Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

KOMUNITAS DI WILAYAH KABUPATEN


LUMAJANG

KELOMPOK IV :

1. Arlindari Ratna T 2014901022


2. Edi Gunawan 2014901031
3. Fendik Pradana 2014901034
4. Fina Hidayatun N 2014901035
5. M. Badrut tamam 2014901041
6. M. Wahyudi 2014901042
7. Martantri A 2014901042
8. Santika Rahayu 2014901053
9. Siti Rumini 2014901056
10. Sonnya Rebicha 2014901057
11. Sri Wahyuti 2014901058

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2021
PENGESAHAN

Program Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Ners ( Ns )
Pada tanggal 08 Februari 2021

Mengesahkan

Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Ika Suhartanti, S. Kep. Ns., M. Kep.


NIK. 220 250 086

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Dr. Henry Sudiyanto, S. Kp., M.


Kes NIK. 220 250 001
PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


KOMUNITAS DI WILAYAH KABUPATEN LUMAJANG

Oleh
KELOMPOK IV

Menyetujui, Mojokerto,
08 Februari 2020

Dosen Pembimbing

Ike Prafitasari, S. Kep. Ns., M. Kep


NIK. 220 250 134
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikannya laporan praktik komunitas di wilayah
kabupaten Lumajang sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program
Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto .
Terimakasih dan Penghargaan kami sampaikan kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Henry Sudiyanto,S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Majapahit Mojokerto.
2. Ike Prafitasari, S. Kep. Ns., M. Kep. selaku pembimbing akademik selama
kegiatan praktik Keperawatan Komunitas.
3. Seluruh warga wilayah Kecamatan Lumajang yang senantiasa
berpartisipasi selama praktik Keperawatan Komunitas.
4. Serta pihak lain yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan dan bantuan beliau dicatat sebagai amal baik
oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
kegiatan praktik Komunitas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat peniliti harapkan demi
perbaikan.

Lumajang, 08 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................... 2
1. Tujuan Umum..................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................. 5
A. Konsep Dasar Komunitas ....................................................... 5
B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas.......................... 5
C. Stratei Intervensi Keperawatan Komunitas ............................ 7
D. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat...... 9
E. Model Konseptual dan Keperawatan Komunitas.................... 11
F. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas dengan Pelayanan
Kesehatan Umum.................................................................... 13
G. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas ........................ 16
BAB 3 PENGKAJIAN KEPEERAWATAN KOMUNITAS .......... 22
A. Pengumpulan Data.................................................................. 22
B. Analisis Data........................................................................... 42
BAB 1
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan
berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup
warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya
peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah
merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama
petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23
tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban
untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini
telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai
potensi keprawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Program Studi Ners STIKES Majapahit Mojokerto
melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di wialayah Kabupaten
Lumajang dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan
komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan
komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di komunitas dengan
pendekatan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian
komunitas.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas, mahasiswa
mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas
b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk
komunitas yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan
kesehatan komunitas
d. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor
resiko personal, sosial dan lingkungan
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas
f. Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
g. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis,
belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara
nyata kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
2. Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara
menyelesaikan masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
3. Pendidikan
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Ners STIKES
Majapahit Mojokerto khususnya di bidang keperawatan
komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga profesi mampu mengembangkannya.
c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.
BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang
telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di
kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan(Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

B. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok. Selanjutnya, secara spesifik diharapkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai
kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006)
C. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka
lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual
tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit
tertentu,maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental
dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial”.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak ditangani dengan baik, akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerjasama sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
d. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
1. Sekolah atau Kampus Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan
meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat
kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawat yang bekerja di
sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus
penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit
influensa, batuk dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada
peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan
yang lebih spesifik.
2. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawat
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2006).
3. Lembaga perawatan kesehatan di rumah Klien sering kali
membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan
secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat
memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawat
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat
yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus
memiliki kemampuan klinik yang kompeten
4. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggung jawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawat lain, bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,
dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

D. Bentuk –Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu.
Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan.
Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan
keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang
melakukan kegiatan-kegiatan seperti: 1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB,
(3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi
dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003). Pelayanan yang
diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap
pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat
bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan
posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader,
manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk: (1)
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat
penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6)
meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.
Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan
Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS
(Pasangan Usia Subur)
2. Meja I
a. Penimbangan Balita dan ibu hamil
3. Meja III
a. Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,
Kondom
5. Meja V
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan Kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi:
1) Kesehatan ibu dan anak :
 Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
 Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada
bulan Februari dan Agustus)
 PMT
 Imunisasi.
 Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau
kesehatan balita melalui pertambahan berat badan setiap
bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada
kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi
sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui
meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV


dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan
oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi.
Tetapi dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5
dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa
posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan
pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja dimasyarakat.
Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.
Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

E. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati
kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari
sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep
yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri,
baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009). Menurut
Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan
yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait
dengan keperawatan komunitas adalah :
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Optimum health incipient lines over ilnes very serious ilnes

Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang


keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis,
aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat menurut Neuman adalah
suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis
pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat
dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normallywell, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan
lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang
mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan
masyarakat.
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa
alasan.
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan
diukur.
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia
tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain.
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu
dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis
dan sosial.

F. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan


Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009). Selain menjadi subjek,
masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat.
Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972
dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
sebagai kliendikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan
kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model
komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan
primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan sebagai
berikut:
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,
penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.
Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan
berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal
ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien
dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga
aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan
kelompok dengan kerjasama lintas sektoral dan lintas program.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang
terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih
dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut
ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian
masyarakat (Mubarak, 2009):
a. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan
prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma
keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu;
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998)
meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan
sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial
berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak,
2009).Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut:
1. Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja kesehatan.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan
langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
4. Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
5. Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat.
6. Tahap akhir
Suvervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk
kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya
G. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran
serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya
untuk dapatmengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat
sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009). Keperawatan
komunitas merupakanPelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui
beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada
proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai
klien yang dimulai dengan pembuatan kontrakpartner shipdan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi,
2009).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok
adalah (Mubarak, 2005):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
a. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
1) Inti (Core) meliputi: Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara
lain:
a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk.
b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakah sering mengalami stres akibat keamanan
dan keselamatan yang tidak terjamin
d) Kualitas kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk deteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi.
f) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi.
g) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit.
h) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
i) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat

2. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2005):
a. Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu, keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab.
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indera.
c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu.
4. Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tabel atau
diagram
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5. Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
6. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
7. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
 Keadaan yang mengancam kehidupan.
 Keadaan yang mengancam kesehatan.
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
8. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), Etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
 Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
 Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan. Symptom: tanda
atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
9. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul
diatas adalah (Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit.
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit.
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit.
d. Lakukan kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang
tepat.
e. Lakukan olahraga secara rutin.
f. Lakukan kerjasama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas.
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
10. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan keperawatan
harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal ini
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit.
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
gangguan penyakit.
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
11. Penilaian / Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH
KABUPTEN LUMAJANG

A. Pengumpulan Data
Dilaksanakan mulai tanggal 08 – 10 Februari 2021 di wilayah Lumajang
dengan menggunakan cara yang telah ditetapkan yaitu wawancara dan
observasi.

B. Data Demografi
Data demografi masyarakat yang dikaji meliputi: jenis kelamin, jenis
pendidikan, usia, dan jenis pekerjaan.

C. Data Lingkungan Fisik


1. Perumahan
2. Pekarangan
3. Pembuangan
4. Sumber air
5. Tempat penampungan air
6. Pembuangan sampah dan limbah
7. Kandang ternak

D. Data Status Kesehatan


1. Sarana kesehatan
2. Masalah kesehatan
3. Kematian
4. KIA / KB
B. ANALISIS DATA
Data yang telah terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan
diagram lingkaran dan diagram batang. Adapun hasil analisa dari seluruh data
yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di wilayah


Kabupaten Lumajang 2021

Jenis Kelamin

Perempuan 35 orang Laki - laki 36 orang


49% 51%

Berdasarkan diagram 3.1 penduduk di wilayah Lumajang sebagian besar


berjenis kelamin laki - laki yaitu sebanyak 36 orang atau 51%.
Gambar 3.2 Jenis Pendidikan penduduk di wilayah Kabupaten Lumajang
2021

Tingkat Pendidikan

13% 4% 21%

BELUM SEKOAH 15 ORANG


14%
SD 22 ORANG
SLTP 12 ORANG
SLTA 10 ORANG
D3 9 ORANG
17% 31%
SARJANA 3 ORANG

Berdasarkan diagram 3.2 pendidikan terakhir penduduk di wilayah


kabupaten Lumajang terbanyak adalah berpendidikan SD sebanyak 22 orang atau
31%.

Gambar 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di wilayah Kabupaten


Lumajang 2021

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia


BATITA 5 orang
7%
PUS 26 orang
REMAJA 19 orang 37%
27%

USILA 11 orang
16%

BALITA 10 orang
14%

Berdasarkan diagram 3.3 usia penduduk di wilayah kabupaten Lumajang


terbagi menjadi 5 kelompok usia dengan usia PUS yang terbanyak yaitu 26 orang
atau 37%.
Pekerjaan
12% 16%
10%

Pedagang 5 orang
Buruh / Tani 15 orang
Wiraswasta 4 orang
13% PNS 3 orang
IRT 10 orang

49%

Gambar 3.4 Jenis Pekerjaan Penduduk di Wilayah Kabupaten Lumajang


2021

Berdasarkan diagram 3.4 sebagian besar pekerjaan penduduk wilayah Kabupaten


Lumajang adalah tani atau buruh yaitu 15 orang 49 % .
Gambar 3.5 Penghasilan rata-rata penduduk di wilayah kabupaten
lumajang 2021

Penghasilan Rata - Rata

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
<500 ribu 6KK 500ribu-1juta 3KK >1juta 13KK

Berdasarkan diagram 3.5 didapatkan setengahnya dari seluruh penduduk


di wilayah kabupaten lumajang sebesar lebih dari 1 juta rupiah atau 60% atau 13
KK

Gambar 3.6 Jenis lantai rumah di wilayah kabupaten Lumajang 2021

Tegel / Keramik
Tegel / Keramik 22 rumah

100%
Berdasarkan diagram 3.6 Seluruhnya jumlah rumah berlantai tegel/kramik
sebanyak 100% atau 22 rumah.

Gambar 3.7 Jendela di Buka Setiap hari di wilayah kabupaten Lumajang


2021
Jendela Dibuka
Tidak dibuka 6
27%

Dibuka 16
73%

Berdasarkan diagram 3.7 hampir seluruhnya sebanyak 73% atau 16 rumah


ditemukan bahwa jendela rumah di wilayah kabupaten lumajang dibuka setiap
hari serta ventilasi baik.

Gambar 3.8 Jenis pencahayaan di di wilayah kabupaten Lumajang 2021


Pencahayaan
13%

18%
Kurang 3 rumah
Cukup 4 rumah
Baik 15 rumah

68%

Berdasarkan diagram 3.8 ditemukan bahwa sebagian besar pencahayaan


di wilayah kabupaten Lumajang baik sebanyak 69% atau 15 rumah.
Gambar 3.9 Jenis Pembuangan Air Besar Di di wilayah kabupaten
Lumajang 2021

Tempat BAB
WC 20 KK sungai 2 KK
10%

90%

Berdasarkan diagram 3.9 ditemukan bahwa sebagian besar pembuangan


BAB di wilayah kabupaten Lumajang baik sebanyak 90% ataw 20 KK di WC
sisanya disungai.

Gambar 3.10 Jenis Sumber Air Di di wilayah kabupaten Lumajang 2021

Sumber Air
PDAM 20KK Sumur gali 2KK
9%

91%

Berdasarkan diagram 3.10 ditemukan bahwa sebagian besar sumber air di


wilayah kabupaten Lumajang baik sebanyak 91% ataw 20 KK PDAM.

Gambar 3.10 Pengelolaan air minum Di di wilayah kabupaten Lumajang


2021

Pengelolaan Air Minum

Di masak 20KK
tidak dimasak 2KK

Berdasarkan diagram 3.11 ditemukan bahwa pengelolaan air di wilayah


kabupaten Lumajang baik sebanyak 20 KK di masak

Gambar 3.12 Jenis Penampungan Air Di di wilayah kabupaten Lumajang


2021

Jenis Penampungan Air

10%

Tidak ditampung 2 rumah


Bak 20 rumah

90%

Berdasarkan diagram 3.12 hampir seluruhnya jenis penampungan air di


wilayah kanupaten Lumajang yaitu bak sebanyak 90% atau 20 rumah.

Gambar 3.13 Kondisi Penampungan Air Di di wilayah kabupaten Lumajang 2021

Kondisi Penampungan Air

32%

Terbuka 7 rumah
Tertutup 15 rumah

68%

Berdasarkan diagram 3.13 ditemukan bahwa kondisi tempat penampungan air


tertutup sebanyak 15 rumah atau 68%.
Gambar 3.14 Pengurasan Penampungan Air Di di wilayah kabupaten Lumajang
2021

pengurasan Penampungan Air


2 kali 3KK 3kali 5KK >3kali 14KK
14%

23%

64%

Berdasarkan diagram 3.14 ditemukan bahwa pengurasan penampungan air


tertutup sebanyak 14 KK atau 64%.

Gambar 3.15 Kondisi Penampungan Air Di di wilayah kabupaten Lumajang 2021


Kondisi Air Penampungan

5%

Berwarna 1 rumah
Tidak Berwarna 21 rumah

95%

Berdasarkan diagram 3.15 hampir seluruhnya atau sebanyak 21 rumah atau


95% penampungan air tidak berwarna,tidak berbau dan tidak berasa.
Gambar 3.16 Pembuangan Sampah Dan Limbah Di di wilayah kabupaten
Lumajang 2021

Pembuangan Sampah

18% 27%

Tempat sampah umum 6 KK


Diangkut petugas 12 KK
dibakar 4 KK

55%

Berdasarkan diagram 3.16 Hampir seluruh rumah yang berada di wilayah


kabupaten lumajang pembuangan sampah di tempat sampah umum 12 orang atau 55%.
Gambar3.17 Kepemilikan Kandang Ternak Di di wilayah kabupaten Lumajang
2021

Kepemilikan Kandang

14%

Punya kandang 3 rumah


Tidak punya kandang 19 rumah

86%

Berdasarkan diagram 3.13 sebanyak 19 rumah atau 86 % di wilayah kabupaten


lumajang memiliki kandang ternak merpati yang terawatt dibelakang rumah.

Gambar 3.18 Sarana Kesehatan Terdekat di wilayah kabupaten


Lumajang 2021

Sarana Kesehatan Terdekat

14%

46% Pustu 10 rumah


Dokter Praktek 2 rumah
Puskesmas 7 rumah
Perawat 3 rumah
32%

9%

Berdasarkan diagram 3.18 di wilayah kabupaten Lumajang didapatkan


sarana kesehatan terdekat adalah pustu sebanyak 10 rumah atau 45%.
Gambar 3.19 Pemanfaatan Sarana Kesehatan di wilayah kabupaten Lumajang
2021

Pemanfaatan Kesehatan

Ya

100%

Berdasarkan diagram 3.19 seluruh warga wilayah kabupaten Lumajang


memanfaatkan adanya sarana kesehatan yang terdekat dan terjangkau.

Gambar 3.20 Ada Anggota Keluarga Yang Menderita Penyakit 1 Tahun


Terakhir di wilayah kabupaten Lumajang 2021
Anggota Keluarga Sakit 1 Tahun Terakhir

36%

Tidak, 8 orang
Ya, 14 orang

64%

Berdasarkan diagram 3.20 Sebagian besar ada anggota yang menderita


penyakit 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 14 orang atau 64%.
Gambar 3.21 Penyakit keluarga dalam 1 tahun terakhir di di wilayah
kabupaten Lumajang 2021

Penyakit Keluarga Dalam 1 Tahun Terakhir


7%
7%

43% Hipertensi 6 orang


Ispa 3 orang
22% Covid 3 orang
Asma 1 orang
DM 1 orang

21%

Berdasarkan diagram 3.21 setengahnya didapatkan penyakit yang


diderita warga wilayah kabupaten Lumajang 1 tahun terakhir adalah hipertensi
atau sebanyak 6 orang atau 43 %.dan adanya pandemic covid-19 yang
meresahkan warga,karena takut tertular covid-19 dari warga yang sakit.

Gambar 3.22 Tindakan Yang Biasa Dilakukan Keluarga Di di wilayah


kabupaten Lumajang 2021

Tindakan Yang Biasa Dilakukan

14% 18%
6%

Minum jamu 4 orang


Beli obat bebas 10 orang
Minum obat dokter 4 orang
Istirahat 1 orang
18%
Membuat herbal atau jus 3 orang

45%
Berdasarkan diagram 3.22 sebagian besar tindakan yang biasa dilakukan
jika mendapati keluarga sakit yaitu membeli obat bebas 10 orang atau 45% setelah
tidak ada perkembangan warga langsung kepusat pelayanan kesehatan terdekat.
Gambar 3.23 Anggota Keluarga yang Meninggal dalam 1 Tahun Terakhir
di wilayah kabupaten Lumajang 2021

Anggota Keluarga Yang Meninggal Dalam 1 Tahun Terakhir


Ya 3 orang
5%

tidak 68 orang
95%

Berdasarkan diagram 3.23 diketahui bahwa sebagian kecil yaitu 5% atau 3 orang.

Gambar 3.24 Penyebab Meninggal Anggota Keluarga yang Meninggal


dalam 1 Tahun Terakhir di wilayah kabupaten Lumajang
2021

Penyebab Meninggal Anggota Keluarga


TB paru 2 orang CKD

33%

67%

Berdasarkan diagram 3.24 diketahui bahwa penyebab meninggal karena


sakit yaitu 33 % CKD dan 67% karena TB paru
Gambar 3.25 PUS di wilayah kabupaten Lumajang 2021

PUS

Ya 26 orang
37%

Tidak 45 orang
63%

Berdasarkan diagram 3.20 Sebagian kecil diketahui ada pasangan usia subur
(PUS) di wilayah kabupaten Lumajang adalah sebanyak 26 orang atau 37%.
Gambar 3.26 Akseptor KB di di wilayah kabupaten Lumajang 2021

AKSEPTOP KB
Pil 5 orang
19% Tidak KB 5 orang
19%

Tubektomi 2 orang
8%

Suntik 5 orang
19% Kondom 2 orang
8%

IUD 7 orang
27%

Berdasarkan diagram 3.26 diketahui bahwa sebagian besar warga wilayah


kabupaten Lumajang yang menjadi akseptor KB IUD adalah sebanyak 7 orang
atau 27%

Gambar 3.27 Ibu Hamil di di wilayah kabupaten Lumajang 2021

IBU HAMIL
Ya 1 orang
8%

tidak 12 orang
92%

Berdasarkan Gambar 3.22 diketahui bahwa ibu hamil di wilayah


kabupaten Lumajang yaitu 1 orang atau 8%.Pada kehamilan trimester 3,anak ke
2 dengan usia 34 tahun.dan ibu menyatakan imunisasiTT sudah dan
memriksakan kehamilan pada bidan atau dokter terdekat.
Gambar 3.28 Ibu Meneteki di di wilayah kabupaten Lumajang 2021

BUTEKI
Iya 3 orang
27%

tidak 10 orang
73%

Berdasarkan diagram 3.28 diketahui bahwa sebagian besar ibu meneteki di


wilayah kabupaten Lumajang sebanyak 3 orang atau 27%

Gambar 3.29 Usia Anak di wilayah kabupaten Lumajang tahun 2021

USIA ANAK

Batita 5 orang
33%

Balita 10 orang
67%

Berdasarkan diagram batang 3.29 diketahui bahwa anak balita diwilayah


Lumjang sebanyak 10 orang atau 67% dan batita 5 orang.ibu menyatakan kalau
imunisasi anaknya lengkap dan rutin ke posyandu sesuai jadwal dan buku KMS
nya.
Gambar 3.30 Jumlah Remaja berdasarkan jenis kelamin Di di wilayah
kabupaten Lumajang 2021

REMAJA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

47%
Perempuan 10 orang
53% Laki - laki 9 orang

Berdasarkan diagram 3.30 didapatkan jumlah remaja berada di wilayah


kabupaten Lumajang yaitu sebanyak 10 orang perempuan dengan prosentase
53%.

Gambar 3.31 Kegiatan Remaja di wilayah kabupaten Lumajang 2021

Kegiatan Remaja
kegiatan ke agamaan 4 orang olahraga 15

21%

79%

Berdasarkan diagram 3.31 kegiatan remaja didapatkan di wilayah


kabupaten Lumajang yaitu sebanyak 79% melakukan olahraga disekitar
wilayah misalnya gowes,voly,sepak bola.

Gambar 3.32 Penggunaan waktu luang Remaja di wilayah kabupaten


Lumajang 2021

Penggunaan waktu luang


rekreasi 3 orang kursus keterampilan 2 orang
maen gadget 4 orang olahraga 10 orang
6%
9%

13%

72%

Berdasarkan diagram 3.32 didapatkan mayoritas kegiatan remaja di wilayah

kabupaten lumajang adalah olahraga Yaitu 10 orang atau 72%


Gambar 3.33 Jumlah Lanjut Usia di wilayah kabupaten Lumajang 2021

LANSIA

usia >70 ( 4 orang)

usia 65-70 (7 orang)

Berdasarkan diagram 3.33 lansia yang ada di wilayah kabupaten


lumajang dengan umur 65-70 adalah 7 orang atau 63,6%

Gambar 3.34 Penyakit Yang Diderita Lansia Di di wilayah kabupaten


Lumajang 2021

PENYAKIT LANSIA
Katarak 1 orang
9%

Rematik 3 orang
27%

Hipertensi 7 orang
64%
Berdasarkan diagram 3.34 didapatkan sebagian besar penyakit terbanyak
yang diderita lansia di wilayah kabupaten Lumajang yaitu hipertensi 64 % atau
7 orang.

Gambar 3.35 Penyakit Yang Diderita Lansia Di di wilayah kabupaten


Lumajang 2021

Upaya Yang Dilakukan Lansia


Periksa Sarana Kesehatan 6n orang dokter praktek 2 orang
perawat/bidan 2 orang obat sendiri 1 orang
26%

57%
9%

9%

Berdasarkan diagram 3.35 didapatkan sebagian besar upaya yang


dilakukan lansia di wilayah kabupaten Lumajang yaitu periksa kesarana
kesehatan yaitu 6 orang atau 57%
Gambar 3.36 Gangguan Jiwa yang Terdeteksi Di di wilayah kabupaten
Lumajang 2021

GANGGUAN JIWA
Ya 3 orang
4%

Tidak 68 orang
96%

Berdasarkan diagram 3.36 dari hasil pengkajian yang di lakukan


ditemukan 3 orang atau 4% dengan kecemasan di wilayah kabupaten Lumjang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH KABUPATEN LUMAJANG

Sebelum di temukan diagnosa keperawatan komunitas maka data yang di dapat dari hasil pendataan yang di lakukan mulai tanggal
08 – 10 Februari 2021 tersebut di analisa yang kemudian di lakukan penapisan untuk menentukan prioritas diagnosa keperawatan yang
akan di tindak lanjuti.
B. Analisa Data
Hasil pendataan dari Wilayah kabupaten Lumajang maka data yang ada di analisa sebagai berikut :
MASALAH
Data Subjektif Data Objektif ETILOGI KEPERAWATAN
1. Kesehatan Lingkungan

Warga mengatakan sebagian 1. Terdapat 72,7% jendela rumah Pengetahuan masyarakat Kesiapan peningkatan koping
besar menutup bak dibuka dengan pencahayaan yang tinggi tentang PHBS komunitas kesling
penampungan air dan baik sebanyak 68%.
menguras 2x seminggu 2. Kepemilikan jamban 90%
3. Sumber air menggunakan
PDAM 90%
4. Penyediaan air minum dari
PDAM dan mayoritas besar
dimasak 90%
5. Bak tertutup 68%, 100% bak
dikuras 2x seminggu
6. Kondisi air penampungan tidak
berwarna, tidak berbau, tidak
berasa 95 %
7. Pembuangan sampah yang
paling banyak diambil oleh
petugas yaitu 55% atau 12 KK
8. Terdapat 3 kk yang memiliki
tenak, Kandang ternak berada
diluar rumah semua

2. Remaja
Remaja mengatakan tidak 1. jumlah remaja 19 orang atau Kecukupan sumber daya Koping komunitas remaja
ada kegiatan karang taruna sekitar 26,7% masyarakat efektif
2. 15 orang atau sekitar 78,9%
melakukan olahraga, sedangkan 4
orang atau 15,8% melakukan
kegiatan keagamaan
3. Penggunaan waktu luang
berolahraga sebanyak 10 remaja

9. KIA 1. 26 orang atau sekitar 36,6% Sumberdaya yang adekuat Kesiapan peningkatan koping
Warga mengatakan termasuk PUS komunitas KIA
adanya posyandu KIA 2. PUS yang tidak menjadi
aseptor KB sebanyak 19%,
81% sebagai aseptor KB (IUD
27%, pil 19%, suntik 19%,
kondom 8% tubektemi 8%),
3. 100% tidak ada yang DO KB
4. Terdapat 1 orang (7,7%) yang
sedang hamil
5. Terdapat 10 balita dan 5 batita
yang memiliki KMS, 10 balita
dan 5 batita selalu datang ke
posyandu. 10 balita, 100%
sudah diimunisasikan lengkap
6. Terdapat 5 ibu yang memiliki
anak usia dibawah 2 tahun,
hanya 3 ibu yang meneteki
anaknya

10. Lansia
Warga mengatakan ada 1. Jumlah lansia 11 orang Tidak tersedianya program Defisit kesehatan komunitas
anggota keluarga lansia 2. 7 orang mengalami sakit untuk mengatasi kesehatan lansia
yang mengalami sakit dan hipertensi komunitas
tidak adanya posyandu 3. Upaya pengobatan lansia yang
lansia dilakukan adalah kesarana
kesehatan yaitu 6 orang, ke
dokter 2 orang, ke
prawat/bidan 2 orang, diobati
sendiri 1 orang)
4. Tidak terdapat posyandu lansia

5. Jiwa
Warga takut tertular 1. 3 warga atau sekitar 4,3% Paparan bencana pandemic Koping komunitas jiwa tidak
Covid 19 dari warga yang terpapar Covid 19 Covid 19 efektif
sakit
PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
Di Wilayah Kabupaten Lumajang 2021

Ketersediaan
Sumber
No Masalah Kesehatan A B C D E F G M N
H I J K L
1. Koping komunitas
remaja efektif 5 2 2 4 5 4 4 3 3 3 3 3 41 2

Kesiapan peningkatan
2. koping komunitas
kesling 5 3 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 42 1

3. Defisit kesehatan
komunitas lansia 5 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 39 4

Kesiapan peningkatan
4. koping komunitas KIA
4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 40 3

5 Koping komunitas jiwa


tidak efektif
4 2 3 4 3 5 3 3 3 3 3 2 38 5

Keterangan :
A : Sesuai Dengan Peran
Perawat B : Jumlah Yang
Beresiko
C : Besarnya Resiko
D : Kemungkinan Untuk Pendidikan
Kesehatan E : Minat Masyarakat
F : Kemungkinan Untuk Diatasi
G : Sesuai Dengan Program
Pemerintah H : Sumber Daya
Tempat
I : Sumber Daya Waktu
J : Sumber Daya Dana
K : Sumber Daya
Peralatan L :
Sumber Daya Orang
M : Skor Total
N : prioritas

Keterangan
Pembobotan :

1 = sangat rendah

2 = rendah

3 = cukup

4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan skoring Di Wilayah Kabupaten Lumajang 202, maka prioritas Diagnosa
yang didapatkan sebagai berikut :
No Prioritas Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan koping komunitas kesling berhubungan dengan
1. pengetahuan masyarakat yang tinggi tentang PHBS

Koping komunitas remaja efektif berhubungan dengan kecukupan


2. sumberdaya masyarakat

Kesiapan peningkatan koping komunitas KIA berhubungan dengan


3.
terdapat sumberdaya yang adekuat

Defisit kesehatan komunitas lansia berhubungan dengan tidak


4. tersedianya program untuk mengatasi kesehatan komunitas

Koping komunitas jiwa tidak efektif berhubungan dengan paparan


5.
bencana pandemic Covid 19
D. Rencana Pemecahan Masalah
1. Masalah 1 (Pokja Kesling)
Tujuan Umum:
Masyarakat memahami tentang pentingnya PHBS serta mampu menerapkan
PHBS dengan baik dan benar sehingga menciptakan lingkungan rumah yang
sehat.
Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan peran aktif kader yang telah dibentuk sebelumnya.
b. Masyarakat bisa menciptakan lingkungan rumah yang sehat serta dapat
menerapkan PHBS.

Kriteria Hasil :
Ketahanan komunitas (L.08075)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Keberlanjutan pelayanan rutin √
komunitas
Ketersediaan pelayanan kesehatan √
Ketersediaan sumber daya untuk √
memenuhi kebutuhan dasar
Berkolaborasi dengan badan √
/pemerintah

Status kesehatan komunitas (L.02109)


Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Ketersediaan program prokes √
Partisipasi dalam prokes √
Kepatuhan dalam standar √
kesehatan lingkungan

Intervensi ;

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TOPIK : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


HARI/TANGGAL : 10 februari 2021
WAKTU : 1 x 15 menit
TEMPAT :
SASARAN : Masyarakat Wilayah Lumajang
A. ANALISIS SITUASI
1. Audien
a. Jumlah ±20 orang.
b. Latar belakang pendidikan adalah tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA.
2. Penyuluh
Mampu mengkomunikasikan kegiatan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan metode dan media yang sesuai.
3. Ruangan
a. Cukup luas.
b. Penerangan dan ventilasi kondusif.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien memahami tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien dapat:
a. Menjelaskan definisi perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Menyebutkan 10 perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Menyebutkan manfaat berperilaku hidup bersih dan sehat.

C. MATERI

1. DEFINISI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk
melaksanakan semua perilaku kesehatan (Depkes, 2009).
2. 10 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, yaitu :

1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan (bidan/dokter) di fasilitas kesehatan. Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan karena:
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan, akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya. (Depkes, 2009)

2) Memberi bayi ASI Eksklusif.

Bayi diberi ASI Eksklusif adalah bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI
saja, tidak diberi makanan atau minuman tambahan apapun. ASI (Air Susu Ibu) adalah
makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk
kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.ASI merupakan
makanan yang terbaik bagi bayi.
Keunggulan ASI:
a. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik
serta kecerdasan.
b. Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti
Diare, Batuk Pilek, Radang tenggorokan dan gangguan pernafasan.
c. Melindungi bayi dari alergi.
d. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
e. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan
dimana saja.
f. Membantu memperbaiki refleks mengisap, menelan dan pernafasan bayi.
Waktu dan cara pemberian ASI:
a. Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui.
b. ASI mulai diberikan segera setelah ibu melahirkan dengan meletakkan bayi di dada ibu.
Biarkan bayi berusaha mencari puting susu ibunya (Inisiasi Menyusu Dini) untuk
merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan. Jangan memberikan
makanan atau minuman pada bayi sebelum diberikan ASI, karena sangat membahayakan
kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui.
c. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu dijadwal.
d. Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan.
e. Setelah bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah yang sesuai dengan pertambahan umur
bayi.
f. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
Manfaat memberikan ASI:
a. Bagi Ibu :
a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
b) Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
d) Menunda kehamilan berikutnya.
e) Mengurangi risiko terkena Kanker Payudara.
f) Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat bayi membutuhkan.
b. Bagi Bayi :
a) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
b) Bayi tidak sering sakit.
c. Bagi Keluarga :
a) Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya.
b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula, misalnya merebus air
dan pencucian peralatan.
c) Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati bayi yang sering sakit
karena pemberian susu formula.
d) Mengurangi biaya dan waktu untuk pemeliharaan kesehatan ibu. (Depkes, 2009)

3) Menimbang balita setiap bulan.

Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan


balita setiap bulan. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 tahun sampai 5
tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan balita setiap bulan di Posyandu:
a. Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
c. Merujuk balita ke Puskesmas, bila balita sakit (demam/batuk/pilek/Diare), berat badan
dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis
Merah) dan dicurigai Gizi buruk.
d. Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantau pertumbuhan balita. (Depkes,
2009)
4) Menggunakan air bersih.

Air dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan


lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya. Oleh karena itu, air yang
digunakan harus bersih, agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
Syarat-syarat air bersih:
Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain (dapat dilihat,
dirasa, dicium dan diraba) :
a. Air tidak berwarna harus bening/jernih.
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
c. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit, harus
bebas dari bahan kimia beracun.
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang.
e. Manfaat menggunakan air bersih:
f. Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan,
penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
g. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Cara menjaga kebersihan sumber air bersih:
a. Jarak letak sumber air dengan septic tank dan tempat pembuangan sampah, paling sedikit
10 meter.
b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar.
c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak
rusak, seperti lantai sumur sebaiknya tidak kedap air dan tidak boleh retak, bibir sumur
harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup.
d. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, dan
dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak
berlumut, pada lantai/dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan
tidak diletakkan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur). (Depkes, 2009)

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

Mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun (lebih baik
sabun cair). Karena air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sedangkan sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan.
Mencuci tangan harus dilakukan pada saat:
a. Setelah buang air besar.
b. Sebelum makan dan menyuapi anak.
c. Sebelum menyusui bayi.
d. Setiap kali tangan kita kotor (setelah : memegang uang, memegang binatang, berkebun,
dll)
e. Setelah menceboki bayi atau anak.
f. Sebelum memegang makanan.
Manfaat mencuci tangan, antara lain:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Disentri, Kolera, Typhus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Flu Burung, Flu H1N1 atau
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan penampilan lebih menarik.
Cara mencuci tangan yang benar:
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun (lebih baik sabun cair).
b. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, selah-selah jari dan punggung tangan.
c. Setelah itu keringkan dengan lap bersih. (Depkes, 2009)

6) Menggunakan jamban sehat.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Jenis jamban yang dianjurkan, antara lain:
a. Jamban cemplung
Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang.
Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
b. Jamban tangki septik/leher angsa
Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap
air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya.
Penggunaan jamban bertujuan untuk:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau.
b. Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit infeksi saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracunan.
Syarat jamban sehat:
a. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
d. Penerangan dan ventilasi cukup.
e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
f. Tersedia air, sabun dan alat pembersih.
Cara memelihara jamban sehat:
a. Lantai jamban hendaknya selau bersih dan tidak ada genangan air.
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
d. Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran.
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
f. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki. (Depkes, 2009)

7) Memberantas jentik sekali seminggu.

Hal yang perlu dilakukan untuk memberantas jentik nyamuk:


a. Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M Plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
b. PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular
berbagai penyakit seperti Demam Berdarah, Demam Dengue, Chikungunya, Malaria,
Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan
kulkas, alas/tatakan pot kembang.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol, lubang pohon,
lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti
ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol/gelas
akua, plastik kresek, dll.
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu :
a. Menggunakan kelambu.
b. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk bakar,
semprot, oles/diusap ke kulit, dll.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
e. Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.
f. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang sulit dikuras
misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
g. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan cupang,
ikan nila, dll.
h. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, Zodia, Lavender, Rosemerry, dll.
Manfaat Rumah Bebas Jentik:
a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara
nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
b. Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam Berdarah
Dengue (DBD), Malaria, Chikungunya, atau Kaki Gajah.
c. Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat. (Depkes, 2009)

8) Makan buah dan sayur setiap hari.

Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena :


a. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur metabolisme energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
b. Mengandung serat yang tinggi.
Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah:
a. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata.
b. Vitamin D untuk kesehatan tulang.
c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda.
d. Vitamin K untuk pembekuan darah.
e. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
f. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri.
g. Vitamin B12 dapat meningkatkan nafsu makan.
Manfaat serat yang ada di dalam sayur dan buah:
Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berguna untuk
memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak
menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi
dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi tidak cepat lapar. Manfaat
makanan berserat, yaitu :
a) Mencegah Diabetes.
b) Melancarkan buang air besar.
c) Menurunkan berat badan.
d) Membantu proses pembersihan racun.
e) Membuat awet muda.
f) Mencegah Kanker.
g) Memperindah kulit, rambut dan kuku.
h) Membantu mengatasi Anemia.
i) Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
Banyak sayur dan buah dalam sehari yang harus kita makan:
a. Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu
mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran
dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan
mineral.
b. Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah
mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah Jeruk, Apel, Jambu Biji atau
Pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang
terkandung dalam buah. (Depkes, 2009)

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Aktivitas Fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan


pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari yaitu: berjalan
kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun
tangga, membawa belanjaan. Bisa berupa olahraga, yaitu : push-up, lari ringan, bermain bola,
berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/berat.
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga,
dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika lebih banyak waktu yang
digunakan untuk aktivitas fisik maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyak. Jika
kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan ke depan akan
terasa hasilnya. Cara melakukan aktivitas fisik yang benar, yaitu:
a. Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat dimulai
dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap.
b. Lakukan aktivitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
c. Awali kegiatan aktivitas fisik dengan pemanasan dan peregangan.
d. Lakukan gerakan ringan dan secara perlahan ditingkatkan sampai sedang.
e. Jika sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut, dapat dilakukan 30 menit setiap hari.
Keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur:
a. Terhindar dari Penyakit Jantung, Stroke, Osteoporosis, Kanker, Tekanan Darah Tinggi,
Kencing Manis, dll.
b. Berat badan terkendali.
c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.
d. Bentuk tubuh menjadi bagus.
e. Lebih percaya diri.
f. Lebih bertenaga dan bugar.
g. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
Beberapa tips dalam beraktivitas fisik :
a. Jalan cepat : Perlu sepatu yang cukup enak dipakai agar kaki nyaman dan sehat.
b. Renang : Adalah latihan menyeluruh, lakukan berenang secepat mungkin dengan nafas
yang dalam.
c. Senam atau peregangan : sangat baik bagi otot-otot dan sendi-sendi yang kaku, juga
melenturkan otot serta melancarkan peredaran darah. (Depkes, 2009)
10) Tidak merokok di dalam ruangan.

Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar
dan Carbon Monoksida (CO).
a. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
b. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan Kanker.
c. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa Oksigen, sehingga sel-sel
tubuh akan mati.
Perokok dibagi menjadi 2 yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah
orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1
batang dalam sehari. Atau orang yang mengisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya
sekedar coba-coba dan cara mengisap rokok cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak
diisap masuk ke dalam Paru-paru.
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain
atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.
Bahaya perokok aktif dan perokok pasif:
a. Menyebabkan kerontokan rambut.
b. Gangguan pada mata, seperti katarak.
c. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.
d. Menyebabkan penyakit Paru-paru kronis.
e. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
f. Menyebabkan Stroke dan Serangan Jantung.
g. Tulang lebih mudah patah.
h. Menyebabkan Kanker Kulit.
i. Menyebabkan Kemandulan dan Impotensi.
j. Menyebabkan Kanker Rahim dan Keguguran.

Cara berhenti merokok:


Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu : Berhenti Seketika, Menunda dan
Mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan
cara tersebut :
a. Seketika
Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu
bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat
Adiktif

b. Menunda
Perokok dapat menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan
selama 7 hari

c. Mengurangi
Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah
yang sama sampai 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan (Depkes, 2009).

3. MANFAAT MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


Manfaat ber-PHBS:
1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Anggota keluarga giat bekerja.
4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

4. MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN


1. Leaflet

5. METODE PENYULUHAN
1. Metode penyuluhan langsung (ceramah dan tanya jawab)
2. Pendekatan perorangan
3. Metode kombinasi (melihat dan mendengarkan)

6. EVALUASI
1. Apa definisi dari perilaku hidup bersih dan sehat?
2. Apa saja 10 perilaku hidup bersih dan sehat?
3. Apa saja manfaat berperilaku hidup bersih dan sehat?

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI, 2009. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

2. Masalah 2 (pokja remaja)


Tujuan Umum :
Remaja dapat memahami tentang pentingnya kegiatan karang taruna dan
memanfaatkan waktu luang dengan memanfaatkan kegiatan yang positif.
Kriteria Hasil :
Status koping komunitas (L.09089)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Keberdayaan komunitas √
Komunikasi positif √
Program rekreasi √
Program relaksasi/bersantai √
Kerentanan komunitas √
Konflik dalam komunitas √

Intervensi :
Edukasi kesehatan hal 65

Manajemen lingkungan komunitas hal 194

3. Masalah 3 (pokja KIA)


Tujuan umum :
Masyarakat terutama pasangan usia subur mampu memahami pentingnya KB

Kriteria Hasil :
Status koping keluarga (L.09088)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Kepuasan terhadap perilaku √
bantuan anggota keluarga lain
Keterpaparan informasi √
Kemampuan memenuhi √
kebutuhan anggota keluarga
Komunikasi antara anggota √
keluarga
Ketergantungan pada anggota √
keluarga lain
Toleransi √
Perilaku sehat √

Intervensi :

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TOPIK : Keluarga Berencana


HARI/TANGGAL : 10 februari 2021
WAKTU : 1 x 15 menit
TEMPAT :
SASARAN : Masyarakat Wilayah Lumajang
A. ANALISIS SITUASI
4. Audien
c. Jumlah ±20 orang.
d. Latar belakang pendidikan adalah tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA.
5. Penyuluh
Mampu mengkomunikasikan kegiatan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan metode dan media yang sesuai.
6. Ruangan
c. Cukup luas.
d. Penerangan dan ventilasi kondusif.

B.TUJUAN INTRUKSIONAL
3. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien memahami pentingnya
mengikuti KB
4. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien dapat:
-Dapat mengetahui manfaat Keluarga berencana
- Dapat mengetajui tujuan Keluarga berencana
-Dapat mengetahui kapan dilakukannya Keluarga berencana

C. MATERI
A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan (unit)
terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Dari persekutuan inilah manusia berkembang
biak menjadi suatu komunitas masyarakat dalam wujud marga, puak, kabilah dan suku yang
seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran di muka bumi. Keluarga adalah
inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin
dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup pada bangsa tersebut.
KB (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya.
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun
Negara.
KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai
dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian, KB
berbeda dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-
nasl), istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi dan strerilisasi
(pemandulan).

B. Tujuan KB
Adapun tujuan dari pelaksanaan program KB antara lain :

(1) Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

(2) Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

(3) Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi

C. Manfaat Utama Program Keluarga Berencana


Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan mendapatkan
tiga manfaat utama optimal, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain:
1.  Manfaat Untuk Ibu:
 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

 Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu

 Menjaga kesehatan ibu

 Merencanakan kehamilan lebih terprogram

2. Manfaat Untuk Anak:


 Mengurangi risiko kematian bayi

 Meningkatkan kesehatan bayi

 Mencegah bayi kekurangan gizi

 Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

 Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi

 Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal


3. Manfaat Untuk Keluarga:

 Meningkatkan kesejahteraan keluarga

 Harmonisasi keluarga lebih terjaga

D. Macam-macam alat kontrasepsi

ALAT-ALAT KONTRASEPSI

 PENGERTIAN ALAT-ALAT KONTRASEPSI


Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi (bukan aborsi). 
Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya suatu
kehamilan.

 PERTIMBANGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI


Usia ibu < 20 tahun: kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi/kembali ke kesuburan
tinggi Usia ibu > 35 tahun: kontrasepsi effektif/kegagalan rendah dan reversibel/ireversibel
Usia reproduksi sehat: effektif, reversible dan tidak mengganggu ASI

 MACAM-MACAM ALAT KONTRASEPSI YANG BISA DIGUNAKAN


Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia. Terdiri dari KB hormonal, non
hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap.
Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:
1)      Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali pil)
2)      Kenaikan berat badan
3)      Muncul flek hitam pada wajah
4)      Mual, pusing, atau muntah

Cara kerja:
1)      Menekan ovulasi
2)      Mencegah implantasi
3)      Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
4)      Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga terganggu

 Pil oral kombinasi

a)      Afektif dan reversible


b)      Harus diminum setiap hari
c)      Efek samping yang serius jarang terjadi
d)     Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan atau spotting
e)      Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
f)       Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat
Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:

a)      Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b)      Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
c)      Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

 Suntik

1)      Suntik progestin


Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh semua WUS,
kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok untuk masa laktasi karena tidak
mempengaruhi ASI.

Kelebihan suntik progestin, yaitu:


a)      Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
b)      Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
c)      Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada penyakit jantung
d)     Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kekurangan suntik progestin, yaitu:
a)      Sering ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan memendek
b)      Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
c)      Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah penghentian pemakaian
2)      Suntik kombinasi
Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat 5 mg
Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM 1 bulan sekali
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
a)      Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan suami istri
b)      Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
c)      Efek samping yang kecil
d)     Klien tidak perlu menyimpann obat suntik
Kekurangan suntik kombinasi, yaitu
a)      Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10 hari
b)      Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
c)      Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
d)     Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya
 Ø Implant

Efektif  5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk Indoplan/Implano,
klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, pemasangan dan
pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan akan kembali setelah dicabut, efek samping
utama berupa perdarahan tidak teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat
menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
a)      Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b)      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen, tidak
mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
c)      Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan pencabutan setiap saat
sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan .implant, yaitu:
a)      Perubahan pola haid
b)      Nyeri kepala dan nyeri dada
c)      Peningkatan/penurunan BB
d)     Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan KB non hormonal

a)      AKDR (IUD)


Cara kerja:
1)      Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2)      Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3)      Mencegah sperma dan ovum bertemu.
b)      Kondom
Cara kerja:
1)      Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2)      Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.

 KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)

a.       Coitus interuptus (senggama terputus)


Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi
intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita. Cara kerja: alat kelamin
(penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina. Dengan
demikian tidak ada pertemuan antara apermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat
dicegah.
Keuntungan:
1)      Efektif bila dilaksanakan dengan benar
2)      Tidakk mengganggu produsi ASI
3)      Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya
4)      Tidak ada efek samping
5)      Tidak memerlukan alat
b.      Kalender
Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur, effektivitasnya 75%-80%,
pengertian antar pasangan harus ditekankan, faktor kegagalan karena salah menghitung masa
subur dan siklus haid yg tidak teratur Masa subur siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus
terpendek dikurangi 18.

c.       MAL (metode amenorrea laktasi)


Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. MaL dapat
dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian belum
haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan
dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu menunda atau menekan
ovulasi.
Keuntungannnya: efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, segera
efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek samping secara sistemik, tidak perlu
perawatan medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.

 Kontrasepsi mantap terdiri dari:

Tubektomi (MOW)
Vasektomi (MOP)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi.


Salemba Medika:Jakarta.
Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini.
Mitra Cendikia Press: Yogyakarta.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media:
Jakarta

4. Masalah 4 (pokja Lansia)


Tujuan Umum :
Membantu lansia agar dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan
dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Kriteria Hasil :
Status kesehatan komunitas (L.02109)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Ketersediaan program prokes √
Partisipasi dalam prokes √
Kepatuhan dalam standar √
kesehatan lingkungan

Intervensi :

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TOPIK : Hipertensi
HARI/TANGGAL : 09 Februari 2021
WAKTU : 1 x 15 menit
TEMPAT :
SASARAN : Masyarakat Wilayah Kabupaten Lumajang

A. ANALISIS SITUASI

1. Audien

a. Jumlah ±20 orang.

b. Pendidikan tidak sekolah, SD, SMP, SMA.

c. Bisa membaca dan menulis.

2. Penyuluh

Mampu mengkomunikasikan kegiatan penyuluhan tentang hipertensi dengan metode


dan media yang sesuai.
3. Ruangan
a. Cukup luas, mampu menampung jumlah audien.

b. Penerangan dan ventilasi kondusif.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL

1. Tujuan umum

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien memahami tentang hipertensi


2. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audien dapat:


a. Menjelaskan pengertian hipertensi.

b. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.

c. Menyebutkan cara pencegahan hipertensi.

d. Menyebutkan cara pengobatan hipertensi.

C. MATERI

1. HIPERTENSI

a. Pengertian Hipertensi

World Health Organzation (WHO) dan The International Society Of Hypertension (ISH)
menetapkan bahwa hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
Berdasarkan faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer.

Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor risiko yang diduga kuat
adalah karena beberapa faktor berikut ini (Riyadi, 2011) :
a) Keluarga dengan riwayat hipertensi

b) Pemasukan sodium berlebih

c) Konsumsi kalori berlebih


d) Kurangnya aktivitas fisik

e) Pemasukkan alkohol berlebih

f) Rendahnya pemasukkan potasium

g) Lingkungan

Selain faktor-faktor di atas ada pula faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya (Ardiansyah, 2012) :
a) Genetik

b) Jenis kelamin

c) Diet tinggi garam atau kandungan lemak

d) Berat badan atau obesitas

e) Gaya hidup mengkonsumsi alkohol dan merokok

2) Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal.

Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti; penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut, sindrom nefrotik, pyelonefritis, kimmelt stiel-wilson), hipertensi
vaskuler renal (hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada arteri renalis), hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan (Riyadi, 2011).

Klasifikasi stadium hipertensi menurut Sjaipoelloh Noer (2001), terdiri dari:


1) Stadium I (ringan): Tekanan sistolik antara 140-159 mmHg, tekanan diastolik antara 90-
99 mmHg.

2) Stadium II (sedang): Tekanan sistolik antara 160-179 mmHg, tekanan diastolik antara
100-109 mmHg.

3) Stadium III (berat): Tekanan sistolik antara 180-209 mmHg, tekanan diastolik antara 110-
119 mmHg.

4) Stadium IV (sangat berat): Tekanan sistolik lebih atau sama dengan 210 mmHg, tekanan
diastolik lebih atau sama dengan 120 mmHg.
b. Tanda dan Gejala Hipertensi

Biasanya tanpa ada gejala atau tanda-tanda yang spesifik. Pada kasus hipertensi berat,
gejala yang mungkin dialami klien antara lain adalah (Riyadi, 2011) :
1) Sakit kepala

2) Pendarahan hidung

3) Vertigo

4) Mual muntah

5) Perubahan penglihatan

6) Kesemutan pada kaki dan tangan

7) Sesak napas

8) Kejang atau koma

9) Nyeri dada

c. Pencegahan Hipertensi

Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam hal pencegahan hipertensi ini adalah dengan:
1. Mengurangi dalam hal mengkonsumsi garam. Bila kita menginginkan terhindar dari
penyakit hipertensi ini alangkah baiknya kita sedari awal mengkonsumsi garam, karena
konsumsi garam yang berlebihan akan meningkatkan faktor resiko hipertensi itu sendiri.

2. Melakukan rutinitas dalam berolahraga. Olahraga ini efektif sekali dalam hal
mencegah berbagi macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi ini. Olahraga akan
meningkatkan kesehatan dan juga daya tahan tubuh. Bila telah menderita penyakit
hipertensi maka olahraga yang disarankan adalah olahraga yang ringan selama 30 menit
dan seminggu paling tidak 3 kali. Olahraga ringan seperti halnya bersepeda dan juga
berjalan kaki.

3. Rajin dalam mengkonsumsi makanan dan juga buah-buahan yang kaya akan serat
seperti halnya melon, tomat dan juga sayuran hijau.

4. Menghindari dari konsumsi alkohol.


5. Mengendalikan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan juga menghindari kegemukan
atau obesitas.

6. Tidak merokok dan bagi para perokok maka pencegahan hipertensi ini dengan
menghentikan merokok itu sendiri.

7. Menghindari dan mengendalikan diabetes bila mempunyai penyakit DM tersebut.

d. Pengobatan Hipertensi

1) Farmakologi

Pengobatan hipertensi meliputi beberapa langkah yang terdiri dari :


a) Langkah Pertama : pemberian obat pilihan pertama yang digunakan dalam
pengobatan hipertensi ini adalah menggunakan diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor.

b) Langkah Kedua : Alternatif yang bisa diberikan dalam langkah ini yaitu dengan dosis
obat pertama dinaikkan, diganti jenis lain dari obat pilihan pertama dan yang
selanjutnya ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa obat diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.

c) Langkah Ketiga : Alternatif yang bisa ditempuh yaitu dengan obat ke-2 diganti dan
ditambah obat ke-3 jenis lain.

d) Langkah Keempat : Alternatif pemberian obatnya ditambah obat ke-3 dan ke-4,
mengevaluasi kembali dan konsultasi, follow up yang bertujuan untuk
mempertahankan terapi.

Selanjutnya dalam rangka mempertahankan terapi jangka panjang dari pengobatan


hipertensi itu sendiri memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan
petugas kesehatan (dokter, perawat) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Karena kesembuhan penyakit hipertensi memerlukan kerjasama dari pasien dalam hal
rutin meminum obat dan tahu mengenai cara dan dosis pemberian obat hipertensi itu sendiri.
Maka peran perawat dalam hal ini juga penting dalam menjalin interaksi dengan pasien
melalui pendidikan kesehatan.
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a) Setiap kali pasien kontrol, pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya.

b) Diskusikan dengan pasien bahwa penyakit hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas.

c) Pasien tidak boleh menghentikan obat tanpa di diskusikan lebih dahulu dengan
petugas kesehatan.

d) Bicarakan dengan pasien tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya.

e) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari tanpa merubah dosis dan aturan pakainya.

f) Untuk pasien yang kurang patuh dalam menjalani terapi, usahakan kunjungan dan
kontrolnya lebih sering.

g) Mengikutsertakan keluarga pasien dalam hal menjalani proses terapi ini.

h) Pada pasien tertentu mungkin akan lebih menguntungkan bila pasien atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah. Tentunya harus memiliki alat ukur
sendiri dan cara mengukurnya. Sekarang ini alat digital pengukur tekanan darah
banyak ditemukan dan dijumpai di apotik atau pun toko alat-alat kesehatan.

2) Non Farmakologi

Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara
(Ardiansyah, 2012) :
a) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.

b) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol
darah tinggi.

c) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gr natrium atau 6 gr natrium
klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang
cukup).

d) Mengurangi konsumsi alkohol.


e) Berhenti merokok.

f) Olahraga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang.

g) Menghindari ketegangan

h) Istirahat cukup

i) Hidup tenang

3) Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi

a) Kontrol teratur

b) Minum obat teratur

c) Diet hipertensi (diet rendah garam dan lemak)

Tujuan Diet :
 Membantu menurunkan tekanan darah
 Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh
 Mencegah komplikasi hipertensi

Syarat Diet :
 Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
 Jenis dan komposisi yang seimbang
 Konsumsi garam dapur <5g/hari (1 sendok teh)
 Membatasi konsumsi lemak jenuh
 Meningkatkan konsumsi makanan sumber kalium, kalsium, dan magnesium

Bahan Makanan Dianjurkan Dihindari


Sumber karbohidrat Beras merah, roti, gandum, Biskuit, kue-kue yang diolah
jagung, ubi, kentang, dengan margarine atau soda
singkong kue
Sumber protein hewani Daging tanpa lemak, ayam Ikan asin, telur asin, bakso,
tanpa kulit, hati, ikan, susu sosis, abon, kornet, sarden,
rendah lemak keju (bahan makanan yang
diawetkan dengan garam)
Sumber protein nabati Tahu, tempe, kacang- Selai kacang
kacangan
Sayuran Sayuran segar Sayuran yang diawetkan
dengan garam
Buah-buahan Pisang, alpukat, pepaya, Buah yang diawetkan
anggur, apel, jambu dengan
Garam
Sumber lemak Minyak, santan encer Margarine, santan kental
Lain-lain Kecap, tauco, saos, bumbu
instan, keripik, petis,
minuman bersoda, soda kue

4) Pengobatan Tradisional untuk Hipertensi:

a) Mentimun
b) Belimbing
c) Daun Seledri

Cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah:


 ½ kg buah mentimun dicuci bersih

 Dikupas kulitnya kemudian diparut

 Saring airnya menggunakan penyaring/ kain bersih

 Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA


Press.

Unicef, K. R. (2011). 10 Pesan hidup sehat dalam kegawat daruratan . jakarta .


WHO. (2009). Hand Hygiene. Why, how, 22.

5. Masalah 5 (Pokja Jiwa)


Tujuan Umum :
Masyarakat / keluarga mampu memahami tentang pencegahan dengan 3M dan
Covid 19

Kriteria Hasil :
Tingkat ansietas (L.09093)
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Verbalisasi kebingunan √
Verbalisasi khawatir akibat √
kondisi yang dihadapi
Perilaku tegang √
Konsentrai √
Pola tidur √
Orientasi √

Dukungan sosial (L.13113)


Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningkat
Kemampuan meminta bantuan √
pada orang lain
Bantuan yang ditawarkan oleh √
orang lain
Dukungan emosi yang disediakan √
oleh orang lain
Jaringan sosial yang membantu √

Intervensi :

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
PENYAKIT COVID 19

Masalah : Kurangnya Pemahaman Penyakit COVID 19


Pokok Bahasan : Penambahan Pengetahuan
Sub Pokok Bahasan : Pengertian Tentang Penyakit COVID 19
Sasaran : Masyarakat Wilayah Kabupaten Lumajang
Waktu : 15 menit
Pertemuan : ke 1
Tanggal : 09 Februari 2021
Tempat :

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan, klien mampu memahami tentang penyakit covid 19
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dapat
b. Menyebutkan pengertian dari penyakit covid 19
c. Menyebutkan penyebab penyakit covid 19
d. Meyebutkan tanda dan gejala penyakit covid 19
e. Menyebutkan cara penanggulangan penyebaran penyakit covid 19
f. Mampu menjelaskan kapan harus minta bantuan ke petugas medis
III.    Materi Penyuluhan
a. Pengertian penyakit covid 19
b. Penyebab penyakit covid 19
c. Tanda dan gejala penyakit covid 19
d. Cara penanggulangan penyakit covid 19
IV.  Metode Pembelajaran
a. Metode : Ceramah dan diskusi
b. Langkah-langkah kegiatan :
1)    Kegiatan pra pembelajaran
 Mempersiapkan materi, media dan tempat
 Kontrak waktu
2)    Kegiatan membuka pembelajaran
 Memberi salam
 Perkenalan
 Menyampaikan pokok bahasan
 Menjelaskan tujuan
 Apersepsi
3)    Kegiatan inti
 Penyuluh memberikan materi
 Sasaran menyimak materi
 Sasaran mengajukan pertanyaan
 Penyuluh menjawab pertanyaan
4)    Kegiatan menutup pembelajaran
 Melakukan post test (memberi pertanyaan secara lisan)
 Menyimpulkan materi
 Memberi salam

V.  Media dan Sumber


Media : Leaflet
Sumber :

VI. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir-butir pertanyaan:
a. Sebutkan pengertian penyakit covid 19
b. Sebutkan penyebab dari penyakit covid 19
c. Sebutkan tanda dan gejala penyakit covid 19
d. Sebutkan cara penanggulangan penyebaran penyakit covid 19
e. Jelaskan kapan harus ke dokter untuk penggobatan penyakit covid 19

MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN COVID 19
Penyakit covid 19 adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome corona virus atau corona virus (SARS-CoV-2) yang sering
disebut virus corona. Kasus pertamapenyakit ini terjadi di kota wuhan cina pada akhir
desember 2019. Covid 19 menular antar manusia dengan cepat dan menyebar
kepuluhan Negara termasuk Indonesia.
B. PENYEBAB COVID 19
1. Covid 19 disebabkan oleh virus jenis baru dari corona virus (kelompok virus yang
menginfeksi system pernafasan) dari pernafasan ringan sampai sedang.
2. Covid -19 awalnya di tularkan dari hewan ke manusia, setelah itu diketahui bahwa
infeksiini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui
cara :
 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) dari penderita covid 19 melalui
batuk atau bersin
 Memegang mulut, hidung atau mata tanpa cuci tangan terlebih dahulu,setelah
menyentuh benda yang terkena droplet dari penderita covid 19
 Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita covid 19 tanpa
menggunakan masker
 adanya tindakan dari RS seperti nebulizer ini menular melalui partikel zat di
udara (aerosol)

C. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT COVID 19


Secara umum ada 3 gejala umum yaitu :
1. Demam (suhu tubuh di atas 38 C)
2. Batuk kering
3. sesak nafas
4. mudah lelah
5. nyeri otot
6. nyeri dada
7. sakit tenggorokan
8. sakit kepala
9. mual dan muntah
10. diare
11. pilek atau hidung tersumbat
12. bersin –bersin
13. menggigil dan ruam kulit
14. hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
15. penurunan oksigen tanpa ada gejala apapun
16. Gejala covid 19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu

D. PENANGGULANGAN COVID 19
Mematuhi protocol kesehatan M3 yaitu
1. Memakai masker
2. Mencuci tangan dengan benar baik dengan sabun atau hand sanitizer
3. Jangan menyentuh mata,hidung dan mulut sebelum mencuci tangan
4. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat
5. Hindari kontak dengan penderita covid 19
6. Tutup mulut dan hidung dengan tissue pada saat batuk atau bersin kemudian buang
tissue ke tempat sampah
7. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan termasuk
kebersihan rumah.
8. Menjaga jarak

E. KAPAN HARUS KE DOKTER


Segera lakukan isolasi mandiri bila menggalami gejala infeksi covid 19 atau pernah kontak
dengan penderita covid 19 selam 2 minggu / 14 hari dan membatasi kontak dengan
orang lain.
Bila muncul gejala baru yang dirasakan menggalami bertambah berat sebaiknya segera
periksa ke dokter terdekat atupun ke RS yang ada di wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber - Terakhir diperbarui: 16 Oktober 2020. Ditinjau oleh: dr. Merry Dame Cristy
Pane.Referensi Alodokter.com

Anda mungkin juga menyukai