Pekerjaan Struktur
BAGIAN 2
PEKERJAAN STRUKTUR
BAGIAN 2.1.
PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN
PENGURUGAN
Bilamana hal ini dijumpai maka Konsultan Pengawas dan pihak pihak yang
berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya
untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum penggalian yang
berdekatan diteruskan.
c. Bilamana terjadi kerusakankerusakan pada instalasi tersebut diatas, maka
Konsultan Pengawas dan pihakpihak yang berwenang harus segera
diberitahu dan semua kerusakankerusakan harus diperbaiki atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 2.1.3 Syarat pekerjaan pengurugan/penimbunan tanah
3.1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan pengurugan/timbunan yaitu
dimana permukaan tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan
tanah asli, sebagaimana tertera dalam gambar rencana.
3.2. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak, akar
pohon, sampah, puing bangunan dan lainlain sebelum pengurugan dimulai.
3.3. Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis, sisa-
sisa tanaman, sampah dan lainlain.Tanah yang digunakan untuk timbunan
dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan
harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh
Konsultan Konsultan Pengawas.
3.4. Pengurugan/penimbunan harusdilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimum 25 cm untuk masingmasing lapisan, kemudian dipadatkan sampai
permukaan tanah yang direncanakan.
3.5. Pelaksanaan pengurugan/penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan
pada daerah yang oleh Konsultan Mannajemen Konstruksi/Konsultan
Pengawas dianggap berbahaya atau dengan jarak lebih kurang 45 cm dari
saluran atau batasbatas atau pekerjaanpekerjaan yang mungkin menjadi
rusak digunakan Stamper.
BAGIAN 2.2.
PEKERJAAN URUGAN PASIR
3.5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir minimal =
10 cm.
BAGIAN 2.3.
PEKERJAAN LANTAI KERJA
BAGIAN 2.4.
PEKERJAAN PENDAHULUAN KONSTRUKSI
BAGIAN 2.5.
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
Lingkup Pekerjaan dalam bagian ini meliputi pekerjaan Pondasi Batu kali, Pondasi Tiang
Pancang, Pondasi Plat setempat,Pondasi lajur beton, Poer/Pile Cap dan Tie Beam/sloof.
adukan.
4. Laporan Pengujian Beton, mencatat informasi yang perlu dan
pengesahan sesuai persyaratan proyek.
2.5. Pengendalian Mutu
a. Peraturan dan Standard: sesuai dengan ketentuan Pedoman Beton
Indonesia dan SNI yang berlaku.
b. Apabila ketentuan standard di atas bertentangan dengan peraturan
bangunan untuk proyek ini, maka peraturan bangunan akan diikuti,
tetapi hanya untuk mengatur persyaratan minimum.
c. Kualifikasi Pelaksana Tiang Bor : tidak kurang dari tiga kontrak
pekerjaan yang sukses dilaksanakan dengan kondisi tanah, ukuran tiang,
kedalaman, dan volume pekerjaan yang minimal sama dengan proyek
ini.
d. Pekerjaan pengukuran harus memperkerjakan tenaga pengukur yang
terdaftar atau profesional engineer yang mempunyai ijin untuk
melaksanakan pengukuran untuk pekerjaan tiang bor. Lakukan pekerjaan
menentukan layout semua tiang bor terhadap as dan level yang
disyaratkan sebelum pemboran, dan pengukuran atas tiang yang
sebenamya dalam hal lokasi, diameter tiang, elevasi dasar dan atas,
penyimpangan dari toleransi yang disyaratkan, dan data yang diperlukan.
e. Catat dan simpan informasi atas setiap tiang dan bekerjasama dengan
tenaga penguji dan inspeksi untuk menyediakan data untuk laporan yang
disyaratan.
f. Jasa Pengujian Beton : pekerjaan laboratorium pengujian untuk
melakukan pengujian evaluasi bahan dan untuk merencanakan design
mix beton.
g. Bahan dan pekerjaan terpasang mungkin memerlukan pengujian dan
pengujian ulang setiap saat selama pelaksanaan pekerjaan. Sediakan
daerah bebas terhadap penimbunan bahan dan fasilitas.
h. Pengujian yang tidak secara spesifik dinyatakan sebagai pekerjaan yang
dibiayai oleh Pemberi Tugas, termasuk pengujian kembali atas bahan
dan pekerjaan terpasang yang ditolak, merupakan tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
i. Sertifikat material property, yang menunjukkan kesesuaian terhadap
persyaratan, dapat diserahkan sebagai pengganti pengujian jika disetujui
oleh Konsultan Konsultan Pengawas. Sertifikat kesesuaian harus
BAGIAN 2.6.
PEKERJAAN BETON
b. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti
tabel berikut :
3.4. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
3.5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971,
dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 dan
baja dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 3900 kg/cm2 atau baja U39
Pemberi tugas atau Direksi/Konsultan Pengawas akan melakukan pengujian
test tarik-putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
3.6. Bahan Pencampur
a. Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C
ratio dari penambahan bahan pencampur (Admixture) tersebut. Hasil
“Crushing test” dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus
beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
3.7. Cetakan Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm
atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut
dalam PBI NI-2 1971. Untuk beton ecpose harus memalai Pnol Film dengan
tebal minimal 12 mm. Konstruksi rencana cetakan beton harus diajukan oleh
Slump Slump
Jenis Konstruksi
maks. (mm) min. (mm)
4.3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka
harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak
melebihi 150 mm dan harus di-back up dengan percobaan adukan beton (trial
mix).
Pasal 2. 6.5 Percobaan Pendahuluan ( Trial Mix )
5.1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang
“Independent” yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari
percobaan pendahuluan di lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan
tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan.
5.2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.
5.3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971.
5.4. Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan mutu
yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh
dilaksanakan.
5.5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil
percobaan di laboratorium.
Pasal 2. 6.6 Pengadukan dan Peralatannya
6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan
Konsultan Konsultan Pengawas/Pengawas.
6.2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material-material harus dengan persetujuan Konsultan Konsultan Pengawas/
Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-menerus
oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab.
6.3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer
atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus benar-benar kosong
sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci
bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
6.4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m 3 dan Konsultan Pengawas
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan
kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus
seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
6.5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
6.6. Penyedia Jasa Konstruksi diperbolehkan menempatkan satu “Mixing Plant”
atau memperoleh beton dari satu “Ready Mix Plant” asalkan dapat
membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua ketentuan
dalam persyaratan ini. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan
spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan sesuai dengan mutu beton
yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai.
Pasal 2. 6.7 Persiapan Pengecoran
7.1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
7.2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
7.3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
7.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut
sampai ijin pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 2. 6.8 Acuan / Cetakan Beton
8.1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi
sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang
dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup
kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari
penyangga.
8.2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.
8.3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress”
atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani.
Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang
berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.
9.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen
dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Konsultan
Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
9.5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya harus mendapat perstujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat
tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras.
9.6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh
adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
9.7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
“initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan
menjadi plastis karena getaran.
9.8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah
harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.
9.10. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi
keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari
lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan
harus dibersihkan.
9.11. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Konsultan Pengawas
dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem penerangan sudah
disiapkan dan memenuhi syarat.
Pasal 2. 6.10 Pemadatan Beton
10.1. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu penggetaran yang
berlebihan.
10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical
Vibrator” dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran
dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak
sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur 28 hari. Hasil
pengujian adalah hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas
kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik
300 kg/cm² untuk mutu beton K-350 (sloof dan pile cap,plat, kolom,balok),
tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari kekuatan
beton karakteristik tersebut.
16.4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal
dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan
keadaan sebenarnya.
Pasal 2. 6.17 Suhu
17.1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang di
taruh berada diantara 27° dan 32° C.
17.2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan
agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari.
Pasal 2. 6.18 Beton ready mixed
18.1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed, maka
beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Konsultan
Konsultan Pengawas/Pengawas, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum
pada ASTM C94-78a.
18.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-
sama oleh Konsultan Pengawas dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan
beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang
diadakan di Laboratorium.
18.3. Syarat-syarat Beton Ready Mixed :
a. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih dari
30° C.
b. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bilamana diperlukan dua atau lebih
jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara
terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan
ACI 212.1R-63.
BAGIAN 2.7.
PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR
Pengawas.
3.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya
selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), pemiukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/Lumpur dan sebagainya,
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak
pemiukaan beton.
d. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan contoh-contoh material (besi,
koral/split, pasir dan Semen Portland) kepada Konsultan Pengawas, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan
yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai
persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebh besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam NI-2 (PBI 1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.
b. Bila tidak ada "Certificat Test" maka Penyedia Jasa Konstruksi harus
melakukan pengujian atas besi/kubus di laboratorium yang akan ditunjuk
kemudian.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dengan
mengambil benda uji berupa kubus yang ukurannya sesuai dengan syarat-
syarat/ketentuan dalam PBI Th.1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas dan diperiksa di laboratorium konstruki beton yang
ditunjuk Konsultan Pengawas.
d. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan membuat "Trial Mix" terlebih dahulu,
sebelum memulai pekerjaan beton.
e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Pengawas
secepatnya.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian behan tersebut, menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
3.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan
a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24
jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai
ketentuan dalam PBI Th.1971).
BAGIAN 2.8.
PEKERJAAN BAJA
pengenal pada baja seperti ditentukan dengan tanda-tanda yang lengkap dan
sempurna.
b. Kontraktor sebaiknya menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian
secara “Radiographic” termasuk sumber tenaga dari utilitas lainnya tanpa
adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas.
c. Perbaikan bagian las yang rusak : Daerah las yang diketahui rusak melebihi
standar yang ditentukan pada “AWS.D.1.0” dinyatakan oleh “Radiographic”
harus diperbaiki dibawah Pengawasan Konsultan Pengawas dan tambahan
“Radiographic” dari daerah yang diperbaiki harus dibuat atas biaya
Kontraktor.
6.6. Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standar yang dipakai
harus sesuai dengan lampiran C dari AWS.D.1.0 atau – 75 : Ultrasonic Contact
Examination or Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of Longitudinal and
Spiral Welds or Welded Pipe and Tubing (1974).
6.7. Cara pemeriksaan dengan “Partikel Magnetic” harus sesuai dengan ASTM E109.
6.8. Cara pemeriksaan dengan “Liquid Penetrant” harus sesuai dengan E109.
6.9. Pemeriksaan visual pengelasan harus dilakukan ketika operator membuat las dan
setelah pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat
dengan sikat kawat dan dibersihkan merata sebelum Konsultan Pengawas
membuat pemeriksaannya. Konsultan atau Konsultan Pengawas akan
memberikan perhatian khusus pada permukaan yang pecah-pecah, permukaan
yang porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan bawah,
lewatan atau overlap, kantong udara dan ukuran lasnya. Pengelasan yang rusak
harus diperbaiki sesuai dengan persyaratan AWS.D.1.0.
6.10. Hasil pengujian dari laboratorium atau lapangan diserahkan pada Konsultan
Pengawas secepatnya.
6.11. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan atau las dan
sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 2. 8.7. Pengecatan baja
7.1. Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar
yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin
perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
d. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah
dicat bengkel, seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, yang telah
dengan menggunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui
sebelum penyelesaian cat dasar.
7.3.6. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata.
Pemakaian cat yang rata ialah 12.5 m2 per liter untuk setiap lapisan.
BAGIAN 2.9.
WATER PROOFING
- Pastikan tidak ada lagi udara yang terperangkap dalam lapisan, sedang
untuk fiberglass yang berlebih diratakan dengan kapi. Pastikan
permukaan benar-benar kering sebelum proses selanjutnya.
- Aplikasikan lapisan top coat/finish setelah lapisan sebelumnya kering
dengan arah meyilang. Pastikan tidak ada pori-pori setelah kering. Bila
terdapat pori-pori setelah kering maka harus diulang lagi dengan arah
menyilang sampai tidak ada pori-pori setelah kering.
Pasal 2. 9.3 Pelaksanaan
3.1. Persiapan.
a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan
Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan
ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan.
b. Sebelum pekerjaan ini dimulai permukaan bagian yang akan diberi lapisan
ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh konsultan
Pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai gambar.
c. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan, dan atas persetujuan konsultan Pengawas.
d. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan lainnya,
Penyedia Jasa Konstruksi harus segera melaporkan kepada konsultan
Konsultan Pengawas/ Konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
e. Penyedia Jasa Konstruksi tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu
tempat dalam hal ada kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan
tersebut diselesaikan.
3.2. Aplikasi
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli berpengalaman (ahli dari
pihak pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan
"metode pelaksanaan" sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Khusus untuk bahan waterproofing yang
dipasang ditempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak
mempunyai lapis pelindung terhadap ultra voilet atau apabila disyaratkan dalam
gambar pelaksanaan atau spesifikasi arsitektur, maka dibagian lapisan atas dari
lembar waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar
pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing.
3.3. Pengamanan Pekerjaan
a. Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengadakan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
BAGIAN 2.10.
PEKERJAAN LAINLAIN
2.3. Sebelum Shop Drawing disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Konsultan
Perencana, maka Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperkenankan untuk memulai
pekerjaan.
3.3. Apabila Penyedia Jasa Konstruksi menghendaki kerja lembur, sedangkan Pemberi
Tugas beranggapan pekerjaan tersebut tidak perlu diawasi secara fisik oleh
Konsultan Konsultan Pengawas, maka Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat
laporan tertulis kepada Pemberi Tugas mengenai bagianbagian yang dikerjakan,
serta bertanggung jawab sepenuhnya pada pekerjaan yang dimaksud.
3.4. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Penyedia Jasa
Konstruksi wajib mengadakan sistim penerangan khusus yang memadai, agar
supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.
Pasal 2.10.4 Tanggungjawab Penyedia Jasa Konstruksi terhadap lingkungan sekitar
proyek
4.1. Sebelum melaksanakan kegiatan pemncangan tiang pancang, Penyedia Jasa
Konstruksi dianjurkan mendata terlebih dahulu kondisi bangunan dilingkungan
sekitarnya.
4.2. Dalam melaksanakan pemancangan tiang pancang Penyedia Jasa Konstruksi
harus melakukannya secara berhatihati agar tidak merusak bangunan, pagar
atau bagian lainnya disekitar proyek.
4.3. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan pemancangan serta claim
lainnya dari penduduk disekitar proyek menjadi resiko Penyedia Jasa Konstruksi
dan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menyelesaikannya secara tuntas.
4.4. Selama pelaksanaan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menjaga kebersihan
jalan, saluran disekitar proyek dan untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi harus
membuat tempat pencucian truk dilokasi pekerjaan.
Penyimpangan dari bidang tembok dan kolom terhadap garis vertikal tidak
melampui 6mm per meter dengan maksimum 13 mm.
Kedataran :
Tinggi 3 meter dari lantai, penyimpangannya - 6 mm.
Tinggi 6 meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.
Tinggi >12meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.
Penampang :
Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang nominal dari kolom
balok, pelat dan lain-lain adalah :
- Dimensi < 15 cm, penyimpangannya = + 10 mm
- 13 mm
- Dimensi >15 cm, penyimpangannya = + 13 mm
- 6 mm
Lubang (opening) :
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya pada
lantai dan dinding : 6 mm.