begitu juga dengan skripsi ini tentulah masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan hasil skripsi penulis senantiasa terbuka untuk saran
dan kritik yang membangun dari siapa saja. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terimakasih.
Jakarta, Juni 2015

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK................................................................................................... i
ABSTRAC ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORIRITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN


PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis ..................................................................... 8
1. Hakikat Metode .............................................................. 8
2. Metode Role Playing (Bermain Peran) .............................. 10
3. Hakikat Hasil Belajar ......................................................... 15
B. Hakikat Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) ...................................... 35
C. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 39
D. Kerangka Berpikir .................................................................... 40

v
E. Hipotesis Tindakan ................................................................. 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 42
B. Metodologi dan Desain Penelitian............................................ 42
C. Subjek Yang Terlibat ............................................................... 45
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................ 45
E. Tahap Intervensi Tindakan....................................................... 45
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ........................... 47
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47
H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 47
I. Teknik Analisis Data ............................................................... 48
J. Pengembangan Perencanaan Tindakan .................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambara Umum SMP PGRI 2 Ciputat ...................................... 52


B. Deskripsi Data ........................................................................ 58
C. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................. 62
D. Analisis Data ........................................................................... 63
E. Interpretasi Hasil Analisis ....................................................... 69
F. Pembahasan Temuan Penelitian ............................................. 70
G. Keterbatasan Peneliti .............................................................. 70

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74


LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Kesukaran .................................................................. 49


Tabel 3.2. Kriteria Daya Pembeda ........................................................................ 50
Tabel 4.1. Jumlah Siswa ..........................................................................................53
Tabel 4.2. Jumlah Pendaftar ....................................................................................53
Tabel 4.3. Jumlah Siswa Tinggal Kelas ..................................................................54
Tabel 4.4. Jumlah Siswa Drop Out (DO) ................................................................54
Tabel 4.5. Jumlah Peserta Ujian (UN) ....................................................................55
Tabel 4.6. Rata-rata Ujian Nasional (UN) ..............................................................55
Tabel 4.7. Guru .......................................................................................................56
Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ........................................................... 59
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Uji Taraf Kesukaran ............................................... 59
Tabel 4.10. Rekapitulasi Hasil Uji Daya Pembeda ................................................ 60
Tabel 4.11. Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus I .......................................... 61
Tabel 4.12. Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus II ......................................... 61
Tabel 4.13. Persentase Keaktifan Siswa ................................................................ 63
Tabel 4.14. Nilai Tes Siswa Siklus I ..................................................................... 64
Tabel 4.15. Nilai Tes Siswa Siklus II ................................................................... 66
Tabel 4.16. Hasil Wawancara Siswa .................................................................... 68

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen penelitian siklus I


Lampiran 2. Instrumen penelitian siklus II
Lampiran 3. Kunci jawaban soal
Lampiran 4. Data pretes dan postes siklus I
Lampiran 5. Data pretes dan postes siklus II
Lampiran 6. Lembar observasi aktivitas siswa
Lampiran 7. Perhitungan data keaktifan siswa
Lampiran 8. Rekapitulasi analisis butir soal
Lampiran 9. Kisi-kisi instrumen penelitian
Lampiran 10. Kunci jawaban kisi-kisi instrumen
Lampiran 11. Hasil wawancara
Lampiran 12. Aktivitas Siswa Saat Diskusi
Lampiran 13. Uji Referensi

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Disamping untuk memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik,
pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) baik fisik, mental maupun spiritual.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
di hampir semua aspek kehidupan manusia di mana berbagai permasalahan hanya
dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia, di satu sisi
perubahan tersebut yang telah membawa manusia ke dalam era persaingan global
yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka
sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa
ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Dalam memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang
semakin ketat di segala bidang kehidupan, maka salah satu tujuan pendidikan
nasional dirancang agar dapat mewujudkan manusia Indonesia yang handal,
mandiri, dan mampu bersaing di arena global. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi merupakan syarat mutlak agar dapat keluar sebagai pemenang dalam
persaingan tersebut. Penguasaan IPTEK dapat dicapai melalui pendidikan yang
bermutu.

1
2

Ngalim Purwanto menyatakan bahwa “Pendidikan ialah pimpinan yang


diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat”.1
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pendidikan adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pada prinsipnya
pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar
mengajar. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi
kegiatan belajar siswa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain tujuan,
materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, evaluasi, guru, dan
siswa. Guna mencapai tujuan pembelajaran biasanya guru memilih salah satu atau
beberapa metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Pemilihan metode pembelajaran ini merupakan strategi awal untuk menentukan
dan merancang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian
pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi terhadap hasil
belajar siswa.
Dalam penentuan metode pembelajaran guru harus memahami hakekat
materi pelajaran yang diajarkan. Guru juga harus mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat
merangsang kemampuan siswa untuk belajar. Tugas guru yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat
membangkitkan rasa ingin tahu semua peserta didik sehingga tumbuh minat untuk
belajar.
Berkaitan dengan kemampuan cara-cara mengajar, wajib bagi seorang
guru mengetahui seluruh metode yang terdapat dalam pelaksanaan pengajaran.

1
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-16, h. 10
3

Sehingga dimungkinkan dapat mengurangi masalah-masalah yang berkenaan


dengan jalannya pengajaran, dapat memecahkan berbagai macam kesulitan dalam
menyampaikan materi yang sangat banyak dengan siswa yang begitu beragam
karakter.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menentukan dan memilih
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa secara aktif dan
mandiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap metode pembelajaran memiliki
implikasi strategi untuk pengembangan potensi siswa. Tetapi pada umumnya para
guru masih memiliki kelemahan dalam menentukan metode yang terbaik untuk
dipilih dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya di kelas. Oleh
karena itu, metode pembelajaran yang digunakan guru harus benar-benar
memperhatikan karakteristik siswa sehingga dengan metode tersebut guru mampu
memancing emosi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Metode belajar role playing merupakan salah satu metode yang dapat
menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk
kerjasama yang baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa yang lain.
Dalam hal ini tentu saja, metode belajar role playing memudahkan siswa atau
peserta didik menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan cara
mendiskusikannya dengan siswa yang lain. Sebab metode belajar role playing,
dengan sendirinya akan melahirkan keaktifan dan kerjasama kelompok yang besar
manfaatnya untuk membentuk suasana kebersamaan dalam pembelajaran,
khususnya di dalam kelas.
Menurut Roestiyah: “Metode belajar role playing adalah salah satu metode
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, di dalam diskusi
ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga
semuanya aktif tidak pasif sebagai pendengar saja”.2
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode belajar role
playing merupakan suatu metode yang dapat melahirkan interaksi yang aktif
antara guru dengan siswa atau siswa dengan yang lain dan saling bertukar

2
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 1991), Cet. Ke-4 h. 5
4

pendapat sehingga mampu membentuk suatu gagasan/ide-ide yang cemerlang dan


dapat dijadikan landasan untuk memecahkan suatu masalah.
Dengan demikian, metode belajar role playing merupakan metode yang
memiliki kedudukan yang cukup signifikan untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif dan aplikatif dalam kelas agar tercipta suasana kelas yang penuh
dengan kebersamaan, keaktifan, dan menyenangkan. Maka pelaksanaan metode
pembelajaran inilah yang akan diteliti di SMP PGRI 2 Ciputat, terutama dalam
pembelajaran IPS.
SMP PGRI 2 Ciputat ini telah banyak menerapkan berbagai metode
pembelajaran seperti metode ceramah, metode role playing, metode demonstrasi,
metode bermain peran dan metode tanya jawab. Dari berbagai metode yang telah
dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat, metode belajar role playing merupakan
metode yang telah dilaksanakan oleh guru-guru SMP PGRI 2 Ciputat khususnya
guru IPS. Namun demikian, dalam pelaksanaannya banyak para guru yang belum
mampu melaksanakan metode belajar role playing yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yaitu dalam penguasaan bahan dan metode pengajaran dan kurang
aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan metode belajar role
playing itulah yang masih menjadi kendala dalam menciptakan pembelajaran
yang efektif. Hal inilah yang masih menyebabkan pembelajaran belum mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Uraian diatas merupakan gambaran betapa pentingnya menciptakan belajar
siswa yang aktif dan menyenangkan. Sehingga penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Penerapan Metode Role Playing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP PGRI 2 Ciputat)”.

B. Identifikasi Masalah
Dari masalah yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diidentifikasi
masalahnya, yaitu :
1. Siswa menganggap pembelajaran IPS sangat membosankan
5

2. Rendahnya hasil belajar IPS siswa.


3. Kurangnya minat baca siswa terhadap suatu mata pelajaran.
4. Kemampuan siswa dalam memahami bacaan masih sangat rendah.
5. Ketidaksesuaian metode yang digunakan guru dalam pembelajaran IPS
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan secara baik maka masalah dibatasi
pada pengunaan Metode Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS (SMP PGRI 2 Ciputat).

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
“Apakah Melalui Penerapan Metode Role Playing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS (SMP PGRI 2 Ciputat)?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah Penerapan Metode Role Playing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
SMP PGRI 2 Ciputat pada mata pelajaran IPS melalui Metode Role Playing.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta
didik, guru, dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penetian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
6

a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan


ilmu yang diperoleh selama kuliah, sehingga penelitian ini merupakan
wahana untuk mengembangkan ilmu yang dimiliki oleh penulis.
b. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang
pendidikan, sehingga dapat mengembangkan penggunaan metode
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
c. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang penggunaan metode Role
Playing sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi peserta didik, menarik perhatian siswa supaya lebih giat
membaca pelajaran IPS yang disajikan.
b. Bagi guru, menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan
khususnya guru IPS dalam penggunaan metode Role Playing agar
mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai
dengan maksimal.
c. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap administrasi pendidikan, sehingga sarana bagi
kepala sekolah untuk mengambil keputusan dalam pembinaan guru
untuk mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dalam
proses pembelajaran.
d. Bagi orang tua diharapkan dapat menfasilitasi kebutuhan belajar siswa
dalam memenuhi kebutuahn belajar.
e. Bagi Pembaca, dapat dijadikan masukan dan informasi lebih lanjut
dalam melakukan penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Metode
a. Pengertian Metode
Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam rangkaian sistem
pembelajaran. Maka dari tiu diperlukan kecerdasan dan kemahiran guru dalam
memilih metode pembelajaran. Pemilihan metode yang kurang tepat menjadikan
pembelajaran kurang efektif.
Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal tesebut disebabkan perkembangan
teknologi dalam bidang pendidikan yang menuntut efesiensi dalam pembelajaran.
Menurut Sri Aniatah W, dkk menyatakan bahwa metode adalah suatu cara
yang digunakan guru dalam pembelajaran siswa agar terjadi interaksi dan proses
belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki
karakter yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajar siswa tetapi
dengan yang lainnya sangat menunjang.1
Sedang pengertian metode menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya
menyatakan bahwa “Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian ini
ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di kelas baik secara individual maupun secara
kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh siswa dengan baik. Makin banyak metode mengajar, makin efektif pula
pencapaian.”2

1
Sri Anitah W.dkk, Strategi pembelajaran di SD (Jakarta Universitas Terbuka 2009)
Cet ke 7
2
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV
Pustaka Setia 2005 Cet.II hal. 52)

7
8

Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan


informasi guru kepada siswa/peserta didik. Metode pembelajaran di kelas akan
efektif apabila dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi dan
faktor guru itu sendiri. Seorang guru yang profesional dalam meningkatan hasil
belajar IPS siswa di sekolah hendaknya menguasai, mengetahui, dan memahami
semua jenis metode pembelajaran. Dengan demikina penegtahuan berbagai
metode, seorang guru akan lebih mudah memilih salah satu metode yang tepat
sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran.
Agar penggunaan metode pembelajaran tapat sasaran dan menghasilkan
tujuan, maka seorang guru dalam mengolah kegiatan belajar-mengajar di kelas
hendaknya mampu mengembangkan pola interaksi antara berbagai pihak yang
terlibat di dalamnya. Guru harus memotivasi siswa untuk terbuka, kreatif,
responsif, dan evaluatif. Dalam konteks tersebut metode pembelajaran Role
Playing (bermain peran) dapat dijadikan salah satu alternatif selain metode-
metode pembelajaran yang telah ada.

2. Metode Role Playing (Bermain Peran)


a. Pengertian Metode Role Playing
Masitoh dan Laksmi Dewi menyatakan bahwa role playing (Bermain
peran) merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi sekelompok siswa dalam
melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan guru. Simulasi ini menitik
beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa
silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang peristiwa tersebut
bermakna bagi kehidupan sekarang.3
Selanjutnya Oemar Hamalik berpendapat bahwa metode bermain peran
atau teknik sosiodrama adalah suatu jenis simulasi yang umumnya digunakan
untuk pendidikan sosial dan hubungan digunakan untuk pendidikan sosial dan
hubungan antarinsani. Teknik ini bertalian dengan studi kasus, tetapi studi kasus
tersebut melibatkan indivdu manusia dan tingkah laku mereka atau interaksi

3
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama 2009) Cet. Pertama, hal. 119
9

antara individu tersebut dalam bentuk dramatisasi. Para siswa berpartisipasi


sebagai pemain peran dalam bentuk dramatisasi. Para siswa berpartisipasi sebagai
pemain peran tertentu atau sebagai pengamat (observer) tergantung pada tujuan
dari penerapan teknik tersebut.”4
Menurut Hamzah B. Uno (2007) bermain peran sebagai suatu metode
pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menentukan makna
diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.
Artinya melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran
menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan dirinya juga
perilaku orang lain.5
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa penggunaan metode ini dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Abu Ahmadi dan
Joko Tri Prasetya (2005: 65) menyatakan bahwa tujuan penggunaan metode Role
Playing ini dalam proses mengajar antara lain:
1) Apabila kita ingin menerapkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, kita beranggapan lebih baik dramatisasikan
daripada diceritakan karena akan lebih jelas.
2) Apabila kita ingin melatih anak-anak agar mereka dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis.
3) Apabila kita ingin melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan
memberi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.6

Ada empat asumsi yang mendasari metode pembelajaran ini yang


kedudukannya sejajar dengan metode-metode yang lainnya. Keempat asumsi
tersebut ialah:
Pertama, secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar
berasal pengalaman dan menekankan dimensi “disini dan kini (here and
now) sebagai isi pengajaran;

4
Oemar Hamalik, Perencanaan Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta Bumi
Aksara 2009) Cet. Ke. 8 hal. 199
5
Hamzah B. Uno., Model pembelajaran ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011)Cet. 7 hal. 26
6
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2005) Cet. 2 , hal 65
10

Kedua, bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa


untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka
kenali tanpa bercermin kepada orang lain;
Ketiga, metode ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat
diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui
proses kelompok;
Keempat, metode ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis
yang tersembunyi (cover) berupa sikap-sikap, nilai-nilai perasaan-
perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran
melalui kombinasi secara spontan dan analisisnya.
Keberhasilan pembelajaran melalui metode role playing (bermain peran)
tergantung pada kualitas permainan peran (anacement) yang ikut dengan analisis
terhadapnya. Disamping itu, tergantung pada persepsi siswa tentang peran yang
dimainkannya terhadap situasi yang nyata (real life situation).
Agar tujuan peningkatan hasil belajar siswa terwujud dengan melalui
metode ini maka kita harus mengacu pada prosedur yang telah ditentukan
sebagaimana pernyataan Hmzah B. Uno (2011: 26) bahwa prosedur bermain
peran terdiri dari sembilan langkah yaitu: (1) pemanasan (warming up), (2)
memilih partisipan, (3) menyiapkan pengaamat (observer), (4) menata
panggung/kelas, (5) memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan
peran ulang, (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan
kesimpulan.7
Dari uraian di atas, peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode
role playing (bermain peran) akan tercapai dengan baik apabila dalam
penggunaannya selalu mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditentukan.

b. Kelebihan Metode Simulasi / Bermain Peran (Role Playing)


Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelebihan metode
simulasi / bermain peran (role playing) diantaranya:
1) Siswa dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan.

7
Hamzah B. Uno., Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara 2011) Cet. 7 hal.26
11

2) Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.


3) Sisawa dapat memahami permasalahan sosial.
4) Membina hubungan personal yang positif.
5) Membina hubungan yang komunikatif.
6) Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru.8

Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelebihan metode simulasi / bermain


peran (role playing) diantaranya:
1) Memperjelas sistuasi yang dimaksud.
2) Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu.
3) Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam suatu situasi sosial
dari berbagai sudut.

Beberapa kelebihan metode simulasi / bermain peran (role playing)


menurut Sri Anita W, dkk. diantaranya:
1) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikatif dalam
kelompoknya.
2) Aktivitas cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung
dalam pembelajaran.
3) Dapat mebiasakan siswa dalam memahami permasalahan sosial, hal ini
dapat dikatakan sebagai implementasi pembelajaran kontekstual.
4) Melalui kegiatan kelompok dan simulasi dapat membina hubungan
personal yang positif.
5) Dapat membangkitkan imajinasi.
6) Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.

Dari beberapa kelebihan metode bermain peran dapat disimpulkan metode


bermain peran mempunyai kelebihan yaitu siswa mampu berinteraksi sosial
dengan lingkungan, terlibat langsung dalam pembelajaran, selain itu juga
berimajinatif dan juga membina hubungan komunikatif.

8
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama 2009) Cet. Pertama hal. 120
12

c. Kelemahan metode simulasi / bermain peran (role playing)


Menurut masitoh dan laksmi dewi ada beberapa kelemahan metode
simulasi / bermain peran (role playing) diantaranya:
1) Relatif memerlukan waktu yang banyak.
2) Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi, bermain peran tidak akan
efektif.
3) Sangat tergantung pada aktivitas siswa.
4) Pemanfaatan bantuan belajar sulit.
5) Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi
bermain peran kurang berhasil.

Menurut abu ahmadi, dkk beberapa kelemahan metode simulasi / bermain


peran (role playing) diantaranya:
1) Situasi sosial yang didramatisasikan hanyalah tiruan.
2) Situasi ini dalam kelas berbeda dengan situasi yang sebenarnya.

Beberapa kelemahan metode simulasi / bermain peran (role playing)


menurut Sri anita W, dkk. diantaranya:
1) Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak.
2) Sangat tergantung pada aktivitas siswa.
3) Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
4) Banyak siswa yang kurang menyenangi metode simulasi / bermain peran
sehingga menjadi tidak efektif.

Dari beberapa kelemahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode


bermain peran relatif membutuhkan waktu yang banyak, bergantung pada
aktivitas siswa, jika siswa tidak memahami maka bernan peran tidak efektif.

d. Langkah-langkah dan persiapan bermain peran


Agar proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bermain
peran tidak mengalami kaku, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita
pahami terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
13

1) Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik,


2) Memilih tema,
3) Menyusun skenario pembelajaran,
4) Pemeranan,
5) Tahapan diskusi dan evaluasi,
6) Melakukan pemeranan ulang, melakukan diskusi dan evaluasi,
7) Membagi pengalaman dan menarik generalisasi.

e. Prasyarat untuk mengoptimalkan pembelajaran bermain peran


Untuk menunjang efektivitas penggunaan metode bermain peran perlu
persiapan kemampuan guru maupun kondisi siswa yang optimal. Kemampuan
guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode bermain peran
diantaranya: a). Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan tehnik, prosedur
dan peran yang akan dilakukan dalam bermain peran, b). Mampu memberikan
ilustrasi, c). Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam bermain peran, d).
Mampu mengamati secara proses yang dilakukan oleh siswa.

Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam


penerapan metode bermain peran adalah a). Kondisi minat, perhatian dan motivasi
siswa dalam bermain peran, b). Pemahaman terhadap pesan yang akan dimainkan,
c). Kemampuan dasar komunikasi dan berperan.

3. Hakikat Hasil Belajar


a. Pengertian Belajar
Proses belajar tidak pernah berhenti dalam kehidupan manusia, bahkan
sudah dimulai sejak manusia lahir. Belajar tidak hanya dalam bentuk yang formal,
berinteraksi dengan lingkungan pun termasuk belajar karena dengan berinteraksi
akan menghasilkan pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi
hingga masuk liang lahat.
Menurut Muhibbin Syah Belajar adalah key term (istilah kunci) yang
paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat
tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya
14

kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karena demikian pentingnya arti


belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimenn psikologi pendidikan
pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam
mengenai proses perubahan manusia itu.9
Ada beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli pendidikan dan
teori belajar itu sendiri.
Menurut Daras “Belajar (learning), seringkali didefinisikan sebagai
perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang
diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman”.10 Belajar selalu berkaitan
dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah mengarah pada
hal yang lebih baik atau sebaliknya, direncanakan atau tidak. Perubahan ini bisa
berupa pengetahuan, sikap atau keterampilan. Unsur lain yang terkait dengan
belajar adalah pengalaman, yang merupakan hasil dari interaksi individu dengan
lingkungannya.11

Menurut Slameto secara psikologis,


“Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dalam seluruh
aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.12

Sedangkan Menurut Moh. Uzer Usman, “belajar diartikan sebagai proses


perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dan individu dengan lingkungannya”.13 Menurut Witheringteon “belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang manifestasikan sebagai pola-pola

9
Muhibbin Syah, PsikologiPendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-8, h. 94
10
Daras, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam (Jakarta:2005), h. 60.
11
Daras, Psikologi Pendidikan Dalam……......... h. 60.
12
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta:
Bumi Aksara, 1991), Cet. 1 h. 78
13
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
edisi kedua, 1998), h.5
15

respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan


dan kecakapan”.14
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik”.15
Menurut Chalidjah Hasan “belajar ialah suatu aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan”.16
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska “belajar adalah proses perubahan
dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu”.17
Selain itu belajar juga merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan-latihan
dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh
pertumbuhan dan kematangan tidak di anggap sebagai hasil belajar seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi.
Menurut Oemar Hamalik pengertian “belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah cara atau usaha pencapaiannya”. Pengertian ini menitik
beratkan pada interaksi antar individu dengan lingkungan. Di dalam
interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan
lingkungan.18 Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi
harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku
yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang. Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena
pengalaman.

Selanjutnya Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar


menjadi dua macam rumusan. Rumusan pertama yaitu belajar adalah perolehan

14
Nana, Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), h.155
15
Syaiful Bahri Djamarah, Pisikologi Belajar, edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
13.
16
Chalidjah Hasan, Pisikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), Cet 1, h. 84.
17
Zikri Neni Iska, Pisikologi:Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2008), Cet II, h. 82.
18
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.28
16

perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman, sedangkan rumusan kedua adalah proses memperoleh respons-
respons sebagai akibat adanya latihan khusus.19
Pada setiap aktivitas kehidupannya, manusia pasti memiliki tujuan yang
ingin di capai dari aktivitas tersebut, maka Sudirman A, menyusun tujuan belajar
adalah:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan yang di tandai kematangan berfikir
2) Pemahaman konsep dan keterampilan
3) Pembentukan sikap.20
Belajar itu sendiri pada dasarnya suatu perubahan yang dialami seseorang
dari tidak tahu dari segi pengetahuan sikap pada perilaku yang didapat lewat
proses interaksi seseorang dengan lingkungannya baik melalui pengalaman
maupun latihan.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Oleh karenanya,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.
Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.21
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi
yang dikuasai siswa.22

19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda karya), h. 90
20
Sudirman A, Interaksi Dalam Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), h. 28
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan………………h. 89
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan………………h. 91
17

Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses


memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada
tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-
masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.23
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
atau rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan maupun membantu proses adaptasi seseorang
dengan lingkungannya. Belajar dapat pula berupa penambahan pengetahuan
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman yang ia dapat lakukan melalui
pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Belajar merupakan salah satu
bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar
membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku
yang positif dalam arti wawasan pengetahuan tidak bertambah dan tidak memiliki
kecakapan baru, maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Menurut Agus Suprijono belajar memiliki perang yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, “yaitu manusia terlahir sebagai makhluk hidup lemah
yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi
melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai
berbagai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.”24
Menurut Oemar Hamalik “belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. (Learning is defined as the modification or
strengthering of brhavior through experiencing).” Menurut pengertian ini, belajar
adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni
mengalami. Selain itu Oemar Hamalik juga menyatakan bahwa “ belajar adalah
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan………………h. 92
24
Agus Suprijono, Cooperatve Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Jakarta: Pt. UIN
Jakarta Press, 2005), cetakan.1. h.88
18

memperoleh pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan


secara otomatis, dan seterusnya.”25
Beberapa pakar penddikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:26
1) Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melaui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
2) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3) Cronbach
Learning is shown by achange in behavior as a result of experience.
(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
4) Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something
themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti
arah tertentu).
5) Geoch
Learning is change in performance as a result of practisce. (Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
6) Morgan
Learning is any in relatively permanent change in behavior that is a
result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang
bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

25
Oemar Hamalik, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara , 2009), Ed. 1. Cet.
9. h. 36
26
Agus Suprijono, Cooperatve Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Jakarta: Pt. UIN
Jakarta Press, 2009), h. 2
19

b. Ciri-ciri Belajar
William Burton menyimpulkan bahwa, uraiannya tentang prinsip-prinsip
belajar sebagai berikut:
a) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui
(under going).
b) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
murid.
c) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid
sendiri yang mendorong motivasi yang kontinyu.
d) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-
pengalaman dan hasil-hasil yang didinginkan disesuaikan dengan
kematangan murid.
e) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
f) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.27

c. Prinsip-prinsip Belajar
Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, dimulai
sejak dalam ayunan (buaian) sampai dengan menjelang liang lahat (meninggal).
Banyak teori yang membahas masalah belajar. Tiap teori bertolak dari asumsi atau
anggapan dasar tertentu tentang belajar. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
apabila kita temukan konsep atau pandangan serta praktek yang berbeda dari
belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang sama atau
relatif sama di antara konsep-konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang
sebagai prinsip belajar.
Menurut Nana Syaodih beberapa prinsip umum belajar:
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi
berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar, dan dengan
belajar ini perkembangan individu lebih pesat.
2) Belajar berlangsung seumur hidup.

27
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h.31
20

kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian,


sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Perbuatan belajar dilakukan
individu baik secara sadar ataupun tidak, disengaja ataupun tidak,
direncanakan ataupun tidak.
3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor
lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. Dengan
berbekalan potensi yang tinggi, dan dukungan faktor lingkungan yang
menguntungkan, usaha belajar dari individu yang efisien yang
dilakukan pada tahap kematangan yang tepat akan memberikan hasil
belajar yang maksimal. Kondisi yang sebaliknya akan memberikan
hasil yang minim pula.
4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga
aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni,
keterampilan dll.
5) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di
rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa
terjadi setiap saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaran
atau jam kuliah. Kecuali pada saat tidur, pada saat lainnya dapat
berlangsung proses belajar. Pada saat ini juga ada pemikiran, orang
belajar sambil tidur, yaitu dengan menggunakan kaset yang dipasang
pada waktu orang hendak pergi tidur.
6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapai
juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. Belajar berlangsung dalam
situasi formal maupun situasi informal.
7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau
pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi, yang dilakukan secara
sadar dan berencana membutuhkan motivasi yang tinggi pula.
21

Perbuatan belajar demikian membutuhkan waktu yang panjang dengan


usaha yang sungguh-sungguh.
8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan
yang sangat kompleks. Perbuatan belajar yang sederhana adalah
mengenal tanda (signal learning dari Gagne), mengenal nama, meniru
perbuatan dll, sedang perbuatan yang kompleks adalah pemecahan
masalah, pelaksanaan sesuatu rencana dll.
9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Proses kegiatan
belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau
perhentian. Kelambatan atau perhentian ini dapat terjadi karena belum
adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari
lingkungan, ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya
motivasi adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.
10) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau
bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri.
Hal-hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru, hal-hal lain
perlu petunjuk dari instruktur dan untuk memecahkan masalah tertentu
diperlukan bimbingan dari pembimbing.28

d. Jenis-jenis belajar
Ada bermacam-macam kegiatan yang terdapat dalam proses belajar.
Kegiatan ini memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik
dalam aspek materi dan metodenya maupun aspek tujuan dan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Menurut muhibbin Syah belajar bisa dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu:
1) Belajar abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir
abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan

28
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-5, h. 165-166
22

pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari


hal-hal yang abstrak dipelukan peranan akal yang kuat di samping
penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam
jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi,
dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2) Belajar keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-
gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot/neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini
latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk dalam
belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis,
memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi
pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji.
3) Belajar sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain
yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu
pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang
lain untuk memnuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional.
Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran sosial antara lain
pelajaran agama dan PPKn.
4) Belajar pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,
logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah
23

secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam
menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta
insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana
belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya
yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan
menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara
pemecahan masalah.
5) Belajar rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan
berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya
ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya
dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa
diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan
pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
6) Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar
siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan
baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan
ruang dan waktu (kontekstual).
7) Belajar apresiasi
Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan (Judgment) arti penting
atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam
hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek
tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya.
24

8) Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan (knowledge) ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini
juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi
dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat
khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-
alat laboratorium dan penelitian lapangan.29

e. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang
benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan
tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara
efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan
untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan.30

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut Kartini Kartono kegiatan proses belajar mengajar dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dapat dijabarkan
lebih lanjut sebagai berikut :
1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), diantaranya
meliputi:

29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan………………. h. 122-124
30
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 ), h. 58
25

(a) Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat
umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung
berbagai komponen.
(b) Bakat
Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
(c) Minat dan perhatian
Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat.
Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu,
biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran
yang diminatinya. Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian
secara kontinyu baik secara sadar maupun secara tidak sadar pada
objek tertentu biasanya akan membangkitkan minat pada objek
tersebut.
(d) Kesehatan jasmani
Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar seseorang apabila
memiliki badan atau kondisi fisik yang sehat maka ia akan
mempunyai semangat dalam belajar. Namun sebaliknya seseorang
yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit untuk bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
(e) Cara belajar
Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar
yang efisien. Diantaranya yaitu berkonsentrasi baik sebelum
belajar ataupun pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
mempelajari kembali materi pelajaran yang telah diterima,
membaca dengan teliti dan betul materinya, mencoba
26

menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah


diajarkan”.31
2) Faktor (eksternal) yang berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan,
lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun
tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam
yaitu:

(a) Faktor-faktor stimulasi belajar


Panjangnya bahan pelajaran kesulitan bahan pelajaran, berartinya
bahan pengajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan
eksternal.
(b) Faktor-faktor metode belajar
Mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam belajar, pengenalan
tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-
kondisi intensif.
(c) Faktor-faktor individual
Mencakup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin,
pengalamannya sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan
jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.32
Dari berbagai penjabaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri anak didik tersebut
sedangkan faktor eksternal faktor yang disebabkan oleh stimuli eksternal terhadap
anak didik sehingga anak didik tersebut terpengaruh atau terkondisikan oleh
faktor eksternal tersebut.

31
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV.
Rajawali,2000), h. 3.
32
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h. 130 . 138.
27

g. Pengertian Hasil Belajar


Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggungjawab guru
dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Menurut Nana Sudjana “Proses
adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,
sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.33
Menurut Kingsley seperti dikutip Sudjana “ada tiga macam hasil belajar
yakni keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; dan sikap dan
cita-cita.” Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.34
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.35 Hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima belajar.36 Belajar dikatakan
berhasil bila terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik, penambahan
pengetahuan, dan juga lebih terampil dari sebelumnya.
Soedijarto menyatakan bahwa, hasil belajar adalah “Tingkat penguasaan
yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Adapun Briggs menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan “Seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh
melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan
diukur dengan menggunakan tes hasil belajar”.37
Menurut Nana Sudjana menyatakan bahwa “ hasil belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan

33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya,
2009), cet-Ke-13. h. 22.
34
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…………………… h. 22.
35
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…………………… h.3
36
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses …………………., h. 22
37
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses …………………...h. 2
28

mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan,


kebiasaan, sikap dan cita-cita”.38
Menurut A. Tabrani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam proses
belajar mengajar berpendapat : “Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh
seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah
ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat”.39 Menurut Kunandar,
“hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan
pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar”.40 Hasil belajar
dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan
dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai
dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa
berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Sedangkan menurut Yuni Tri Hewindati dan Adi Suryanto hasil belajar
merupakan “suatu proses dimana suatu organisme mengalami perubahan perilaku
karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di dalam diri anak
telah terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai
interaksi dengan lingkungan”.41
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris “hasil belajar adalah suatu
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu
tertentu.”42 Sedangkan pengertian hasil belajar menurut Oemar Hamalik bahwa
“hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.”43

38
Nana Sudjana, Penilaian Proses......................................h.22
39
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya, 2000), h. 65
40
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
h.229.
41
Adi Suryanto, dkk., Pemahaman Murid Sekolah Dasar terhadap Konsep
IPA Berbasis Biologi:Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi, (Jurnal Pendidikan, Vol.5, No.1,
Jakarta:Lembaga Penelitian Universitas Terbuka, Maret 2004), h.63.
42
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2008), cet. 1, h. 14.
43
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2, h.
31.
29

Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya merupakan “akibat dari
suatu proses belajar”.44 Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil
belajar adalah: “Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan
memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi
tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai
informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran
yang dibahas dan dikaji bersama”45.
Menurut Ngalim purwanto “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.46 Hasil belajar dalam diri
seseorang terlihat melalui kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, belajar
membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk kecakapan, kebebasan,
sikap, pengertian dan minat.
Suatu proses belajar yang akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari
apa yang dapat di lakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat di buktikan
dengan perbuatan.
Menurut Kunandar hasil belajar adalah “kemampuan siswa dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi
dasar.”47 Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang
perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan
belajar yang dilakukan sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang
dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka
intinya adalah "perubahan".48 Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas

44
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.Sinar
Baru,1999), h.22
45
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.
92.
46
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2007),
cet.1 h.102
47
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Persiapan menghadapi sertifikasi guru, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2007).h.229
48
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2003), h. 3-4.
30

belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh


pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.
Hasil belajar menempatkan seseorang dari tingkat kemampuan yang satu
ke tingkat kemampuan yang lain. Mengenai perubahan tingkat kemampuan
menurut Bloom meliputi tiga ranah, yaitu:
1) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai),
application (menerapkan).
2) Affective: receiving (sikap menerima), responding (memberi respon),
valuing (menilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi).
3) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level”.49
Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau
menyelesaikan pengalaman belajarnya.50 Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa
lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Hasil belajar akan menumbuhkan pengetahuan dan pengertian dalam diri
seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dalam
bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya. Orang yang telah berhasil dalam
belajar akan menjadi orang yang mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, serta dapat menentukan arah hidupnya.

49
Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 23-24.
50
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. 2,
h. 32
31

Jadi menurut Oemar Hamalik “hasil belajar yaitu hasil yang telah dicapai
secara optimal selama berlangsungnya belajar”.51 Pengambilan keputusan tentang
hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seseorang guru agar dapat
mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar.
Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain:

1) Kemampuan anak didik yang rendah.


2) Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.
3) Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan
waktu yang diberikan.
4) Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.
Menurut Sardiman “hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang
diadakan. Evaluasi adalah penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk
mendapatkan informasi tentang siswa, baik penguasaan konsep, sikap,
kemampuan maupun ketrampilan”.52
Suatu proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa
yang akan dilakukan oleh siswa sebelumnya. Hasil belajar dapat terjadi pada
individu yang belajar. Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan
sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh
menjadi milik pribadi yang tidak akan terhapus begitu saja lain keadaan bila orang
melupakan sesuatu, orang itu mendapat kesan bahwa hal yang dipelajarinya telah
menghilang. Jadi seolah-olah hasil belajar tidak berbekas. Namun kesan itu tidak
seluruhnya benar, karena ada dalam ingatannya sisa-sisa dari apa yang
dipelajarinya dahulu.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Adapun tujuan inti dalam
proses belajar mengajar adalah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan peserta
didik. Oleh karena itu,evaluasi sangat penting.

51
Oemar Hamalik, Proses Belajar…............ h. 31
52
Sardiman A.N., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 24.
32

Oleh karena itu, prestasi erat kaitannya dengan belajar. Pada dasarnya
belajar merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan. Proses
tersebut dilakukan baik secara formal maupun informal. Secara formal, berarti
seseorang melalui tahapan belajar pada suatu lembaga tertentu yang secara resmi
dikelola oleh manusia tertentu dan mengikuti suatu model pembelajaran tertentu
pula.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa biasanya seorang guru mengadakan
suatu tes yang disebut evaluasi. Menurut Purwanto, tes hasil belajar adalah tes
yang digunakan untuk menilai nilai-nilai pelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada murid-muridnya untuk dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu
tertentu.53 Hasil belajar adalah apa yang dapat ditampilkan oleh setiap individu
dan berupa penampilan yang sebenarnya diukur dengan pemberian tes pada saat
itu.
Tes hasil belajar yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap
tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar
dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang
dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang
berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau
soal-soal) yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh
testee, sehingga (berdasarkan atas data-data yang diproleh dari kegiatan
pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau hasil
belajar testee, nilai yang mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang
berhasil dicapai oleh testee lainnya.54
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil belajar dapat dilihat pada bagan
dibawah ini:

53
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 33
54
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2001), h. 73-74
33

Bagan 2.1 : Hasil Belajar Siswa

Pengetahuan
Belajar Tes Hasil

Belajar
Perilaku

Nilai

Dari bagan di atas mencerminkan, bahwa hasil belajar diakibatkan oleh


adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena
adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari
pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan terhadap
apa yang dipelajarinya.

B. Hakikat Ilmu Pendidikan Sosial (IPS)


a. Pengertian IPS
Pengertian IPS secara umum menurut beberapa ahli dalam tulisan Nursid
Sumatmadja seperti yang dikutip oleh Syarifuddin Nurdin, adalah:
1) Menurut Norman Mackenzi, IPS adalah semua disiplin ilmu yang
merupakan perjanjian manusia dalam konteks soaial.
2) Menuurt Nu’man Sumantri, IPS adalah menekankan pada timbulnya
nialai-nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama, IPS
juga menekankan pada isi dan dan metode berfikir ilmuan sosial.
3) Menurut Achmad Sanusi, IPS terdiri dari disiplin-disiplin ilmu
pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada
tingkatan perguruan tinggi, makin anjut makin ilmiah.
4) Menurut Calhoum mendefinisikan ilmu penegtahuan sosial sebagai
studi tentang tingkah laku kelompok untuk manusia. Van Daenlen IPS
adalah ilmu sosial ,yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
34

Dan tingkah laku manusia itu meliputi berbagai aspek, seperti aspek
ekonomi, sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial.55
Kemudian Abu Ahmad dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar menjelaskan
bahwa pembelajaran IPS merupakan “Materi dari berbagai disiplin ilmu sosial
seperti geografi, sejarah, sosiologi, antropologi sosial, ekonomi, ilmu politik,
ilmu hukum, ilmu-ilmu sosial lainnya, dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah”.56
Menurut Sapriya penddikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi
dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan padagogis/psikologis untuk
tujuan pendidikan”.57
Ilmu Pengetahuan Soaial adalah salah satu pelajaran yang diajarkan
disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atas.
Dimana sasaran utamanya adalah pengembangan teoritis, seperti yang menjadi
penekanan pada sosial science. Dari keterngan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji
kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian ekonomi, sejarah,
geografi, sosiologi dan mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

b. Ruang Lingkup IPS


Menurut Sapriya “IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi
berdiri dari beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosilogi,
antroplogi dan tata negara”.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS tepadu meliputi beberapa aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Manusia, tempat dan lingkungan
2) Waktu, berkelanjutan dan perubahan
3) Sistem sosial dan budaya

55
Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam KBK, (Tangerang: Quantum Teaching,2005), hal. 19-24
56
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Asadi mahasatya, 2003) h. 2-3
57
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bnadung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 1, h. 11
35

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan58


Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan
segala tingkah laku dab kebutuhannya, IPS berkenaan dengan cara manusia
menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan
kebudayaan-kebudayaan jiwanya, mengatur kesejahteraan, permintaan dan
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah
manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

c. Karakteristik Pembelajaran IPS


Trianto dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktik dijelaskan “bahwa mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki
beberapa karakter antara lain sebagai berikut”:
1) Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bukan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosioloi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdispliner dan multi disipliner.
4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengplahan lingkungan, struktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar
survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan.

58
Sapriya, Pendidi kan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bnadung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 1, h. 208
36

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga


dimensi dalam kajian dan memahami fenomena sosial serta kehidupan
manusia secara keseluruhan.59
Berdasarkan karakteristik yag ada diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ilmu
pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur keilmuan, geografi,
sejarah, ekonomi, dan sosiolgi.

d. Tujuan Pembelajaran IPS


Menurut Entin Solihatin “pada dasarnya tuujuan pembelajaran IPS adalah
untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkann diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi”.60
Sedangkan menurut Syarifuddin Nurdin “Ilmu Penegtahuan Sosial (IPS)
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap, dan nilai peserta
didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya”.61 Tujuan utama IPS
ditingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara
yang menguasai penegtahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap nilai
(attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah probadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil
keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar
menjadi warga negara yang baik.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran IPS
disekolah ialah suatu upaya untuk mentransformasikan pengetahuan serta
pemahaman tentang disiplin ilmu sosial seperti: sejarah, sosiologi, antropologi,
ekonomi, politik dan ilmu sosial lainnya, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai

59
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Presyasi
Pustaka, 2007), cet. 1, h. 126
60
Entin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaeran
IPS. (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008), cet. 3, h. 15
61
Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu
Siswa dalam KBK , (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 25
37

sosial dalam bermasyarakat, bangsa dan bernegara sehinggga peserta didik


diharapkan memiliki karakter sebagai warga negara yang baik.
Sesuai dengan tujuan dari penilain hasil belajar yang dilakukan oleh guru
yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007,
yakni “untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran.”62 Melalui proses pembelajaran, diharapkan
ada peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, yang dapat dilihat
salah satunya adalah melalui penilaian hasil belajar.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun
2007, “penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis
atau lisan, penhamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian
diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standart Penilaian
Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran,”63

Berdasarkan hal tersebut, pencapaian kompetensi peserta didik diukir


melalui proses ulangan harian, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah atau
madrasah, dan ujian nasional.

C. Hasil Penelitian yang Relevan


Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu
yang relevan, dan hasil-hasil penelitian terdahulu relevan adalah sebagai berikut:
1. Ani Nurhanipah, “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role
Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI AL-FALAH Jakarta Timur.”64
Dalam penelitian Ani Nurhanipah ini, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa: metode Role Playing merupakan salah satu mtode yang dapat diterpakan
dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang didapatkan,
yaitu peningkatan nilai N-Gain yaitu sebesar 0,46% atau 46%, maka dapat

62
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007
63
ibid
64
Ani Nurhanipah.Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI AL-FALAH Jakarta
Timur. Tahun 2012/2013.
38

disimpulkan bahwa metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar sisawa,
ketertarikan siswa dalam belajar IPS, meningkatkan efektivitas belajar siswa serta
meningkatkan pemahaman materi, dan membuat siswa bersemangat dalam
belajar.
2. Cahya Khaerina, “Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar
Biologi.”65
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode role playing
terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak pada tumbuhan. Penetian
ini dilaksanakan di SMP Muhammadyah 4 Tangerang pada bulan November
2009. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, sampel
diambil secara purosive sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelomok
eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
instrumen test hasil belajar dan hasilnya diuji melalui statistik tes “t”. Dari hasil
penghitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 6,61 sedangkan t tabel pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan
bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh metode role playing terhadap hasil
belajar biologi siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunujukan bahwa
penggunaan metode role playing membawa pengaruh yang signifikan terhadap
hasil belajar biologi siswa.

D. Kerangka Berpikir
Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat pengalaman dan
pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan segenap aspek pribadi,
kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar
termasuk menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung
jawab guru.
Keberhasilan belajar IPS bagi peserta didik sangat dipengarui oleh
berbagai faktor internal dan eksternal. Hasil belajar pada prakteknya selalu

65
Cahya Khaerina.Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Pengaruh Metode Role
Playing Terhadap Hasil Belajar Biologi.
39

mengutamakan aspek kognitif. Sehingga aspek afektif mengenai pemahaman nilai


kurang diperhatikan, oleh karena itu penelitian ini berusaha mengevaluasi hasil
belajar secara menyelruh. Tidak hanya aspek kognitif saja, melainkan ranah
afektif maupun aspek psikomotorik. Melalui pembelajaran IPS siswa memiliki
pengetahuan, sikap dalam tataran individu maupun kebutuhan untuk terlibat dan
berinteraksi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara yang diberikan oleh peneliti terhadap
permasalahan yang diteliti, dimana kebenarannya masih harus diuji secara
empiris.
Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan
tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.66
Hipotesis penelitian atau biasa diesebut sebagai hipotesis verbal dibentuk
berdasarkan kerangka berpikir yang disusun peneliti.67
Namun perlu dipahami bahwa pertanyaan diterima atau ditolaknya
hipotesis tidak dapat diidentikan dengan keberhasilan atau kegagalan suatu
penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah:
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mengembangkan model pembelajaran
metode Role Playing akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

66
Syarifuddin Nurdin, Metode Research, Jakarta:Bumi Aksara, 2011, cet. Ke-12, h. 38
67
Kadir dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarata, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011,
h. 48
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat pada semester II
(genap) tahun pelajaran 2014/2015 selama bulan Januari sampai dengan April
2015.

B. Metode dan Desain Penelitian


“Penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal dengan Action Research
adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas”.1
Penelitian tindakan kelas berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena
itu, untuk memahami pengertian PTK perlu kita telusuri pengeertian penelitian
tindakan. Menurut Kemmis, penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.2
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan
berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di
kelas. Dengan demikian, prosedur langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini
akan mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan yang telah umum
dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat rangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti
menggunakan dua siklus. Prosedur penelitian ini tersebut terdiri dari empat
tahap kegiatan setiap siklus, yaitu:

1
Suharsimi Arikunto (ed), Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta, BUMI AKSARA, 2008),
Cet 7, h. 2
2
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet.
Ke-2, h. 24

39
40

1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan
pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan dilakukan.
2. Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan
pada tahap perencanaan.
3. Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
4. Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah
diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan. Hal ini kemudian dianalisis dan akan digunakan
untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
41

Keempat tahapan kegiatan tersebut dapat diilustrasikan sebagai


berikut:

Alur Penelitian Tindakan Kelas


(Suharsimi Arikunto, dkk. 2007:74)

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


tindakan I tindakan I

Siklus I
Pengamatan/peng
Refleksi I umpulan data I

Permasalahan
Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil
refleksi tindakan II tindakan II
Siklus II

Pengamatan/peng
Refleksi II umpulan data II
Siklus II

Apabila Dilanjutkan ke
masalah siklus
belum berikutnya
terselesaikan
42

C. Subjek yang Terlibat

Penelitian dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciputat. Penelitian dilakukan


di kelas VIII-1 terdiri dari 40 siswa.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti sendiri. Dalam hal
ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Partisipan yang terlibat
dalam penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas VIII-4 SMP PGRI 2
Ciputat sebagai objek dari penelitian ini.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini peran dan posisi
peneliti dalam penelitian bertindak sebagai guru. Sedangkan guru bidang studi
IPS dalam penelitian ini terlibat sebagai observer. Penelitian tindakan ini
menuntut kehadiran peneliti di lapangan, karena pengumpulan data yang
dilanjutkan dengan kegiatan menganalisis data, serta diakhiri dengan refleksi
data.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Sebelum tindakan direncanakan dan dilakukan maka terlebih dahulu
dilakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui keadaan sekolah dan keadaan
siswa yang akan dijadikan sampel. Tahapan intervensi tindakan yang dilakukan
pada setiap siklus dalam penelitian ini yaitu:
1. Perencanaan
Menurut Sukardi “Rencana merupakan serangkaian tindakan
3
terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.” Adapun kegiatan
yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Observasi ke sekolah SMP Islamiyah.
b) Mengurus surat izin penelitian.
c) Pembuatan instrumen penelitian.

3
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 213
43

d) Bertemu dengan guru IPS untuk menentukan waktu penelitian dan


penentuan sampel kelas.
e) Melakukan uji coba instrument.
f) Mengolah hasil uji coba soal tes dan menentukan soal yang akan
digunakan dalam pengambilan data.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan.4
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan diawali pemberian pretes.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Melaksanakan langkah pembelajaran melalui metode diskusi.
d) Melakukan postes.
3. Pengamatan
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru bidang studi IPS
sebagai pengamat ketika pembelajaran berlangsung. Pengamat disini tidak
bertindak sebagai guru karena seseorang yang memberi tindakan tidak bias
berkonsentrasi untuk melakukan pengamatan dalam waktu yang bersamaan.5
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Melakukan observasi dengan pengisian lembar observasi.
b) Pengambilan gambar situasi pembelajaran dengan menggunakan kamera
foto.
c) Wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan tentang
proses pembelajaran melalui metode diskusi yang telah dilaksanakan.
d) Menganalisis hasil pretest dan posttest disetiap akhir siklus.
4. Refleksi
Menurut Arikunto “ Refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.”6 Tahap ini dilakukan
ketika peneliti yang bertindak sebagai guru sudah selesai melakukan

4
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas.................... h. 18
5
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas……………..h. 19
6
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas.................... h. 19
44

tindakan, kemudian berhadapan dengan guru yang bertindak sebagai observer


untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Kegiatan yang akan
dilakukan pada tahap ini adalah mengadakan perbaikan berdasarkan hasil
evaluasi untuk dijadika dasar pelaksana tindakan selanjutnya (siklus II).

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS Terpadu di SMP PGRI 2 Ciputat. Siswa memperoleh
pengetahuan baru tentang metode diskusi, serta menguasai langkah-langkah
yang ada di dalamnya, sehingga mampu secara mandiri menerapkan
pembelajaran tersebut meskipun tanpa di dampingi guru. Selain itu juga
diharapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat sampai mencapai
kategori aktivitas tinggi.

G. Teknik Pengumpulkan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan mengadakan pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar siswa
dalam peningkatan pemahaman terhadap materi, observasi dan dokumentasi
untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dan
wawancara untuk memperkuat data yang diperlukan.

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrument pengumpulan data yang digunakan berdasarkan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes, yaitu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh anak anak sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang
tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan
nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan standar yang ditetapkan.7

7
Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1986), h. 25
45

Adapun bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes
tertulis yaitu berupa pre test dan pos test.
Menurut Muhibbin Syah bahwa:
Pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian
materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan
siswa mengenai bahan yang akan disajikan.
Pos test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang
dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk
mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.8
2. Pedoman observasi (pengamatan), yaitu alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-
gejala yang diselidiki. Selain itu untuk melengkapi observasi juga
digunakan dokumentasi dengan menggunakan kamera yang hasilnya
berupa foto-foto yang diambil ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Pedoman wawancara ini untuk mengetahui dan menggali informasi secara
lebih masalah yang diteliti. Sudarmin Damin mengatakan bahwa
wawancara merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data.9

I. Teknik Analisis Data


Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen kepada responden, yaitu orang-orang diluar sampel (subjek) yang
telah ditetapkan. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak dipakai
atau tidak, maka selanjutnya hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan
beberapa uji sebagai berikut:
1. Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih,
yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur daam melakukan
fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu

8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2003), cet.
Ke-8, h. 143-144
9
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h.
130
46

tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan


tepat.10 Untuk mengukur keabsahan tes kognitifnya dilakukan dengan
menggunakan program ANATES.
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keajegan, atau konsistensi.
Reliabilitas dapat pula diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya dan konsisten. Reliabilitas alat ukur terkait dengan masalah
kesalahan pengukuran.11 Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan program
ANATES.
3. Perhitungan Analisis Butir Instrumen
a) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif
konvensional paling sederhana dan mudah. Hasil perhitungannya
merupakan proposisi atau perbandingan antara siswa yang menjawab
benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Untuk kriteria tingkat
kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Kesukaran12


Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria
0 – 0.30 Sukar
0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Mudah

b) Daya pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan pandai dengan siswa yang berkemapuan
rendah. Dalam penelitian ini, daya beda untuk masing-masing butir soal

10
Ahmad Sofyan., dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006), h. 105.
11
Ahmad Sofyan., dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA………………..., h. 105.
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT. Rosdakarya.
2009), Cet. Ke-13, h. 137.
47

ditung dengan menggunakan program ANATES. Untuk kriteria daya beda


dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel. 3.2. Kriteria Daya Beda
Indeks Daya Beda Kriteria
0.0 > 0.2 Jelek
0.2 – 0.4 Cukup
0.4 – 0.7 Baik
0.7 – 1.00 Baik sekali
Bertanda negative Jelek sekali

4. Analisis N-Gain
Dalam menganalisis data pada aspek kognitif/penguasaan konsep
dengan menggunakan gain Skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan
pretes. Gain ini menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep setelah pembelajaran dilakukan guru.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:13
Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari N-Gain.
N-Gain = skor postes – skor pretes
Skor ideal – skor pretes

Terdapat kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi, yaitu:


a. g tinggi : nilai (<g>) > 0,70
b. g sedang : nilai 0,70 > (<g>) < 0,30
c. g rendah : nilai (<g>) < 0,30

J. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Selama proses penelitian berlangsung, peneliti dapat melihat bagaimana
perkembangan siswa selama penerapan model pembelajaran modul diterapkan
melalui siklus-siklus yang telah direncanakan. Apabila sudah diketahui letak

13
Yanti, “Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui permainan Bernuansa
Nilai”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan UIN Jakarta, 2008), h.41
48

keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam
satu siklus, peneliti (bersama guru pengamat) menentukan rancangan untuk siklus
kedua. Apakah peneliti akan mengulangi kesuksesan untuk meyakinkan atau
menguatkan hasil, atau akan memperbaiki langkah terhadap hambatan atau
kesulitan selama proses belajar berlangsung. Untuk itu masih perlu penelitian
lebih lanjut.
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Siswa Kelas VIII-4 SMP PGRI 2 Ciputat
Umlah siswa pada kelas VIII-4 di SMP PGRI 2 Ciputat berjumlah 35
orang yang terdiri dari 15 perempuan dan 20 laki-laki. Pada penelitian ini, siswa
kelas VIII-4 berperan sebagai subyek penelitian.
Proses penelitian ini dilakukan selama 4 kali pertemuan atau lebih dari
satu bulan pada bulan April-Mei. Kemudian materi yang diajukan pada penelitian
adalah IPS pada bab permintaan dan penawaran. Dari hasil pengamatan peneliti
dapat diketahui situasi kelas dapat tergolong kelas yang diam atau tidak ramai.
Respon siswa dalam pembelajaran biasa-biasa saja tidak ada yang aktif
mengemukakan pendapat. Dengan karakteristik yang berbeda-beda, ada siswa
yang pendiam, ada siswa yang selalu bikin gaduh, dan ada siswa yang aktif dalam
pembelajaran.

2. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan menguji instrumen tes kepada
siswa diluar sampel penelitian yaitu siswa SMP kelas VIIJ-4.
Hasil uji instrumen tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Hasil Uji Validitas
Rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Jumlah
Keterangan Nomor soal
Soal
Valid 2, 3, 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 22, 24, 25, 26

49
50

26, 27, 29, 31, 35, 36, 37, 39, 41, 43, 45, dan 46
1, 4, 5, 6, 8, 11, 14, 19, 20, 21, 23, 28, 30, 32, 33,
Tidak valid 24
34, 38, 40, 42, 44, 47, 48, 49, dan 50
50

b. Hasil Uji Reliabilitas


Dari 26 butir soal yang valid kemudian diuji tingkat reliabilitasnya. Hasil
perhitungan uji reliabilitas instrumen tes menunjukkan angka 0,43. Itu berarti 26
soal yang dibuat yang valid layak untuk dipergunakan.
c. Hasil Uji Taraf Kesukaran
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Uji Taraf Kesukaran
Jumlah
Keterangan Nomor soal
soal
Sulit 3, 13, 24, 25, 37, 39 6
Sedang 10, 15, 16, 17, 26, 29, 31, 35, 36, 46 10
Mudah 2, 7, 9, 12, 18, 22, 27, 41, 43, 45 10
26

d. Hasil Uji Daya Pembeda


Tabel 4.3.
Rekapitulasi Hasil Uji Daya Pembeda
Jumlah
Keterangan Nomor soal
soal
2, 9, 10, 12, 15, 17, 24, 26, 31, 35, 36, 37,
Baik 13
46
Cukup 3, 22, 27, 29, 39, 43, 45 7
Rendah 7, 13, 16, 18, 25, 41 6
26
51

Berdasarkan hasil uji-uji instrumen tersebut maka dari 50 butir soal yang
dibuat ditetapkan 20 butir soal yang digunakan dalam penelitian. Nomor butir soal
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2, 3, 7, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18,
22, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 35, dan 36.

3. Penerapan Metode Role Playing di SMP Islamiyah


Dari hasil observasi keaktifan siswa, hasil pretes dan postes siswa pada
siklus I dan siklus II didapat data sebagai berikut:
1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas/kegiatan siswa selama
pembelajaran konsep permintaan dan penawaran melalui penerapan metode Role
Playing, diperoleh data untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses
pembelajaran. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa yang telah dibuat yang dapat dilihat pada
lampiran 7. Perhitungan data keaktifan siswa dapat dilihat pada lampiran 8.
a) Siklus I
Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran konsep permintaan dan
penawaran melalui metode Role Playing diperoleh gambaran siswa dalam
pembelajaran selama 2 kali pertemuan pada siklus I. Selama 80 menit aktivitas
siswa muncul bervariasi. Ada yang benar-benar mengikuti proses pembelajaran
dengan aktif, dan ada yang mengikuti dengan kurang aktif seperti mengantuk,
mengobrol ataupun bermain-main. Rata-rata aktivitas seluruh siswa pada
pertemuan pertama menunjukkan angka 30% yang aktif, 45% yang cukup aktif
dan 25% kurang aktif. Dan rata-rata aktivitas seluruh siswa pada pertemuan kedua
menunjukkan peningkatan dengan angka 37% yang aktif, 47,5% yang cukup aktif
dan 15% kurang aktif.
Tabel 4.4.
Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I
Tingkat Pertemuan Pertemuan kedua
Rata-rata (%)
Keaktifan pertama (%) (%)
Aktif 30 37,5 33,75
52

Cukup Aktif 45 47,5 46,25


Kurang Aktif 25 15 20

b) Siklus II
Dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh gambaran terjadinya
peningkatan aktivitas siswa dari yang kurang aktif menjadi cukup aktif. Pada
pertemuan ketiga rata-rata siswa yang aktif 45%, cukup aktif 40% dan kurang
aktif sebesar 15%. Pada pertemuan keempat rata-rata siswa yang aktif 65%, cukup
aktif 22,5% dan kurang aktif sebesar 12,5%. Perhitungan data keaktifan siswa
siklus II dapat dilihat pada lampiran 8.
Tabel 4.5.
Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II
Tingkat Pertemuan Pertemuan kedua
Rata-rata (%)
Keaktifan pertama (%) (%)
Aktif 45 65 55
Cukup Aktif 40 22,5 31,5
Kurang Aktif 15 12,5 13,75

2. Data Hasil Tes


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP PGRI 2 Ciputat,
diperoleh nilai N-Gain siklus I dan siklus II yang diberikan metode Role Playing.
Sebelumnya pada tiap awal dan akhir siklus telah diberikan pretes dan postes.
Instrumen tes yang digunakan sebelumnya telah di uji validitas dan reliabilitasnya
serta butir-butir soal tersebut telah di uji tingkat kesukaran dan daya pembedanya
sehingga instrumen ini telah layak pakai. Instrumen yang dipakai adalah berupa
tes objektif multiple choice (pilihan ganda) sebanyak 10 butir soal pada siklus I
dan 10 soal pada siklus II. Data hasil pretes dan postes dari siklus I dapat dilihat
pada lampiran 5 dan data hasil pretes dan postes dari siklus II dapat dilihat pada
lampiran 6.
53

B. Pemerikasaan Keabsahan Data


Sebelum siswa belajar siswa diberikan tes kemampuan awal (pretes), yaitu
tes yang dilakukan sebelum siswa memperoleh materi pelajaran. Kemudian tes
kemampuan akhir (postes), yaitu untuk mengukur kemampuan siswa setelah
diberikan materi dengan menggunakan metode Role Playing. Masing-masing tes
diperiksa atau dikoreksi untuk mengetahui hasil belajar.
Kemudian dari hasil belajar tersebut dibandingkan apakah telah terjadi
peningkatan hasil belajar atau tidak. Apabila hasil belajar yang diperoleh tidak
sesuai dengan kriteria yang diharapkan maka akan dilanjutkan ke siklus
selanjutnya sebagai perbaikan pembelajaran.
Data hasil penelitian juga diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh
peneliti agar dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas agar berjalan dengan baik.
Selanjutnya diberikan lembar wawancara kepada siswa mengenai penerapan
metode Role Playing dalam pelajaran IPS.

C. Analisis Data
1. Data Aktivitas Siswa
Tabel 4.6. Persentase Keaktifan Siswa
Tingkat
Siklus I (%) Siklus II (%)
Keaktifan
Aktif 33,75 55
Cukup Aktif 46,25 31,5
Kurang Aktif 20 13,75

Dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh gambaran terjadinya


peningkatan aktivitas siswa dari yang kurang aktif menjadi aktif. Peningkatan
keaktifan siswa ini tampak dari perubahan persentase dari siklus I yaitu pada yang
aktif semula 33,75% menjadi 55%, cukup aktif semula 46,25% menjadi 31,5%,
dan yang kurang aktif 20% menjadi 13,75%. Dari catatan observer pada aspek
54

keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, tingkat keaktifan siswa


yang paling besar pada siklus I adalah ketika melakukan kegiatan Role Playing
secara kelompok dan mencatat hasil Role Playing. Sedangkan keaktifan pada
aspek mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep permintaan dan
penawaran serta menentukan harga keseimbangan, membuat hasil Role Playing,
interaksi antar siswa dalam Role Playing, dan antusisas memecahkan masalah
menggunakan referensi masih dalam kategori cukup aktif. Dan pada aspek aktif
menjawab pertanyaan guru dan aktif mengajukan pertanyaan/mengemukakan
pendapat masih dalam kategori kurang aktif. Hal ini dapat disebabkan
mungkinsiswa masih ragu-ragu atau malu untuk menjawab atau mengajukan
pertanyaaan/pendapatnya di depan kelas.
Namun peningkatan keaktifan siswa terjadi di siklus II khususnya dilihat
pada aspek aktif menjawab pertanyaan guru, dan aktif mengajukan
pertanyaan/mengemukakan pendapat menjadi kategori cukup baik, karena guru
sering menunjuk siswa untuk menjawab/mengajukan pertanyaan dan mengajukan
pendapat. Tetapi tidak semua siswa dapat megikuti permintaan guru untuk
melakukannya sehingga masih terdapat persentase pada kategori kurang aktif. Hal
ini juga dapat disebabkan kurangnya minat dari dalam diri siswa itu sendiri dalam
pelajaran IPS seperti juga menurut William James (dalam Uzer Usman) yang
menyebutkan bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan
derajat keaktifan belajar siswa.

2. Hasil Tes
Penguasaan konsep siswa dari aspek kognitif dijaring dengan
menggunakan instrumen pilihan ganda yang diberikan sebelum dan sesudah
pembelajaran. Instrumen pretes diberikan masing-masing pada awal siklus
(pertemuan pertama dan ketiga) dan instrumen postes pada akhir siklus
(pertemuan kedua dan keempat). Peningkatan penguasaan konsep siswa dari
siklus I dan siklus II diperoleh dari nilai N-Gain.
55

a. Deskripsi Data Nilai N-Gain Siklus I


Dari tabel 4.7, diperoleh nilai minimum pada pretes sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 50,00, nilai rata-rata (mean) N-Gain pada siklus I didapat
sebesar 0,36, dengan nilai N-gain minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum
sebesar 0,71. Berdasarkan rata-rata skor pretes dan postes penguasaan konsep
(aspek kognitif) tingkat penguasaan awal siswa adalah 28,28, sedangkan tingkat
penguasaan konsep akhir siswa adalah 54,00. Hal ini menunjukkan besarnya
peningkatan penguasaan konsep siswa secara langsung tampak dari rata-rata nilai
N-Gain sebesar 0,36 yang termasuk kategori sedang.Data hasil pretes dan postes
dari siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut:
Tabel 4.7. Nilai Tes Siswa Siklus I
Pre- Pos-
No Nama N-gain
test test
1 A 40 50 0,17
2 B 40 60 0,33
3 C 30 50 0,29
4 D 40 60 0,33
5 E 40 70 0,50
6 F 30 60 0,43
7 G 20 50 0,38
8 H 30 70 0,57
9 I 10 40 0,33
10 J 30 50 0,29
11 K 0 40 0,40
12 L 30 60 0,43
13 M 40 80 0,67
14 N 20 50 0,38
15 O 20 50 0,38
16 P 40 50 0,17
17 Q 30 80 0,71
56

18 R 50 70 0,40
19 S 40 50 0,17
20 T 30 50 0,29
21 U 0 50 0,50
22 V 30 40 0,14
23 W 30 50 0,29
24 X 40 80 0,67
25 Y 20 30 0,13
26 Z 30 70 0,57
27 AA 30 40 0,14
28 BB 30 50 0,29
29 CC 40 80 0,67
30 DD 20 30 0,13
31 EE 30 70 0,57
32 FF 20 40 0,25
33 GG 0 30 0,30
34 HH 20 50 0.38
35 II 40 40 0.00
Jumlah 990 1890 12.60
Rata-rata 28,28 54.00 0,36

b. Deskripsi Data Nilai N-Gain Siklus II


Dari tabel 4.8, diperoleh nilai minimum pada pretes sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 90, nilai rata-rata (mean) N-Gain pada siklus II didapat
sebesar 0,50, dengan nilai N-Gain minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum
sebesar 1,00. Berdasarkan rata-rata skor pretes dan postes penguasaan konsep,
tingkat penguasaan konsep awal siswa adalah 39.43, sedangkan tingkat
penguasaan konsep akhir siswa adalah 67,71. Hal ini menunjukkan besarnya
peningkatan penguasaan konsep siswa secara langsung tampak dari rata-rata nilai
N-Gain sebesar 0,50 yang termasuk kategori sedang. Dari nilai rata-rata N-Gain
57

siklus I dan siklus II tampak terjadi peningkatan dari 0,36 menjadi 0,50. Data hasil
pretes dan postes dari siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8. Nilai Tes Siswa Siklus II
No Nama Pre-test Pos-test N-gain
1 A 20 60 0,50
2 B 20 60 0,50
3 C 40 60 0,33
4 D 10 70 0,67
5 E 60 90 0,75
6 F 0 30 0,30
7 G 30 70 0,57
8 H 30 40 0,14
9 I 10 50 0,44
10 J 0 50 0,50
11 K 50 90 0,80
12 L 50 90 0,80
13 M 50 70 0,40
14 N 70 80 0,33
15 O 70 80 0,33
16 P 50 70 0,40
17 Q 40 60 0,33
18 R 50 60 0,20
19 S 90 100 1,00
20 T 20 40 0,25
21 U 40 40 0,00
22 V 40 80 0,67
23 W 30 40 0,14
24 X 70 80 0,33
25 Y 0 60 0,60
26 Z 70 100 1,00
58

27 AA 40 80 0,67
28 BB 30 40 0,14
29 CC 70 80 0,33
30 DD 0 60 0,60
31 EE 70 100 1,00
32 FF 70 100 1,00
33 GG 30 50 0,29
34 HH 50 70 0,40
35 II 10 70 0,67
Jumlah 1380 2370 17.40
Rata-rata 39.43 67,71 0,50

3. Data Hasil Wawancara


Penelitian tindakan kelas ini diakhiri dengan melakukan wawancara
dengan siswa setelah melakukan metode Role Playing. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa dalam proses pembelajaran IPS
dengan menggunakan metode Role Playing. Data hasil wawancara dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9.
Hasil Wawancara Siswa
Hasil Wawancara
1. Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran IPS ?
Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode ceramah.
2. Apa yang menyebabkan kamu senang /tidak senang terhadap pelajaran IPS?
Jika materinya mudah saya senang, tapi jika materinya sulit saya tidak
senang.
3. Apakah kamu pernah merasa bosan saat pelajaran IPS?
Ya.
4. Apa alasan kamu merasa bosan/tidak saat pelajaran IPS?
Karena cara mengajarnya yang membuat saya merasa bosan.
59

5. Apakah kamu menyukai pelajaran IPS?


Ya, karena saya sering mendapatkan nilai bagus.
6. Bagaimana menurutmu apakah efektif pembelajaran IPS dengan metode Role
Playing?
Efektif, karena pelajaran IPS dengan metode Role Playing, kita bisa
memahami materi pelajaran dengan mudah dan cepat, selain itu kita juga bisa
mendengarkan pendapat-pendapat dari teman kita sehingga kita bisa
menambah ilmu pengetahuan.
7. Apakah metode Role Playing dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan
prestasimu?
Ya, karena pelajaran IPS menggunakan metode Role Playing mempermudah
kita untuk mempelajari materi dengan baik dan benar, sehingga kita juga bisa
mendapatkan hasil yang baik juga.
8. Bagaimana menurutmu sebelum menggunakan metode Role Playing dan
setelah menggunakan metode Role Playing dengan penguasaan pada materi
pembelajaran?
Sebelum pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing saya merasa
agak kesulitan dalam mengemukakan pendapat namun setelah menggunakan
metode Role Playing saya bisa lebih mengemukakan pendapat saya.

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas VIII-4 untuk


mengetahui bagaimana aktivitas mereka saat belajar IPS. Dari hasil wawancara
tersebut metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode ceramah.
Siswa menyukai pelajaran IPS jika materinya mudah, tapi jika materinya sulit
maka siswa tidak menyukainya. Alasan dari siswa yang kurang menyukai IPS
adalah karena cara mengajarnya yang membuat siswa merasa bosan. Beberapa
siswa yang menyukai pelajaran IPS mengatakan bahwa mereka menyukai
pelajaran IPS karena sering mendapatkan nilai bagus pada pelajaran IPS.
Sebelum pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing siswa
merasa agak kesulitan dalam mengemukakan pendapat namun setelah
menggunakan metode Role Playing siswa bisa lebih mengemukakan pendapat
60

mereka dan mempermudah siswa untuk mempelajari materi dengan baik dan
benar, sehingga mereka juga bisa mendapatkan hasil yang baik juga. Menurut
siswa pembelajaran IPS efektif dengan menggunakan metode Role Playing,
karena siswa bisa memahami materi pelajaran dengan mudah dan cepat, selain itu
siswa juga bisa mendengarkan pendapat-pendapat dari teman mereka sehingga
siswa bisa menambah ilmu pengetahuan.
Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan, bahwa seorang guru harus
dapat membuat sebuah pelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan, agar
materi yang disampaikan mudah diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu,
siswa akan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

D. Interpretasi Hasil Analisis


Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
faktor pendekatan belajar. Dari temuan yang diperoleh dari hasil Role Playing dan
aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II, diketahui terdapat peningkatan hasil
belajar pada siklus I dan siklus II. Peningkatan dapat dilihat dari hasil tes, hasil
Role Playing dan aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II. Dari nilai rata-rata
nilai N-Gain juga didapat peningkatan dari siklus I sebesar 0,35 menjadi 0,46
pada siklus II. Nilai termasuk dalam kategori sedang. Aktivitas siswa juga
mengalami peningkatan pada siklus I hanya sebesar 33,75% siswa yang aktif
menjadi 55% pada siklus II.
Peningkatan hasil belajar ini dapat diperoleh dengan penerapan metode
Role Playing karena pada proses pembelajarannya siswa aktif melakukan kegiatan
Role Playing. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam
penelitian ini diketahui bahwa pendekatan belajar melalui metode Role Playing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep permintaan dan penawaran.
61

E. Pembahasan Temuan Penelitian


Kendala-kendala yang muncul pada siklus I adalah sebagian besar siswa
belum terbiasa dengan metode Role Playing sehingga suasana kelas masih belum
begitu terkendali ketika guru meminta siswa untuk duduk secara berkelompok dan
melakukan Role Playing. Namun pada siklus II hal tersebut sudah dapat
dikurangi. Siswa sudah terlatih dan terpola dalam pembelajaran IPS dengan
metode Role Playing sehingga hasilnya sudah baik, namun sesungguhnya masih
bisa dioptimalkan lagi.
Hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata N-Gain dan nilai
aktivitas siswa. Jadi dengan pemberian tindakan berupa metode Role Playing,
hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena pembelajaran
IPS dengan metode Role Playing memberikan suasana pembelajaran yang
kondusif, maka pembelajaran mudah dimengerti dan diimgat karena konsep-
konsep yang dipelajari saling terkait dan siswa membangun pengetahuannya
sendiri melalui kegiatan bermain peran (Role Playing).
Tanggapan siswa terhadap metode Role Playing tergolong positif. Hampir
seluruh siswa menyatakan responnya sangat setuju dengan penerapan metode Role
Playing ini. Keaktifan dan antusiasme siswa pun cukup tinggi ditandai dengan
semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan/pendapat dan keaktifan
ber-Role Playing.

F. Keterbatasan Peneliti
Setelah didapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka peneliti
menguraikan beberapa keterbatasan di dalam pelaksanaanya, diantaranya adalah:
1. Keterbatasan peneliti tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
guru yang bersangkutan dalam jangka waktu yang panjang.
2. Pengelolaan waktu karena kegiatan pembelajaran membutuhkan tahapan-
tahapan yang biasanya menghabiskan waktu yang lama.
3. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP PGRI 2 Ciputat maka hasil
penelitian ini belum tentu sama jika dilakukan di sekolah lainnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode Role Playing merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan
dalam pembelajaaran IPS. Berdasarkan hasil-hasil penelitan yang didapatkan,
yaitu peningkatan nilai N-Gain yaitu 0,46 atau 46%, maka dapat disimpulkan
bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ketertarikan
siswa dalam belajar IPS, meningkatkan efektivitas belajar siswa serta
meningkatkan pemahaman materi, dan membuat siswa bersemangat dalam
belajar.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran sebagai


berikut:

1. Bagi Siswa

Dengan diterapkan metode Role Playing, diharapkan dari hasil penelitian ini
siswa lebih termotivasi dalam proses pemeblajaran serta dapat meningkatkan hasil
belajar yang maksimal.

2. Bagi Guru

Dapat memberikan informasi kepada guru tentang penerapan model


pembelajaran bermain peran (role playing) pada mata pelajaran IPS dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Serta hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai motivasi bagi guru-guru yang lain untuk melaksanakan model-model
pembelajaran.

62
63

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan


sumbangan pemikiran terutama berkaitan dengan upaya meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
74

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Asadi mahasatya, 2003.

Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV
Pustaka Setia 2005.

Anitah W, Sri.dkk, Strategi pembelajaran di SD, Jakarta Universitas Terbuka


2009.

Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Arikunto, Suharsimi. (ed), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, BUMI AKSARA,


2008.
A, Sudirman. Interaksi Dalam Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Bahri Djamarah, Syaiful. Pisikologi Belajar, edisi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
B. Uno., Hamzah. Model pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011Ahmadi,
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2002
Hamalik, Oemar. Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara , 2009.
Hamalik, Oemar Perencanaan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta Bumi
Aksara 2009.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Hamzah dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2005.
Hasan, Chalidjah. Pisikologi Pendidikan, Surabaya: Al-Ikhlas, 1994.
Jihad, Asep dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi
Pressindo, 2008.
Kadir dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarata, FITK UIN Syarif Hidayatullah,
2011.
Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: CV.
Rajawali,2000.
75

Khaerina, Cahya. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Pengaruh Metode


Role Playing Terhadap Hasil Belajar Biologi.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007.

Neni Iska, Zikri. Pisikologi:Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta:


Kizi Brother’s, 2008.
Nurdin, Syarifuddin. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman
Individu Siswa dalam KBK, Tangerang: Quantum Teaching,2005

Nurdin, Syarifuddin. Metode Research, Jakarta:Bumi Aksara, 2011

Nurkancana , Wayan dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, Surabaya:


Usaha Nasional, 1986.

Nurhanipah, Ani. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Peningkatan Hasil


Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS
Kelas V MI AL-FALAH Jakarta Timur. Tahun 2012/2013.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2007.


Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokrasi, Jakarta: Prenada Media,
2004.
Rusyan, Tabrani. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2000.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996

Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Jakarta:
Bumi Aksara, 1991.
76

Sofyan, Ahmad., dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:


UIN Press, 2006.
Solihatin, Entin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model
Pembelajaeran IPS. Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2001.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Rosdakarya. 2009.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Suprijono, Agus. Cooperatve Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta: Pt.
UIN Jakarta Press, 2009.
Suprijono, Cooperatve Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Jakarta: Pt. UIN
Jakarta Press, 2005.
Syah, Muhibbin. PsikologiPendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003.

Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Presyasi
Pustaka, 2007.
Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
edisi kedua, 1998.
Yanti, “Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Melalui permainan
Bernuansa Nilai”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:
Perpustakaan UIN Jakarta, 2008.
80

Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN
SIKLUS I

Mata Pelajaran : IPS Terpadu


Materi Pokok : Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a,b,c atau d pada jawaban
yang benar !

1. Tokoh-tokoh Nasionalis Indonesia yang dipanggil pada 9 Agustus 1945 ke


Dalat, Saigon (Vietnam) ialah……

a. Ir. Soekarno, Ki Hajar Dewantara dan Radijman Wedyodiningrat

b. Moh Hatta, R.Panji Suroso, Moh.Yamin

c. Radjiman Wedyodiningrat, RP.Suroso dan AA.Maramis

d. Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman Wedyodiningrat

2. Alasan pokok golongan tua menolak usulan para pemuda untuk segera
mengumumkan kemerdekaan adalah….

a. tidak setuju dengan cara para pemuda

b. memenuhi kepesepakatan dengan Marsekal Terauci melelui PPKI

c. mendapatkan tekenan dari pihak sekutu

d. mendapatkan tekanan dari pihak Belanda

3. Tokoh nasionalis yang tidak mengemukakan gagasan mengenai dasar negara


dalam sidang BPUPKI adalah…
80

a. Mohammad Yamin c. Mr. Supomo

b. Ir Soekarno d. K.H. Zaenal Mustafa

4. PPKI didirikan setelah….

a. dijatuhkannya bom di kota Nagasaki

b. dijatuhkannya bom di kota Hiroshima

c. Bung Karno di panggil ke Dalat,Vietnam

d. Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu

5. Melalui PM Jenderal Koiso pada tahun 1944, jepang memberi janji


kemerdekaan kepada bangsa Indonesia kerena…

a. Sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima

b. Kedudukannya dalam perang Pasifik makin terdesak

c. Sekutu menjatuhkan bom atom ke Nagasaki

d. Sekutu telah mendarat ke Indonesia

6. Salah satu tugas PPKI adalah …

a. Menyelidiki kehendak rakyat Indonesia

b. Menyusun naskah UUD

c. Menyusun rencana kemerdekaan Indonesia

d. Memilih Presiden dan wakil Presiden

7. Sejak mulai terbentuknya, PPKI baru dapat melaksanakan sidang pada masa

a. Zaman pendudukan Jepang

b. Zaman kemerdekaan Indonesia


80

c. Masa kekalahan Jepang

d. Kembalinya pemerintahan Beland

8. Golongan muda menghendaki agar proklamasi dilaksanakan ….

a. Secepatnya tanpa sidang PPKI

b. Pada saat sidang PPKI

c. Setelah mengadakan sidang PPKI

d. Pada tanggal 16 Agustus 1945

9. Latar belakang penculikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta oleh para
pemuda adalah…

a. Agar Ir Soekarno dan Drs. Moh Hatta tidak terpengaruh oleh jepang

b. Agar Ir Soekarno dan Moh. Hatta di Rengasdengklok

c. Karena perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda


tentang cara melaksanakan proklamasi

d. Karena golongan muda akan melaksanakan proklamasi tanpa


membutuhkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta

10. Jasa Ibu Fatmawati dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilihat
perannya dalam …

a. menyediakan akomodasi dan konsumsi

b. menyiapkan Bendera Merah Putih

c. menyiapkan tempat upacara

d. memimpin peserta upacara


80

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN
SIKLUS II

Mata Pelajaran : IPS Terpadu


Materi Pokok : Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a,b,c atau d pada jawaban
yang benar !

1. Insiden di Surabaya terjadi karena ....


a. Tentara Jepang berusaha menduduki Hotel Yamato
b. Belanda mengibarkan bendera merah putih biru di Hotel Yamato
c. Bendera merah putih dikibarkan oleh Belanda
d. Adanya kerjasama jepang dan Sekutu menghadapi Indonesia
2. Pemerintah jepang akan merealisasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal
....
a. 17 Agustus 1945 c. 20 Agustus 1945
b. 24 Agustus 1945 d. 31 Agustus 1945
3. Urutan sila pertama sebagai rancangan dasar negara yang disampaikan Ir.
Soekarno adalah…....
a. Ketuhanan YME c. Kesejahteraan
b. Kebangsaan d. Peri Kemanusiaan
4. Tokoh perumus teks proklamasi adalah ....
a. Moh. Hatta, Ir. Soekarno, dan Moh. Yamin
b. Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, dan Supomo
c. Hamengkubuwono IX, Soekarno, dan Hatta
d. Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subarjo
80

5. Naskah teks prolamasi yang otentik adalah dalam bentuk naskah ....
a. Tulisan yang ditandatangani Soekarno-Hatta
b. Ketikan yang ditandatangani Soekarno
c. Tulisan tangan Soekarno
d. Ketikan yang ditandatangani Soekarno-Hatta
6. Badan yang pertama kali mengangkat Presiden dan Wakil Presiden adalah ....
a. BPUPKI c. KNIP
b. MPR d. PPKI
7. Salah seorang tokoh pemuda yang berperan dalam peristiwa upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah ....
a. Suhud
b. Suwandi Suryaningrat
c. Sutarjo Kartohdikusumo
d. Supriyadi
8. Perbedaan nyata isi Pancasila yang tercantum pada alenia keempat pembukaan
UUD 1945 dengan Piagam Jakarta, khususnya terletak pada sila ke - ...
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
9. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk tanggal ....
a. 1 Maret 1945 c. 28 April 1945
b. 10 Juli 1945 d. 7 Agustus 1945
10. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada 17 Agustus 1945
adalah saat yang tepat, mengingat indonesia dalam keadaan vacuum of power,
artinya ....
a. kekosongan kekuasaan
b. kekurangan tentara
c. kekalahan Jepang
d. kekuasaan yang memuncak
80

Lampiran 3

Kunci Jawaban

Siklus I Siklus II

1. A 1. B
2. A 2. A
3. A 3. A
4. B 4. D
5. A 5. A
6. B 6. D
7. A 7. A
8. D 8. A
9. B 9. D
10. B 10. A
80

Lampiran 4

Penghitungan N-Gain Siklus I


No Nama Pre-test Pos-test N-gain
1 A 40 50 0,17
2 B 40 60 0,33
3 C 30 50 0,29
4 D 40 60 0,33
5 E 40 70 0,50
6 F 30 60 0,43
7 G 20 50 0,38
8 H 30 70 0,57
9 I 10 40 0,33
10 J 30 50 0,29
11 K 0 40 0,40
12 L 30 60 0,43
13 M 40 80 0,67
14 N 20 50 0,38
15 O 20 50 0,38
16 P 40 50 0,17
17 Q 30 80 0,71
18 R 50 70 0,40
19 S 40 50 0,17
20 T 30 50 0,29
21 U 0 50 0,50
22 V 30 40 0,14
23 W 30 50 0,29
24 X 40 80 0,67
25 Y 20 30 0,13
26 Z 30 70 0,57
80

27 AA 30 40 0,14
28 BB 30 50 0,29
29 CC 40 80 0,67
30 DD 20 30 0,13
31 EE 30 70 0,57
32 FF 20 40 0,25
33 GG 0 30 0,30
34 HH 20 50 0.38
35 II 40 40 0.00
Jumlah 990 1890 12.60
Rata-rata 28,28 54.00 0,36
80

Lampiran 5

Penghitungan N-Gain Siklus II

No Nama Pre-test Pos-test N-gain


1 A 20 60 0,50
2 B 20 60 0,50
3 C 40 60 0,33
4 D 10 70 0,67
5 E 60 90 0,75
6 F 0 30 0,30
7 G 30 70 0,57
8 H 30 40 0,14
9 I 10 50 0,44
10 J 0 50 0,50
11 K 50 90 0,80
12 L 50 90 0,80
13 M 50 70 0,40
14 N 70 80 0,33
15 O 70 80 0,33
16 P 50 70 0,40
17 Q 40 60 0,33
18 R 50 60 0,20
19 S 90 100 1,00
20 T 20 40 0,25
21 U 40 40 0,00
22 V 40 80 0,67
23 W 30 40 0,14
24 X 70 80 0,33
25 Y 0 60 0,60
80

26 Z 70 100 1,00
27 AA 40 80 0,67
28 BB 30 40 0,14
29 CC 70 80 0,33
30 DD 0 60 0,60
31 EE 70 100 1,00
32 FF 70 100 1,00
33 GG 30 50 0,29
34 HH 50 70 0,40
35 II 10 70 0,67
Jumlah 1380 2370 17.40
Rata-rata 39.43 67,71 0,50
80

Lampiran 6

Lembar Observasi

No Aspek yang diamati Indikator AK CA KA


1. Mendengarkan  Mendengarkan dan
penjelasan guru memperhatikan
mengenai persiapan penjelasan guru
menjelang kemerdekaan mengenai konsep
Indonesia persiapan menjelang
kemerdekaan
Indonesia dengan
tenang
2. Interaksi antar siswa  Keaktifan interaksi
dalam belajar dengan antar siswa dalam
menggunakan metode belajar
Role Playing
3. Antusias memecahkan  Mencari jawaban atau
masalah menggunakan pembahasan dari
referensi permasalahan dari
sumber buku
4. Aktif menjawab  Sering menjawab
pertanyaan guru pertanyaan guru
dengan benar
5. aktif mengajukan  Berani mengajukan
pertanyaan atau pertanyaan atau
mengemukakan pendapat mengemukakan
pendapat
6. Mencatat rangkuman  Mencatat rangkuman
hasil pembelajaran hasil pembelajaran di
80

buku catatan
7. Membuat laporan hasil  Turut andil dalam
belajar dengan metode membuat laporan
Role Playing hasil belajar dengan
metode Role Playing
Jumlah
Persentase

Keterangan: AK = Aktif; CA = Cukup Aktif; KA = Kurang Aktif


80

Lampiran 7

Penghitungan Data Keaktifan Siswa


Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I Pertemuan Pertama
Tingkat Kelompok (%) Rata-rata
Keaktifan 1 2 3 4 5 (%)
Aktif 25 37,5 25 50 12,5 30
Cukup 50 62,5 25 25 62,5 45
Aktif
Kurang 25 0 50 25 25 25
Aktif

Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I Pertemuan Kedua


Tingkat Kelompok (%) Rata-rata
Keaktifan 1 2 3 4 5 (%)
Aktif 37,5 50 25 50 25 37,5
Cukup 50 50 50 25 62,5 47,5
Aktif
Kurang 12,5 0 25 25 12,5 15
Aktif

Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II Pertemuan Pertama


Tingkat Kelompok (%) Rata-rata
Keaktifan 1 2 3 4 5 (%)
Aktif 25 37,5 50 62,5 50 45
Cukup 50 50 25 37,5 37,5 40
Aktif
Kurang 25 12,5 25 0 12,5 15
Aktif
80

Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II Pertemuan Kedua


Tingkat Kelompok (%) Rata-rata
Keaktifan 1 2 3 4 5 (%)
Aktif 50 75 75 62,5 62,5 65
Cukup 50 12,5 50 25 25 22,5
Aktif
Kurang 0 12,5 25 12,5 12,5 12,5
Aktif
80

Lampiran 8

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

Daya
No Validitas Tingkat Kesukaran
Pembeda
Soal
Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks
1 0,273 Tidak valid 95,00 Sangat mudah 18,18
2 0,416 Valid 72,50 Mudah 54,55
3 0,407 Valid 22,50 Sukar 36,36
4 0,088 Tidak valid 50.00 Sedang -9,o9
5 0,238 Tidak valid 17,50 Sukar 0,00
6 0,164 Tidak valid 27,50 Sukar 0,00
7 0,334 Valid 82,50 Mudah 27,27
8 0,236 Tidak valid 47,50 Sedang 9,09
9 0,468 Valid 72,50 Mudah 54,55
10 0,422 Valid 45,00 Sedang 54,55
11 0,088 Tidak valid 50,00 Sedang -9,09
12 0,480 Valid 77,50 Mudah 63,64
13 0,468 Valid 10,00 Sangat sukar 18,18
14 -0,105 Tidak valid 27,50 Sukar 0,00
15 0,413 Valid 52,50 Sedang 54,55
16 0,334 Valid 37,50 Sedang 18,18
17 0,532 Valid 47,50 Sedang 72,73
18 0,366 Valid 77,50 Mudah 18,18
19 -0,102 Tidak valid 30,00 Sukar -18,18
20 0,211 Tidak valid 90,00 Sangat mudah 18,18
21 -,041 Tidak valid 77,50 Mudah -18,18
22 0,334 Valid 75,00 Mudah 36,36
23 0,148 Tidak valid 32,50 Sedang -9,09
80

24 0,413 Valid 27,50 Sukar 54,55


25 0,445 Valid 17,50 Sukar 27,27
26 0,580 Valid 45,00 Sedang 72,73
27 0,310 Valid 82,50 Mudah 36,36
28 -0,115 Tidak valid 17,50 Sukar -9,09
29 0,331 Valid 62,50 Sedang 36,36
30 0,159 Tidak valid 60,00 Sedang 27,27
31 0,522 Valid 40,00 Sedang 63,64
32 0,265 Tidak valid 42,50 Sedang 27,27
33 0,097 Tidak valid 65,00 Sedang 36,36
34 0,267 Tidak valid 55,00 Sedang 36,36
35 0,468 Valid 50,00 Sedang 54,55
36 0,608 Valid 52,50 Sedang 81,82
37 0,539 Valid 20,00 Sukar 45,45
38 -0,366 Tidak valid 25,00 Sukar -54,55
39 0,443 Valid 30,00 Sukar 36,36
40 -0,359 Tidak valid 12,50 Sangat sukar -27,27
41 0,366 Valid 90,00 Sangat sukar 27,27
42 0,140 Tidak valid 82,50 Mudah 18,18
43 0,331 Valid 77,50 Mudah 36,36
44 -0,202 Tidak valid 62,50 Sedang -18,18
45 0,331 valid 85,00 mudah 36,36
,46 0,320 Valid 65,00 Sedang 45,45
-47 0,164 Valid 55,00 Sedang 18,18
48 0,128 Tidak valid 10,00 Sangat sukar 0,00
49 0,052 Tidak valid 70,00 Sedang 0,00
50 0,157 Tidak valid 72,50 mudah 18,18
80

Lampiran 9

Lampiran 10
80

Lampiran 11

Hasil Wawancara Kepada Siswa


1. Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran IPS ?
Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode ceramah.
2. Apa yang menyebabkan kamu senang /tidak senang terhadap pelajaran
IPS?
Jika materinya mudah saya senang, tapi jika materinya sulit saya tidak
senang.
3. Apakah kamu pernah merasa bosan saat pelajaran IPS?
Ya.
4. Apa alasan kamu merasa bosan/tidak saat pelajaran IPS?
Karena cara mengajarnya yang membuat saya merasa bosan.
5. Apakah kamu menyukai pelajaran IPS?
Ya, karena saya sering mendapatkan nilai bagus.
6. Bagaimana menurutmu apakah efektif pembelajaran IPS dengan metode
Role Playing?
Efektif, karena pelajaran IPS dengan metode Role Playing, kita bisa
memahami materi pelajaran dengan mudah, cepat dan menyenangkan.
7. Apakah metode Role Playing dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan prestasimu?
Ya, karena pelajaran IPS menggunakan metode Role Playing
mempermudah kita untuk mempelajari materi dengan baik dan benar,
sehingga kita juga bisa mendapatkan hasil yang baik juga.
8. Bagaimana menurutmu sebelum menggunakan metode Role Playing dan
setelah menggunakan metode Role Playing dengan penguasaan pada
materi pembelajaran?
Sebelum pembelajaran IPS menggunakan metode Role Playing saya
merasa agak kesulitan.
80

Lampiran 12

Aktivitas Siswa Saat Belajar


80
80
80

Anda mungkin juga menyukai