KELOMPOK IV :
Mengesahkan
Oleh
KELOMPOK IV
Menyetujui, Mojokerto,
08 Februari 2020
Dosen Pembimbing
Puji syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikannya laporan praktik komunitas di wilayah
kabupaten Lumajang sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program
Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto .
Terimakasih dan Penghargaan kami sampaikan kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Henry Sudiyanto,S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Majapahit Mojokerto.
2. Ike Prafitasari, S. Kep. Ns., M. Kep. selaku pembimbing akademik selama
kegiatan praktik Keperawatan Komunitas.
3. Seluruh warga wilayah Kecamatan Lumajang yang senantiasa
berpartisipasi selama praktik Keperawatan Komunitas.
4. Serta pihak lain yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan dan bantuan beliau dicatat sebagai amal baik
oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
kegiatan praktik Komunitas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat peniliti harapkan demi
perbaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................... 2
1. Tujuan Umum..................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................. 5
A. Konsep Dasar Komunitas ....................................................... 5
B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas.......................... 5
C. Stratei Intervensi Keperawatan Komunitas ............................ 7
D. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat...... 9
E. Model Konseptual dan Keperawatan Komunitas.................... 11
F. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas dengan Pelayanan
Kesehatan Umum.................................................................... 13
G. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas ........................ 16
BAB 3 PENGKAJIAN KEPEERAWATAN KOMUNITAS .......... 22
A. Pengumpulan Data.................................................................. 22
B. Analisis Data........................................................................... 42
BAB 1
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah
merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama
petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23
tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai
potensi keprawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Program Studi Ners STIKES Majapahit Mojokerto
melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di wialayah Kabupaten
Lumajang dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan
komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan
komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di komunitas dengan
pendekatan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian
komunitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas, mahasiswa
mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas
b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk
komunitas yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan
kesehatan komunitas
d. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor
resiko personal, sosial dan lingkungan
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas
f. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
g. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara
nyata kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
2. Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara
menyelesaikan masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Pendidikan
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Ners STIKES
Majapahit Mojokerto khususnya di bidang keperawatan
komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2005):
a. Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu, keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab.
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indera.
c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu.
4. Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tabel atau
diagram
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5. Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
6. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
7. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
Keadaan yang mengancam kehidupan.
Keadaan yang mengancam kesehatan.
Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
8. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), Etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan. Symptom: tanda
atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
9. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul
diatas adalah (Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit.
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit.
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit.
d. Lakukan kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang
tepat.
e. Lakukan olahraga secara rutin.
f. Lakukan kerjasama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas.
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
10. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan keperawatan
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal ini
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit.
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
gangguan penyakit.
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
11. Penilaian / Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH
KABUPTEN LUMAJANG
A. Pengumpulan Data
Dilaksanakan mulai tanggal 08 – 10 Februari 2021 di wilayah Lumajang
dengan menggunakan cara yang telah ditetapkan yaitu wawancara dan
observasi.
B. Data Demografi
Data demografi masyarakat yang dikaji meliputi: jenis kelamin, jenis
pendidikan, usia, dan jenis pekerjaan.
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
13% 4% 21%
USILA 11 orang
16%
BALITA 10 orang
14%
Pedagang 5 orang
Buruh / Tani 15 orang
Wiraswasta 4 orang
13% PNS 3 orang
IRT 10 orang
49%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
<500 ribu 6KK 500ribu-1juta 3KK >1juta 13KK
Tegel / Keramik
Tegel / Keramik 22 rumah
100%
Berdasarkan diagram 3.6 Seluruhnya jumlah rumah berlantai tegel/kramik
sebanyak 100% atau 22 rumah.
Dibuka 16
73%
18%
Kurang 3 rumah
Cukup 4 rumah
Baik 15 rumah
68%
Tempat BAB
WC 20 KK sungai 2 KK
10%
90%
Sumber Air
PDAM 20KK Sumur gali 2KK
9%
91%
Di masak 20KK
tidak dimasak 2KK
10%
90%
32%
Terbuka 7 rumah
Tertutup 15 rumah
68%
23%
64%
5%
Berwarna 1 rumah
Tidak Berwarna 21 rumah
95%
Pembuangan Sampah
18% 27%
55%
Kepemilikan Kandang
14%
86%
14%
9%
Pemanfaatan Kesehatan
Ya
100%
36%
Tidak, 8 orang
Ya, 14 orang
64%
21%
14% 18%
6%
45%
Berdasarkan diagram 3.22 sebagian besar tindakan yang biasa dilakukan
jika mendapati keluarga sakit yaitu membeli obat bebas 10 orang atau 45% setelah
tidak ada perkembangan warga langsung kepusat pelayanan kesehatan terdekat.
Gambar 3.23 Anggota Keluarga yang Meninggal dalam 1 Tahun Terakhir
di wilayah kabupaten Lumajang 2021
tidak 68 orang
95%
Berdasarkan diagram 3.23 diketahui bahwa sebagian kecil yaitu 5% atau 3 orang.
33%
67%
PUS
Ya 26 orang
37%
Tidak 45 orang
63%
Berdasarkan diagram 3.20 Sebagian kecil diketahui ada pasangan usia subur
(PUS) di wilayah kabupaten Lumajang adalah sebanyak 26 orang atau 37%.
Gambar 3.26 Akseptor KB di di wilayah kabupaten Lumajang 2021
AKSEPTOP KB
Pil 5 orang
19% Tidak KB 5 orang
19%
Tubektomi 2 orang
8%
Suntik 5 orang
19% Kondom 2 orang
8%
IUD 7 orang
27%
IBU HAMIL
Ya 1 orang
8%
tidak 12 orang
92%
BUTEKI
Iya 3 orang
27%
tidak 10 orang
73%
USIA ANAK
Batita 5 orang
33%
Balita 10 orang
67%
47%
Perempuan 10 orang
53% Laki - laki 9 orang
Kegiatan Remaja
kegiatan ke agamaan 4 orang olahraga 15
21%
79%
13%
72%
LANSIA
PENYAKIT LANSIA
Katarak 1 orang
9%
Rematik 3 orang
27%
Hipertensi 7 orang
64%
Berdasarkan diagram 3.34 didapatkan sebagian besar penyakit terbanyak
yang diderita lansia di wilayah kabupaten Lumajang yaitu hipertensi 64 % atau
7 orang.
57%
9%
9%
GANGGUAN JIWA
Ya 3 orang
4%
Tidak 68 orang
96%
Sebelum di temukan diagnosa keperawatan komunitas maka data yang di dapat dari hasil pendataan yang di lakukan mulai tanggal
08 – 10 Februari 2021 tersebut di analisa yang kemudian di lakukan penapisan untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan yang
akan di tindak lanjuti.
B. Analisa Data
Hasil pendataan dari Wilayah kabupaten Lumajang maka data yang ada di analisa sebagai berikut :
MASALAH
Data Subjektif Data Objektif ETILOGI KEPERAWATAN
1. Kesehatan Lingkungan
Warga mengatakan sebagian 1. Terdapat 72,7% jendela rumah Pengetahuan masyarakat Kesiapan peningkatan koping
besar menutup bak dibuka dengan pencahayaan yang tinggi tentang PHBS komunitas kesling
penampungan air dan baik sebanyak 68%.
menguras 2x seminggu 2. Kepemilikan jamban 90%
3. Sumber air menggunakan
PDAM 90%
4. Penyediaan air minum dari
PDAM dan mayoritas besar
dimasak 90%
5. Bak tertutup 68%, 100% bak
dikuras 2x seminggu
6. Kondisi air penampungan tidak
berwarna, tidak berbau, tidak
berasa 95 %
7. Pembuangan sampah yang
paling banyak diambil oleh
petugas yaitu 55% atau 12 KK
8. Terdapat 3 kk yang memiliki
tenak, Kandang ternak berada
diluar rumah semua
2. Remaja
Remaja mengatakan tidak 1. jumlah remaja 19 orang atau Kecukupan sumber daya Koping komunitas remaja
ada kegiatan karang taruna sekitar 26,7% masyarakat efektif
2. 15 orang atau sekitar 78,9%
melakukan olahraga, sedangkan 4
orang atau 15,8% melakukan
kegiatan keagamaan
3. Penggunaan waktu luang
berolahraga sebanyak 10 remaja
9. KIA 1. 26 orang atau sekitar 36,6% Sumberdaya yang adekuat Kesiapan peningkatan koping
Warga mengatakan termasuk PUS komunitas KIA
adanya posyandu KIA 2. PUS yang tidak menjadi
aseptor KB sebanyak 19%,
81% sebagai aseptor KB (IUD
27%, pil 19%, suntik 19%,
kondom 8% tubektemi 8%),
3. 100% tidak ada yang DO KB
4. Terdapat 1 orang (7,7%) yang
sedang hamil
5. Terdapat 10 balita dan 5 batita
yang memiliki KMS, 10 balita
dan 5 batita selalu datang ke
posyandu. 10 balita, 100%
sudah diimunisasikan lengkap
6. Terdapat 5 ibu yang memiliki
anak usia dibawah 2 tahun,
hanya 3 ibu yang meneteki
anaknya
10. Lansia
Warga mengatakan ada 1. Jumlah lansia 11 orang Tidak tersedianya program Defisit kesehatan komunitas
anggota keluarga lansia 2. 7 orang mengalami sakit untuk mengatasi kesehatan lansia
yang mengalami sakit dan hipertensi komunitas
tidak adanya posyandu 3. Upaya pengobatan lansia yang
lansia dilakukan adalah kesarana
kesehatan yaitu 6 orang, ke
dokter 2 orang, ke
prawat/bidan 2 orang, diobati
sendiri 1 orang)
4. Tidak terdapat posyandu lansia
5. Jiwa
Warga takut tertular 1. 3 warga atau sekitar 4,3% Paparan bencana pandemic Koping komunitas jiwa tidak
Covid 19 dari warga yang terpapar Covid 19 Covid 19 efektif
sakit
PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
Di Wilayah Kabupaten Lumajang 2021
Ketersediaan
Sumber
No Masalah Kesehatan A B C D E F G M N
H I J K L
1. Koping komunitas
remaja efektif 5 2 2 4 5 4 4 3 3 3 3 3 41 2
Kesiapan peningkatan
2. koping komunitas
kesling 5 3 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 42 1
3. Defisit kesehatan
komunitas lansia 5 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 39 4
Kesiapan peningkatan
4. koping komunitas KIA
4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 40 3
Keterangan :
A : Sesuai Dengan Peran
Perawat B : Jumlah Yang
Beresiko
C : Besarnya Resiko
D : Kemungkinan Untuk Pendidikan
Kesehatan E : Minat Masyarakat
F : Kemungkinan Untuk Diatasi
G : Sesuai Dengan Program
Pemerintah H : Sumber Daya
Tempat
I : Sumber Daya Waktu
J : Sumber Daya Dana
K : Sumber Daya
Peralatan L :
Sumber Daya Orang
M : Skor Total
N : prioritas
Keterangan
Pembobotan :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi
Kriteria Hasil :
Ketahanan komunitas (L.08075)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Keberlanjutan pelayanan rutin √
komunitas
Ketersediaan pelayanan kesehatan √
Ketersediaan sumber daya untuk √
memenuhi kebutuhan dasar
Berkolaborasi dengan badan √
/pemerintah
Intervensi ;
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien memahami tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien dapat:
a. Menjelaskan definisi perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Menyebutkan 10 perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Menyebutkan manfaat berperilaku hidup bersih dan sehat.
C. MATERI
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan (bidan/dokter) di fasilitas kesehatan. Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan karena:
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan, akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya. (Depkes, 2009)
Bayi diberi ASI Eksklusif adalah bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI
saja, tidak diberi makanan atau minuman tambahan apapun. ASI (Air Susu Ibu) adalah
makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk
kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.ASI merupakan
makanan yang terbaik bagi bayi.
Keunggulan ASI:
a. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik
serta kecerdasan.
b. Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti
Diare, Batuk Pilek, Radang tenggorokan dan gangguan pernafasan.
c. Melindungi bayi dari alergi.
d. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
e. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan
dimana saja.
f. Membantu memperbaiki refleks mengisap, menelan dan pernafasan bayi.
Waktu dan cara pemberian ASI:
a. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui.
b. ASI mulai diberikan segera setelah ibu melahirkan dengan meletakkan bayi di dada ibu.
Biarkan bayi berusaha mencari puting susu ibunya (Inisiasi Menyusu Dini) untuk
merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan. Jangan memberikan
makanan atau minuman pada bayi sebelum diberikan ASI, karena sangat membahayakan
kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui.
c. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu dijadwal.
d. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan.
e. Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan pertambahan umur
bayi.
f. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
Manfaat memberikan ASI:
a. Bagi Ibu :
a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
b) Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
d) Menunda kehamilan berikutnya.
e) Mengurangi risiko terkena Kanker Payudara.
f) Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat bayi membutuhkan.
b. Bagi Bayi :
a) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
b) Bayi tidak sering sakit.
c. Bagi Keluarga :
a) Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya.
b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula, misalnya merebus air
dan pencucian peralatan.
c) Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati bayi yang sering sakit
karena pemberian susu formula.
d) Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu. (Depkes, 2009)
Mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun (lebih baik
sabun cair). Karena air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sedangkan sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan.
Mencuci tangan harus dilakukan pada saat:
a. Setelah buang air besar.
b. Sebelum makan dan menyuapi anak.
c. Sebelum menyusui bayi.
d. Setiap kali tangan kita kotor (setelah : memegang uang, memegang binatang, berkebun,
dll)
e. Setelah menceboki bayi atau anak.
f. Sebelum memegang makanan.
Manfaat mencuci tangan, antara lain:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Disentri, Kolera, Typhus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Flu Burung, Flu H1N1 atau
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan penampilan lebih menarik.
Cara mencuci tangan yang benar:
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun (lebih baik sabun cair).
b. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, selah-selah jari dan punggung tangan.
c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih. (Depkes, 2009)
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Jenis jamban yang dianjurkan, antara lain:
a. Jamban cemplung
Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang.
Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik/leher angsa
Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap
air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.
Penggunaan jamban bertujuan untuk:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau.
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracunan.
Syarat jamban sehat:
a. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
d. Penerangan dan ventilasi cukup.
e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
f. Tersedia air, sabun dan alat pembersih.
Cara memelihara jamban sehat:
a. Lantai jamban hendaknya selau bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
d. Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki. (Depkes, 2009)
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar
dan Carbon Monoksida (CO).
a. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
b. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan Kanker.
c. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa Oksigen, sehingga sel-sel
tubuh akan mati.
Perokok dibagi menjadi 2 yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah
orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1
batang dalam sehari. Atau orang yang mengisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya
sekedar coba-coba dan cara mengisap rokok cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak
diisap masuk ke dalam Paru-paru.
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain
atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.
Bahaya perokok aktif dan perokok pasif:
a. Menyebabkan kerontokan rambut.
b. Gangguan pada mata, seperti katarak.
c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.
d. Menyebabkan penyakit Paru-paru kronis.
e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
f. Menyebabkan Stroke dan Serangan Jantung.
g. Tulang lebih mudah patah.
h. Menyebabkan Kanker Kulit.
i. Menyebabkan Kemandulan dan Impotensi.
j. Menyebabkan Kanker Rahim dan Keguguran.
b. Menunda
Perokok dapat menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan
selama 7 hari
c. Mengurangi
Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah
yang sama sampai 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan (Depkes, 2009).
5. METODE PENYULUHAN
1. Metode penyuluhan langsung (ceramah dan tanya jawab)
2. Pendekatan perorangan
3. Metode kombinasi (melihat dan mendengarkan)
6. EVALUASI
1. Apa definisi dari perilaku hidup bersih dan sehat?
2. Apa saja 10 perilaku hidup bersih dan sehat?
3. Apa saja manfaat berperilaku hidup bersih dan sehat?
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI, 2009. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Intervensi :
Edukasi kesehatan hal 65
Kriteria Hasil :
Status koping keluarga (L.09088)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Kepuasan terhadap perilaku √
bantuan anggota keluarga lain
Keterpaparan informasi √
Kemampuan memenuhi √
kebutuhan anggota keluarga
Komunikasi antara anggota √
keluarga
Ketergantungan pada anggota √
keluarga lain
Toleransi √
Perilaku sehat √
Intervensi :
B.TUJUAN INTRUKSIONAL
3. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien memahami pentingnya
mengikuti KB
4. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien dapat:
-Dapat mengetahui manfaat Keluarga berencana
- Dapat mengetajui tujuan Keluarga berencana
-Dapat mengetahui kapan dilakukannya Keluarga berencana
C. MATERI
A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan (unit)
terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia berkembang
biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud marga, puak, kabilah dan suku yang
seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah
inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin
dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada bangsa tersebut.
KB (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya.
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun
Negara.
KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai
dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian, KB
berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-
nasl), istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi
(pemandulan).
B. Tujuan KB
Adapun tujuan dari pelaksanaan program KB antara lain :
(1) Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
(2) Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
(3) Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi
ALAT-ALAT KONTRASEPSI
Cara kerja:
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah implantasi
3) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
4) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Suntik
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk Indoplan/Implano,
klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, pemasangan dan
pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan akan kembali setelah dicabut, efek samping
utama berupa perdarahan tidak teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat
menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen, tidak
mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan pencabutan setiap saat
sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan .implant, yaitu:
a) Perubahan pola haid
b) Nyeri kepala dan nyeri dada
c) Peningkatan/penurunan BB
d) Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan KB non hormonal
Tubektomi (MOW)
Vasektomi (MOP)
DAFTAR PUSTAKA
Intervensi :
TOPIK : Hipertensi
HARI/TANGGAL : 09 Februari 2021
WAKTU : 1 x 15 menit
TEMPAT :
SASARAN : Masyarakat Wilayah Kabupaten Lumajang
A. ANALISIS SITUASI
1. Audien
2. Penyuluh
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan umum
C. MATERI
1. HIPERTENSI
a. Pengertian Hipertensi
World Health Organzation (WHO) dan The International Society Of Hypertension (ISH)
menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
Berdasarkan faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer.
Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor risiko yang diduga kuat
adalah karena beberapa faktor berikut ini (Riyadi, 2011) :
a) Keluarga dengan riwayat hipertensi
g) Lingkungan
Selain faktor-faktor di atas ada pula faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya (Ardiansyah, 2012) :
a) Genetik
b) Jenis kelamin
Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti; penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut, sindrom nefrotik, pyelonefritis, kimmelt stiel-wilson), hipertensi
vaskuler renal (hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis), hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan (Riyadi, 2011).
2) Stadium II (sedang): Tekanan sistolik antara 160-179 mmHg, tekanan diastolik antara
100-109 mmHg.
3) Stadium III (berat): Tekanan sistolik antara 180-209 mmHg, tekanan diastolik antara 110-
119 mmHg.
4) Stadium IV (sangat berat): Tekanan sistolik lebih atau sama dengan 210 mmHg, tekanan
diastolik lebih atau sama dengan 120 mmHg.
b. Tanda dan Gejala Hipertensi
Biasanya tanpa ada gejala atau tanda-tanda yang spesifik. Pada kasus hipertensi berat,
gejala yang mungkin dialami klien antara lain adalah (Riyadi, 2011) :
1) Sakit kepala
2) Pendarahan hidung
3) Vertigo
4) Mual muntah
5) Perubahan penglihatan
7) Sesak napas
9) Nyeri dada
c. Pencegahan Hipertensi
Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam hal pencegahan hipertensi ini adalah dengan:
1. Mengurangi dalam hal mengkonsumsi garam. Bila kita menginginkan terhindar dari
penyakit hipertensi ini alangkah baiknya kita sedari awal mengkonsumsi garam, karena
konsumsi garam yang berlebihan akan meningkatkan faktor resiko hipertensi itu sendiri.
2. Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali dalam hal
mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi ini. Olahraga akan
meningkatkan kesehatan dan juga daya tahan tubuh. Bila telah menderita penyakit
hipertensi maka olahraga yang disarankan adalah olahraga yang ringan selama 30 menit
dan seminggu paling tidak 3 kali. Olahraga ringan seperti halnya bersepeda dan juga
berjalan kaki.
3. Rajin dalam mengkonsumsi makanan dan juga buah-buahan yang kaya akan serat
seperti halnya melon, tomat dan juga sayuran hijau.
6. Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan hipertensi ini dengan
menghentikan merokok itu sendiri.
d. Pengobatan Hipertensi
1) Farmakologi
b) Langkah Kedua : Alternatif yang bisa diberikan dalam langkah ini yaitu dengan dosis
obat pertama dinaikkan, diganti jenis lain dari obat pilihan pertama dan yang
selanjutnya ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa obat diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c) Langkah Ketiga : Alternatif yang bisa ditempuh yaitu dengan obat ke-2 diganti dan
ditambah obat ke-3 jenis lain.
d) Langkah Keempat : Alternatif pemberian obatnya ditambah obat ke-3 dan ke-4,
mengevaluasi kembali dan konsultasi, follow up yang bertujuan untuk
mempertahankan terapi.
b) Diskusikan dengan pasien bahwa penyakit hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas.
c) Pasien tidak boleh menghentikan obat tanpa di diskusikan lebih dahulu dengan
petugas kesehatan.
d) Bicarakan dengan pasien tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya.
e) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari tanpa merubah dosis dan aturan pakainya.
f) Untuk pasien yang kurang patuh dalam menjalani terapi, usahakan kunjungan dan
kontrolnya lebih sering.
h) Pada pasien tertentu mungkin akan lebih menguntungkan bila pasien atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah. Tentunya harus memiliki alat ukur
sendiri dan cara mengukurnya. Sekarang ini alat digital pengukur tekanan darah
banyak ditemukan dan dijumpai di apotik atau pun toko alat-alat kesehatan.
2) Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara
(Ardiansyah, 2012) :
a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
b) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol
darah tinggi.
c) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gr natrium atau 6 gr natrium
klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang
cukup).
g) Menghindari ketegangan
h) Istirahat cukup
i) Hidup tenang
a) Kontrol teratur
Tujuan Diet :
Membantu menurunkan tekanan darah
Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh
Mencegah komplikasi hipertensi
Syarat Diet :
Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
Jenis dan komposisi yang seimbang
Konsumsi garam dapur <5g/hari (1 sendok teh)
Membatasi konsumsi lemak jenuh
Meningkatkan konsumsi makanan sumber kalium, kalsium, dan magnesium
a) Mentimun
b) Belimbing
c) Daun Seledri
Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari
DAFTAR PUSTAKA
Kriteria Hasil :
Tingkat ansietas (L.09093)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Verbalisasi kebingunan √
Verbalisasi khawatir akibat √
kondisi yang dihadapi
Perilaku tegang √
Konsentrai √
Pola tidur √
Orientasi √
Intervensi :
VI. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir-butir pertanyaan:
a. Sebutkan pengertian penyakit covid 19
b. Sebutkan penyebab dari penyakit covid 19
c. Sebutkan tanda dan gejala penyakit covid 19
d. Sebutkan cara penanggulangan penyebaran penyakit covid 19
e. Jelaskan kapan harus ke dokter untuk penggobatan penyakit covid 19
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN COVID 19
Penyakit covid 19 adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome corona virus atau corona virus (SARS-CoV-2) yang sering
disebut virus corona. Kasus pertamapenyakit ini terjadi di kota wuhan cina pada akhir
desember 2019. Covid 19 menular antar manusia dengan cepat dan menyebar
kepuluhan Negara termasuk Indonesia.
B. PENYEBAB COVID 19
1. Covid 19 disebabkan oleh virus jenis baru dari corona virus (kelompok virus yang
menginfeksi system pernafasan) dari pernafasan ringan sampai sedang.
2. Covid -19 awalnya di tularkan dari hewan ke manusia, setelah itu diketahui bahwa
infeksiini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui
cara :
Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) dari penderita covid 19 melalui
batuk atau bersin
Memegang mulut, hidung atau mata tanpa cuci tangan terlebih dahulu,setelah
menyentuh benda yang terkena droplet dari penderita covid 19
Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita covid 19 tanpa
menggunakan masker
adanya tindakan dari RS seperti nebulizer ini menular melalui partikel zat di
udara (aerosol)
D. PENANGGULANGAN COVID 19
Mematuhi protocol kesehatan M3 yaitu
1. Memakai masker
2. Mencuci tangan dengan benar baik dengan sabun atau hand sanitizer
3. Jangan menyentuh mata,hidung dan mulut sebelum mencuci tangan
4. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat
5. Hindari kontak dengan penderita covid 19
6. Tutup mulut dan hidung dengan tissue pada saat batuk atau bersin kemudian buang
tissue ke tempat sampah
7. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan termasuk
kebersihan rumah.
8. Menjaga jarak
DAFTAR PUSTAKA
Sumber - Terakhir diperbarui: 16 Oktober 2020. Ditinjau oleh: dr. Merry Dame Cristy
Pane.Referensi Alodokter.com