EDITOR :
Prof.Dr.Ir.H. ADNAN KASRY
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, pencipta alam semesta beserta
Shalawat dan salam bagi junjungan Nabi besar Muhammad SAW serta
ahli kerabat, sahabat dan pengikut-pengikut beliau yang baik dan setia, dengan
development).
mungkin ditimbulkannya. Diharapkan buku ini dapat dijadikan rujukan bagi yang
Halaman
12. Manfaat Jasa Lingkungan Hutan Tropis oleh Mukhamadun ........ 243 – 274
14. Dampak Pembangunan Pertanian dan Kehutanan oleh Rosyadi .. 293 – 311
20. Implikasi Protokol Kyoto di Propinsi Riau oleh Murhamsa ......... 428 – 453
21. Penyelamatan dan Pelestarian DAS Siak oleh Nuraini ................. 454 – 484
25. Bakteri Anti Kanker dalam Lumpur Panas oleh Syarwandi. K .... 537 – 547
OLEH :
I. PENDAHULUAN
salah satu isu lingkungan hidup prioritas di Provinsi Riau. Frekuensi kejadian
akibat kabut asap yang ditimbulkan yang pada akhirnya memperburuk citra
hidup.
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi akan mampu mengendalikan Karhutla di
bumi lancang kuning tahun ini sesuai dengan pernyataan dan janjinya di berbagai
media dan bahkan pernah dideklarasikan Riau Bebas Asap Tahun 2005.
1997/1998 yang telah menghabiskan kawasan hutan seluas + 4,8 juta hektar dan
1.446.120 kasus ISPA, 298.125 kasus Asma dan 58.095 kasus Bronkhitis
(FWI/GFW 2002), belum cukup bagi pemerintah di semua tingkatan untuk lebih
Meskipun kini tidak lagi terlihat hotspot dan asap di kota Kabupaten dan
Propinsi Riau, tidak menjamin kejadian ini tidak akan berulang di waktu
dengan intensitas yang cukup tinggi beberapa hari terakhir tetapi jika kegiatan
pencegahan di lapangan tidak dilakukan dalam waktu dekat asap juga akan
Karhutla di Riau sehingga jelas bagi semua stakeholders simpul mana yang harus
di Provinsi Riau.
4
Desa/Kelurahan rawan sampai sangat rawan dan 184 desa agak rawan
Kahurtla. Jumlah desa rawan terbanyak di Kab. Bengkalis (16 desa), kemudian
di Kab. Rokan Hilir (13 Desa), Pelalawan (11 desa), Indragiri Hilir dan Siak
pemunculan titik panas (hotspot) hasil deteksi satelit the US National Oceanic
lapangan tidak semua hotspot merupakan firespot dan sebaliknya jumlah hotspot
yang tidak ada atau sedikit tidak menjamin tidak ada atau sedikit kebakaran
(firespot) tergantung kepada situasi cuaca (tutupan awan, suhu) dan luas lokasi
kebakaran pada saat satelit melewati lokasi terbakar tersebut. Misalnya jika suatu
lokasi terjadi kebakaran dan di atasnya tertutup oleh awan, maka ada
kemungkinan satelit tidak dapat mendeteksi hotspot pada lokasi tersebut. Jadi
5
yang paling penting untuk memastikan hotspot adalah firespot perlunya kegiatan
Dari hasil pengolahan data hotspot tahun 1997 s.d. Mei 2005 yang
Karhutla di Provinsi Riau yaitu Pebruari - Maret dan Mei s/d Agustus, kemudian
Dilihat dari distribusi hotspot menurut lokasi hotspot tahun 2005 di Riau.
Dari hasil pengolahan data diketahui 98,25% hotspot terdeteksi di 6 kab / kota
yaitu Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Siak dan
dari jumlah hotspot tahun 2005 terdeteksi di 3 kawasan antara lain kawasan
HPH/bekas HPH (30%) dan perkebunan (45%) dan HTI (11%) dan sisanya di
Areal Penggunaan Lain (APL) atau sering disebut sebagai lahan masyarakat
Jika dilihat dari kejadian kebakaran (fire spot) di Riau selama tahun 2006
dilaporkan berada di 4 Kabupaten yaitu Indragiri Hilir (3000 ha), Rokan Hulu
(2.553,50 ha), Pelalawan (6.786,25 ha) dan Rokan Hilir (235,75 ha). Angka ini
akan jauh lebih besar lagi jika semua kejadian dan luas kebakaran dapat dicatat
pemetaan daerah rawan Karhutla dan data hotspot serta luas areal terbakar
(firespot), Kab / Kota yang perlu menjadi fokus utama pengendalian Karhutla
yaitu Kab. Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Siak, Indragiri Hilir dan Kota
Dumai. Artinya jika keenam kab/kota ini diawasi dan dilakukan program
mengurangi kabut asap. Kesimpulan ini tentunya akan lebih baik jika dibuat
(0,1%) faktor alam (seperti, petir, letusan gunung berapi) (Saharjo et all., 2005).
dengan cara membakar cukup tinggi karena memang cara ini jauh lebih murah
dan mudah dibandingkan cara mekanis atau tanpa bakar: ‖cara membakar 10 kali
lebih murah dari cara mekanis‖) (Jakarta Pos, 2006). Ditambah lagi ada anggapan
bahwa dengan membakar lahan gambut akan menaikkan tingkat keasaman (pH)
tanah di lahan tersebut sehingga cocok untuk pertanian dan perkebunan. Ada 8
(1) Secara alamiah karakteristik lahan di Riau memang rawan kebakaran karena
dominasi gambut yang jika musim kemarau mudah sekali terbakar. Istomo
(2005) mengatakan bahwa 42.76% dari total luas wilayah Riau merupakan
(56% lahan gambut Sumatera berada di Provinsi Riau). Di sisi lain kondisi
(2) Banyak kawasan bekas HPH dan atau HGU yang sudah habis masa pakainya
tetapi belum jelas pengembalian dan atau peruntukannya ke dan oleh negara.
kawasan hutan di Provinsi Riau (Dinas Kehutanan Provinsi Riau). Di sisi lain
8
perusahaan dan koperasi yang tersebar di 9 Kab / Kota yang telah mendapat
lain yang tidak berhak, sebagian lagi disengaja dengan cara membakar lahan
tersebut.
pelanggaran hukum.
(4) Kuantitas dan kualitas SDM dan peralatan pengendalian Karhutla di Provinsi
ada. Dari sisi kuantitas idealnya semua desa rawan Karhutla memiliki Regu
dan pemulihan kerusakan lahan akibat Karhutla yang menjadi tugas dan fungsi
6 Tahun 2006.
(6) Program dan kegiatan pengendalian Karhutla terpadu dan terukur selain belum
lapangan oleh institusi yang diberi tugas oleh Gubernur Riau mengendalikan
terukur dari sisi cakupan sasaran wilayah dan target waktu penyelesaian
kerjanya belum terlihat efektif dan memberikan efek jera bahkan terkesan bagi
transparan.
(8) Kegiatan pencegahan Karhutla di tingkat lapangan sangat lemah. Hal inilah
Kab/Kota di Riau, demonstrasi regu pemadam Karhutla, dan lain-lain. Dari segi
10
antisipasi Karhutla, kegiatan tersebut baik karena dilakukan 1-2 bulan sebelum
Pertanyaannya adalah berapa persen dari seluruh daftar aksi lapangan disepakati
saat ini? Jika ada 75% maka dampaknya pasti akan signifikan terhadap penurunan
merupakan bagian dari poin (6). Hal ini mengingat prinsip utama pengendalian
Karhutla adalah ‖mencegah Karhutla jauh lebih mudah dan lebih murah dari
pembahasan pada komponen ini karena kegiatan ini berdayaungkit tinggi dalam
3) Harus ada Posko Pengendalian Karhutla yang buka selama 24 Jam pada saat
lambat 1 x 24 Jam.
10) Disetiap kecamatan tersedia alat pemadam Karhutla yang dapat dimobilisasi
mencatat dan mengevaluasi secara rutin kondisi aktual lapangan dan seluruh
15) Disetiap Kantor kecamatan tersedia data lengkap seluruh pemilik lahan baik
yang HGU aktif maupun yang tidak aktif serta status lahan.
100%), maka kejadian Karhutla dan pemunculan asap akibat Karhutla di Provinsi
dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2005, dari 5 kecamatan
rawan Karhutla yang dikunjungi dan hasil wawancara dengan petugas kecamatan
Gubernur Nomor 1 Tahun 2003 yang berlaku pada saat itu, kecamatan juga tidak
tahu di wilayah kerjanya yang rawan Karhutla (bahkan ada kejadaian Karhutla
lapangan sangat jarang bahkan ada yang belum pernah, tidak ada kecamatan yang
berubah.
14
Jika kondisi di atas tetap berlangsung dan tidak ada upaya pernbaikan dari
pihak yang diberi kewenangan mengendalikan Karhutla, maka tidak banyak yang
yang perlu diamati adalah seberapa banyak energi dan sumberdaya yang kita
seharusnya lebih besar dari pada biaya di luar yang berhubungan langsung dengan
kegiatan di lapangan).
cukup dialokasikan untuk pengendalian Karhutla; Kedua: ada dana tetapi tidak
ada usulan untuk kegiatan pengendalian Karhutla karena Karhutla belum dianggap
pengendalian Karhutla tetapi dalam penyusunan belanja kegiatan belum atau tidak
selama ini secara menyeluruh di semua tingkatan, sehingga akan diketahui jelas
Perlu kita ketahui bahwa pencegahan lebih mudah dan lebih murah dari
penanggulangan/pemadaman Karhutla, mari kita lihat contoh kecil saja dari salah
dengan mengangkat 1 orang petugas patroli dari penduduk setempat dengan gaji
per bulan Rp. 200.000,- saja, maka selama 1 tahun biaya yang diperlukan
Karhutla selama 10 jam saja dikali harga sewa per jam Rp. 20.000.000 =
Rp. 200.000.000,- belum termasuk biaya regu pemadam Karhutla dari darat.
Apalagi jika dihitung kerugian dari dampak Karhutla tersebut terhadap kesehatan
manusia, kematian dan migrasi hewan dan tumbuhan tentunya akan lebih besar
Apa yang diharapkan dari kegiatan ini adalah, dengan adanya petugas
patroli Karhutla di lokasi rawan dari masyarakat setempat, maka seluruh aktifitas
pembukaan lahan baik oleh perusahaan atau masyarakat akan terdata dan
terpantau dengan baik (masyarakat setempat juga merasa ada yang mengawasi
aktifitas pembukaan lahan mereka), jika kebakaran terjadi akan ditemukan dan
dapat dipadamkan sebelum api merambat, tenaga ini juga menjadi tenaga
16
bahwa isu Karhutla memang penting. Akan lebih baik jika petugas tersebut diberi
harus dilihat kebijakan peraturan yang mengaturnya. Pada saat ini sistem
lebih jelas mengatur pembagian tugas dan fungsi antara Provinsi dan Kab/kota.
Dalam Pergub tidak dijelaskan dengan detail tugas kab/kota, hanya ada pada Pasal
5 ayat (1) yang mengatur kedudukannya saja yaitu sebagai Satuan Pelaksana
Operasional Pengendalian Karhutla tanpa rincian tugas dan fungsi yang jelas.
Salah satu kewenangan kab/kota dalam Pergub tersebut adalah dalam hal
Artinya, tugas kab/kota adalah hanyalah pada saat dan atau sesudah Karhutla
hal pokok yang menjadi kewenangan Kab/Kota. Padahal dalam SK Gubri No. 1
17
Hal yang sama juga pada pasal 12 ayat (2) menyangkut kewenangan
pengeluaran izin usaha ada di Provinsi dan Kab/kota? dan bukankah membuka
dan pencegahan di lapangan secara benar dan konsisten, maka Riau Bebas Asap
semua pihak yang terlibat dalam pengendalian karhutla di Riau. Semakin cepat
Karhutla hilang dari Riau semakin banyak dana yang dapat digunakan
di pedesaan.
18
Kuantan Singingi 8%
Kampar 12%
Pelalaw an 20%
Bengkalis 23%
Siak 29%
Dumai 35%
Sumber: Profil Kawasan Rawan Karhutla di Propinsi Riau, 2004
Dumai 796.21
Kampar 1,263.45
Siak 2,431.70
Pelalawan 2,508.08
Bengkalis 2,610.66
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kehutanan Provinsi Riau, 2005. Laporan Tahun 2004 Dinas Kehutanan
Propinsi Riau, Pekanbaru.
Dinas Perkebunan Propinsi Riau, 2005. Laporan Tahun 2004 Dinas Perkebunan
Provinsi Riau, Pekanbaru.
Jakarta Pos, 2006. Cara Membakar 10 Kali Lebih Murah dari Cara Mekanis oleh
Witoelar, R. Juli 2006. Jakarta.
OLEH :
DIDING RIDWANULLAH
I. PENDAHULUAN
Bicara masalah hutan adalah topik yang menarik, karena banyak sekali
bahan pembicaraan yang bisa dibahas seputar hutan. Mulai dari penebangan liar
yang diberitakan jadi penyebab banjir dan tanah longsor yang sering terjadi akhir-
akhir ini, perburuan satwa, kebakaran hutan, sampai dengan tertangkapnya para
cukong kayu.
penyerapan air, berlindungnya satwa dan masih banyak manfaat lainnya. Manusia
sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada hutan. Hampir semua kebutuhan
sehari-hari kita berasal dari hutan. Rumah tempat tinggal, furniture, bahkan
kertas, kesemuanya itu berasal dari kayu yang merupakan hasil hutan.
Dengan taraf hidup yang mesuk dalam kategori masyarakat miskin seperti yang
jauh dari kota yang memiliki berbagai fasilitas hidup, seperti fasilitas pendidikan
mengambil hasil hutan, sebagian hasil hutan tersebut mereka pergunakan sendiri,
dan sebagian lain dijual atau ditukar kepada para penadah yang biasanya datang
ke pemukiman mereka.
membeli hasil hutan dengan harga yang rendah. Masyarakat yang latar
24
yang kemudian dibeli dengan harga rendah. Bahkan menurut berita di media,
penduduk pedalaman suku Mimika di Propinsi Irian Jaya menukar kayu Gaharu
hanya dengan beberapa kilo gula atau beberapa bungkus rokok saja kepada para
penadah, juga seperti yang terjadi saat penulis berada di wilayah Sontang
(membentuk regu/ kelompok biasanya terdiri dari 6-8 orang) diberikan fasilitas
berupa gergaji mesin (chainsaw), bahan makanan dan minyak untuk mencari dan
berupa kayu tersebut sampai dipinggir jalan angkutan para cukonglah yang akan
diberikan upah sebasar Rp. 75.000,- per meter kubik untuk kayu yang dihasilkan
setelah dipotong biaya minyak dan bahan makanan dengan kemampuan setiap
regunya berkisar antara 30 s/d 50 m3 setiap masuk hutan. Hal ini juga terjadi di
sungai dareh Kabupaten Sawahlunto/ Sijunjung Sumatera Barat pada tahun 1997,
motif yang sama dan upah yang lebih murah (Rp. 50.000,-/ m3 nya). Bahkan saat
dikarenakan jalan keluar dari perusahaan tersebut berada tepat di sisi PT SBU
yang berada di jalan lintas Sumatera bagian tengah, yang mana PT. SBU-lah yang
hasil hutan berupa kayu saja, ada juga yang mencoba berladang dan beternak.
25
perladangan berpindah.
menjadi penyebab kerusakan hutan, walaupun tidak terlepas dari keterkaitan pihak
ketiga yaitu penadah. Bagaimana nasib hutan kita? akankah hanya tinggal
keperluan perkebunan sawit sudah sangat parah bisa kita lihat pada hutan lindung
bukit Suligi yang berada diwilayah kerja Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan
Hulu dan Kampar, hampir seluruh kawasan hutan lindung tersebut telah berubah
menjadi areal perkebunan sawit yang dimiliki oleh masyarakat didalam dan
atau usaha-usaha apa saja yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Departemen
yang notabene adalah aset modal dasar bagi bangsa Indonesia. Disamping itu
kemiskinan telah menjadi isu global dan menjadi sasaran utama yang telah
disepakati oleh hampir seluruh negara di dunia, yaitu untuk mengurangi hingga
penduduk dunia yang menderita kelaparan pada tahun 2015 (Djajono, 2006).
memprediksi bahwa masih terdapat 1,2 milyar orang miskin diseluruh dunia yang
Indonesia sendiri, mengutip data BPS, digambarkan bahwa tahun 2000 jumlah
mengalami penurunan menjadi 37,1 juta dan tahun 2004 menjadi 36,1 juta sekitar
tahun 1999-2005 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 35,1 Juta. Namun
pada tahun 2005-2006 terjadi pertambahan jumlah penduduk miskin sebesar 3,95
juta.
bahwa data kemiskinan tersebut mengandung makna yang komprehensif dari arti
kemiskinan itu sendiri. Hal ini sangat penting guna mengeliminasi distorsi dalam
prioritas yang harus ditangani dalam kerangka jangka menengah seperti yang
sekali sangat mengandalkan hutan. Mulai dari kebutuhan tempat tinggal sampai
pertanian ataupun perkebunan dengan cara membakar hutan, lebih praktis dan
cepat.
sekitar maupun dalam kawasan hutan. Survei bersama yang dilakukan oleh WWF
dengan Bapedalda TTU pada tahun 2002 melaporkan bahwa sedikitnya 80%
28
masyarakat sekitar hutan Mutis Timau mengakui masuk hutan dan melakukan
pengambilan kayu untuk bahan bakar, konstruksi rumah, pagar kebun, dan
cerminan keunikan alam raya secara universal. Hutan dimana tempat berkembang
biaknya flora dan fauna serta organisme lainnya memiliki keterkaitan sebagai
simbiosis mutualisme adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat diabaikan begitu
saja. Eksistensi hutan itu sendiri memegang peranan vital dalam menjaga proses
kehidupan di planet ini, dimana tanah yang subur, mata air yang jernih dan udara
yang sejuk serta bebas dari pencemaran adalah gambaran nyata tentang arti
pentingnya hutan bagi makhluk hidup dalam tatanan ruang lingkup yang dinamis
dan berkelanjutan.
masyarakat sekitar hutan adalah satu kesatuan yang akan menentukan ―nasib‖
hutan dan masyarakat itu sendiri. Manusia yang miskin akan cenderung
kerja. Pada masa-masa awal pembangunan, eksploitasi sumber daya hutan hanya
lama dengan indikasi laju kerusakan hutan saat ini telah mencapai nilai 2,83 juta
Bencana alam yang di alami akhir-akhir ini mulai dari banjir, gempa bumi,
tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan tsunami tiada hentinya selama
terjadi begitu cepat di sekitarnya. Kerusakan hutan dan lingkungan di era otonomi
dan pertambangan pada kawasan hutan. Dampak sosial, ekonomi dan ekologi dari
beberapa taman nasional, hutan lindung, cagar alam, suaka margawastwa dan
taman hutan raya. Yang lebih memprihatinkan lagi, kerusakan hutan di kawasan
hutan konservasi tidak hanya terjadi di zona penyangga, bahkan telah masuk ke
Oleh karena itu kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan sangat diperlukan
guna mempercepat pulihnya kondisi sumber daya hutan yang rusak dan lahan
ini walapun Pemerintah telah mengklaim suatu wilayah sebagai kawasan hutan
namun masih terdapat beberapa pihak terkait yang belum atau tidak mengakui
sangat perlu untuk mengetahui terlebih dahulu ―kepastian kawasan hutan‘ dan di
batasi dengan antara kawasan hutan yang telah diakui keberadannya oleh
masyarakat dan pihak terkait lainnya dan kawasan hutan yang telah kuat
Kehutanan.
kawasan yang telah rusak membutuhkan waktu yang tidak singkat, puluhan
luasan hutan, keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna dapat dipastikan
terbakar, tegakannya tidak lagi terisi penuh dan yang paling parah, penyebaran
Siklus hidrologi tidak lagi stabil, akibatnya pada musim kemarau terjadi
kemarau yang berkepanjangan dan banjir pada musim penghujan. Lapisan ozon
yang berfungsi sebagai pelindung terhadap seluruh makhluk hidup kini makin
menipis dan bisa mengancam kesehatan manusia. Hutan yang rusak tidak lagi
mampu menjadi filter terhadap gas-gas emisi efek rumah kaca, pencemaran udara,
sehingga mengakibatkan terjadi panas bumi atau yang lebih dikenal dengan
rakyatnya belum optimal. Oleh karena itu pembangunan hutan rakyat layak
lahan kritis akan dilandasi oleh alasan-alasan konkret dan logis secara ekonomis
mengapa mereka mau menanam, sehingga akan timbul rasa memiliki (‖sense of
besar, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang sangat tergantung
produk-produk hutan baik kayu maupun non kayu (rotan, damar, gaharu, lebah
madu dsb) yang menjadi gantungan hidup sebagian besar masyarakat sekitar
terjaganya sumber air, mencegah terjadinya bencana alam (banjir, longsor). Selain
telah bergeser fungsi dan manfaat hutan yang semula didominasi aspek ekonomi
sektor kehutanan mempunyai potensi dan peranan yang strategis dalam andil
untuk ikut serta dalam menanggulangi kemiskinan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
pada lahan kritis yang berada pada areal hutan hak (milik masyarakat) dan
yang berkeadilan dimana arah pembangunan berpusat pada rakyat sebagai upaya
masyarakat itu sendiri. Peran individu bukan sebagai obyek melainkan sebagai
kehidupan.
rangka memberdayakan masyarakat sekitar hutan agar mau dan mampu berperan
yang akan dipetik oleh masyarakat. Kelompok ini akan berfungsi sebagai kelas
belajar, wahana bekerjasama dan unit produksi. Tidak semua masyarakat petani
pemerintahan. Wilayah kerja RHL harus dikelola oleh seorang pengelola yang
professional karena akan berfungsi sebagai pengelola berbagai sumber daya yang
ada pada wilayah kerjanya. Seorang pengelola wilayah kerja akan dibantu oleh
adalah :
Salah satu sumber daya alam yang relatif mudah didapatkan, baik di dalam
non kayu diantaranya aren dan madu. Selain bernilai ekonomi tinggi hasil
Kabupaten Pangkep.
ekonomis pohon aren oleh masyarakat masih sebatas pada pembuatan gula
saja.
Alam Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan sebagai pakan lebah
madu. Lebah madu lokal Indonesia, baik Apis dorsata maupun Apis cerana
lama dengan menggunakan glodog yaitu batang kelapa yang dibuat rongga
Volume yang dapat dipanen dari hasil berburu madu rimba adalah berkisar
dunia. Dari jumlah tersebut 90% rotan dihasilkan dari hutan alam yang
dari budidaya rotan. Nilai ekspor rotan Indonesia pada tahun 1992
Kehutanan, dari 143 juta hektar luas hutan di Indonesia diperkirakan hutan
yang ditumbuhi rotan seluas kurang lebih 13,20 juta hektar, yang tersebar
Rotan merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang berperan penting
Indonesia sebagai produsen utama rotan, kini bukan lagi sebagai pemasok
bahan baku bagi industri mebel rotan di luar negeri, tetapi sudah beralih
posisi tawar yang lebih tinggi. Disamping itu untuk meningkatkan gairah
rotan.
yaitu hanya menggunakan faktur angkutan hasil hutan bukan kayu (FA-
kepada masyarkat.
39
dibentuk sebelumnya.
juga ambil bagian dalam hal ini. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dari
tumpang tindih lahan karena lahan sudah dikuasai oleh pihak ketiga.
RHL sangat ditentukan oleh nilai manfaat yang dirasakan oleh semua
Selain ketiga program tersebut masih banyak peran sektor kehutanan yang
diperlukan kajian lebih mendalam untuk memanfaatkan dan menggali peluang dan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan, 2004. Standar dan Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
http://www.dephut.go.id. (15 Juli 2004).
Hidayat, N., 2004. Bahan Masukan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan. http://www.dephut.go.id. (15 Juli 2004).
Sasmita, G., 2006. Jalan Keluar Bagi Kemiskinan. Kompas, 13 September 2006.
Untung, I., 2006. Lorong Berkabut, Catatan Sektor Kehutanan. Unwarna Press.
Jakarta.
42
OLEH :
ERMANSYI
I. PENDAHULUAN
yang ditandai dengan kemajuan teknologi seni dan budaya yang sangat pesat.
Kalau dianalisis dengan kemajuan teknologi seni dan budaya tersebut telah
menyebabkan peta ekonomi dan politik dunia telah berubah secara mendasar
yang semakin meningkat, tingkat polusi udara semakin tinggi rusak atau
flora dan fauna hilang dan rusaknya pemandangan kota serta berbagai macam
ekosistem.
perkotaan yang efesien, nyaman sehat, dan estetis merupakan kewajiban setiap
diatmosfir yang dapat merusak lapisan ozon ( ozon layer ) (Daud Silalahi,
2001).
kemusnahan berbagai spesies flora dan fauna serta erosi. Terjadinya kerusakan
dalam mengelola sumber daya. Dengan akta lain berkembang penduduk secara
mobilitas penyebarannya.
alamiah atau peristiwa alam seperti gempa tektonik, letusan gunung berapi dan
angin topan.
penduduk akan dapat meningkat mobilitas, pertama pada era informasi yang
ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Dan ini akan dapat tercipta kelompok baru yang muncul dalam masyarakat
kebutuhan akan lahan yang meningkat dengan cepat dari berbagai sektor yang
Hal ini dapat dibuktikan karena sering terjadi diperkctaan teratama di kota-
kota besar. Kelompok tertentu memberikan lahan dengan harga murah pada
hal lahan tersebut lebih rendah dari sekitarnya dan merupakan tempat
penampungan air buangan, misalnya penampungan air hujan dan air buangan
tinggi dari lahan sekitaranya. Apabila hujan datang cukup lebat selama sehari
akan serana dan prasarana perkotaan. Hal ini adalah cerminan adanya
lebih baik seperti pelayanan dasar lainnya dan prasarana kota yang berkualitas
termasuk transportasi.
diperkotaan ini.
46
tanaman, pepohon dan bagi pemerintah menanami bunga dan pepohon yang
teratur disetiap pinggir jalan dan sudut kota, sehingga kota kembali menjadi
tersebut, maka dalam makalah ini penulis akan menjabarkan bagaimana hutan
kota dalam memperbaiki mutu lingkungan. Dan bagaimana pula hutan kota
dan pengelompokannya.
47
bunga, telah dilakukan sejak nenek moyang dahulu. Karena dengan penanaman
pohon, membuat dan bunga sebagai hutan kota, sangat berperan untuk
Setiap daun dari pohon kayu, rumput dan bunga yang ditanam
sebagai pembatas, penyatap dan pelantai serta dapat pula mengubah ruang luas
menjadi sempit dan memberikan suasana yang sunyi dan nyaman. Pohon
taman sebagai hutan kota dapat digunakan untuk menciptakan latar yang unik
dalam memperbaiki mutu lingkungan untuk lebih indah nyaman dan sejuk.
lingkungan dikota, selain mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi
mengurangi aroma yang tidak sedap (bau). Grey dan Deneke (1978)
maka harus dipilih jenis tanaman yang cocok untuk ditanami. Pemilihan ini
air, kebutuhan dan toleransi terhadap cahaya matahari, kebutuhan tanah, hama
hutan kota) persyaratan budidaya, bentuk tajuk, tektur, warna dan aroma, banyak
contoh didalam dan diluar negeri yang membuktikan bahwa penanaman hutan
menanam pohon dan tanaman lainnya, sehingga tidak sukar untuk mengajak
vegetasi yang ditanam untuk itu. Dari berbagai peranan dan manfaat yang
bagi makhluk hidup yang ada di alam ini, yang memungkinkan terjadinya
berbagai erosi.
menyerap polutan tertentu. Vegetasi dapat menyaring debu dengan tajuk dan
kerimbunan dedaunannya.
10. Kesehatan warna dan karakter hutan kota dapat digunakan untuk terapi mata
dan jiwa.
11. Dengan membangun hutan kota akan daoat mengurangi polusi air dan
14. Dengan penanaman hutan kota mengandung nilai sosial, politik, dan
ekonomi. Tanaman hutan kota mempunyai nilai sosial yang tinggi, seperti
tamu Negara datang misalnya menanam pohon tertentu ditempat yang sudah
disediakan.
15. Penanaman hutan kota berperang sebagai indikator atau petunjuk bagi
menyerap CO2 dan menghasilkan O2, yang sejak tahun tambahan CO2 dari
pembakaran fosil sebesar 3.64 x 109 ton sedangkan hutang yang ada hanya dapat
dilahan perkotaan. Dan kalau dianalisa bentuk kota tersebut ada yang berbentuk
jalur, menyebar atau bergerombal dan strukturnya dapat juga meniru atau
bagi satwa liar, yang dapat menimbulkan lingkungan yang sehat suasana
nyaman, sejuk dan estetis. Dalam hal ini (Oduma, 1983) mengatakan bahwa
(Haeruman, 1987) mengatakan bahwa hutan kota terletak jauh diluar batas kota,
sepanjang interaksi yang intensif antara penduduk sebuah kota dengan intensif
antara penduduk sebuah kota dengan hutan tersebut berlangsung secara terus
tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan rancangan tata kota dalam bidang
satwa liar adalah hutan kota yang memenuhi kaidah lansekap di perkotaan
(Zoer‘aini, 1994).
juga dapat menurunkan suhu, kebisingan dan debu serta dapat juga untuk
meningkatkan kelembaban.
Bentuk kota tergantung kepada bentuk lahan yang tersedia bentuk hutan
kota
2. Struktur hutan.
4.1. Masalah
ketentuan dan peraturan yang mengatur seperti tata ruang dan peraturan yang
menetapkan suatu rencana. Pada hal aturan tersebut sudah mempunyai kekuatan
peranan hutan kota kepada instansi pemerintah maupun pihak swasta perlu
perkotaan dan pengembil kebijakan karena samapai saat ini secara nyata
jalur hijau yang berubah fungsi menjadi jalur beton dan taman beton, hal ini
c. Perluasan kota yang kurang terencana akan merusak peranan taman, tanaman
4.2. Pembahasan
dilakukan penataan tata ruang kembali dengan menyediakan ruang hutan kota,
tapi ini sangat sulit dilakukan dan kemungkinan besar tidak mungkin. Hal ini
disebabkan walaupun tata ruang sudah ditata namun cepat sekali berubah karena
masyarakat dan masih ada anggapan bahwa penyediaan lahan untuk pembuatan
hutan kota merupakan hal yang kurang bermanfaat. Oleh karena itu, harus dicari
bagaimana caranya memaksimalkan fungsi hutan kota yang sudah ada atau lahan
yang dialokasikan bagi hutan kota untuk menyerap atau meminimalkan hasil
Hutan kota dan taman yang sudah tumbuh dan ada perlu yang
fungsinya, yaitu dengan menanam jenis tanaman yang ideal, baik dipandang dari
Perlu ditumbuhkan persepsi yang sama tentang hutan kota baik perancang,
DAFTAR PUSTAKA
Eckbo, 1956. The Art of Home Lands Caping : MC Grow-Hill Book Company
New York.
Grey, and Deneke, 1978. Urban forestry : Jhon Willey and Sons New York.
Haeruman, H., 1987. Pola Pengelolahan Hutan Kota, Hal. 24 dalam Prosiding
Seminar Hutan Kota di DKI, Jakarta.
Irwan, Z. D., 1994. Peranan Bentuk dan Struktur Kota Terhadap Kwalitas
Lingkungan Kota. Disertasi, PascaSarjana : Institut Pertanian Bogor.
__________, 1996. Hutan Kota Menjadikan Kotanya nan Sehat dan Estetis.
__________, 1997. Lingkungan Perkotaan yang Nyaman Sehat dan Estetis Jurnal
Indonesia, Arsitektur Lansekap, April No.2 Jakarta.
OLEH :
ANUAR SADAT
I. PENDAHULUAN
sekarang ini, terutama diligkungan hutan, 10 % hutan tropis yang tersisa saat ini
Hutan dan lahan merupakan tempat manusia, tumbuhan dan hewan untuk
habitat yang sangat cocok bagi tumbuhan dan hewan tertentu, termasuk manusia
Pengertian hutan disini adalah hutan negara yang berada di atas tanah yang
tidak di bebani hak atas tanah tersebut dan lahan disini lahan untuk keperluan non
kehutanan yang mana kawasan hutan yang dilepaskan atau pinjam pakai untuk
pengelolaan hutan yang berkesinambungan dan berdaya guna dan berhasil guna.
Pemanfaatan hutan dan lahan yang terlalu serakah dan hanya di pandang dari sisi
yang setiap saat banyak pakar mempunyai pendapat dan ide penanggulangannya
yang menurut teori mereka benar. Tetapi setiap tahunnya pada saat kemarau
datang, sesuai 2 (dua) musim yang ada di negara kita yaitu musim kemarau dan
musim penghujan, kita selalu disibukkan dengan bahaya kebakaran hutan dan
lahan dan pencemaran udara dan lingkungan yang disebabkan oleh asap
dua Provinsi yaitu Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat, kabupaten Rokan
Hulu juga berbatasan langsung dengan Empat kabupaten dalam Provinsi Riau
tidak baik terhadap perkembangan mutu lingkungan hidup kita baik dimasa
sekarang maupun dimasa yang akan datang dimana kita dapat merasakan akibat
musnahnya kayu dan hasil hutan lainnya dan juga akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran udara yang sangat hebat khusus di pripinsi Riau kita diselimuti oleh
asap yang tebal yang dampaknya dapat dirasakan diberbagai aspek kehidupan
seperti kesehatan, ekonomi, transportasi (darat, laut dan udara) dan setiap
terdapat lahan-lahan kritis yang mana akan mengurangi jumlah luasan hutan
61
negara kita khususnya di kabupaten rokan hulu yang mana fungsi hutan ini
sebagai pencaga sumber air, kesuburan tanah, mencegah banjir dan erosi tentunya
akan berkurang termasuk disini semakin hilangnya jumlah flora dan fauna yang
endemik.
ekonomi yang berbasiskan kerakyatan. Pembukaan hutan dan lahan dengan cara
membakar adalah hal yang biasa bagi masyarakat rokan hulu selain dengan biaya
yang murah dan ketepatan waktu bisa di prediksi sesuai musim yang berlaku.
ditimbulkan oleh pembakaran ini sangatlah fatal baik terhadap politik luar negari
kita maupun terhadap kondisi dalam negeri kita sendiri terlebih terhadap
sangat berbahaya, terutama bagi kelestarian hutan, flora dan fauna serta zat karbon
(CO2 ) yang dihasilkan, dimana karbon ini adalah zat racun bagi kehidupan
cara membakar karena sistim ini dinilai mudah, murah dan waktu relatif singkat.
Namun dampak yang diakibatkan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat setempat
namun bersifat nasional bahkan lintas batas negara di kawasan regional asia
yang komplek seperti kebijakan yang tidak tepat dan tidak terlaksana, lemahnya
berkepanjangan.
terkait dengan salah satunya kegiatan pembukaan lahan dalam usaha pertanian
Luas areal hutan dan lahan yang terbakar untuk areal perkebunan termasuk
disini areal perkebunan masyarakat sejak tahun 1997 sampai dengan 2005
diperkirakan 43.558,28 ha, kalau di urutkan lagi sejak otonomi daerah tahun 2000
sampai dengan 2005 luas areal kebakaran untuk areal perkebunan adalah
berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Propinsi Riau yang sebagian
hektar disini termasuk hutan lindung, hutan produksi tetap dan hutan produksi
kehidupan, memandang keadaan demikian, hutan dan tanah telah perhatian yang
istimewa dalam kehidupan puak melayu di riau termasuk masyarakat Rokan Hulu.
Nusantara V (PTPN V), PT. Plasma Inti Sawit, PT. Sawit Asahan Indah, PT.
Gerbang Sawit Indah dan lain-lain (Disbun ROHUL, 2006), dimana untuk
pembukaan kawasan perkebunan cara yang sangat efektif dan efisien di pandang
Tatanan masyarakat Rokan Hulu sampai pada saat ini yang sangat menarik
diperhatikan adalah budaya atau kebiasaan yang secara turun menurun bagi
membakar lahan. Kenapa ini perlu di bahas, karena kebakaran hutan ini
yang beragam, salah satunya kebutuhan akan lahan pertanian dan perkebunan
kondisi yang faktual sekarang ini banyaknya masyarakat yang merambah kawasan
hutan untuk dijadikan areal pertanian dan perkebunan ini tidak bisa dihindari
dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan setiap tahunnya. Kebakaran hutan
dan lahan yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang harus dibayar mahal
masarakat adalah bertani padi (Sawah, Ladang Tadah Hujan) dan perkebunan
Pola bertani masarakat dengan berladang tadah hujan dan berkebun kelapa
sawit dan karet sangat erat hubungannya dengan pembukaan wilayah hutan dan
proses pembakaran lahan, dimana belum ada cara pembukaan lahan yang di
ketahui oleh masarakat umum di Rokan Hulu selain dengan membakar, karena
dengan membakar secara ekonomis sangat murah dan terhadap tanaman padi
khusus ladang tadah hujan ini sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah
ROHUL). Setiap tahunnya masyarakat Rokan Hulu membuka hutan dan lahan
untuk dijadikan areal pertanian dan perkebunan dan cara yang digunakan sudah
ha lahan kritis yang umumnya disebabkan oleh pembukaan hutan untuk areal
pertanian dan perkebunan (Statistik Dinas Kehutanan Propinsi Riau Tahun 2005),
dibanding dengan jumlah penduduk Rokan Hulu ± 372.677 jiwa, yang mana 80
pembukaan hutan dan lahan karena berakibat tidak baik untuk lingkungan dan
Rokan Hulu atau masarakat Indonesia yang dalam sejarah sudah tercatat sebagai
masyarakat agraris. Kalau memang harus larangan ini di patuhi oleh setiap warga
negara. Solusi apa yang disediakan oleh pemerintah kegiatan pertanian tetap
pertanian tradisonal tetap berjalan tetapi tidak merusak lingkungan hidup kita.
pertanian dan perkebunan masyarakat harus terus berjalan dengan sistem jalur dan
areal/lahan yang berpungsi sebagai areal konservasi dengan radius tertentu seperti,
kiri kanan sumber mata air, sungai, anak sungai, daerah yang terjal (lereng dan
gunung) sehingga fungsi lingkungan tetap terjaga dan masyarakat bisa berusaha,
ini membantu mewujukan masyarakat adil dan makmur sesuai tujuan bangsa
Indonesia.
66
hutan dan lahan ada 3 (tiga unsur) yaitu : Panas, bahan bakar dan oksigen, karena
oksigen terdapat hampir merata disemua wilayah maka hanya panas dan bahan
1. Panas.
Unsur panas hanya berperan pada musim kemarau, dimana hampir seluruh
hutan dan lahan berasal dari manusia, ada dua hal yang berkaitan dengan
sumer api antara lain sumber api dari manusia yaitu kebaran hutan dan lahan
dan sumber api yang disebabkan oleh faktor alam seperti simber api dari
2. Bahan Bakar.
dan lahan, 5 (lima) hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan
a. Hutan Primer, pada kondisi hutan seperti ini serasah dilantai hutan tipis,
kelembaban tinggi dan suhu udara pun rendah karena penutupan tajuk
b. Areal bekas tanaman ini sangat rawan terjadinya kebakaran hutan karna
kondisi serasah yang tebal dan sisa pembalakan seperti cabang dan ranting
pada lapisan bawah masih terdapat tanaman seperti ilalang, disini resiko
pada musim penghujan akan terjadi kebasahan dan musim kemarau akan
terjadi kekeringan yang mana kondisi ini sangat beresiko tinggi terjadinya
kebakaran hutan dan lahan dalam waktu yang lama karna sumber api
lahan ada 3 (tiga) hal yang perlu mendapat perhatian antara lain :
indonesia dan musnahnya hasil hutan ikutan seperti rotan, damar, getah-
yang lama tak dapat disangkal lagi telah mengubah jutaan hektar hutan di
b. Kerusakan Lingkungan.
c. Asap
kalimantan tertutup asap tebal. Transoprtasi, baik laut darat dan udara
terganggu dan beresiko kecelakaan. Asap itu tak jarang juga menutupi negara
internasional.
oksigen, panas dan bahan bakar sebagaimana yang diuraikan diatas ada faktor
tambahan yang mempunyai hubungan yang erat yaitu faktor ekonomi masyarakat
dan pola pertanian yang dianut oleh masyarakat khususnya di Kabupaten Rokan
dikembangkan tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan pangan, sandang mereka, ini
masyarakat mulai menggarap kawasan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan
perkebunan sementara pola yang dianut oleh masyarakat selama ini dalam proses
69
secara bersamaan.
merubah strukrur alami suatu kawasan sehingga terciptanya kawasan baru dengan
dan lahan, perlu dulu kita memahami apa pengertian pembakaran dan kebakaran
a. Pembakaran
Proses ini dilakukan pada saat mulai memasuki musim kemarau dengan
oleh para pengelola lahan seperti peladang, pengusaha kebun, dan pemilik
b. Kebakaran
kegiatan karena kelalaian, kondisi cuaca dan kaadaan bahan bakar. Ukuran api
tersebut bisa kecil, sedang dan sampai dengan besar. Pada tahap ini, upaya
kebakaran hutan dan lahan jauh dari pusat pemukiman, serta akses ke lokasi
seperti jalan relatif sulit, saat ini pemantauan masih mengandalkan pada
Hasil dari pemantauan terhadap kebakaran hutan dan lahan setiap bulannya
dapat diambil datanya yang jumlah dan frekwensinya sesuai dengan tingkat
Sosialisasi penyiapan lahan tanpa bakar dan peringatan dini kebakaran perlu
melalui :
bergilir.
dengan satelit juga dapat dilakukan dengan pola pendekatan kepada pemerintah
(kepala desa) dan tokoh-tokoh adat yang dianggap berpengaruh, karna setiap
72
kepala desa/tokoh adat memiliki wilayah kerja secara administrasi dan mereka
selalu menjaga daerah teritorial yang dimilikinya dengan syarat negara harus
yang sesuai dengan jerih payah/usaha yang dilakukan mereka dengan aturan yang
(insentif, pemberian bibit gratis) terhadap petani yang tidak membakar dalam
menyediakan teknologi yang cukup untuk petani agar tidak membakar dalam
kegiatan penyiapan lahan pertanian dan perkebunan dengan biaya yang relatih
murah dan mudah dalam memperolehnya, karena kebakaran ini sulit untuk
dihindari saat kemarau datang, disaat bersamaan pula dengan musim tanam
DAFTAR PUSTAKA
Deddy A. 2001. Pemantauan dan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan, hal.
11, Proseding Seminar Sehari tentang Akar Penyebab dan Dampak
Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera, Penyelenggara Bandar
Lampung.Departemen Kehutanan, 1997. Dampak Kebakaran Hutan dan
Lahan, Jakarta.
Dinas Pertanian Kabupaten Rokan Hulu, 2006. Masyarakat Rokan Hulu adalah
Masyarakat Agraris, Pasir Pengaraian.
PUSDALAKARHUTLA Propinsi Riau, 2005. Luas Areal Hutan dan Lahan yang
Terbakar Sejak Tahun 1997 Sampai dengan 2005 di Propinsi Riau,
Pekanbaru.
Statistik Kehutanan Propinsi Riau, 2005. Luas Lahan Kritis dalam Kawasan
Hutan Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan TGHK, Pekanbaru.
OLEH :
ERNI YANTI
I. PENDAHULUAN
Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim merupakan salah satu
Undang Nomor : 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
Terbentuknya Tahura Sultan Syarif Hasyim telah dirintis sejak tahun 1985
1996 kawasan Tahura Sultan Syarif diperluas menjadi ± 5.000 ha. Kemudian
luasannya berkembang menjadi 40.000 Ha (seluruh areal eks bekas HPH PT.
Sindotim), namun akibat adanya kepentingan pemakaian dan tumpang tindih areal
Sultan Syarif Hasyim. Berdasarkan hasil tata batas defenitif temu gelang
sepanjang 45 Km, maka luas Tahura Sultan Syarif Hasyim diketahui 6.172 Ha,
76
teladan bagi generasi sesudahnya. Sultan Syarif Hasyim adalah ayahanda dari
Sultan Syarif Qasyim yang lebih dulu dikenal sebagai salah satu pahlawan
nasional Riau.
Mackinnon, Child dan Thorsell (1986), mengatakan hutan hujan dataran rendah
memiliki keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang tinggi, hal ini berasosiasi
dengan rendahnya kepadatan spesies. Ini merupakan hal yang utama membuat
4. Landskap atau ciri geofisik yang bernilai estetik atau pengetahuan, misalnya
Tahura Sultan Syarif Hasyim sebagai kawasan yang dilindungi telah memenuhi
persyaratan.
dalam kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim seperti illegal logging dan
perambahan.
kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim merupakan daya tarik yang menyebabkan
terjadinya kegiatan illegal logging. Kemudian letak Tahura Sultan Syarif Hasyim
yang dekat dari kota Pekanbaru dan mudah untuk dicapai serta topografi tanah
Tahura Sultan Syarif Hasyim sangat rawan terhadap perambahan yang dilakukan
ataupun perusahaan.
Provinsi Riau Tahun 2002 dari luasan kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim
Khususnya untuk wilayah Tahura Sultan Syarif Hasyim yang berada di Kabupaten
Kampar semuanya telah mengalami perambahan dan telah dijadikan kebun kelapa
sawit. Padahal keberadaan Tahura sangat penting yang dapat dijadikan sebagai
78
di dalam kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim yang belum dilengkapi dengan
yang ada Tahura. Disamping itu kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah
yang belum jelas dan tegas dalam mengatasi perambahan menyebabkan sulitnya
kawasan tersebut.
Pengelolaan Tahura Sultan Syarif Hasyim yang telah ditetapkan oleh Departemen
sebagai zonasi perlindungan yang berfungsi sebagai sumber plasma nutfah hutan
Hasyim yang dimiliki Dinas Kehutanan Provinsi Riau (2003) dapat disampaikan
(luas 806,86 Ha=12 %), Kecamatan Minas Kabupaten Siak (luas 2.323,33 Ha =
strategis karena dekat dengan ibukota provinsi. Untuk mencapai kawasan tersebut
dan waktu tempuh ± 15 menit. Secara geografis kawasan ini terletak pada
2.2. Topografi
kecil disebelah timur Sungai Takuana Buluh, datar hingga berombak disebelah
baratnya dan tidak seberapa luas di kanan dan kiri sungai (bagian hilir) berupa
sungai. Lebar lembah 25-200 meter dan ketinggian kawasan dari permukaan air
2.3 Iklim
Pekanbaru, Kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim termasuk dalam Tipe Iklim A
(menurut Scmidt dan furguson, 1951) yakni tipe iklim hujan tropis, rata-rata curah
hujan 2.445 mm per tahun, curah hujan terbesar terjadi pada bulan Nopember dan
terendah pada bulan Juni,sedangkan hari hujan setiap bulannya berkisar antara 4-
26 hari, hari hujan terkecil terjadi pada bulan Juli dan terbesar pada bulan April.
Temperatur udara rata-rata 20,550 C-34,240 C dan kisaran minimum 190 C yang
terjadi pada bulan Januari dan maksimumn 35,80 C yang terjadi pada bulan Mei.
Daerah ini tersusun dari batuan sedimen tufa yang berombak sampai
bergelombang. Bahan induk batuan yang dominan adalah batu lempung, batuan
bersilika, batu pasir dan batu lapis. Formasi geologi yang terdapat di kawasan ini
Jenis tanah yang dominan adalah tanah Tropodults atau setara dengan
Podsolik Merah Kuning pada lereng dan punggung bukit dan Tropaguepts atau
setara dengan aluvial yang sudah mulai berkembang pada pinggir sungai. Tektuir
tanah horison A1 adalah lempung pasiran (sandy clay loam) dan geluh lempung
pada A2, makin kedalam makin tinggi kadar lempungnya. Struktur tanah, remah
sampai gumpal menyudut untuk horoson A dan gumpal menyudut sampai mapat
yang rendah.
81
2.5. Hidrologi
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim merupakan daerah tangkapan air
bagi Sungai Siak. Beberapa aliran sungai kecil mengalir di dalamnya membentuk
pola dendritik. Sungai terbesar yang mengalir adalah Sungai Takuana yang
Sungsang dan Takuana Buluh) bermuara ke Sungai Tapung (anak Sungai Siak).
Sungai di dalam kawasan ini dikelompokan kedalam 3 buah sub DAS kecil
terdapat di kawasan ini, luas Sub DAS 1 sebesar 3.642,4 Ha, luas Sub DAS 2
2.6.Penutupan Vegetasi
Syarif Hasyim sudah tidak utuh lagi hingga taraf memperihatinkan akibat
penebangan liar (illegal logging) dan perambahan. Ada pun kondisinya sebagai
berikut :
a. Hutan : 1.887,56 Ha
b. Kebun : 2.518,52 Ha
c. Alang-alang : 381,17 Ha
d. Belukar : 886,22 Ha
e. Akasia : 486,73 Ha
f. Danau : 12,08 Ha
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2006 kawasan Tahura Sultan
kondisinya masih asli belum ada gangguan yang kaya akan keanekaragaman
hayati.
2.7.Potensi Kawasan
Ekosistem dalam Tahura Sultan Syarif Hasyim berupa hutan hujan tropika
dataran rendah memiliki iklim yang sangat basah, tanah kering dan ketinggian di
bawah 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Jenis-jenis yang dominan di areal
tahura ini adalah suku Dipterocarpacea, dimana vegetasinya termasuk zona barat
yang meliputi Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Semenanjung Malaya. Dari
hasil pengamatan dilapangan ditemui sebanyak 127 pohon yang tergolong dalam
32 jenis, 28 marga dan 26 suku. Jenis yang dominan pada sub ekosistem ini
adalah jenis meranti (Shorea parvifolia) dan Parashorea diptera yang keduanya
buah, jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan jenis tanaman
yang bermanfaat sebagai obat yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh penduduk
saja yaitu Dacryodes rostrata. Sedangkan jenis yang langka yang terdapat di
Tahura Sultan Syarif Hasyim yaitu Kayu Gaharu (Aquilaria malaccensis). Jenis
ini tergolong langka karena hanya tedapat dalam tingkatan tiang dan semai tetapi
sp), Ular (Sanca sp), Biawak (Varanus salvator), Tapir (Tapirus indikus) dan
Pengamatan flora dan fauna di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim juga
Kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim terdapat tidak kurang dari 127 tumbuhan
langka yaitu :
Sultan Syarif Hasyim dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah hutan hujan
tropika dataran rendah yang ada di Provinsi Riau dan untuk areal yang telah
mengalami kerusakan jika ditata dan direhabilitasi kembali dengan tanaman in-
situ maupun ex-situ maka Tahura Sultan Syarif Hasyim dapat dijadikan tempat
koleksi tumbuhan hutan dataran rendah seluruh Sumatera dan koleksi tanaman
85
eksotik yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Kawasan ini dengan morfologi
yang terisolasi dari sekelilingnya, kawasan ini mendapat sejumlah pengaruh luar,
masyarakat sekitarnya.
2. Melindungi tanah
3. Stabilitas iklim
keanekaragaman biologis
7. Pengembangan kepariwisataan
Hasyim sebagai salah satu kawasan yang dilindungi mempunyai fungsi ekologi
sebagai berikut :
1. Hidrologi.
Vegetasi alami yang terdapat di dalam kawasan tahura berlaku seperti spon
untuk mengatur dan menstabilkan aliran permukaan. Akar pohon dan vegetasi
lainnya yang dalam membuat tanah lebih meresapkan air sehingga aliran
kawasan hutan dataran rendah yang tersisa dalam kelompok hutan Takuana
bagi daerah sekitarnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat sekitar
2. Stabilitas Iklim.
hujan di kawasan sekitarnya dengan mendaur ulangkan uap air pada keadaan
kawasan sekitarnya.
Kawasan tahura yang masih berhutan kaya akan keanekaragaman sumber daya
yang lebih bersih, lebih indah dan lebih damai dari tempat lain dimanapun tak
Hasyim.
kawasan yang lebih luas. Kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim memberikan
perlindungan bagi populasi berbagai jenis satwa yang penting dalam menjaga
keseimbangan lingkungan.
dirasakan pertama kali oleh masyarakat yang ada disekitar kawasan Tahura Sultan
Syarif Hasyim.
Dampak lain yang terjadi akibat aktifitas perambahan dan illegal logging
Hasyim dan sumber plasma nutfah yang dapat berfungsi sebagai sumber tanaman
seluas 300 Ha di dalam kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim dikwatirkaan akan
berdampak terhadap ekosistem yang ada di dalam Tahura baik dalam tahap
dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Hutan Pelestarian Alam dan Taman Buru. Hutan Pelestarian Alam adalah
hutan dengan ciri khas tertentu, dengan fungsi pokok perlindungan sistem
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
91
koleksi.
berwenang.
ekosistem Tahura
92
yang ada
bidang kebudayaan
penyangga kehidupan.
yang berasal dari kawasan Tahura setempat (asli) maupun Sub species
tanaman budidaya.
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. Di dalam blok pemanfaatan
93
boleh didirikan bangunan sarana dan prasarana wisata namun tidak boleh
Blok lainnya adalah bagian dari kawasan Tahura yang berbeda kondisinya
dan ekosistemnya
dengan sumber daya alam. Selain itu juga untuk pemanfaatan potensi
c. Blok religi, sejarah dan budaya adalah bagian dari Tahura yang di
dana yang berasal dari APBD maupun APBN untuk mengembalikan fungsi
yang telah mengalami kerusakan. Namun demikian kegiatan rehabilitasi ini tidak
seimbang dengan laju aktifitas perambahan yang terjadi di dalam kawasan tahura.
Tidak adanya kejelasan dan ketidak tegasan dari pemerintah dalam menangani
semakin hari semakin rawan terhadap perambahan dan sulitnya untuk melakukan
dituntaskan.
mestinya dan aktifitas perambahan yang ada di dalam kawasan tahura harus
segera dihentikan tanpa adanya kompensasi berupa ganti rugi terhadap kebun
karena itu setiap aktifitas pemanfaatan tahura harus lestari dan diarahkan untuk
kawasan tahura meliputi seluruh proses yang berjalanan dalam ekosistem. Ini
melestarikannya.
dilakukan oleh instansi yang membidanginya saja tetapi juga harus melibatkan
Instansi dan lembaga terkait, masyarakat dan stakeholders lainnya. Hal ini sangat
diperlukan untuk saling belajar dan tukar menukar informasi, pemberian saran,
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kehutanan Provinsi Riau. 2003. Maste Plan Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasyim. Proyek Pengembangan Tahura Sultan Syarif Hasyim
Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Pekanbaru.
OLEH :
E. ZIKRA HABIBAH
I. PENDAHULUAN
hutan tropis menghasilkan segalanya, mulai dari pangan, tumbuhan obat, sampai
paling beragam di dunia, mendukung berbagai jenis jutaan spesies hewan dan
menyediakan kayu, makanan dan kehidupan bagi mereka yang tergantung pada
hutan.
Hutan hujan tropis merupakan salah satu habitat yang mempunyai jenis
yang paling kaya di dunia. Mereka memberi jasa penting di bidang biologi, sosial
dan ekonomi. Meskipun secara global telah mendorong agar ekosistem tropis
dipelihara secara utuh namun nilai ekonomis merubah hutan tropis sebagai
hutan tropis terus berlanjut. Ancaman dalam bentuk kehilangan dan fragmentasi
habitat salah satu kendala yang paling sering dihadapi jenis untuk melewati daerah
hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan
kekayaan hayati yang unik. Tipe-tipe hutan utama di Indonesia berkisar dari
alpin di Irian Jaya (kadang juga disebut Papua). Indonesia juga memiliki hutan
mangrove yang terluas di dunia. Luasnya diperkirakan 4,25 juta hektar pada awal
Saat ini Indonesia kehilangan sekitar 2 juta hektar hutan setiap tahun.
Skala dan laju deforestasi sebesar ini belum pernah terjadi sebelumnya.
kekhawatiran mereka mengenai kerusakan yang akan segera terjadi. Dalam kasus
jumlah spesies tidak dibesar-besarkan. Survey terbaru dan yang paling diakui
Dipterocarpaceae dataran rendah – habitat tropis yang paling kaya akan lenyap
Seratus tahun yang lalu Indonesia masih memiliki hutan yang melimpah,
hutan total pada waktu itu diperkirakan sekitar 170 juta ha. Saat ini, tutupan hutan
sekitar 98 juta hektar, dan paling sedikit setengahnya diyakini sudah mengalami
Indonesia kehilangan sekitar 17 persen hutannya pada periode tahun 1985 dan
1997. Rata-rata, negara kehilangan sekitar satu juta hektar hutan setiap tahun pada
tahun 1980-an, dan sekitar 1,7 juta ha per tahun pada tahun 1990-an. Sejak tahun
1996, deforestasi tampaknya malah meningkat lagi sampai sekitar 2 juta ha per
tahun. Pada tingkat ini, tampaknya seluruh hutan dataran rendah Indonesia yang
paling kaya akan keanekaragaman hayati dan berbagai sumber kayu akan lenyap
kegiatan pembalakan skala besar sampai pembukaan hutan skala kecil oleh para
keluarga petani; dari tebang habis untuk membuka lahan industri pertanian sampai
di setiap tingkat masyarakat – oleh para pejabat yang korup, militer, para operator
liar dan kelompok perusahaan kayu (HPH) yang resmi. Namun, meskipun hutan-
hutan Indonesia begitu penting, dan betapa cepatnya hutan-hutan itu lenyap,
informasi yang akurat dan terkini tentang luas dan kondisi hutan juga tidak ada,
atau sulit diperoleh. Tidak ada pencatatan terpadu mengenai kawasan hutan
101
Indonesia memang kaya puspa dan satwa. Sederet rekor dan catatan
kekayaan ditorehkan oleh negeri ini. Namun Indonesia justru penyumbang laju
kepunahan kehati terbesar di dunia. Makin lama, semakin panjang saja daftar jenis
Keanekaragaman flora dan fauna merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
hutan tropis. Lebih dari 70 persen jenis tumbuhan dan satwa (berarti lebih dari 13
juta jenis) di dunia hidup di hutan tropis. Berbeda dengan hutan di daerah lain
yang jenis pohonnya hanya beberapa gelintir saja, di hutan tropis dapat ditemukan
Indonesia pernah dikenal sebagai salah satu negara yang paling kaya
bukan hanya dalam hal luas hutannya tetapi juga keanekaragaman hayati yang
(urutan kedua di dunia, kita hanya kalah tipis dari Brazil), 39 persennya endemik
Indonesia atawa tidak dapat dijumpai di negara lain. Sementara itu, meskipun kita
berada di urutan kelima dalam hal jumlah jenis burung yang dimiliki (total 1,531
jenis) namun kita merupakan negara paling kaya dengan jumlah jenis burung
sebaran-terbatas yang terbanyak di dunia, dan 397 jenis burung hanya dapat
Dalam hal kekayaan jenis ikan air tawar, Indonesia yang memiliki sekitar
1.400 jenis hanya dapat disaingi oleh Brazil. Di bidang kelautan, Indonesia
memiliki kekayaan jenis terumbu karang dan ikan yang luar biasa, termasuk 97
102
jenis ikan karang yang hanya hidup di perairan laut Indonesia. Tentang tumbuhan,
kekayaan Indonesia juga tidak diragukan sebagai lima besar negara terkaya
dengan lebih dari 38.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi alias tumbuhan yang
memiliki akar-batang-daun yang jelas dapat dibedakan. Dengan 477 jenis dan 225
daratan Indonesia hanya 1,3 persen dari luas daratan permukaan bumi,
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya luar biasa tinggi, meliputi 11 persen
spesies tumbuhan dunia, 10 persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung
(Gambar 1.). Sebagian besar dari spesies ini berada di dalam hutan-hutan
biogeografi utama dan keanekaragaman tipe-tipe habitat yang luar biasa. Banyak
pulau yang terisolasi selama ribuan tahun, sehingga tingkat endemiknya tinggi.
Sebagai contoh, dari 429 spesies burung endemik lokal, 251 di antaranya adalah
spesies unik yang terdapat di suatu pulau tertentu saja. Sebagian besar serangga
Indonesia juga tidak ditemukan di tempat lain, dan sebagian marga berada terbatas
20
15 16
10 11 10 Persen
6 6 7 6
5
0
Burung
Tumbuhan
Ikan air
Reptil
Mamalia
Total
Amfibi
tawar
tingkat
tinggi
Spesies
adalah Irian Jaya (tingkat kekayaan spesies dan endemisme tinggi), Kalimantan
kekayaan spesies sedang, endemisme tinggi). Indonesia juga menjadi rumah bagi
badak, dan gajah. Sejak awal tahun 1930, tiga subspesies harimau: Harimau Bali,
Dari ketiga subspesies ini, Harimau Bali (Panthera tigris balica) menjadi punah
pada akhir tahun 1930-an dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) punah
pada tahun 1970-an. Saat ini, yang masih tersisa hanya subspesies dari Sumatera.
Karena pola hidup harimau yang soliter dan nokturnal, hampir mustahil untuk
diyakini berjumlah sekitar 400-500 ekor, sebagian besar hidup di lima taman
jumlah harimau di pulau ini sekitar 1000 ekor. Meskipun harimau mampu hidup
dan juga permintaan pasar terhadap berbagai produk yang berasal dari harimau
tiger.org.uk, 2001 ).
Nasib spesies mamalia lainnya juga tidak jauh lebih baik. Badak Sumatera
dan Badak Jawa keduanya termasuk spesies terancam punah dalam kategori kritis
mamalia besar yang paling langka di dunia, jumlahnya diperkirakan hanya 54-60
ekor pada tahun 1995, dan sebagian besar hidup di satu kawasan lindung, yaitu
semua populasi yang ada, jumlah badak telah merosot lebih dari 50 persen selama
dekade yang lalu. Hanya sekitar 400 badak diketahui terdapat di Indonesia.
Fragmentasi dan konversi habitat secara khusus juga telah menghancurkan spesies
The Primate Specialist Group dari IUCN baru-baru ini telah menetapkan
dua spesies, yaitu Orangutan Sumatera (Pongo pygmaeus) dan Owa Jawa
daftar 25 primata yang terancam punah. Owa Jawa yang berjumlah antara 300-
dan Sumatera Barat. Seperti kondisi mamalia yang paling terancam punah,
populasi. Namun, perburuan untuk memperoleh makanan dan untuk tujuan olah
raga, perdagangan binatang peliharaaan ilegal, dan pengelolaan yang tidak efektif
Salah satu bukti nyata adalah kawasan TNKS (Taman Nasional Kerinci
Seblat) sebagai salah satu kawasan hutan tropis terbesar yang masih ada di Bumi
ini. Kawasan seluas 1.375.349 hektar ini secara administratif terdapat di empat
provinsi bertetangga, yakni Jambi (32 persen), Sumatera Barat (25 persen),
Bengkulu (25 persen), dan Sumsel (18 persen). Sejak tahun 2002 hingga April
2004 penebangan liar di TNKS masih terus berlangsung. Jika bertambah lima
persen saja luas kerusakan itu, hutan TNKS yang sudah rusak bisa mencapai 15
Data dari Balai TNKS menyebutkan, di hutan taman nasional itu terdapat
lebih dari 370 jenis burung, 90 jenis mamalia, termasuk di antaranya delapan jenis
primata dan berbagai jenis reptil, amfibia, dan ikan. Dari berbagai jenis fauna itu
terdapat sejumlah satwa yang dilindungi karena terancam punah, seperti badak
flora yang mencapai sekitar 4.000 spesies. Beberapa di antaranya yang termasuk
spesifik, antara lain, pinus mercusi strain kerinci, kayu pacet (Harpulia arborea),
Akan tetapi, upaya pelestarian TNKS hingga kini tidak bisa berjalan
perburuan liar, penambangan tanpa izin, tata batas, dan pembangunan jalan yang
dan kayu gergajian, kayu lapis dan hasil kayu lainnya, serta pulp untuk pembuatan
kertas. Lebih dari setengah hutan di negara ini, sekitar 54 juta hektar, dialokasikan
untuk produksi kayu (meskipun tidak semuanya aktif dibalak), dan ada 2 juta ha
lagi hutan tanaman industri yang telah didirikan, yaitu untuk memasok kayu pulp.
Volume dan nilai produksi kayu Indonesia sulit ditentukan secara persis: data
yang disediakan oleh FAO, the International Tropical Timber Organization dan
domestik dan harganya umumnya jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasar
perekonomian Indonesia.
Pada tahun 1997, sektor kehutanan dan pengolahan kayu menyumbang 3,9
persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan ekspor kayu lapis, pulp dan kertas
nilainya mencapai 5,5 miliar dolar. Jumlah ini nilainya hampir setengah dari nilai
ekspor minyak dan gas, dan setara dengan hampir 10 persen pendapatan ekspor
ekspor bagi perekonomian tahun 1980-an dan 1990-an, tetapi ekspansi ini dicapai
dengan mengorbankan hutan karena praktek kegiatan kehutanan yang tidak lestari
sama sekali. Industri pengolahan kayu di Indonesia saat ini membutuhkan sekitar
80 juta meter kubik kayu tiap tahun untuk memasok industri penggergajian, kayu
lapis, pulp dan kertas. Jumlah kayu yang dibutuhkan ini jauh lebih besar daripada
yang dapat diproduksi secara legal dari hutan alam dan HTI. Akibatnya, lebih dari
(www.fwi.or.id, 2006).
secara pasti, yang tinggal di dalam atau di pinggir hutan atau hidupnya bergantung
pada hutan. Angka estimasi yang dibuat selama beberapa dekade yang lalu sangat
bervariasi dari 1,5 sampai 65 juta orang bergantung pada definisi mana yang
pangan lainnya dengan memancing, berburu, menebang dan menjual kayu, dan
mengumpulkan hasil-hasil hutan nonkayu (NTFP) seperti rotan, madu, dan resin
untuk digunakan dan dijual. Budidaya tanaman perkebunan seperti kopi dan karet
juga merupakan sumber pendapatan yang penting. Salah satu hasil hutan nonkayu
dunia, dengan pasokan yang melimpah dari rotan liar dan hasil budidaya yang
108
mencapai 80 sampai 90 persen dari pasokan rotan di seluruh dunia. Jutaan orang
pengobatan. Tanaman obat dan hasil hutan nonkayu lainnya belum begitu dihargai
dan sulit untuk mendokumentasikannya, karena sebagian besar dari tumbuhan ini
tidak muncul dalam transaksi di pasar resmi sehingga tidak dimasukkan kedalam
dan satwa liar" untuk tahun fiscal 1999/2000 lebih dari 1,5 miliar dolar, tetapi
rincian dari nilai total ini tidak dijelaskan. Manfaat nilai guna yang sifatnya bukan
yang nilainya hanya 100 dolar setiap tahun, maka nilai totalnya akan menjadi 3
negara tahun 1984 dan 1997 menunjukkan bahwa secara nasional kawasan hutan
lindung bertambah luasnya dari 29,3 juta ha menjadi 34,6 juta ha. Kawasan hutan
dari 64 juta ha menjadi 58,6 juta ha. Sementara itu hutan konversi yang digunakan
terus mengalami penurunan dari seluas 30 juta ha pada tahun 1984 menjadi 8,4
sampai dengan Juni 1998, kawasan hutan produksi dan konversi tersebut di atas
telah dialokasikan untuk HPH (Hak Pengusahaan Hutan) seluas 69,4 juta ha, dan
dicadangkan untuk HTI (Hutan Tanaman Industri) seluas 4,7 juta ha,12 serta
untuk perkebunan besar (bukan kebun rakyat) seluas juta 3 ha. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 21 Tahun 1970 dan No. 9 Tahun 1990, pembangunan HPH dan
kawasan HTI terdapat hutan alam yang masih produktif rata-rata sebesar 22% dari
seluruh kawasan hutan yang dikelolanya. Dengan demikian, hutan alam yang
dikonversi dalam pembangunan HTI sampai dengan Juni 1998 adalah seluas 1
Banyak hutan di dunia yang diubah menjadi areal perkebunan. Para aktivis
yang tidak dapat diperbaiki lagi. Menurut laporan Bank Dunia, lebih dari setengah
dan Kalimantan diprediksi akan musnah pada tahun 2010 (www.fwi.or.id, 2006).
110
bukan saja karena adanya permintaan atas kayu tropis, akan tetapi semakin
perlindungan WWF.
persen minyak kelapa sawit yang diperdagangkan di dunia berasal dari Indonesia
(www.dw-world.de, 2006).
Konversi hutan alam masih terus berlangsung hingga kini bahkan semakin
mengkonversi hutan.
praktek konversi hutan alam untuk pengembangan areal perkebunan kelapa sawit
telah menyebabkan jutaan hektar areal hutan konversi berubah menjadi lahan
terlantar berupa semak belukar dan/atau lahan kritis baru, sedangkan realisasi
(Achmad, 2006).
dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada
kawasan hutan konversi, melainkan juga dibangun pada kawasan hutan produksi,
hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang
Setiap hari, bisa jadi kita menggunakan salah satu produk yang berasal
dari minyak sawit. Sabun, margarin, bahan tambahan makanan hingga biodiesel,
ini mendorong pesatnya peningkatan luas perkebunan sawit dunia dalam 25 tahun
terakhir.
Bagi Indonesia, sawit adalah salah satu sumber pendapatan utama. Dari
sekitar 11 juta hektar perkebunan sawit di seluruh dunia, lebih dari 6 juta hektar
tropis yang dibuka dan ditebang luasnya jauh lebih besar dari angka tersebut.
intensif, salah satunya herbisida kerap digunakan dan menjadi salah satu faktor
berbagai hewan seperti dengan gajah dan harimau tidak dapat dihindari, seperti
yang kerap terjadi di Sumatera. Sementara, sebagian hewan lainnya, semisal orang
dengan cara membakar, menimbulkan masalah kabut asap yang sejak era 90-an
bahkan menyebar hingga ke negeri tetangga. Bukan hanya nafas yang semakin
sesak akibat infeksi saluran nafas dan masalah kesehatan lainnya yang muncul
hutan menjadi terancam. Hak dan kepentingan mereka kerap dilanggar oleh para
pelaku industri perkebunan sawit yang melanggar batas-batas tanah adat dan
lahan kritis dan akan meninggalkan gurun yang tak mampu lagi memberikan
selalu menjadi sebuah program utama dari pemerintah saat ini, dengan asumsi
Kondisi lahan di kawasan hutan tropis telah disajikan oleh alam untuk
antara manusia, satwa dan vegetasi, beserta komponen lingkungan lainnya telah
kawasan, secara perlahan kemudian akan menyajikan hamparan lahan kritis dan
gurun yang hanya akan mampu menopang sebagian kecil makhluk hidup.
merupakan sebuah upaya untuk tetap menjaga ketersediaan hara di dalam lapisan
Pengetahuan yang dibentuk dari proses belajar dari alam ini, senyatanya telah
Perladangan gilir balik yang dilakukan oleh komunitas lokal, termasuk sistem tata
114
ruang komunitas lokal, bukanlah semata untuk penguasaan atas lahan, namun
dengan komoditi satu jenis (monokultur), maka yang terjadi adalah pengikisan
tanah dan pencucian zat hara dan mineral tanah yang secara perlahan akan
menyisakan tanah tanpa hara. Pengelolaan lahan dengan monokultur juga akan
Belum termasuk disaat kawasan hutan tropis basah harus dibongkar untuk
pengubahan bentang lahan dan struktur tanah, yang hanya akan menyisakan
siklus hidrologi, dan akan berimplikasi pada bencana ekologi berupa kekeringan
kritis serta tidak produktif, merupakan suatu bentuk penggurunan yang terjadi.
Hingga saat ini, lahan kritis di Indonesia telah mencapai sekitar 22 juta hektar.
Kekeringan yang terjadi akibat perubahan iklim global, serta perilaku manusia
konversi lahan–lahan produktif menjadi lahan kritis dalam waktu yang cepat.
Penggundulan hutan di kawasan tangkapan air (water catchment area), erosi tanah
yang juga mengerosi humus dalam tanah, saluran irigasi yang tidak menjangkau
115
lahan – lahan pertanian, serta penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia dalam
berpotensi melahirkan banyak lahan kritis. Kritisnya lahan tidak disertai dengan
ditinggalkan untuk mencari lahan baru. Semakin lama semakin banyak ditemukan
lahan–lahan tidak produktif, dimana sumber daya alam diserap secara maksimal
konkret untuk setidaknya menahan laju penebangan hutan, dan juga penegasan
nilai yang didapatkan dari hasil-hasil hutan. Lima belas Daerah Aliran Sungai
(DAS) terbesar di Indonesia merupakan sumber air bagi lebih dari 16 juta orang.
Hutan di DAS ini membantu melindungi pasokan air dengan menstabilkan tanah
di lereng-lereng bukit dan mengatur laju dan kecepatan aliran sungai. Namun,
DAS ini kehilangan lebih dari 20 persen tutupan hutannya antara tahun 1985 dan
Menurut FAO, jumlah total vegetasi hutan di Indonesia menghasilkan lebih dari
14 miliar ton biomassa, jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia, dan
116
Jumlah biomassa ini, secara kasar menyimpan sekitar 3,5 miliar ton karbon.
besar perubahan tutupan lahan ini justru lebih banyak menghasilkan karbon
Jasa-jasa lingkungan seperti ini sulit untuk diukur. Banyak bukti dari laporan yang
tidak diterbitkan, dan banyak lagi studi lokal yang menyatakan bahwa berbagai
menurunnya jasa lingkungan ini sulit sekali dinilai dalam ukuran dolar.
Para ahli sudah berusaha untuk memberikan nilai ekonomi bagi berbagai
penulis telah memberikan nilai bagi hutan-hutuan tropis yang berkisar dari ratusan
sampai ribuan dolar per hektar. Studi yang dilakukan oleh Fakultas Kehutanan
keanekaragaman hayati dan simpanan karbon saat ini jauh melebihi pendapatan
yang diperoleh dari produksi kayu bulat. Memang hasil studi seperti ini tidak
cukup kokoh untuk diartikan secara harfiah, tetapi merupakan peringatan yang
menilai hutan, yaitu berdasarkan harga kayu, terlalu sempit dan mengabaikan
peduli terhadap nasib hutan Indonesia. Banyak orang yang mengagumi hutan
tropis dengan rasa bangga dan terpesona. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa
berbagai teknik penilaian moneter tidak selalu relevan, dan nilai kualitas spiritual
serta keindahan hutan Indonesia masih jauh dari jangkauan ilmu ekonomi dan
dunia karena adanya perubahan iklim sebagai dampak kenaikan suhu bumi
bumi, telah menyebabkan keseimbangan antara gas asam (oksigen) dan gas asam
seluruh permukan bumi di Afrika, Asia, Eropa, Amerika, dan Australia telah
menjadikan gas karbon dioksida (selanjutnya disebut karbon) di atmosfir tak bisa
jumlah gas karbon semakin besar. Karena sifat gas karbon yang bisa mengurung
panas (seperti rumah kaca), maka suhu atmosfir bumi pun naik. Dampaknya luar
biasa. Terjadi pergeseran arus gelombang panas di laut yang kemudian memicu
hanya itu. Kenaikan suhu atmosfer bumi pun akan menimbulkan banjir besar di
Change (IPCC) di New York menunjukkan bahwa bila suhu bumi mengalami
kenaikan 0,5 derajat celsius, maka akan terjadi tragedi yang amat besar di planet
118
bumi. Bukan hanya ratusan juta hektare tanah-tanah pertanian di Asia, Afrika,
Amerika, dan Australia yang akan mengalami kekeringan, tapi juga sejumlah
wilayah pantai di berbagai negara akan tenggelam. Wilayah yang amat rawan
diterjang banjir dan badai, menurut tim IPCC adalah pantai selatan Mediterania,
pantai barat Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Pasifik, dan Lautan Indonesia.
Banyak negara kecil akan terendam laut. Maldive, negeri pulau di pantai
India Selatan diperkirakan akan lenyap tertelan laut jika terjadi kenaikan suhu 0,5
derajat celsius saja. Begitu pula Pulau Marshall, akan tenggelam. Di wilayah
Karibia, Amerika Tengah negara-negara pulau seperti Haiti dan Kuba juga akan
lenyap. Saat ini, negara-negara tersebut memang belum tenggelam. Tapi jika kita
melihat badai dahsyat yang selalu mengancam pulau-pulau tersebut, semua itu
Semua pakar lingkungan bahkan orang awam sekali pun sudah tahu bahwa
semua tragedi tersebut di atas penyebabnya adalah konsentrasi karbon yang makin
pekat di atmosfer. Sumber karbon tersebut, terutama berasal dari asap kendaraan
bermotor, pabrik, dan segala macam yang berkaitan dengan pembakaran fuel oil.
karbon itu? Pasti negara-negara maju yang jumlah kendaraan bermotor dan
pabriknya banyak sekali. Amerika Serikat misalnya, saat ini termasuk kontributor
karbon terbesar di dunia, sekitar 35 persen dari karbon yang digelontorkan negara-
negara industri maju. Padahal, lebih dari 60 persen karbon di atmosfer berasal dari
lagi, beberapa negara maju kini mulai cenderung mengikuti langkah AS, menolak
durian runtuh bagi para peserta Konferrensi Dunia untuk Perubahan Iklim yang
yakni, ketika ketua delegasi Amerika menyatakan bahwa selama Bush berkuasa,
negara itu tetap tidak akan terlibat dalam Protokol Kyoto yang mengharuskan
mereka mengurangi emisi rumah kaca. Itu karena sang presiden mencemaskan
Amerika kini dikuasai Partai Demokrat yang cenderung lebih pro lingkungan.
Maka bolehlah berharap, Amerika akan lebih kooperatif dalam upaya dunia
ibu kota Kenya ini dengan berbagai agenda lain. Sebagian besar hutan tropis yang
merupakan paru paru dunia berada di negara berkembang, antara lain di Indonesia
dan Brasil. Negara-negara pemilik hutan tropis ini merupakan negara yang
ekonominya masih sangat lemah dan menjadikan hutan justru sebagai lahan
luas dan melestarikan hutan, khususnya hutan tropis menemui hambatan karena
120
negara-negara yang memiliki hutan tropis paling luas di dunia Brazil dan
Indonesia kini sedang mengalami krisis ekonomi amat parah. Bagi dua negara
tersebut, menjaga kelestarian hutan tropisnya amat sulit karena ketiadaan dana.
Hutan tropis menjadi "lahan uang", baik bagi negara maupun masyarakat.
untuk melestarikan hutan tropis tersebut. Ini penting karena hutan tropis kedua
negara sudah ditetapkan PBB sebagai paru-paru dunia. Penetapan itu tentunya
Sejauh ini memang sudah ada konsep DNS (debt to nature swap) untuk
lingkungan. Tapi sayang, DNS tersebut jumlahnya masih terlalu kecil dibanding
kini mempunyai utang luar negeri mencapai sekira 60 miliar dolar AS.
Karena masalah ini sangat krusial, maka mau tidak mau, hal tersebut harus
segera dipecahkan. Kerusakan hutan tropis berakibat amat luas di dunia. Bumi tak
mampu menyerap karbon di atmosfer sehinga suhunya makin panas. Dan jika
suhu bumi makin panas, pelbagai bencana alam pun akan datang bertubi-tubi
seperti ditunjukkan dengan datangnya badai dalam bulan September dan Oktober
semakin membuat kita miskin. Lantaran mengira kaya, tampaknya kita jadi
121
terbuai dan malas untuk berbuat sesuatu. Atau, yang tidak kalah buruknya,
sebagian orang baik dari dalam maupun luar negeri justru dengan semena-mena
kerusakan tersebut. Akibatnya, sebagian besar hutan kita kini telah rusak parah.
Kerusakan hutan di Indonesia kini telah mencapai pada satu titik yang
sangat mengkawatirkan. Pengrusakan yang terjadi hingga saat ini telah cukup
untuk memicu kerusakan selanjutnya secara otomatis, yang dilakukan oleh api
kebakaran hutan. Dengan perubahan kualitas hutan yang tercapai saat ini, api yang
biasanya sangat sulit untuk menyebar di hutan, kini dengan mudah dapat melahap
Secara reguler sejak 1992 kebakaran hutan selalu menghantam hutan dan
kehilangan hutan dan satwa liar secara langsung, tetapi juga asap yang
Proses kerusakan otomatis tersebut terlihat jelas dari laporan tentang laju
kepedulian dan usaha untuk menurunkan laju kerusakan yang ada. Pada tahun
1980-an, laju kerusakan hutan diperkirakan sekitar satu juta hektar pertahun.
Angka tersebut meningkat drastis pada tahun 1990-an, menjadi 1,7 juta hektar
menghasilkan angka sekitar dua juta hektar per tahun. Tahun 2003, laporan
122
sementara menyebutkan bahwa laju kerusakan hutan kita mencapai lebih dari 3
juta hektar per tahun. Di antara jumlah tersebut, kontribusi kebakaran hutan jelas
sangat besar.
Selain menghentikan perusakan lebih lanjut pada hutan-hutan alami, kita juga
flora dan fauna kita. Akibatnya, kita bukan saja kehilangan kualitas hidup dan
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara lestari, namun juga harus bersiap-
siap untuk menuai lebih banyak bencana. Banjir besar di Jakarta tahun 2002,
tanah longsor di Pacet, Mojokerto yang menewaskan 31 orang, dan yang terbaru
banjir bandang di Sungai Bohorok yang menewaskan 90-an orang plus puluhan
atau mungkin ratusan lainnya yang hilang adalah contoh-contoh bencana yang
mulai dituai akibat kerusakan hutan sebagai daerah tangkapan air. Kitapun
tentunya belum lupa dengan kekeringan yang telah menyebabkan rawan pangan di
bukanlah mereka yang secara langsung akan menanggung bencana yang terjadi.
Namun, secara nasional kita semua jelas dirugikan. Oleh sebab itu, intervensi
sungai yang merupakan daerah tangkapan air memiliki insentif yang cukup untuk
123
mau menjaga hutan. Sebaliknya masyarakat hilir harus berani membayar lebih
Dari perspektif ini, manusia sudah seharusnya sadar bahwa merusak hutan
adalah sangat berbahaya untuk masa depan kehidupan bumi. Sebaliknya menanam
pohon amat besar manfaatnya untuk kelangsungan kehidupan bumi. Salah satu
solusi yang kecil tapi indah, adalah tanamlah pohon di mana ada tanah kosong. Di
depan, samping, dan belakang rumah kita sendiri misalnya. Setiap tanaman
niscaya bisa menjadi mesin konversi yang dapat mengubah gas karbon dioksida
menjadi gas oksigen yang bermanfaat untuk manusia. Jika pohon makin banyak
niscaya kapasitas mesin konversi itu makin besar. Jadi, kita tak perlu berbuat
terlalu jauh yaitu memperbaiki hutan tropis yang rusak. Tapi cobalah membuat
"hutan tropis" kecil di sekitar lingkungan kita. Karena hutan tropis yang rusak
lokal terhadap produk pabrik berupa bibit tanaman, pupuk dan pembasmi hama,
pola agroforestry juga telah dilakukan oleh komunitas lokal selama ini.
Ketahanan pangan komunitas lokal juga akan tetap terjamin bila saja
pemerintah melakukan perlindungan terhadap tata ruang yang telah dibangun oleh
komunitas lokal. Tata guna lahan yang dibuat dalam satu komunitas lokal selama
polikulturisme (agroforestry).
fungsi dan status kawasan lindung menjadi kawasan budi daya kehutanan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang
kejahatan hutan (forest crime), seperti illegal logging, konversi kawasan lindung
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S., 2006. Dampak Ekologi dan Lingkungan Akibat Perkebunan Sawit
Skala Besar. www.sawitwatch.or.id.
Bramono, S. E., 2006. Tahun 2006: Tahun Gurun dan Penggurunan Internasional.
www.tlitb.org.
Sunarto, 2004 . Paradoks Kekayaan Hayati Indonesia Kaya tapi Sengsara. www.
sinar-harapan.com.
OLEH :
EDI WARMAN
1. PENDAHULUAN
Salah satu masalah berkaitan dengan kehutanan di Indonesia saat ini yaitu
Indonesia perlu diketahui akar persoalan secara jelas agar upaya penyelesaiannya
dapat dilakukan seefektif mungkin. Kerusakan hutan pada intinya disebabkan ulah
manusia yang tidak mempunyai komitmen untuk tertib dan lemahnya penegakkan
hukum.
pemukiman dan perladangan telah berlangsung sangat lama, bahkan lebih lama
dari usia penetapan kawasan hutan itu sendiri oleh pemerintah. Oleh karena itu,
terganggu akibat penetapan kawasan hutan negara yang dilakukan secara sepihak
terus berlangsung. Namun demikian yang paling penting adalah perlu ada
selama ini dengan cara refresif dinilai tidak efektif lagi, karena persoalannya
bukan sekedar persoalan kebutuhan hidup masyarakat perambah hutan saja, tetapi
Hutan kita telah rusak? pertanyaan ini sering muncul dan hampir menjadi
dapat kita rasakan bahwa lahan disekitar kita sering terasa gersang karena
rusaknya hutan. Akibatnya pada musim hujan sering terjadinya banjir, sebaliknya
Selain itu, kebiasaan sebahagian masyarakat kita membuka kawasan hutan dengan
cara merambah atau menebang hutan untuk dijadikan areal perkebunan, pertanian
(ladang berpindah), HTI dan lain-lain. Apakah yang menyebabkan hutan kita
berhutan dalam kawasan hutan terus menyusut dan konflik dalam pengelolaan
kawasan hutan terus meningkat. Hal ini menyebabkan kelestarian hutan dan
mengkhawatirkan. Kawasan hutan Indonesia yang tercatat seluas 149 juta hektar
diperkirakan telah kehilangan 72 % hutan alam dan 28% sisanya dalam kondisi
terancam. Laju deforestasi antara tahun 1984 sarnpai 1998 diperkirakan 1,6 juta
hektar pertahun dan pada periode akhir-akhir ini semakin meningkat diperkirakan
Indonesia telah berlangsung sejak lama dengan indikasi laju kerusakan hutan saat
131
ini telah mencapai 2,83 juta hektar/tahun. Dampak krisis moneter dan ekonorni,
euforia reformasi dan tuntutan otonomi daerah telah memberikan kontribusi yang
yang tidak terkendali (over cutting), perumputan yang tidak terkendali (over
lahan berhutan dalam kawasan hutan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
blunder pengelolaan hutan menjadi penyebab utama rusaknya hutan alam dan
tanaman industri dan perkebunan. Hal ini terkait dengan akar penyebab kebakaran
hutan dan lahan di Indonesia, dimana penggunaan api untuk penyiapan lahan
dalam skala besar baik oleh perusahaan HTI maupun perkebunan (kelapa sawit).
132
kebakaran yang terburuk pada tahun1997-1998. Kebakaran hutan dan lahan pada
tahun 1997-1998 diduga mencapai 9,7 juta hektar dan 75 juta orang terkena
ADB, 1999).
Bila kita cermati kerusakan hutan secara nasional dari tahun 1984-2006
berkisar 1,6-2,83 juta ha/tahun. Suatu keadaan yang sangat memprihatinkan kita
semua. Nilai-nilai ekologi hutan dan lingkungan hutan akan berkurang bila hutan
Kerusakan hutan yang mencapai 2,83 juta ha/tahun pada tahun 2006 bila
kita bandingkan dengan luas hutan sekitar 149 juta ha dimana sekitar 28 % dalam
kondisi terancam. Maka bila keadaan ini tidak cepat di atasi pada masa-masa yang
akan datang hutan Indonesia bisa berupa kenangan saja, karena untuk memulihkan
Apabila kita telaah maka segala bentuk kerusakan hutan itu pada intinya
disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. Jumlah penduduk yang semakin
lahan, pangan dan papan telah mendorong secara pesat tekanan terhadap kawasan
hutan. Tetapi deforestasi yang disebabkan oleh sifat keserakahanlah yang justru
lebih besar tekanannya terhadap kawasan hutan dan telah melibatkan berbagai
pihak.
bahwa nilai hutan tropis yang kaya akan biodiversity yang dimiliki negara ini
terlalu kecil jika hanya dinilai dari potensi kayu yang dikandungnya. Oleh karena
itu, maka perlu adanya pandangan baru bahwa hutan bukan lagi sekedar sumber
kayu tetapi hutan merupakan bagian dari sistem kehidupan yang mengandung
jeratan hukum. Menurut Lumbun (2001) suatu azas yang dalam konteks
karena ; (i) adanya persepsi yang keliru tentang pola penyelesaian masalah
sosial (financial and social cost) yang harus dipikul masyarakat yang
peraturan bam dan efektivitas peraturan yang telah tersedia mengenai penanganan
masalah hutan dan lahan hutan. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Deddy (2001)
1). Definisi yang jelas mengenai hak atas dan kepemilikan lahan, yang juga
2). Penyusunan tata guna lahan dengan defenisi yang jelas mengenai bentuk-
3) Defenisi yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab setiap stakeholder
areal hutan yang telah dirusak atau terbakar. Dalam hal ini perlu
5) Adanya petunjuk teknis yang jelas dan mudah mengenai cara dan mekanisme
pengadilan.
mereka yang membantu menangani kerusakan hutan dalam bentuk pelaporan dan
berhentinya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998. Krisis moneter dan gejolak
lingkungan.
tahun 1997. Ini pun di lakukan akibat desakan dan tuntutan dari berbagi pihak
baik secara nasional maupun intenasional. Contohnya kebakaran hutan tahun 1997
hutan dan lahan termasuk kebakaran hutan yang di lakukan sejak tahun 1997
tersebut hasilnya belum dapat menimbulkan efek jera kepada para pelaku untuk
kawasan hutan yang dilakukan secara tidak legal. Aktivitas yang tidak legal
fungsi hutan karena dilakukan secara tidak tertib dan tidak terkendali. Bentuk
lain dibidang kehutanan antara lain untuk pemukiman, pertanian atau perladangan
oleh masyarakat setempat, baik yang dilakukan secara berpindah maupun menetap
2001).
ini bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga dibeberapa wilayah didunia,
khususnya daerah-daearah tropis seperti wilayah Asia dan Asia Tenggara, Afrika,
secara tidak berkesinambungan. Pada suatu lahan ladang bila kondisinya tidak
subur lagi biasanya peladang pindah ke tempat lain dengan membuka lahan baru.
ditaksir mencapai 360 juta ha atau lebih kurang 30 % dari luas lahan yang digarap
didunia. Usaha perladangan merupakan salah satu mata pencaharian penduduk tak
kurang dari 250 juta orang atau 8% dari total penduduk didunia.
persoalan ini antara lain melalui program pemukiman kembali diluar kawasan
hutan dan program usaha tani menetap tidak menunjukkan hasil yang
maka upaya penanggulangan kerusakan hutan dengan cara refresif dinilai sudah
139
tidak efektif lagi, karena persoalannya bukan sekedar persoalan kebutuhan hidup
lapangan.
2. Kemudian pada masa awal reformasi tahun 1998 diubah dengan Surat
685/Kpts-II/1999.
3. Dan dengan adanya era otonomi daerah diperbaiki dengan Surat Keputusan
kelestarian fungsi kawasan hutan. Dengan demikian sasaran dari kebijakan ini
masyarakat setempat dan kepentingan masyarakat yang lebih luas (publik) yaitu
yang mengacu kepada sistem pengelolan hutan yang bertumpu pada masyarakat
sebagai pelaku utama dalam pengelolaan hutan. Hal ini berarti masyarakat dapat
kepada kemandirian.
Kepastian hukum,
Kelestarian ekologi,
Kesejahteraan masyarakat,
Akuntabilitas publik.
sebagai berikut:
sendiri.
Bentuk lembaga yang dapat dikembangkan tidak harus berupa koperasi tetapi
dijalankan oleh warga kelompok masyarakat terse but berlandaskan atau selalu
yang kreatif sehingga meningkatkan nilai ekonomi dan sosial dari hutan
atas kelestarian fungsi hutan secara lebih luas. Pelimpahan wewenang dan
143
pada areal kerja, sementara itu pengawasan terhadap kelestarian fungsi hutan
berupa izin kegiatan hutan kemasyarakatan yang mengatur kepastian hak dan
kewajiban yang disepakati bersama maka kedua belah pihak diharapkan dapat
Keanekaragaman Budaya
karena setiap tempat mempunyai karakter alam dan budaya yang berbeda-
campuran dalam pola agroforestry yang pada dasarya sudah menjadi pola
Prinsip kesederhanaan dan fleksibilitas ini harus menjiwai seluruh proses baik
undang ini memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang berusaha disektor
HKM ).
dijawab secara pasti pada saat ini, karena bukti dan data yang ada belum cukup
kuat mendukung pernyataan tersebut. Namun demikian dari proses yang telah
berlangsung bukti nyata yang ada di beberapa tempat telah cukup memberi
harapan bahwa hutan kemasyarakatan yang berpijak pada prinsip dasar dan
yang ada dan tujuan yang dicapai yakni hutan lestari masyarakat sejahtra, maka
lain-lain.
tentang segi sosiologis dan teknologis dalam pelaksanaan satu program. Kita perlu
memperoleh gambaran yang lebih pasti tentang respon masyarakat desa (di sekitar
pemberian kepastian hak (hak pengelolaan kawasan hutan) yakni kawasan hutan
yang telah dilaksanakan sebagian besar tidak berhasil dan dirusak oleh masyarakat
perambah. Saat ini setelah dirubah polanya dimana masyarakat diikutkan dalam
dengan tanaman serba guna (MPTS) dan membantu menjaga hutan yang masih
utuh.
147
bukti-bukti yang dilaporkan oleh para pelaksana kegiatan di lapangan yaitu antara
Jawa Timur, dan lokasi-lokasi lainnya yang telah difasilitasi oleh lembaga
swadaya masyarakat dan Perguruan Tinggi. Disamping itu terjadi pula hal yang
berbasis kegiatan rehabilitasi lahan yang difasilitasi pemerintah dalam hal ini
pada kepentingan publik secara luas yaitu kelestarian fungsi hutan. Hal ini sesuai
antara lain:
secara mandiri.
masyarakat sekitar hutan dan masyarakat yang lebih luas yaitu kelestarian fungsi
hutan akibat perambahan hutan itu sangat diharapkan dan diyakini. Hutan
kemasyarakatan yang berjalan saat in; masih dalam proses menuju kepada
adalah lambatnya penerapan / pelaksanaan program HKM ini. Ini terlihat dari
622/KPts-II/1995.
Menurut penulis hal ini disebabkan adanya hambatan dan rintangan yang
bersifat institusional dan program ini tidak dijadikan agenda naional. Hal ini
pengelolaan dan kebijakan mengenai sumber daya alam dan lingkungan hidup.
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan. Salah satunya ialah karena adanya hambatan
berkelanjutan.
melibatkan para ahli dibidangnya, seperti mengikut sertakan para ahli bilogi, ahli
botani, ahli kimia, ahli lahan (soil scientice), ahli lingkungan dan sebagainya.
151
DAFTAR PUSTAKA
BAPENAS/ADB., 1999. Final Report, Annex 1: Causes, Extent and Cost of the
1997 – 1998 Fires and Drounght: Summarv of Phase 1. Asian
Development Bank TA 2999-INO July. 1998 – March 1999. Planing For
Fire Prevention and Drought Management Project. Jakarta.
Deddy, A., 2001. Pemantauan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Akar
Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera, hal 11-
20. Dalam Suyanto.,S. R.P.Permana, D.,Setijono, G.Applegate (eds).
Proseding Seminar Akar Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan dan
Lahan di Sumetara. Bandar Lampung. CIFOR, ICRAF, WCS, WWF.
Bogor.
Iskandar, J., 1992. Ekologi Peladangan Indonesia. Studi Kasus dari Daerah Buduy
Banten Selatan. Jawa Barat Djambatan. Jakarta.
OLEH :
ZAMHURUDDIN MYA
I. PENDAHULUAN
semua negara. Ini terutama terjadi dalam dasawarsa 1970-an setelah diadakannya
Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah mulai muncul di media masa
alam lainnya) menuju industri manufaktur dan jasa dalam beberapa dekade
tarakhir ini.
daerah dengan tidak disertai tanggung jawab dan tanggung gugat dari pelaksana
155
kemajuan besar, disamping itu terjadi juga perubahan lingkungan (Salim, 1986).
harimau, gajah, ikan dan lain-lain isi lingkungan alam, sudah lama berkelanjutan
1. Nilai Guna Langsung, yaitu manfaat yang langsung diambil dari sumberdaya
hutan yang dapat dikonsumsi secara langsung, misalnya kayu dan non kayu.
156
udara bersih.
3. Nilai Pilihan, yaitu nilai potensial yang dapat dimanfaatkan untuk masa yang
akan datang yang mungkin saat ini belum diketahui cara pemanfaatannya,
hanya mengetahuinya melalui foto atau film, misalnya badak sumatera atau
paus biru.
keuntungan sesaat namum membawa kerugian dalam jangka panjang. Pola ini
diperkeruh lagi oleh kegiatan illegal berupa penyeludupan kayu dan perdagangan
Indonesia. Salah satu penyebab utama meningkatnya laju degradasi hutan ialah
157
karena disebabkan adanya pembalakan liar atau lebih dikenal dengan sebutan
illegal logging.
bersama-sama, memerlukan komitmen tinggi dalam jangka panjang. Hal itu tentu
akan kembali kepada masalah klasik berupa dana dan sumber daya manusia.
Sebagai salah satu sumber daya alam, hutan adalah komponen ekosistem
bumi yang terdiri atas sumberdaya alam hayati dan non-hayati. Sumberdaya alam
kayu dan pembukaan hutan yang semakin intensif menyebabkan luas hutan
semakin menurun. Laju kerusakan hutan yang terus meningkat, diperparah dengan
Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi diikuti oleh perubahan penutupan lahan yang
ini luas hutan telah mengalami penyusutan yang terus menerus. Hampir diseluruh
hutan. Kita sering kali mengabaikan fungsi hutan itu sendiri. Hutan memberikan
158
perlindungan terhadap kestabilan tanah, iklim lokal, hidrologi tanah dan efisiensi
siklus hara diantara tanah dan vegetasi. Hutan juga dapat menyerap karbon
hutan juga menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna.
miskin di dunia dan juga pada penduduk yang miskin berarti, pada beberapa
negara tidak tersedianya bahan pangan bagi pertumbuhan penduduk, dan ini
penebangan tutupan hutan (tegakan pohon) dan aktivitas konversi lahan lainnya,
Laju naiknya luasan deforestasi makin sulit dan terkendala oleh berbagai
kondisi baik alam dan sosial kemasyarakatan. Hal ini dapat diperhatikan dari
bandang dan kebakaran hutan yang hingga kini belum tersedia dan terselenggara
solusi penyelesaian.
merupakan dampak negatif pengeloalaan hutan yang kurang baik selama ini yang
Hal ini secara langsung menunjukkan kondisi hutan yang dalam keadaan
melebar, musibah musibah yang terjadi seperti bencana alam, banjir, tanah
longsor, kebakaran hutan dan lahan terjadi di banyak tempat dan daerah.
Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki kekayaan akan hutan
terbesar di Indonesia. Namun saat ini kondisi hutan alam di Riau sudah sampai
pada kondisi yang sangat memprihatinkan dimana luasan hutan alam yang tersisa
alam makin tidak terbendung lagi. Euforia reformasi justru membuat aksi
penjarahan yang sebelumnya hanya dilakukan segelintir orang kini menjadi aksi
masa.
a. Belum mantapnya Kawasan dan Fungsi Hutan sesuai dengan Tata Ruang
Wilayah.
Hutan.
160
d. Tidak seimbangnya Supply & Demand Bahan Baku Industri serta belum
tanpa terkendali. Sehingga degradasi hutan tak terelakkan. Menurut daftar luas
kawasan hutan berdasarkan TGHK atau RTRWP sebagian kawasan hutan tersebut
tidaklah utuh lagi, artinya sebagian dari luasan tersebut telah mengalami gangguan
dan sebagainya tentang hutan di Propinsi Riau selama ini merupakan salah satu
dalam waktu kurang dari satu generasi (15 tahun) Hutan Riau akan Habis dan
musnah.
logging, kebakaran hutan dan lahan, perambahan dan okupasi lahan, sehingga
memprihatinkan.
semakin parah dan tidak menutup kemungkinan hutan di Riau akan punah.
161
Untuk itu perlu adanya immediate action (aksi jangka pendek) untuk
mencarikan alternatif yang harus digali dan disesuaikan dengan budaya. Kita perlu
melakukan dalam waktu cepat jika tidak ingin dipersalahkan oleh generasi masa
depan. Kita harus segera mengurangi tingkat degradasi hutan Alam Propinsi Riau
yang secara konsepsi yang harus dipertahankan adalah sesuai dengan TGHK dan
RTRWP.
162
menimbulkan lahan kritis yang semakin luas. Gangguan terhadap hutan tersebut
dan air. Sehingga perlu ditangani secara serius melaui pendekatan yang bijaksana.
mempunyai areal hutan seluas 9.456.160 Ha, dirinci menurut fungsinya (Tabel 1).
Jumlah 9.456.160
Jumlah 9.456.160
Sumber : Dinas Kehutanan Riau (2005)
Pada Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa Riau memiliki potensi hutan yang
cukup besar. Tidak hanya berupa hutan produksi tetapi juga terdapat hutan untuk
fungsi lindung dan peruntukan lain. Ditinjau dari luasan areal yang dipertahankan
sebagai hutan oleh Pemerintah Daerah Riau, yaitu sebesar 4.921.363 Ha (52 %
dari luas daratan), maka secara political will sudah jelas Riau mempunyai
komitmen untuk melestarikan hutan Riau, karena luas hutan yang dipertahankan
alam dan lingkungan, luas areal hutan minimal 30 % dari luas daratan. Sehingga
jika luas daratan Riau adalah 9.456.160 Ha, maka paling tidak harus
dipertahankan hutan seluas 3.152.054 Ha. Yang menjadi pertanyaan saat ini
adalah berapa luas hutan yang riil di lapangan? Salah satu Lembaga Swadaya
Berdasarkan Dinas Kehutanan Riau (2005), kondisi ril luas kawasan hutan
di Riau yang berhutan di lapangan adalah 3,358,492 Ha (80,72%) dan yang sudah
tersisa seluas 3,21 juta hektar atau 35 % dari 8,98 juta hektar total luas daratan
Provinsi Riau. Penurunan Luas Hutan Alam di Riau terjadi secara drastis dari
tahun 1984 ke tahun 2005 yaitu seluas 3 juta hektar, penurunan tertinggi terjadi
antara tahun 1999 ke tahun 2000 yaitu seluas 840 ribu hektar. Berarti jika dirata-
ratakan per tahun hutan alam Riau hilang seluas 150 ribu hektar
(http://www.jikalahari.org/in/berita/lihat.php?key=7).
Dua hal yang menjadi penyebab kerusakan terbesar Hutan Alam di Riau
saat ini menurut hasil analisa Jikalahari adalah Pertama; Konversi skala besar
untuk pembangunan Perkebunan besar kelapa sawit yang saat ini telah mencapai
2,7 juta Ha, dengan target pertambahan luas 8,02 % pertahun sampai mencapai
luas 3,1 juta Ha. Kedua; Konversi skala besar yang disebabkan oleh upaya
pemenuhan kebutuhan bahan baku pabrik pulp and paper PT. RAPP dan PT. IKPP
Tabel 3. Kawasan Konservasi di Riau Berdasarkan Jenis, Jumlah Lokasi dan Luas
Tahun 2005
JENIS KAWASAN JUMLAH LUAS
No
KONSERVASI LOKASI (Ha)
JUMLAH 18 574.408,17
Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Arealnya terletak di 2 (dua) Provinsi, yaitu
Provinsi Riau dengan luas 127.698 Ha dan Provinsi Jambi 30.000 Ha. TNBT
dan memiliki potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang tinggi dan
Rotan.
166
Hutan Riau mengalami penurunan baik ditinjau dari segi luasan maupun
bahwa tekanan yang menyebabkan kerusakan hutan antara lain disebabkan oleh :
kebutuhan kayu untuk memenuhi seluruh industri kayu sudah sangat sulit
dipenuhi dari ijin-ijin yang sah karena kemampuan produksi yang terbatas.
hutan Riau.
2. Illegal logging
Karena kemampuan suplai dan permintaan kayu yang tidak terpenuhi, maka
diberantas, karena memiliki jaringan yang kuat dan rumit yang melibatkan
Maraknya illegal logging ini juga disebabkan oleh kondisi social ekonomi
Konversi hutan untuk pembangunan non kehutanan terjadi, baik secara resmi
akhirnya banyaknya hutan yang masih bagus diland clearing untuk dijadikan
areal HTI. Dibaliknya terdapat keuntungan yaitu dapat menikmati kayu hasil
tebangan land clearing dan mendapat subsidi dari Dana Reboisasi untuk
membangun HTI.
4. Kebakaran hutan.
Kebakaran hutan sudah menjadi ancaman tahunan yang serius, yang terjadi di
musim kemarau yaitu pada saat kegiatan pembukaan lahan hutan untuk
pembukaan areal sudah dilarang namun tetap dilakukan, dan biasanya lalu
pengusahaan hutan dari skala besar menjadi skala kecil. Pada saat ini hampir
Penerbitan ijin tersebut dinilai telah melenceng dari ketentuan yang berlaku
internasional. Oleh karena itu penanganannya sudah harus menjadi perhatian yang
euforia reformasi di tanah air kita, telah menyebabkan dampak kerugian dan
kerusakan multi dimensi baik disektor ekonomi, politik, sosial, budaya dan
lingkungan.
Dari sisi ekonomi, praktek penebangan liar telah merugikan negara. Dari
dan dianggap sebagai suatu ancaman serius bagi keberlanjutan kualitas hidup dan
terjadinya Laju deforestasi dan degradasi hutan dan lahan di Provinsi Riau yang
hukum, di mana pihak penegak hukum hanya berurusan dengan masyarakat lokal
atau pemilik alat transportasi kayu. Untuk para cukong kelas kakap yang
beroperasi di dalam dan di luar daerah tebangan, masih sulit untuk menjerat
Kita sejujurnya sudah sangat bosan untuk berbicara illegal logging. Sama
bosannya dengan bicara penegakan hukum (law enforcement ) di negeri ini. Lebih
menegakkan hukum karena toh hasilnya sama saja, itulah ungkapan skeptisnya
banyak pihak atas rapor pemegang kuasa republik ini. Semua pihak mempunyai
semangat untuk menyalahkan dan tidak ada pihak yang berani mengakui
Tekanan hidup terhadap masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan
mendorong mereka untuk menebang kayu baik untuk kebutuhan sendiri atau
untuk kebutuhan pasar melalui tangan para pemodal. Permainan dokumen, lazim
penebangan liar. Oleh sebab jaringan penyelundupan dan penjualan kayu ilegal
juga marak ke luar negeri (Inggris, Singapura, Malaysia, dan Cina), maka kerja
pada tahun 2000 adalah terapi sesaat dan tidak selalu menolong industri
cukup diminimalkan dengan imbauan dan surat keputusan. Mata rantai panjang
mulai dari penataan tata ruang, tata wilayah dan penggunaan lahan, program
aparat keamanan, polisi hutan, pemerintah, dan masyarakat (adat) adalah salah
pelaku kejahatan illegal logging kepada otoritas hukum, termasuk diketahui oleh
Bapak Presiden kita. Mungkin benar apa kata Dradjad Wibowo bahwa di
(http://www.lei.or.id/indonesia/news- detail.php?cat=0&news-id=32).
pemegang amanah untuk memelihara sumberdaya alam, tentunya tidak ada kata
171
menyerah dan putus asa untuk berpikir, menggores pena, dan melakukan tindakan
pemegang amanah untuk memelihara sumberdaya alam, tentunya tidak ada kata
menyerah dan putus asa untuk berpikir, menggores pena, dan melakukan tindakan
Masalah utama yang menjadi celah yang mudah diterobos oleh pelaku
Celah ini harus segera ditutupi dengan jalan membentuk lembaga yang
dapat diistilahkan dengan Crisis Center for Illegal Logging. Lembaga ini
Kehutanan dan BKSDA, Polisi, Jaksa, hakim) dan masyarakat (lembaga adat dan
LSM). (http://www.conservation.or.id/site/opini.php?textid=4319253756145562).
Lembaga ini dapat difungsikan sebagai wahana diskusi juga sebagai sarana
dihadapi. Selain itu lembaga ini dapat difungsikan untuk menerima, menyalurkan
172
dan memantau kasus-kasus pidana bidang kehutanan dan konservasi yang terjadi
di Riau.
Celah ini harus segera diantisipasi agar penanganan kasus illegal logging
yang termuat secara tertulis sesuai peraturan yang berlaku. Kemauan politis itu
juga harus tercermin dalam pendanaan, komitmen lembaga, dan orang-orang yang
memiliki integritas tinggi menyelamatkan Riau dari berbagai masalah yang telah
dan Penggunaan Kawasan Hutan. Dalam hal ini, pelaku hanya berkepentingan
membuat kebun. Jika terdapat kayu di atasnya, pelaku atau pihak lain
173
SKSHH dari tempat lain yang sudah memiliki perizinan yang sah.
Penebangan/pencurian hasil hutan tanpa izin. Dalam hal ini, pelaku hanya
menggunakan SKSHH dari tempat lain yang telah memiliki perizinan yang
sah.
Praktek ini terjadi pada perizinan yang tidak memiliki potensi kayu yang
ada yang berani untuk melakukan penebangan di kawasan lindung, jika blok
Penyalahgunaan SKSHH.
sehingga SKSHH yang dimiliki akan dijual kepada pihak lain yang tidak
indikatornya dapat dilihat dari data yang dicantumkan dalam lembar SKSHH
dimana data lembar ke-1 dan ke-2 tidak sama dengan data lembar ke-3 s.d. ke-
7 serta data yang tercantum dalam SKSHH tidak sama dengan kondisi fisik
yang disertainya.
174
Selain itu, juga telah beredar dokumen SKSHH palsu yang tidak kalah
tidak dibayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) maupun Dana Reboisasi
(DR) nya.
Hal ini terjadi pada umumnya di industri perkayuan yang tidak memiliki
perizinan yang sah untuk menampung hasil tebangan akibat adanya praktek
Selain itu, dapat juga terjadi di industri perkayuan yang telah memiliki
perizinan yang sah karena kayu-kayu yang tidak dilengkapi dengan SKSHH
SKSHH.
sebagai berikut :
Jika diperhatikan antara kebutuhan bahan baku industri perkayuan yang ada
dengan daya dukung produksi hasil hutan, terjadi kesenjangan yang relatif
cukup besar seperti disajikan pada Tabel 3. dan 4. di depan yaitu mencapai
3,8 juta m3 untuk kayu pertukangan dan 3,9 juta m3 untuk Bahan Baku
Letak Provinsi Riau yang strategis menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia
usaha termasuk usaha di bidang kehutanan. Hal ini menjadi salah satu
Selain itu, letak Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan negara
Malaysia sebagai pasar potensial bahan baku kayu dan memiliki aksesibilitas
yang relatif terbuka dan mudah dijangkau. Hal ini memicu banyak terjadinya
Tingginya tingkat migrasi akibat kondisi lahan Provinsi Riau yang sangat
cocok untuk pembangunan perkebunan seperti kelapa sawit juga menjadi salah
Hal ini terutama ditujukan kepada para pemangku wilayah terdepan yaitu
pengawasan dan pengendalian yang intensif. Hal ini dapat dilihat dari adanya
penebangan di luar blok yang telah diberikan atau pengesahan Laporan Hasil
Kayu-kayu hasil praktek illegal logging memiliki harga yang relatif lebih
cukong.
Pada umumnya masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan memiliki
tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal ini dijadikan peluang oleh para cukong
Muatan kayu secara fisik di kapal/truck tidak sesuai dengan yang tertera
lembar I dan II dokumen SKSHH tidak diisi masa berlakunya dan identitas
alat angkutnya.
penebangan secara tidak sah (illegal logging) maka tindak pidana tersebut dapat
dikategorikan telah menjadi rangkaian atau gabungan dari beberapa tindak pidana,
atau tindak pidana berlapis. Beberapa tindak pidana tersebut antara lain adalah (1)
dan hak kenegaraan (3) kejahatan yang membahayakan keamanan umum maupun
sebuah-tindak-pidana.html).
Disadari bahwa penebangan liar (illegal logging) sudah cukup lama terjadi
dan masih berlangsung sampai saat ini. Ditinjau dari aspek skala dan intensitas
dampaknya, maka praktek penebangan liar sangat merugikan negara dan daerah,
baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun ekologi. Dari sisi ekonomi,
praktek penebangan liar telah merugikan negara. Dari aspek ekologi, penebangan
data dari Departemen Kehutanan tahun 2005, laju kerusakan hutan nasional setiap
tahunnya mencapai 2,83 juta hektar dan 80 ribu hektar terjadi di Provinsi Riau
kerugian harta dan hilangnya nyawa yang menyebabkan tanah longsor di musim
Sedangkan dari sisi sosial dan budaya, praktek illegal logging membuat
masyarakat menjadi malas dan tidak produktif, karena dengan illegal logging,
mereka mendapatkan uang dengan mudah dan cepat. Hal ini diperparah lagi oleh
baik ditempat asal kayu maupun ditempat tujuan, mengingat banyak keterlibatan
para pihak dalam permasalahan ini. Selain itu kegiatan operasi dilapangan juga
merupakan kegiatan kriminal yang terorganisasi, berjaring luas, kuat dan mapan.
illegal logging.
2. Peraturan perundang-undangan.
Selain itu, masih adanya euforia otonomi yang beranggapan bahwa segalanya
3. Kelembagaan.
4. Koordinasi
Illegal logging tidak bisa diberantas hanya oleh satu instansi saja (kehutanan)
harus maksimal karena banyaknya praktek illegal logging yang terjadi hampir
5. Kejahatan Terorganisir.
lemah sering digunakan sebagai pintu masuk dan tameng hidup bagi para
6. Luasnya medan.
tanpa terkendali. Sehingga degradasi hutan tak terelakkan. Kondisi tersebut jika
dibiarkan akan menyebabkan kerusakan hutan yang semakin parah dan tidak
Untuk itu perlu adanya aksi jangka pendek untuk menanggulangi illegal
yang harus digali dan disesuaikan dengan budaya. Kita perlu melakukan dalam
waktu cepat jika tidak ingin dipersalahkan oleh generasi masa depan. Kita harus
segera mengurangi tingkat degradasi hutan Alam Propinsi Riau yang secara
konsepsi yang harus dipertahankan adalah sesuai dengan TGHK dan RTRWP.
ini. Mencari akar permasalahan dan menawarkan solusi untuk dikerjakan bersama-
sama, memerlukan komitmen tinggi dalam jangka panjang. Hal itu tentu akan
Kerugian negara akibat penebangan liar itu sangat besar, tetapi vonis yang
diberikan kepada pelaku tidak berarti secara ekonomi. Dalam hal ini, pelaku
kejahatan menerima insentif besar dari hasil pelanggaran hukum. Disisi lain,
insentif (materil atau non-materil) bagi penegak hukum untuk melakukan tugasnya
relatif kecil. Akibatnya, tanpa gerakan bersama dan upaya pemantauan yang
Celah ini harus segera diantisipasi agar penanganan kasus illegal logging
Khusus Penanganan illegal logging akhirnya menjadi suatu kebutuhan agar kasus
penanganan illegal logging tidak menguap begitu saja. Unit ini terdiri dari
Perlu disadari untuk mewujudkan unit ini diperlukan kebijakan lokal dan
pegnendalian illegal logging. Ada dua tingkat yang diusulkan. Pertama, membawa
masalah illegal logging sebagai isu strategis bagi proponsi sehingga tersedia dalam
APBD.
yang kuat; seleksi anggota unit yang ketat; adanya dukungan dari semua pihak;
pelanggaran yang menguap tanpa penjelasan yang memadai. Untuk itu perlu
yang adaptif terhadap perkembangan. Untu itu perlu dibuat database penanganan
penegakan hukum dan pelaku penegak hukum, sebagai bagian integral dari system
penanganan.
termuat secara tertulis sesuai peraturan yang berlaku. Kemauan politis itu juga
memiliki integritas tinggi menyelamatkan Riau dari berbagai masalah yang telah
liar yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, maka diperlukan peran semua
maupun masyarakat. Untuk itu, salah satu upaya Pemerintah Provinsi Riau adalah
fungsional dari Polri, TNI, Polisi Kehutanan dan Bea Cukai maupun yang bersifat
kesungguhan dan peran serta secara aktif seluruh komponen baik eksekutif,
legislative dan yudikatif serta masyarakat secara luas, dengan tetap mendapat
rampasan non kayu, seperti alat-alat berat, alat angkut, chainsaw, dan sebagainya.
Selain itu dukungan dari instansi terkait khususnya instansi penegak hukum juga
kemampuan petugas dan penyamaan persepsi dan aturan hukum yang sinergis
Sudah berapa banyak hasil operasi illegal loging yang tidak selesai
menjadi tidak maksimal, sementara biaya operasi yang dihabiskan tidak sebanding
dengan hasil nilai finansial yang diperolah karena rumitnya proses pelelangan.
Untuk itu permasalahan illegal logging di Provinsi Riau perlu solusi yang
dilaksanakan dengan baik, terarah, efisien dan efektif maka perlu ditempuh
semakin berkurangnya daya dukung bahan baku kayu dari hutan alam.
hukum (polisi, kejaksaan dan hakim) tentang berbagai peraturan yang ada dan
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kehutanan Riau, 2005. Laporan Tahunan Dinas Kehutanan Provinsi Riau.
Pekanbaru.
Efendi, E., 2006. Deforestasi dan Degradasi Hutan Aceh Ancam Rekonstruksi.
Geonomic Indonesia. Jakarta.
http://beritalingkungan.blogspot.com/2006/02/illegal-logging-sebuah-tindak-
pidana.html
http://www.conservation.or.id/site/opini.php?textid=4319253756145562.
http://www.lei.or.id/indonesia/news_detail.php?cat=0&news_id=32.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/16/opini/563606.htm.
http://www.jikalahari.org/in/berita/lihat.php?key=7.
http://www.jikalahari.org/ in/prohutan.php.
187
OLEH :
I. PENDAHULUAN
sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu
pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 1945, UU No.
sungai, danau, laut dan udara. Gangguan asap karena kebakaran hutan di
SK Menteri sampai Dirjen), namun belum memberikan hasil yang optimal. Sejak
189
kebakaran hutan yang cukup besar pada tahun 1982/1983 di Kalimantan Timur,
meluas. Tercatat beberapa kebakaran hutan yang cukup besar terjadi pada tahun
1987, 1991, 1994 dan 1997 hingga 2003. Oleh karena itu perlu pengkajian yang
sumber dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para
Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk
hingga akhir zaman Paleolitik, 1.400.000 - 700.000 tahun yang lalu. Sejak
manusia mengenal dan menguasai teknologi api, maka api dianggap sebagai
liar, mengusir satwa liar, berkomunikasi sosial disekitar api unggun dan
hutan telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang
lalu. Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim
yang lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan
lebih dari 10.000 tahun yang lalu untuk mempermudah perburuan dan membuka
lahan pertanian. Catatan tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari
bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia (Schweithelm dan Glover, 1999).
Kalimantan Timur adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil
batu, singkapan batu bara, dan tumpukan serasah. Namun menurut Saharjo dan
Husaeni (1998), kebakaran karena proses alam tersebut sangat kecil dan untuk
Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim El-
Nino seperti kebakaran yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997
lokasi kebakaran yang tidak hanya di Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh
provinsi di Indonesia, serta tidak hanya terjadi di kawasan hutan tetapi juga di
kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
pindah.
2. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk
karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan
tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan
secara turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin terjadi karena
192
cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran
merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat.
Namun metoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal
penduduk asli yang merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan,
hutan dan tanah dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui
secara turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu
memadamkannya.
193
Kalimantan Timur yaitu pada tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998. Pada tahun
Kalimantan Timur dan ini merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia
setelah kebakaran hutan di Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963
(Soeriaatmadja, 1997).
Indonesia pada tahun 1997/1998 yang telah menghanguskan seluas 11,7 juta
hektar. Kebakaran terluas terjadi di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13
juta hektar, disusul Sumatera, Papua Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing
2,07 juta hektar, 1 juta hektar, 400 ribu hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi,
2003).
meskipun luas areal yang terbakar dan kerugian yang ditimbulkannya relatif kecil
dan umumnya tidak terdokumentasi dengan baik. Data dari Direktotar Jenderal
yang terjadi setiap tahun sejak tahun 1998 hingga tahun 2002, tercatat berkisar
antara 3 ribu hektar sampai 515 ribu hektar (Direktotar Jenderal Perlindungan
sebagai isu lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di
berbagai belahan dunia pada tahun 1997/1998 yang menghanguskan lahan seluas
deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6 - 2,7 milyar dan biaya
akibat pencemaran kabut asap sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita
akibat kebakaran hutan tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena
Valuasi biaya yang terkait dengan emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8
kerugian yang dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak dapat dinilai dengan
seperti kayu, kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan
sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan,
Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun
kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global
adalah asap dari hasil kebakaran hutan yang telah melintasi batas negara.
195
Kebakaran hutan selain menimbulkan kabut asap yang mencemari udara tetapi
Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara
disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan
yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan.
Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus
tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda.
memang tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup
Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama Singapura,
hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena
menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi
menahan air hujan. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana
banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian
baik dan informasi berupa ambang kritis perubahan ekologis berkaitan dengan
Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun
kebakaran hutan;
kebakaran hutan;
dan II.
maupun perusahaan-perusahaan.
lain: pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran hutan di Riau, Jambi,
ternyata belum memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus
199
terjadi pada setiap musim kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
kawasan hutan.
rendah.
penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu
perkebunan serta konflik hukum adat dengan hukum negara, maka untuk
semak belukar.
nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah
banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu
pemerintah.
hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan
kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi
201
batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan
selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu
DAFTAR PUSTAKA
Danny, W., 2001. Interaksi Ekologi dan Sosial Ekonomi dengan Kebakaran di
Hutan Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kumpulan Paper
Presentasi. Pusdiklat Kehutanan. Bogor, 33 hal.
Dove, M.R., 1988. Sistem Perladangan di Indonesia. Suatu studi kasus dari
Kalimantan Barat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 510 hal.
Saharjo dan Husaeni, 1998. East Kalimantan Burns. Journal Wildfire 7(7):19-21.
Tacconi, T., 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia, Penyebab, Biaya dan Implikasi
Kebijakan. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor.
22 hal.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP, 1998. Fenomena Iklim
El-Nino di Indonesia. Jakarta.
203
OLEH :
I . PENDAHULUAN
menempati peringkat kedua setelah Colombia. Areal yang berfungsi sebagai paru-
paru dunia itu mengalami kerusakan paling parah di planet Bumi. Menurut Forest
Wacth Indonesia ( PWI ) tingkat kerusakan telah mencapai 4,1 juta hektar / tahun.
dalam hutan (grasing), kebakaran hutan (forest fire), lemahnya fungsi control
Zaman dahulu, yaitu pada abad ke 15 dan 16, Portugis dan Belanda
mencatat adanya kebakaran besar yang terjadi di hutan alam dan lahan gambut di
Borneo. Kejadian ini juga disertai dengan kabut yang mencekik dan menyebar
luas sejauh lokasi Singapura saat ini. Secara periodik pada tahun 1980 dan
1990‘an, kebakaran berarti terjadi di kawasan ini. Tetapi para ahli setuju bahwa
kebakaran yang terjadi selama tahun 1997 – 1998 merupakan peristiwa yang
paling merusakkan disebabkan musim kering panjang akibat fenomena arus balik
Di akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998, dunia dapat menyaksikan dan
mengamati betapa sedih dan mengerikan pada saat api membinasakan berjuta-juta
berbentuk selimut asap yang tebal dan secara serius membahayakan kesehatan
bagian dari rencana kerja resmi CIFOR, namuan bencana yang terjadi di
berjalan saat ini memberikan kewenangan bagi CIFOR untuk dapat memberikan
anggota peneliti diundang untuk turut serta dalam berbagai pertemuan dan
isu-isu kebakaran.
tinggal hanyalah tanah kosong, kebun kelapa sawit dan akasia yang
kertas, minyak sawit dan industri perkayuan. illegal logging, dan Kebakaran
Entah karena dosa siapa, yang jelas setiap kali memasuki musim kemarau
dan lahan. Diawali dengan kemarau pendek (Pebruari – Maret) terus bersambung
Bila pada tahun 1992 titik api yang muncul masih dalam bilangan puluhan, saat
ini titik api serupa sudah muncul di segala tempat. Jumlahnyapun mencapai angka
ratusan. Di Sumatera sendiri menurut FFPMP- JICA ,2001, pada periode Juni –
Juli 2001, jumlah hotspot yang terdekteksi tidak kurang dari 1774 titik dengan
Kebakaran hutan dan lahan itu sendiri menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit. Tahun 1997-1998 misalnya, ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan
terbesar di mana prediksi luasan yang terbakar mencapai 4,5 juta hektar, total
207
kerugiannya mencapai Rp. 60 triliun ( Ginting , 1999). Nilai kerugian ini belum
karena tanah 20-30 kali lebih peka dibandingkan dengan daerah hutan yang tidak
akibat hilangnya habitat satwa dan erosi berbagai bibit benih tumbuhan dan fauna
proses pencucian hara tanah, terjadinya banjir di daerah yang hutan gambutnya
Kebakaran hutan juga berdampak pada kesuburan tanah. Sifat fisika tanah
juga berubah dengan rusaknya struktur tanah sehingga menurunkan infitrasi dan
sehingga energi pukulan air hujan tidak lagi tertahan oleh tajuk pepohonan. Pada
fisik kimia tanah terjadi peningkatan tingkat keasaman tanah dan air sungai.
penurunan sifat-sifat retensi kelembaban serta kapasitas kation pada jenis tanah
yang mengalami kebakaran. Untuk sifat fisik biologi tanah, kebakaran hutan dapat
mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Mg dan Fe.
Asap tebal yang dihasilkan dari kebakaran hutan dan lahan juga
menyelimuti kawasan maha luas. Emisi yang dihasilkan dari 4,5 juta hektar
208
(45.000 km2) dari vegetasi yang terbakar selama Agustus – November 1997 di
negara tetangga. Puncaknya pada akhir September dan Oktober di mana luasan
asap menutupi kawasan seluas lebih dari 3 juta km2 mencapai Filiphina, Thailand
menyumbang asap jauh lebih besar. Emisi dari lahan gambut yang terbakar
mengandung CO dan CO2 dalam jumlah besar serta beberapa zat-zat tertentu
seperti sulfur dan nitrogen dan berbagai jenis campuran yang mudah menguap (
Ward, 1997). Diperkirakan, emisi yang dihasilkan adalah 85 hingga 316 juta
bahan partikulat, 2 sampai 12 juta ton ozon, 0.1 sampai 4 ton amonia dan lebih
konversi hutan dan penggunaan lahan. Kebakaran yang terjadi pada tahun
1997/1998 dan 2000 kemudian berlanjut pada tahun 2001. Untuk Riau secara
umum, kebakaran hutan terjadi pada saat musim kemarau. Riau sendiri
merupakan daerah yang tingkat kebakarannya tinggi dengan jumlah kerugian yang
tak ternilai, penilaian ekonomi kerusakan fungsi ekologis hutan pasca kebakaran
hutan 1997-1998 terlihat pada Tabel. 2 dan Tabel 3. Sebagian besar daerah yang
dan HTI.
209
Pada akhirnya harus diakui bahwa kebakaran hutan dan lahan merupakan
penyakit menahun yang menimbulkan begitu banyak kerugian. Tidak bisa tidak,
behawa sudah semestinya kebakaran hutan dan lahan perlu menjadi perhatian
bersama dan perlu pula digarisbawahi bahwa kesemuanya itu merupakan puncak
bahwa perekonomian kita sedang berada dititik nadir akibat salah urus.
210
Pencegahan dan penangan kebakaran hutan dan lahan itu sendiri tidak bisa
dilakukan secara sporadis. Perlu ada sebuah kebijakan yang didasarkan atas
kebakaran hutan dan lahan sering terjadi. Berikut beberapa hal yang
akan mencoba menyimpulkan berbagai hal yang perlu dilakukan ke depan dalam
Kebakaran hutan dan lahan adalah dosa turunan. Sebuah symptom dari
memburuknya kesehatan hutan alam akibat eksploitasi hutan secara masif sejak
awal 1970-an. Blunder pengelolaan hutan inilah yang menjadi penyebab utama
rusaknya hutan alam yang ada di samping sebagai penyebab utama kebakaran
Salah kelola tersebut, pertama, bisa dilihat dari kemampuan hutan alam itu
sendiri dalam menyediakan bahan baku bagi industri kayu yang ada. Dengan
kebutuhan 70 juta m3 pertahun, industri kayu yang ada telah memaksa hutan alam
dari penebangan ilegal yang menjadi penyebab percepatan degradasi hutan alam.
bisa dilihat di Propinsi Riau di mana pada tahun 1999/2000, Dinas Kehutanan
mencatat ada 312 unit IPKH dengan kapasitas 4.984.102 m3/tahun. Sedangkan
kebutuhan bahan baku industri kayu sebesar 15.827.884 m3/tahun. Kebutuhan ini
utamanya untuk memenuhi industri kayu lapis 10 unit, industri pulp dan paper 2
unit, chipmill 3 unit, sawmill 270 unit dan moulding sebanya 27 unit. Ini berarti
pertahunnya. Sedangkan kebun kayu dan hutan alam hanya mampu menghasilkan
1.100.000 m3/tahun. Entah dari mana industri kayu yang ada ini harus menutupi
pembakaran masih merupakan sebuah alternatif land clearing yang paling murah,
mudah dan cepat. Ini bisa dibuktikan dari jumlah hotspot yang tercatat di 133
perusahaan kelapa sawit (dari 176 perusahaan) pada tahun 1997 kemarin. Dari
1999). Studi yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup pada
tahun 1997-1998 menyebutkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi selama tahun
ini sebagian besar diakibatkan oleh system perkebunan besar (Purwanto dan
Warsito, 2001).
membuat banyak investor untuk tetap melirik sektor Perkebunan Kelapa Sawit di
213
Riau. Ini pula yang membuat HTI dan Perkebunan Besar melakukan land clearing
dengan metode pembakaran agar bisa dengan cepat dilakukan penanaman dengan
lahan salah satu upaya yang dilakukan oleh Perkebunan Besar untuk dapat
dengan pH 3-4 yang tidak cocok untuk tanaman kelapa sawit (contoh Kasus
pembakaran yang dilakukan di areal PT. Adei Plantation & Industry). Menurur
Heil, pada tahun 1998 juga menambahkan bahwa pada hampir semua
perladangan tradisional gilir balik adalah sangat tidak beralasan sama sekali. Hal
ini bisa kita lihat dan pahami bahwa kegiatan tradisional tersebut telah lama
dilakukan oleh masyarakat namun belum pernah terjadi seperti ini. Meskipun pada
utama terjadinya kebakaran hutan, namun toh sering sekali pemerintah tidak
melakukan apa-apa. Kata-kata ―ditindak tegas‖ hanya sekedar menjadi lip service
pengadilan, hingga sekarang tidak pernah dilanjutkan dan tidak pernah terdengar
kabarnya. Pada saat yang sama, di Sumatera Selatan, pada tahun 1998 ada 11
yang di sidangkan yaitu disidangkan PT. Adei Plantation & Industry dengan PT.
Jatim Jaya Perkasa, yang lainnya dalam tahap pengajuan seperti PT. Multi
Gambut, PT. Musim Mas, PT. Inti Indo Sawit Subur dan PT. Inti Prona.
Lingkungan . Ini juga sebuah dasar pemikiran bahwa ternyata El Nino selama ini
215
hanyalah menjadi kambing hitam atas upaya perusahaan tersebut untuk lari dari
tanggung jawab.
perkebunan PT. Adei Plantation, Riau, pada tanggal 1 Oktober 2001 lalu di mana
perusahaan tersebut didenda sebesar Rp. 250 juta dan 2 tahun kurungan badan
(pidana penjara) dan 6 bulan kurungan subsidair bagi sebagai penanggung jawab
banding atas putusan hakim, setidaknya sekali lagi kita bisa melihat bahwa pelaku
kenapa selama ini pemerintah seolah tutup mata atas petaka lingkungan Riau
memandang dan kepada siapa hal tersebut ditujukan. Hal yang sama berlaku pula
terlebih dahulu bahwa masalah kebakaran hutan dan lahan tidak dapat dipandang
secara partial dan bersifat temporary atau jangka pendek. Kebijakan tersebut harus
mencakup beberapa hal yang berhubungan dengan kebakaran hutan seperti aspek
harus dikembangkan sistem peringatan dini dan tentu saja kapabilitas pemadam
kebakarannya sebagai salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam aspek
penanggulangan kebakaran.
Yang terlihat selama ini adalah, pemerintah baru terlihat sibuk ketika
kebakaran telah terjadi. Itupun setelah menuai protes dari beberapa negara
diketemukan sebuah pasalpun yang secara jelas melarang orang untuk melakukan
mendapat izin dari pejabat yang berwenang. Bandingkan dengan negara Malaysia
pembukaan lahan tanpa bakar seperti diatur dalam pasal 29 A dan 29 B Malaysian
500.000 ringgit.
dengan PP No. 6/99 tentang Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan
pada Hutan Produksi di mana tidak ada satupun referensinya yang menyinggung
Hidup, bersama UU No. 41/99, tidak memberikan mandat secara spesifik sama
juga tidak efektif karena bentuk Peraturan Pemerintah (PP) merupakan turunan
bersama Pemerintah) (Mas Ahmad Sentosa, 2000). Sehingga logis kiranya bila
saling terintegrasi.
218
lain yang kita butuhkan. Artinya dalam sekian upaya membangun kepercayaan
keluar dan ke dalam kita masukkan keseriusan kita mengurus hutan. Kelalaian dan
hutan. Kalau tidak cekatan, kebakaran hutan maha dahsyat tahun 1997, jangan
hutan adalah :
1. ASPEK PENCEGAHAN
memiliki arti dan nilai bagi publik, maka data itu berubah menjadi
INFORMASI.
permasalahan.
disajikan.
pengambilan keputusan.
dan manusianya.
dapat disimpan dalam media elektronik jauh lebih besar jika dibandingkan
lainnya.
berikut :
dalam hal ini adalah para staff komputer profesional dan para pemakai
(computer users).
221
dll).
disket, pita atau compact disk untuk selanjutnya dipakai oleh komputer
diperoleh dari BMG juga dipadukan dengan data citra inderaja seperti
dan lahan.
yang ditimbulkannya.
2. ASPEK PEMANTAUAN
Dengan adanya sistem ini semua daerah yang berpotensi besar dalam
mensiagakan petugas dan lain sebagainya. Untuk sistem ini sangat berguna
yang tepat dengan mengetahui tingkat rawan kebakaran suatu lokasi dan
kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah. Sedangkan untuk tingkat rawan
kerawanan suatu daerah terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan atas
Sistem deteksi dini untuk kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan
3. ASPEK PENANGGULANGAN
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan di areal HPH, HTI atau perkebunan
tidak terdapat lagi saling lempar tanggung jawab. Dalamhal kelembagaan ini
224
Lingkungan Hidup.
atasan saja).
deteksi dini dan peringatan dini kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan
daya baik personil regu pemadam kebakaran maupun sarana dan prasarana.
mitra sejajar.
e. Membangun pusat kebakaran hutan dan lahan propinsi dan lokal yang
Hal yang tidak kalah pentingnya kenapa kebakaran hutan dan lahan ini
DAFTAR PUSTAKA
Basyar. A.H., 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit : Blunder Ketiga Kebijakan
Sektor Kehutanan, E-LAW Indonesia dan CePAS, Jakarta.
Siscawaty, M., 1999. Oil Palm Plantation ini Indonesia: Continued Stage of
Deforestation, Environmental Problems and Social Destruction. Makalah
dalam acara Public Lecture di Jepang.
Sentosa, M. A., 2000. Salah Niat Hukum dan Kebijakan ,Buletin Informasi
Hukum dan Advokasi Lingkungan, 3 (6): 38.
Tangketasik, 1999. What Is Know ( and Not Know ) About The Ecological
Impact of The 1997- 1998 Fire, Http // pdf.wri.org/ trial by fire-
apenndik-6. pdf.
Sudrajat, A., 2006. Suara Berita dan Liputan ―SURILI‖. Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat, No. 2 vol. 34.
227
OLEH :
IRMA LAILA
I. PENDAHULUAN
juta hektar atau 33 % dari total lahan basah di Indonesia (Reppprot, 1990). Lahan
gambut adalah komponen penting dari siklus karbon global, juga mempunyai
peran penting dalam fungsi hidrologi, penting sebagai daerah tangkapan air,
sistem kontrol, pengatur fluktuasi air, pencegah banjir dan pencegah terjadinya
penggaraman air (Saline Water Intrusion) (Rieley et al, 1997). Disamping itu
lahan air tawar Indonesia merupakan tempat yang baik untuk beranak ikan dan
merupakan penghasil ikan baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor (Giesen
Lahan gambut juga penting bagi masyarakat dan berfungsi sebagai mata
digunakan secara langsung antara lain kayu kontruksi, bahan baku untuk
anyaman, tanaman herba untuk konsumsi obat-obatan dan ikan sebagai sumber
protein. Lahan gambut untuk saat ini menjadi perhatian penting dalam rencana
tersebut antara lain perikanan, ekstraksi kayu dan penanaman padi rawa yang
dilakukan oleh penduduk yang sudah menetap lama maupun kaum pendatang
(www.walhi.or.id).
229
disebagian besar areal lahan gambut dalam dua dekade terakhir ini. Peningkatan
telah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi konversi lahan gambut,
pemanfaatan yang lestari dan pemulihan areal yang yang telah rusak di Indonesia.
asap, kesehatan dan jarak pandang di wilayah Asia Tenggara. Diduga pada
kebakaran tahun 1997 El Nino di Indonesia antara 0,81 sampai 2,57 Gt Karbon
dilepas ke atmosfer sebagai akibat dari pembakaran gambut dan vegetasi. Jumlah
ini setara dengan 13-40 % dari global karbon emisi (Page et al, 2002). Lahan
(ADB/BAPPENAS, 1999).
Pondasi utama dari lahan gambut yang baik adalah air. Bila terjadi
pembukaan hutan gambut maka hal ini akan mempengaruhi unit hidrologinya.
Dengan sifat gambut yang seperti spons (menyerap air), maka pada saat pohon
ditebang dan lahannya dibuka, akan terjadi subsidensi sehingga tanah gambut
yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air dan kemudian
(www.suarakarya.com).
saja menyimpan kandungan karbon sebesar 14.605 juta ton. Bila pembukaan
lahan gambut dibiarkan apalagi diikuti dengan pembakaran hutan dan lahan, maka
pemanasan global ataupun perubahan iklim menjadi lebih cepat terjadi sekaligus
dampak ikutan seperti asap dan lainnya akan terus dirasakan oleh masyarakat
Hutan rawa gambut bernilai penting bagi keutuhan ekologi dan berfungsi
kayu, rotan, obat-obatan, dan berbagai jenis binatang buruan. Eksploitasi hutan
rawa gambut dilakukan pemerintah pada awal tahun 1970-an, terutama untuk
jenis meranti (shorea, dipterocarpus, dan dryobalanops), dan beberapa jenis lain
yang laku di pasar. Hutan pada lahan gambut mempunyai peranan penting dalam
231
Penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan adalah ulah manusia yang
menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman
tahun 2002 dan 2005, kebakaran hutan lahan gambut terjadi kembali dengan skala
yang cukup besar terutama diakibatkan oleh konversi hutan di lahan gambut. Dari
data yang terkumpul terhitung sejak 1997-98, rata-rata 80% kebakaran hutan dan
lahan pada tahun 2002-2003 terjadi di lahan gambut sedangkan di Provinsi Riau
dalam periode tahun 2001-2006, sekitar 67% hotspots (titik panas) terjadi di lahan
gambut (www.buletinfire.com).
Forest (2006), antara 1-31 Juli 2006 terdapat 56% titik panas yang ditemukan di
Provinsi Riau, terdapat pada lahan gambut. Pada periode yang sama, hampir 30%
dari titik panas yang terdeteksi di Kalimantan Barat juga terdapat pada tanah
gambut (www.walhi.or.id).
233
Selama ini, penanganan kebakaran hutan dan lahan gambut masih bersifat
reaktif dan tidak komprehensif. Dengan penanganan yang sifatnya sementara itu
sudah dapat dipastikan tidak akan dapat memecahkan persoalan utama yang
menyebabkan sekaligus memicu kebakaran hutan dan lahan yang terjadi selama
ini. Kesan yang muncul pada akhirnya adalah pemerintah hanya sibuk setelah
kebakaran hutan terjadi dan sayangnya itupun terjadi setelah mendapatkan protes
keras dari sejumlah negara tetangga. Sangat jelas kalau pemerintah tidak mau
belajar dari pengalaman bencana kebakaran yang terjadi pada akhir tahun 1997
negara.
Namun, tetap tidak membuahkan hasil yang optimal, tidak menyentuh kepada
akar permasalahan.
Nasional dengan tugas menyelesaikan perkara kebakaran hutan dan lahan gambut
Pembukaan lahan gambut harus dihentikan dan semua lahan gambut harus
skala kecil dalam proses transfer ilmu dan teknologi untuk menerapkan
hutan dan lahan gambut berkumpul untuk mencoba menyikapi lebih jauh dampak-
dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan gambut. Diantara
lingkungan, 2). Dampak sosial, budaya, ekonomi, 3). Dampak hubungan antar
ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena
Ancaman erosi
tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan
ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah - akibat terbakar - sebagai pengikat
akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang pada
akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor.
236
suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi.
Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang dan
suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena
perkebunan dan kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang yang
kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang
muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam
menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di
sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila ada hujan di
Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa spesies
dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak
udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap banyak aktivoitas
yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan. Adanya gangguan asap
Sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini
rantai ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa kasus ‗ia‘ masuk dalam
komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama dengan merusak proses
Terganggunya kesehatan
Produktivitas menurun
keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari tidak
mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara otomatis waktu kerja
sehingga sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari
terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia dan Singapura kepada
Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir kebakaran hutan dan lahan ganbut
terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap
yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu bisnis
pariwisata karena keengganan orang untuk berada di temapt yang dipenuhi asap.
240
V. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
tetap tidak membuahkan hasil yang optimal, tidak menyentuh kepada akar
Kebakaran hutan dan lahan masih dan terus terjadi bahkan sebarannya semakin
meluas. Kebakaran cukup besar terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994, 1997 hingga
Hingga saat ini tidak ada satupun tindakan hukum yang diambil oleh
pemerintah berkaitan dengan praktek yang merugikan ini. Terkait dengan hal
hearing kepada DPR RI terkait dengan kebijakan yang mengatur tentang tanggung
pelaku bisnis harus bertanggung jawab dan diberikan sanksi apabila terjadi
mengingat tren yang berkembang pada saat ini antara pemerintah dan perusahaan
titik api di negeri ini bisa dikurangi. ‖Pelaku bisnis harus bertanggung jawab
keberadaan barang bukti, seperti korek, bensin, saksi mata, dsb. Untuk kebakaran
yang terjadi pada satu kawasan yang cukup luas, menemukan bukti materiil
pelaksanaan dari konsep tersebut Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan No.
hutan sebagai salah satu dari 5 kebijakan prioritas bidang kehutanan dalam
3. Pemberdayaan Masyarakat.
242
DAFTAR PUSTAKA
Mac Kinnon, K. G.G, Hatta, H. Halim and A. Mangalik, 1996. The Ecology of
Kalimantan Volume III. Periplus Edition. Singapore.
Page, S.E. F. Siegert. , J.O Rieley. , H-D. Boehm. V. A Jaya and S.H. Limin 2002.
The Amount of Carbon Release from Peat and Forest Fires Indonesia
During 1997. Nature 420 : 61-65.
Rieley, J. O. S.E. Page, S. H. Limin and S. Winarti, 1997. The Peatland Resource
of Indonesia and The KalimantanPeat Sawmp Forest Research Project.
(Eds) Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands, Cardigan,
UK. 37-44 p.
www.buletinfire.or.id
www.republika.com.
www.suarakarya.com.
http://www.walhi.or.id/ kampanye/psda/041004_lhkalsel_li/
243
OLEH :
MUKHAMADUN
I. PENDAHULUAN
dan fauna yang sangat tinggi keragamannya, terbagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu : bagian di sekitar kepulauan Sunda Besar dan Semenanjung Malaya,
luas daratan yang hanya 1,3 % dari luas daratan dunia, terdapat 10 % tumbuhan
jenis burung, seluruhnya dihitung terhadap jumlah jenis masing-masing flora dan
Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif yang luar
biasa besarnya karena adanya efek domino dari hilangnya hutan, terutama pada
lahan yang masih berhutan atau yang masih ditutupi pepohonan di Pulau Jawa
245
tahun 1999/2000 hanya tinggal 19 persen saja, sementara di Sumatera hutan juga
tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini tidak saja
manusia dalam berbagai aspek misal kebutuhan akan air, oksigen, kenyamanan
(iklim mikro), keindahan (wisata), penghasilan (hasil hutan non kayu dan kayu),
penyerapan carbon (carbon sink), pangan dan obat-obatan akan tetapi juga
sumberdaya alam untuk mampu menyerap emisi karbon secara alami misalnya
melalui vegetasi (hutan). Indonesia dengan luas hutan tersebar ketiga di dunia,
bisa berperan penting untuk mengurangi emisi dunia melalui carbon sink. Hal ini
bisa terjadi jika hutan yang ada dijaga kelestariannya dan melakukan penanaman
Oleh karena itu cara pandang terhadap nilai sumberdaya hutan harus
diubah. Nilai hutan tidak hanya dilihat dari nilai langsung seperti kayu. Kesalahan
246
eksplotasi ini, tidak saja merugikan dari aspek ekologis, namun juga sangat rugi
ditinjau dari aspek ekonomis. Nilai ekonomi sumber daya hutan juga meliputi
daya alam hayati dan ekosistemnya (SDAHE) yang berupa manfaat langsung
(tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible), yang meliputi antara lain
advantage) tersendiri dalam hal potensi jasa lingkungan, sehingga apabila jasa
lingkungan ini dikelola secara baik akan memberikan nilai ekonomi kuantitatif
semata-mata atas pertimbangan kepentingan ekonomi sesaat saja. Akan tetapi juga
terwujud.
247
sekitar garis peredaran matahari (ekuator), yaitu antara 23°dan 30º LU (Tropic of
Cancer) sampai dengan 23° dan 30º (tropic of Capricorn). Ada lebih dari 60
negara yang memiliki hutan tropis basah di wilayah ini. Luas hutan tropis basah
lahan berhutan. Sekitar 2/3 dari hutan tropis basah merupakan hutan hujan tropis
(tropical rain forest). Istilah tropical rain forest pertama kali diperkenalkan oleh
ahli botani Jerman bernama A.F.W. Schimper pada tahun 1898 dalam bukunya
yang pada thun 1903 diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul ‖Plant
dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar , yaitu hutan hujan tropis blok
Amerika, blok Afrika, dan blok Indo-malaya. Sekitar 90 % dari hutan topis basah
hujan tropis terluas di dunia urutan ketiga setelah Brazil dan Zaire.Hutan hujan
tropis Indonesia memiliki kekayaan jenis tertinggi di dunia. Hutan hujan tropis
karena itu, Indonesia dikenal sebagai salahsatu negara yang memiliki mega
dunia.
248
hutan 143,57 juta hektar atau sekitar 76 % dari keseluruhan luas total wilayah
daratan (Mulyana, 2005). Sesuai dengan letak serta karakteristik iklim, hutan alam
Menurut Richard (1964, dalam Mulyana, 2005) hutan hujan tropis (tropical rain
forest) didefinisikan sebagai hutan yang selalu hijau, tidak pernah menggugurkan
daun, tinggi bisa mencapai lebih dari 30 meter, bersifat higrofil, serta banyak
terdapat liana berbatang tebal dan epifit berkayu maupun bersifat herba.
adalah (1) keanekaragaman (diversitas) yang tinggi, (2) lingkungan yang konstan
atau sedikitnya perubahan musim dan (3) siklus hara tertutup. Purwanto (2001)
menambahkan ciri utara hutan hujan tropis yaitu melimpahnya sinar matahari
menjadi sebab utama tingginya limpahan curah hujan, hal ini secara umum bisa
dijelaskan melalui dua mekanisme pergerakan udara dan uap air sebagai berikur,
menara awan panas (hot towers) cumulo nimbus yang merupakan sumber curah
hujan tipe konvektif dan orografik. Kedua, wilayah ini merupakan pertemuan dua
arus angin (trade wind) dari wilayah sub tropika (30º- 40º LU/LS), yaitu arus
angin timur laut yang berasal dari belahan bumi utara dan arus angin tenggara
yang berasal dari belahan bumi selatan yang banyak membawa uap air. Wilayah
ini rata-rata mendapat curahan hujan 1800 hingga 4000 mm per tahun, musim
kemarau atau bulan kering dalam kondisi normal tidak lebih dari empat bulan.
249
dekomposisi dann proses mineralisasi berjalan cepat. Disisi lain, besarnya curah
tanah di kawasan hutan hujan tropis bersifat miskin akan unsur hara.
abiotik, seperti iklim dan sifat kimia tanah, hutan hujan tropis juga memiliki
karakteristik yang bersumber dari unsur-unsur biotik, yaitu struktur dan komposisi
organisasi dalam ruang, tegakan, tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan dengan
Lebih jauh struktur vegetasi hutan dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu (1)
struktur vertikal yakni stratifikasi berdasarkan tajuk, (2) struktur horisontal yakni
dan (3) kelimpahan jenis. Disamping ketiga komponen tersebut, masih terdapat
struktur dalam satuan waktu, yaitu (suksesi) dan (2) klimaks, yang hanya
dengan waktu.
dengan ciri umum didominasi oleh jenis-jenis pohon yang termasuk suku
lapisan tajuk atas, sedangkan jenis lain umumnya mendominasi lapisan tajuk
tiga dekade terakir ini telah memberikan kontribusi secara signifikan dalam
pemanfaatan hutan yang berlebihan dan konversi hutan untuk kepentingan lain
(www.dephut.go.id).
tahun terakhir saja, namun penebangan hutan hujan tropis di Jawa telah dilakukan
sejak jaman penjajahan Belanda. Namun, deforestasi yang dilakukan secara besar-
besaran dengan peralatan berat, mekanis, canggih dan mampu membabat hutan
secara cepat dalam waktu yang relatif singkat, memang benar dimulai sejak tahun
1970-an, setelah adanya sistem Hak Pengusahaan Hutan. Laju degradasi hutan
Kondisi tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi kawasan hutan
di Riau. Menurut data dari Dinas Kehutanan Provinsi Riau (2004) berdasarkan
hasil interpretasi citra satelit liputan tahun 2002, luas kawasan hutan yang rusak
dan menjadi lahan kritis di Provinsi Riau (termasuk Provinsi Kepulauan Riau)
mencapai 1,4 juta hektar. Sedangkan luas lahan kritis di luar kawasan hutan
pengaturan fungsi lahan dalam tata ruang, lemahnya peraturan dan penegakan
kesadaran dan perhatian terhadap ekosistem DAS, kurangnya upaya reboisasi oleh
pemerintah dan pengguna hutan lainnya serta maraknya praktek illegal logging
pada akhir-akhir ini. Harian Kompas (3/1/2007) melaporkan bahwa hutan alam di
dan penjelasannya, dinyatakan luas kawasan hutan dalam setiap DAS dan atau
terdapat suatu hutan tropis dataran rendah yang setelah diteliti ternyata merupakan
hutan terkaya di dunia. Hutan itu yang diberi nama Tesso Nilo itu, sudah lama
menjadi perhatian para peneliti dari WWF (The Worldwide Fund for Nature).
yang luar biasa. Berukuran 1600 km persegi, di Tesso Nilo setiap 200 meter
persegi areanya bisa ditemukan 214 spesies tanaman vaskular, yaitu tanaman
Jumlah ini nyaris dua kali lipat lebih banyak dibandingkan jumlah 114
spesies yang pernah tercatat menggunakan metode penelitian yang sama di hutan-
hutan tropis lainnya di dunia. Juga lebih banyak dari yang terdapat di negara-
negara tropis lainnya yang memiliki kekayaan hayati seperti Brasilia, Kamerun,
Malaysia, Papua Nugini, Peru dan Thailand, demikian menurut WWF dalam
diketahui, hutan hujan tropis merupakan tempat di dunia ini yang paling memiliki
kekayaan aneka ragam flora dan fauna. Di antara hutan- hutan tropis itu, Tesso
Nilo yang terkaya. Singkat kata, tidak ada hutan dataran rendah lainnya sepanjang
252
pengetahuan yang mendekati kekayaan aneka ragam hayati di Tesso Nilo, yang
juga merupakan tempat tinggal bagi bermacam satwa liar seperti gajah, kera besar,
kucing hutan dan tapir.‖ Kata WWF yang mengadakan penelitian ini bersama
terancam punah karena penebangan kayu liar dan penebangan kayu berskala besar
yang hanya memikirkan keuntungan para kapitalis semata. Baik penebang kayu
liar maupun perusahaan perkayuan dan kertas menebang hutan hanya untuk
banyak keanekaragaman hayati yang luar biasa. Tesso Nilo merupakan salah satu
hutan tropis yang tersisa di Sumatera yang amat terancam punah sehingga Bank
Dunia memperkirakan bahwa hutan tersebut akan habis sama sekali pada tahun
2005. Andrew Gillison, salah seorang penulis laporan WWF tersebut malah
lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia antara lain jasa peredaman
terhadap banjir, erosi dan sedimentasi serta jasa pengendalian daur air. Menurut
Suryatmojo (2004) Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Evapotranspirasi
Semua peran vegetasi tersebut bersifat dinamik yang akan berubah dari
musim ke musim maupun dari tahun ke tahun. Dalam keadaan hutan yang telah
254
mantap, perubahan peran hutan mungkin hanya nampak secara musiman, sesuai
Peran hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari peran tajuk
menyimpan air sebagai air intersepsi. Sampai saat ini intersepsi belum dianggap
sebagai faktor penting dalam daur hidrologi. Bagi daerah yang hujannya rendah
dan kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water harvest maka para pengelola
karena jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air
yang masuk ke suatu kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional.
Peran menonjol yang kedua yang juga sering menjadi sumber penyebab
suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketersediaan air di dalam tanah atau
besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah,
lapisan/tebal tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan air.
karena memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara/cairan atau bersifat
porous. Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-
cara alami yaitu dengan osmosis, gravitasi atau kapasitas simpanan permanen
255
suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik layu permanen yaitu
pada kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengekstrak air dari
ruang pori tanah terhadap gaya gravitasinya. Titik layu ini sama bagi semua
tanaman pada tanah tertentu (Seyhan, 1977). Pada tingkat kelembaban titik layu
ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air yang
persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan dengan dimensi ruang dan
waktu. Akhir-akhir ini kita lebih sering dihadapkan pada suatu keadaan berlebihan
air pada musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Sampai saat ini
masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan daur air artinya
hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di
hutan yang baik tetap mengalir pada musim kemarau. Ketergantungan masyarakat
yang tinggal di kawasan sekitar hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi.
jika luas hutan berkurang, laju resapan air ke dalam tanah menurun, laju larian air
naik dan bahaya banjir semakin meningkat. Dalam hal ini bertambahnya air
karena berkurangnya luas hutan sangatlah merugikan. Laju air akan bertambah
256
jika hutan dikonversikan menjadi bangunan fisik seperti gedung, jalan raya dan
penulis seperti di Hutan Lindung Mahato dan Hutan Lindung Bukit Suligi kondisi
hutannya rusak berat. Sepanjang mata memandang yang nampak adalah hamparan
besar di Riau ini terjadi banjir di kala musim hujan dan krisis air di musim
kemarau.
melestarikan hutan dan Taman Nasional Gede Pangrango mempunyai nilai sekitar
Rp 920 miliar (100 juta dollar AS) per tahun untuk menghidupi sekitar 20 juta
penduduk yang ada di sekitarnya. Kalau tangkapan air ini musnah, akibatnya
beberapa pabrik air mineral yang mengolah air bersih tidak lagi akan berproduksi
dan semua penduduk akan kekeringan bila musim kemarau tiba (Kompas,
13/10/04).
mengkalkulasi nilai air yang ada di TNGP dalam dua kategori: (1) Nilai air yang
konsumsi rumah tangga. Dari kedua nilai itu bila dijumlahkan air yang sangat
vital sifatnya berharga Rp 2.95 miliar per tahun dan akan meningkat harganya
Dari gambaran diatas, nampak jelas bahwa peran hutan sebagai penyedia
jasa lingkungan melalui kemampuannya sebagai regulator air memiliki nilai arti
yang sangat penting dalam mendukung hajat hidup masyarakat disekitar hutan.
257
Jasa hutan bukan hanya mengatur dan menata air, tetapi juga mampu
menyerap serta menyimpan karbon. Saat ini muncul paradigma baru tentang peran
hutan sebagai penyimpan karbon. Kusuma (2004) menyatakan biomas pohon dan
vegetasi di hutan berisi cadangan karbon yang sangat besar yang dapat
muka bumi. Bila dipelihara, ternyata hutan mampu menyerap sebagian atau semua
iklim. Pada tahun 1997 misalnya, CO2 adalah penyumbang terbesar emisi gas
rumah kaca (59,1 %) di Indonesia. "Kyoto Protokol 1997" dengan United Nation
Development Mechanism). Bila lahan kritis ditanami dengan jenis tanaman yang
juga berlangsung cepat. Karbon yang disimpan dalam biomass hutan tanaman
258
industri (HTI) akan lebih besar disbanding hutan yang rusak. Hasil produksi HTI
selanjutnya perlu diolah menjadi bahan jadi yang awet, seperti bahan bangunan
dan mebel. Melalui mekanisme seperti itu, karbondioksida dipindahkan dari udara
emisi karbon. Pada tahun 1990, hutan di Indonesia mampu menyerap sekitar 1500
megaton (Mt) CO2. Padahal, total emisi yang dihasilkan Indonesia adalah sekitar
750 Mt. Artinya, hutan Indonesia bukan hanya menyerap CO2 dari wilayahnya
sendiri, namun juga menyerap CO2 yang dihasilkan negara-negara lain. Akan
tetapi kemampuan penyerapan karbon ini terus berkurang seiring dengan laju
degradsi hutan yang sangat tajam akibat illegal logging, perambahan hutan,
Siklus karbon di dalam biosfer meliputi dua bagian siklus penting, di darat
dan di laut. Keduanya dihubungkan oleh atmosfer yang berfungsi sebagai fase
antara. Siklus karbon global melibatkan transfer karbon dari berbagai reservoir
(Tabel 1). Jika dibandingkan dengan sumber karbon yang tidak reaktif, biosfer
mengandung karbon yang lebih sedikit, namun demikian siklus yang terjadi
Sejumlah besar kalsium karbonat dalam lebih dari 10 juta tahun yang lalu
telah terlarut dan tercuci dari permukaan daratan. Sebaliknya, dalam jumlah yang
sama telah terpresipitasi dari air laut ke dalam lantai dasar laut. Waktu tinggal
binatang sekitar 300 tahun. Hal ini berbeda dalam skala waktu dibandingkan
259
dengan residence time untuk karbon terlarut (ribuan tahun) dan karbon dalam
sedimen dan bahan bakar fosil (jutaan tahun) (Vlek, 1997 dalam Widjaja, 2002).
Udara CO2-atmosfer 70
Darat Biomass 59
Produksi bersih/tahun 45
menggunakan metoda IPCC 1996, diketahui bahwa pada tahun 1994 emisi total
CO2 adalah 748,607 Gg (Giga gram), CH4 sebanyak 6,409 Gg, N2O sekitar 61 Gg,
oleh hutan kurang lebih sebanyak 364,726 Gg, dengan demikian untuk tahun 1994
tingkat emisi CO2 di Indonesia sudah lebih tinggi dari tingkat penyerapannya.
Indonesia sudah menjadi net emitter, sekitar 383,881 Gg pada tahun 1994. Hasil
perhitungan sebelumnya, pada tahun 1990, Indonesia masih sebagai net sink atau
260
tingkat penyerapan lebih tinggi dari tingkat emisi. Berapapun kecilnya Indonesia
dan penggunaan energi terbarukan, lebih penting daripada melalui carbon sink.
Hal ini dikarenakan hutan hanya menyimpan karbon untuk waktu yang terbatas
(stock). Ketika terjadi penebangan hutan, kebakaran atau perubahan tata guna
iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan
kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan
rumah tangga.
persen atau setara dengan 125 juta ton CO2. Jika diasumsikan harga CER
CO2, maka nilai ekonomi yang akan diperoleh sekitar 750 juta dollar AS dari
bentuk pengurangan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dari proyek MPB yang
emisi karbon. Jika difahami lebih mendalam peran hutan tropis kita sangat penting
261
proses carbon trade dalam MPB (Mekanisme Produksi Bersih) atau CDM (Clean
perubahan iklim secara ekstrim. Namun jika hutan semakin terdegradasi, maka
karbon akan meningkat. Pembukaan dan penyiapan lahan dalam kawasan hutan
dengan cara membakar berkontribusi sangat besar dalam emisi karbon. Kusuma
(2004) melaporkan bahwa kebakaran hutan dan lahan tahun 2004, berkontribusi
lebih dari sepertiga (280 Mt) total emisi gas rumah kaca dari selluruh sektor. Dari
penjelasan ini kita bisa menyimpulkan betapa urgen dan mendesaknya aktifitas
radiasi matahari yang masuk ke bumi menembus lapisan atmosfer. Radiasi yang
itulah yang menyebabkan suhu di bumi semakin hangat. Peristiwa ini dikenal
sebagai efek rumah kaca. Kesejukan suhu bumi yang memberi kenyamanan pada
manusia telah disia-siakan oleh ulah manusia sendiri dengan membabat hutan
mereka. Berawal dari revolusi industri hingga pembukaan hutan secara besar-
besaran di negara-negara tropis dan tanpa henti, membuat GRK makin menumpuk
di atmosfer. Emisi GRK dihasilkan terutama oleh pemanfaatan bahan bakar fosil
(minyak, gas, dan batu bara), kendaraan bermotor, dan pembangkit listrik.
262
Nasru (2005) melaporkan dalam kurun waktu 150 tahun sejak revolusi
dioksida (CO2), meningkat dari 290 ppmv (part per million by volume) menjadi
350 ppmv. Apabila pola konsumsi, gaya hidup, dan pertumbuhan penduduk tidak
berubah, diperkirakan 100 tahun mendatang konsentrasi CO2 akan meningkat dua
kali lipat dari zaman pra-industri, atau mencapai sekitar 580 ppmv.
4,5° C, yang akan berdampak luar biasa bagi kelestarian lingkungan dan
dan musim kemarau makin lama dan lebih kering. Akibatnya, air permukaan
daratan menghilang semakin cepat sehingga terjadi kelangkaan air. Fluktuasi suhu
secara tajam juga memicu berbagai jenis penyakit. Penyakit lama mewabah,
seperti flu dan malaria, sementara penyakit baru bermunculan dan menyebar
dengan mudah.
belahan bumi lain, terjadi gelombang panas di Eropa beberapa tahun lalu yang
yang diperkirakan 15-95 cm. Di Riau kita merasakan perubahan suku yang cukup
263
kawasan hutan. Hutan tropis Riau yang kaya akan keanekaragaman hayati
ditebang habis diganti dengan tanaman monokultur seperti akasia (sejak tahun
1990-an) dan kelapa sawit (sejak dekade 1980-an). Kondisi ini membuat propinsi
ini makin ringkih, ketika musim kemarau kita sibuk menangani kebakaran hutan
dan lahan serta bencana kabut asap. Di saat datang musim penghujan, banjir
Oleh karena itu aktifitas rehabilitasi dan konservasi hutan tropis kiranya
menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas iklim. Apabila kondisi hutan tropis bisa
terjaga maka suplay oksigen dari hutan diharapkan mampu menjaga stabilitas
iklim. Karena jika iklim berubah secara ekstrim, bencana demi bencana
3.4 Ekoturisme
Hutan tropis bisa menyediakan jasa lingkungan bernilai tinggi dari aspek
wisata. Pemandangan alam yang indah, sejuk dan menawan menjadi nilai yang
Ilmu ini lebih banyak berkaitan erat dengan tatanan kehidupan manusia, baik
manusia secara pasif sebagai bagian dari alam maupun manusia sebagai elemen
aktif yang dapat merekayasa alam. Berbagai kegiatan kehidupan manusia yang
berkaitan erat dengan ekologi antara lain kehidupan ekonomi, sosial, maupun
untuk tetap hidup aman dan nyaman dalam lingkungannya (Blangly dan Megan,
1994). Tentu berbeda dengan hanya sekadar wisata alam. Karena itu penyetaraan
makna ekoturisme dengan 'wisata alam' tentu saja tidak tepat. Ekoturisme
Sementara itu, wisata alam adalah kegiatan berwisata di dalam lingkungan alam.
mungkin tidak! Ini lain perkaranya! Kegiatan wisata alam umpamanya arung
jeram, pendakian gunung, wisata selam, wisata tirta dan sejenisnya. Seluruh
keaslian alam pegunungan tersebut. Oleh karena itu, wisata seperti itu tidak masuk
ekoturisme ini sarat oleh aspek primer yakni, mengelaborasi alam untuk
265
tumbuhan dan lain-lainnya apa pun yang berasal dari alam dan hidup di alam
carying capacity, artinya seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata
ekologi. Tahura Sultan Syarif Hasyim yang sebagian fungsinya adalah untuk
dan konversi menjadi kebun kelapa sawit masih terjadi di taman yang semestinya
penulis wilayah Riau memiliki potensi ekowisata yang cukup baik. Buluhcina
misalnya, telah ditetapkan oleh Gubernur Riau menjadi Taman Wisata Alam sejak
266
tahun 2006. Diharapkan di areal hutan yang dikelola secara adat ini kegiatan
ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi
harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat. Keberadaan
hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peran
pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan pengatur iklim global.
perubahan tersebut antara lain eksplotasi hutan tropis besar-besaran sejak tahun
1970-an dengan sistem HPH. Pembangunan diluar sektor kehutanan yang sangat
lahan dan produk-produk dari hutan. Kondisi demikian diperparah dengan adanya
sumber daya alam di Indonesia banyak di dominasi oleh pengusaha besar dengan
mengandalkan sumber daya lahan tersebut secara turun temurun sebelum negara
sumberdaya alam ini sebagai basis konflik sosial yang riil dalam kehidupan
pusat.
Sedangkan nilai ekonomi kayu satu hektare hutan alam perawan menurut
Asmoeri (2007) sekitar Rp 50 juta. Dengan demikian, seandainya 600 ribu hektare
hutan alam di Sumatera diambil kayunya, nilai kotor yang dihasilkan sekitar Rp
30 triliun. Nilai tersebut, belum termasuk biaya operasional. Jika dipotong biaya
operasional dan modal, perolehan tersebut bisa kurang dari separuhnya atau hanya
tersebut masih terpotong separuhnya lagi. Sehingga, nilai ekonomi yang diperoleh
Hanya itulah nilai ekonomi yang bisa diperoleh pengusaha atau para
Berapa keanekaragaman jenis spesies (biodiversitas) yang mati dan punah akibat
dunia. Lebih dari 60 persen biodiversitas di muka bumi berada di hutan tropis.
sungai yang mata airnya berada di hutan tersebut. Selanjutnya, erosi dan
terumbu karang yang amat sensitif terhadap polusi. Rusaknya terumbu karang ini
269
akan sangat berpengaruh pada kehidupan ikan di laut. Ketiga, hancurnya hutan
juga dapat memacu pemanasan suhu bumi. Hutan tropis Indonesia sudah
menyebabkan banjir dan longsor yang menelan korban jiwa dalam jumlah yang
amat besar.
ITTO bagi Pengelolaan Hutan Alam Tropis secara Lestari terdapat 41 prinsip
dalam kegiatan produksi kayu dari hutan alam tropis (Sudradjat, 2002). Adapun
1. Harus ada komitmen politik nasional yang kuat dan berkesinambungan untuk
kelestarian hutan.
2. Kawasan hutan negara maupun hutan rakyat pada luasan tertentu harus
hutan tetap.
spesies, dan ekosistem. Oleh karena itu fungsi-fungsi tersebut harus dijaga.
5. Sistem silvikultur yang dipilih harus didasarkan pada aspek kelestarian pada
biaya minimum.
270
hutan dilaksanakan.
7. Pemerintah harus membantu pengelola hutan milik dan hutan adat secara
lestari.
8. Pengelolaan hutan untuk produksi kayu hanya akan lestari apabila dapat
10. Adanya kegiatan yang berkelanjutan sangat penting bagi pengelolaan hutan
secara lestari.
menyebabkan berbagai bencana di sana. Banjir bandang dan tanah lonsor di Aceh
penyebabnya adalah alam (kekuasan Tuhan semata). Tidak seperti manusia yang
membangun kapan saja di mana saja. Dalam kasus banjir di Aceh tahun 2006,
manusia telah menjadi 'agen perusak' sehingga muncul banjir raksasa yang amat
271
ternyata tak mampu menahan ambisi pikiran yang destruktif sehingga alam pun
Kedua, banjir di Aceh tahun 2006 sebetulnya sudah lama diprediksi sejak
TNGL mulai dijarah kayunya. Peristiwa banjir bandang di kawasan wisata Kali
Bohorok, Bukit Lawang, Langkat, Sumut (2003) yang menewaskan 200 orang
mencegah illegal logging secara serius, khususnya yang terjadi di TNGL. Tapi
apa yang terjadi sejak tragedi Bohorok tersebut, nyaris tak ada kebijakan berarti
yang membujur dari Lautan Hindia, Gayo Alas, sampai ke Selat Malaka yang
dikritik para ahli dan aktivis konservasi serta lingkungan terus berjalan. Padahal,
proyek Ladia Galaska yang menembus rimba raya TNGL tersebut dikhawatirkan
bakal menjadi sarana transportasi illegal logging. Kekhawatiran itu ternyata benar
adanya. Sejak dibangunnya jalan tembus Ladia Galaska, aktivitas illegal logging
makin seru dan sulit ditangani. Menurut sejumlah aktivis konservasi dan
makin besar dan bertambah besar lagi setelah adanya proyek rekonstruksi Aceh
pascatsunami.
Ketiga, tidak seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi, banjir di
Aceh sebetulnya bisa dicegah asal semua pihak berupaya keras untuk
ternyata gaungnya tak sampai ke daerah. Pemerintah tampaknya terlalu irit dana
gundul. Musibah banjir dan longsor yang tiap tahun terjadi di mana-mana
luas dan besar-besaran betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan dan reboisasi
secara lestari, karena hal ini semata-mata untuk menjaga habitat manusia sendiri
berkelanjutan baik nilai tangible maupun yang intangible. Selama ini telah banyak
nilai, manfaat dan fungsi hutan tropis yang hilang akibat kegiatan eksploitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, 2007. Hutan Alam Riau Tinggal 5 %. Kompas tanggal 3 Januari 2007.
Asmoeri, D., 2007. Banjir Aceh dan Ekonomi Deforestasi. Artikel di Harian
Republika tanggal 2 Januari 2007.
Basyar, A. H., 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit, Blunder Ketiga Kebijakan
Sektor Kehutanan. E-Law dan CePAS. Jakarta.
Dinas Kehutanan Riau, 2004. Kerugian Daerah Akibat Illegal Logging. Makalah
disampaikan dalam Lokakarya Illegal Logging tanggal 2 Desember
2004. Pekanbaru. Tidak diterbitkan
Murdiyarso, D., 2003. Konvensi Perubahan Iklim. Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Presiden RI, 1999. Undang - Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Setneg. Jakarta. (Tidak diterbitkan)
Purwanto, E., 2001. Deforestasi dan Perubahan Lingkungan Tata Air di Indonesia
Resiko, Implikasi dan mitos. Bigraf Publishing. Yogyakarta.
Rusmantoro, W., 2003. Hutan Sebagai Penyerap Karbon, Artikel Internet dalam
www.spektrumonline.com
274
Soemarwoto, O., 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Baru
Lingkungan Hidup. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Suryatmojo, H., 2004. Peran Hutan Pinus Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan
Melalui Penyimpanan Karbon dan Penyediaan Sumberdaya Air. Fakultas
Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Widjaja, H., 2002. Pengantar Falsafah Sains, Program Pasa Sarjana/S3 Institut
Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak diterbitkan)
Whitmore, T.C, 1975. Tropical Rain Forest of The Far East. Clarendon Press.
Oxford.
www. dephut.go.id
www.sekitarkita.com
275
OLEH :
T. ISKANDAR JOHAN
1. PENDAHULUAN
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang tak ternilai harganya
dan mempunyai berbagai fungsi dan manfaatnya, baik manfaat secara ekonomis,
rakyat dan juga merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Oleh karena itu
kekhawatiran dari semua pihak di belahan bumi ini. Secara estetis hutan
bencana alam ataupun ulah manusia itu sendiri. Lebih-lebih saat ini campur
tangan manusia semakin banyak, bahkan tak terbendung lagi sehingga besar
kerusakan hutan disebabkan oleh faktor manusia sendiri. Salah satu gangguan
kerugian baik secara ekonomis, estetis maupun politis. Di Provinsi Riau secara
umum, kebakaran hutan terjadi pada saat musim kemarau. Riau merupakan daerah
yang tingkat kebakarannya tinggi dengan jumlah kerugian yang tak ternilai.
perkebunan besar, pertanian dan hutan tanaman industri (Aengraeni dan Syumada,
2001).
hutan dan lahan itu sendiri di wilayah Indonesia menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit. Tahun 1997-1998 misalnya, ketika terjadi kebakaran hutan dan
277
lahan terbesar dimana prediksi luasan yang terbakar mencapai 4,5 juta hektar,
total kerugiannya mencapai Rp. 60 trilyun. Nilai kerugian ini belum termasuk
nilai kayu sendiri hanya 7 % sampai dengan 10 % dari nilai ekologinya. Manusia
tidak pernah sadar bahwa nilai hutan sangat besar pada fungsi tidak tampaknya
baru sadar setelah timbulnya bencana alam seperti banjir, longsor dan kekeringan.
kebakaran hutan adalah tindakan yang paling efisien karena apabila sudah terjadi
kebakaran dan melanda areal yang luas maka penanggulangannya akan lebih sulit
dan memerlukan anggaran biaya yang tidak sedikit. Adapun tujuan dari makalah
ini adalah untuk melihat penyebab kebakaran hutan dan dampaknya terhadap
lingkungan.
278
dengan hutan yang berada di Provinsi Riau yang telah habis dibagi dengan
Kawasan lindung inipun berada dalam kondisi kritis akibat berbagai kegiatan
semakin luas saja hutan yang rusak dan lebih parah lagi menjadi lahan-lahan
kritis. Tahun ini diperkirakan luas hutan dan lahan yang terbakar di Provinsi Riau
citra satelit tahun 2002, luas kawasan hutan yang rusak dan menjadi lahan kritis
termasuk Provinsi Kepulauan Riau mencapai 1,4 juta hektar. Sedangkan luas
lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 2,2 juta hektar (Dinas Kehutanan
pengaturan fungsi lahan dalam tata ruang, lemahnya peraturan dan penegakan
kurangnnya upaya reboisasi oleh pemerintah dan pengguna hutan lainnya serta
dan lindungi hak-hak mereka. Beri mereka kepercayaan untuk mengelola hutan
dan menjaga kelestariannya. Dengan melakukan ini, niscaya tidak ada lagi kaki
disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal (terkendali) dan faktor eksternal (tak
terkendali).
berpindah). Baik itu dilakukan di dalam kawasan hutan maupun yang diluar
kawasan hutan. Pola ekstensifikasi pertanian yang sampai saat ini masih
diterapkan dan ini masih bisa dilihat dari laju pertumbuahn penduduk dengan laju
kerusakan areal.
penting untuk penyiapan lahan karena selain murah juga lebih cepat. Penyiapan
Riau yaitu pada musim kemarau bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober
sehingga dapat dipastikan asap yang akan dihasilkan dari kelimpahan bahan bakar
Penggunaan api sebagai alat untuk penyiapan lahan yang digunakan oleh
Penghasil asap untuk penyiapan lahan selain oleh petani tempatan (peladang
berpindah) yang tak kalah besarnya adalah penyiapan lahan untuk perusahaan-
angka ratusan. Titik api yang paling menonjol ditemukan pada perusahaan yang
memiliki izin HPH sebanyak 369 titik, Hutan Tanaman Industri (HTI) 139 titik,
Perkebunan 280 titik, Transmigrasi 3 titik dan lain-lain 191 titik. Untuk itu dapat
dipastikan Riau penyumbang asap tebal yang terbesar dihasilkan dari kebakaran
hutan.
yang terlihat secara langsung dalam hal kebakaran hutan masih sangat terbatas.
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yaitu pada musim kemarau disekitar bulan
Agustus dan Oktober. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pola pertanian
sebenarnya tidak terlepas dari adanya tiga komponen yaitu bahan bakar, api dan
oksigen (02). Kebakaran tidak akan terjadi apabila salah satu komponen tersebut
dapat berupa seresah, tanaman ataupun bahan-bahan lain-lainya. Api dapat terjadi
secara alami dari panas terik matahari atau dapat berasal dari ulah manusia itu
merupakan bahan bakar disamping itu juga menghasilkan serasah yang terdapat
dilantai hutan. Api yang terjadi secara alami biasa terjadi pada musim kering yang
api. Namum sebagian besar api berasal dari ulah manusia itu sendiri baik secara
merupakan penyebab kebakaran hutan yang paling sering terjadi dan terus
untuk melakukan perbuatan apapun, kecuali secara tegas telah dinyatakan sebagai
tertentu yang tidak dikehendaki oleh sebagian besar anggota masyarakat diatur
secara tersendiri oleh norma lainnya, seperti norma agama, norma kesusilaan, dan
dikatakan berasal dari kegiatan manusia (99%). Mengingat yang menjadi sumber
283
kebakaran adalah kegiatan manusia, maka kebakaran tersebut dapat ditekan bila
sumber kebakaran dikurangi atau dicegah. Sehingga upaya yang paling ampuh
penanggulangan.
Indonesia sampai saat ini belum dibentuk organisasi yang khusus bertanggung
sumberdaya manusia yang profesional, peralatan dan alokasi dana yang memadai.
Organisasi yang ada saat ini, baik ditingkat nasional, provinsi maupun
dilakukan dengan cara pembakaran tanpa upaya pencegahan kebakaran yang tidak
terkendali, tidak ada kepedulian dalam hal memberikan laporan kepada aparat
pengawasan terhadap pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan oleh
fungsinya.
penangkapan terhadap pelaku kebakaran hutan. Apabila hal ini masih dibiarkan
tanpa ada kepastian hukum yang pasti, sudah barang tentu kebakaran hutan akan
secara utuh, baik oleh pemerintah sendiri, dunia usaha maupun masyarakat.
dan Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya Nomor 5 Tahun 1990, serta
Biologi, Perubahan Iklim, Sistem Pertanian Pangan, dan Administrasi Negara. (2)
(3) Surat-surat Keputusan Menteri dan Direktur Jenderal yang dikeluarkan oleh
kembali tapal batas antara kawasan konservasi dengan hutan ulayat yang secara
adat dan menurut persepsi masyarakat dimiliki dan dikelola oleh masayarakat. (2)
ini masih dijadikan salah satu alasan terutama masyarakat dalam melakukan
koordinasi yang lebih intensif antar wilayah. Hal ini dilakukan karena wilayah
yang terjadi dalam pengelolaan hutan. (6) Membenahi infrastruktur yang dapat
dan sarana pendukung lainnya. (7) Penegakan hukum sesuai dengan ketentuan
dan peranan penting bagi kehidupan dan pembanguan nasional. Oleh karena itu,
harus dikelola dan dimanfaatkan secara lestari bagi kesejahteraan masyarakat dan
umat manusia pada umumnya untuk sekarang dan dimasa yang akan datang
(Silalahi, 2001).
berupa berbagai potensi yang ada di dalamnya baik berupa kayu ataupun non kayu
yang melimpah dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Ini sudah
merupakan salah satu sumber pendapatan negara/daerah yang cukup besar dan
dominan.
yang lebih besar dibandingkan dengan daerah hutan yang tidak terbakar.
hilangnya habitat satwa dan erosi berbagai bibit benih tumbuhan dan fauna di
pencucian hara hutan, terjadinya banjir di daerah yang hutan gambutnya terbakar,
akibat dari berkurangnya keanekaragaman jenis flora dan fauna yang merupakan
sumber plasma nutfah dan berubahnya fungsi hidrologi, pola hujan lokal maupun
regional.
287
sifak fisik tanah juga berubah dengan rusaknya struktur tanah sehingga
tanah menjadi terbuka sehingga energi pukulan air hujan tidak lagi tertahan oleh
tajuk pepohonan. Pada fisik kimia tanah terjadi peningkatan tingkat keasaman
yang terjadi, dimana tataguna lahan berubah menjadi lahan pertanian dan
tanah yang sangat intensif dapat meningkatkan proses terlepasnya partikel tanah
kelembaban serta kapasitas kation pada jenis tanah dan sifat-sifat fisik biologi
tanah. Selain itu, kebakaran hutan dapat membunuh organisme tanah yang
Hutan merupakan bagian dari sistem bumi yang begitu penting. Pada skala
lokal, pohon-pohon dapat melindungi tanah dari hujan dan angin yang mungkin
yang tinggi serta curah hujan yang terus menerus sepanjang tahun menyebabkan
hilangnya nutrisi dari dalam tanah, sehingga hanya sedikit nutrisi yang tersisa,
kecuali yang berada dalam tumbuhan itu sendiri (Silver dan De Fries, 1992).
dibuka untuk pertanian, peternakan, atau perusahaan kayu, maka tidak ada
jaminan bahwa pohon-pohon dapat tumbuh kembali di tanah yang tandus itu.
permukaan didominasi oleh rumput dan sedikit mineral di tanah serta didaerah
berbatu cadas. Di Haiti dan di daerah lainnya dimana pemusnahan hutan terjadi
secara hebat, tidak saja tanah yang dirusak melainkan juga hanya sedikit pohon
Berdasarkan uraian diatas, hutan perlu dikelola dengan baik, karena sangat
berdampak terhadap kehancuran lingkungan. Selain itu secara politis dapat berupa
289
gangguan terhadap lingkungan akibat asap yang sangat merugikan baik di Riau
maupun bagi negara tetangga seperti Singapore, Malaysia dan Pilipina. Secara
sosial kebakaran hutan juga dirasakan oleh masyarakat karena hilang mata
baik semasa kepemimpinan Presiden Suharto pada tahun 1996 dan dipertegas
kembali oleh Presiden Habibie pada tahun 1999, begitu juga pedoman teknisnya
Untuk itu, perlu ada peringatan atau informasi pada saat musim kemarau
Lahan yang mengatur peran dan tanggung jawab badan usaha, masyarakat dan
Sehubungan dengan hal tersebut diatas yang perlu dilakukan adalah: (1)
Penyuluhan kepada masyarakat tentang teknis penyiapan lahan tanpa bakar atau
Tanaman Industri (HTI) dalam penerapan Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
umumnya berada di daerah remote yang jauh dari pemukiman, maka konsep
291
ditangkapi dan dipatuhi oleh aparat pemerintah, masyarakat dan perusahaan. Pada
prinsipnya api sekecil apapun di hutan harus dilaporkan kepada yang berwenang
seperti pemilik lahan, kepala kampung, kepala desa, jagawana, polisi dan lain-lain
peningkatan tanggung jawab pengusaha dalam penyiapan lahan tanpa bakar dan
sistem jaminan uang dengan nilai minimal sebesar biaya PLTB di tambah dengan
hal yang mutlak dilakukan baik kepada pemilik lahan, perkebunan, HTI maupun
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kehutanan Provinsi Riau, 2004. Kerugian Daerah Akibat Praktek Illegal
Logging. Makalah Dinas Kehutanan Provinsi Riau. Disampaikan Pada
Seminar Akibat Praktek Illegal Logging, Pekanbaru.
Hasoloan, D., 2001. Kebijakan Rencana Tata Guna Lahan untuk Perkebunan dan
HTI, serta Dampaknya terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan di Propinsi
Jambi, hal. 49 – 58. Dalam Suyanto, S., R. P., Permana, D., Sutijono dan
G., Applegate (eds.) Prosiding Seminar Sehari Akar Penyebab dan
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera. Bandar Lampung 11
Oktober 2001. ICRAF, CIFOR dan Uni Eropa, Bogor.
Nasution, M., 2007. Biar Hutan Tidak Terus Rusak. Media Indonesia, Senin 8
Januari 2007.
Perdana, A. dan P. Sudjono. 2006. Pengaruh Tataguna Lahan terhadap Laju Erosi
di Daerah Tangkapan Waduk Cisanti. Jurnal Teknik Lingkungan. Edisi
Khusus Agustus 2006 (Buku 1), hal. 35 – 48. Jurnal Teknik Lingkungan
bekerja sama dengan Program Studi Teknik Lingkungan ITB, Bandung.
Riau Pos. 171 Ribu Hektar Hutan dan Lahan Terbakar. Koran Harian. Kamis 4
Januari 2007, Pekanbaru.
Supriyanto, H., 2006. Hutan Kampar Kian Kritis. Riau Pos. Rabu 29 November
2006, Pekanbaru.
OLEH :
ROSYADI
I. PENDAHULUAN
pendapatan masyarakat, namun jika tidak dilakukan secara baik dan terarah dapat
lingkungan yang mungkin akan terkena dampak perlu menjadi perhatian yang
serius. Hal ini tidak lain karena kegiatan ini akan memanfaatkan sumberdaya
alam, baik yang dapat diperbaharuhi maupun yang tidak dapat diperbaharuhi.
akhirnya justru dapat menyebabkan bencana bagi manusia itu sendiri. Contoh
klasiknya adalah terjadinya bencana besar di kawasan sungai Euphrat dan Tigris
menyebabkan daerah yang semula merupakan kawasan yang sangat subur berubah
Di bidang kehutanan juga banyak contoh dapat kita lihat dan alami.
harimau dan gajah masuk desa) yang menyebabkan korban manusia dan lain
sebagainya.
295
Belajar dari pengalaman masa lalu ini, maka walaupun bidang pertanian
cukup hanya dengan suatu feasibility study secara ekonomi, namun diperlukan
pula feasibility study lingkungan. Hal ini tidak lain karena kegiatan ini
kehutanan ini menyangkut berbagai aspek, seperti lahan dan hutan, sosial serta
budaya masyarakat sekitar kegiatan. Untuk itu perlu adanya aturan-aturan yang
merupakan titik sentral dari pembangunan dan menyangkut hajat orang banyak.
Oleh karena itu perencanaan yang baik dan terarah dalam pengembangan bidang
pertanian ini memang sangat diperlukan. Dipihak lain berbagai usaha peningkatan
hasil pertanian telah diusahakan secara intensif baik berupa perbaikan cara
bercocok tanam, pengontrolan hama dan penyakit, perluasan areal pertanian dan
negatif yang berarti, sebab jumlah penduduk masih sedikit dan kawasan hutan
yang tersedia cukup luas. Pada waktu itu keseimbangan lingkungan tetap dapat
terjamin. Sebaliknya pada saat ini semakin meledaknya populasi manusia dan
semakin sempitnya lahan yang tersedia serta semakin terbatasnya hutan yang ada,
dampak negatif yang besar terhadap alam lingkungan berupa semakin meluasnya
lahan kritis.
Keadaaan ini akan semakin diperburuk lagi jika sistem perladangan ini
dimulai dengan cara ―slash and burning‖ yaitu dengan cara menebang hutan dan
ladang berpindah-pindah ini telah dilontarkan, namun dibalik semua itu kita tak
boleh lupa bahwa timbulnya praktek ini tidak terlepas dari beberapa faktor antara
lain semakin sempitnya lahan yang tersedia dan tekanan ekonomi (Rahman,
1992).
Hal lain yang juga disinyalir adalah bahwa kenyataan tidak sedikit pula
sistem ini justru dilakukan oleh orang-orang kota yang alasannya bukan karena
Dampak negatif utama dari kegiatan ini adalah berupa perusakan hutan, tanah dan
timbulnya tanah kritis yang sulit untuk dipulihkan kembali kesuburannya dalam
waktu dekat.
Indonesia adalah pertanian dan perladangan menetap. Hal ini timbul seiring
dengan terbentuknya kampung dan desa serta mulai menetapnya penduduk pada
sepanjang tahun dengan kuantitas hasil yang paling kurang sama dari tahun ke
tahun. Oleh karena ditanami terus menerus, maka sudah tentu kesuburan tanah
298
semakin lama semakin menurun. Untuk mengatasi hal ini para petani melakukan
berbagai usaha untuk mempertahankan agar tingkat kesuburan ini tetap terjamin.
Salah satu usaha utama yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan
kompos, pupuk kandang atau membiarkan daun dan bagian lain tanaman yang
selama ditanami sekali setahun tidak mampu lagi memberi makan seluruh
titik beratnya adalah berusaha meningkatkan hasil yang berlipat ganda pada areal
mungkin.
diikuti oleh usaha lain, yaitu berupa penambahan pupuk dan usaha pengontrolan
hama dan penyakit tanaman mempergunakan cara kimia dan cara biologi.
lingkungan, maka dampak negatifnya tidak berpengaruh besar. Namun apa yang
299
sering terjadi dalam praktek pada waktu yang sama adalah, bahwa perencanaan
tersebut hanya didasarkan dan diperhitungkan laba ruginya dari segi ekonomisnya
saja.
pestisida, keracunan pada manusia dan hewan termasuk ikan, timbulnya bahaya
erosi dan banjir serta kekeringan dimusim kemarau, musnahnya satwa baik
didaratan maupun diperairan tertentu. Semua dampak negative yang timbul ini
jika dinilai secara ekonomis ternyata seringkali cukup besar sehingga secara
sekecil-kecilnya. Untuk itu pemilik pertanian tersebut akan selalu berusaha untuk
berbagai macam pestisida untuk pemberantasan hama dan penyakit tanaman serta
Dampak negatif justru sering timbul dari penggunaan pupuk dan pestisida,
cara pemakaian, kuantitas dari bahan-bahan tersebut yang dipakai juga cukup
300
besar, sehingga kalau timbul dampak negatif, maka akibatnya akan jauh lebih
sekali adalah dengan cara pembakaran. Kebakaran hutan dan lahan pada tahun
1997/1998 diduga mencapai 9,7 juta ha, dan 75 juta orang terkena dampaknya,
Dampak negatif lain yang tak kalah pentingnya dalam kegiatan pertanian
dan perkebunan berskala besar ini adalah dampak sosial ekonomi dan budaya.
Dampak ini dapat timbul sebagai akibat dari proses pembebasan tanah,
dari daratan di bumi ini ditutupi oleh hutan hujan tropika. Namun saat ini luas
kawasan tersebut yang masih tertinggal hanya sekitar 6 – 7% saja dan hampir 40%
dari kerusakan hutan ini terjadi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini.
Terjadinya kerusakan hutan tropis ini antara lain sebagai akibat dari
negaranya.
Secara fisik dapat dilihat bahwa menurunnya luas hutan hujan tropika ini
tidak lain sebagai akibat dari pembukaan hutan untuk perluasan areal pertanian,
Disamping itu tidak kurang pula yang mencurigai bahwa menuduh bahwa
penyebab utama kerusakan hutan ini adalah para petani peladang berpindah-
adalah bahwa hutan tropis yang merupakan kekayaan alam yang tak ada duanya
semakin menciut dan ada kecenderungan akan semakin berkurang lagi luasnya.
Sadar akan ancaman ini, maka hampir diseluruh dunia saat ini orang mulai
untuk melestarikan sumberdaya hutan tropis tersebut, akan tetapi banyak pula
302
Propinsi Riau memiliki areal HTI terbesar di Sumatera dan nomor dua
terbesar di Indonesia. Sampai Desember 2000, luasan total areal konsesi HTI di
2001).
hutan tersebut setelah dilakukan penebangan, maka cara penebangan hutan tropis
dapat berupa:
Cara ini merupakan cara yang umum dilakukan oleh para peladang bepindah-
pindah dalam pembukaan hutan untuk dijadikan ladang. Kawasan yang telah
ditebang dan dibakar tersebut langsung ditanami dan biasanya setelah 2 atau 3
sehingga tidak produktif lagi untuk ditanami. Tanah yang ditinggalkan akan
2. Tebang selektif
Cara penebangan ini dilakukan jika dari hutan tersebut diproduksi hanya jenis
seperti, meranti dan lain sebagainya. Tidak hanya jenis pohonnya yang
Tata cara penebangan hutan untuk tujuan ini dikenal dibidang kehutanan
sebagai sistem tebang pilih yang disebut TPTI (Tebang Pilih dan Tanam
Indonesia).
Tebang habis sering dilakukan pada suatu kawasan hutan yang akan
ternak.
Sistem tebang habis dilakukan pula pada hutan yang kayunya akan digunakan
untuk membuat “chips‖ dan produk lainnya yang tidak membutuhkan ukuran
kayu tertentu. Tebang habis dapat pula terjadi karena daerah tersebut akan
Berbeda dengan dua cara sebelumnya, maka pada system tebang habis ini
bekas kawasan hutan tersebut akan berubah sama sekali menjadi suatu
hutan semula.
dampak sangat bergantung kepada tata cara pembukaan hutan serta besar kecilnya
kawasan yang dibuka. Sekecil apapun pembukaan hutan dilakukan, maka yang
dekat dengan atau kondisi daerah yang paling dekat dengan hutan itu. Semakin
luas daerah yang dibuka semakin besar pula dampaknya terhadap lingkungan
disekitarnya.
Pembukaan lahan telah menyebabkan musnahnya flora dan fauna, baik yang
sudah diketahui jenis dan kegunaannya maupun yang belum diketahui (Koswara,
1985).
satunya burung kuaran, punahnya pohon sialang (tempat lebah madu), punahnya
budaya daerah seperti pacu jalur karena habisnya jenis kayu sebagai bahan
Menurut perkiraan Bank Dunia dan FAO, hampir 1,5 juta ha hutan di
Indonesia ditebang setiap tahunnya, sedangkan yang ditanami kurang dari 1%.
Kalau hal ini berlangsung terus menerus, maka dikhawatirkan bahwa jenis kayu
meranti, kulim dan sebagainya, jumlahnya akan berkurang dengan cepat dan dapat
mengalami kemusnahan.
jangka waktu yang cukup lama pada saat mana keadaan perubahan tersebut sudah
Sebagai contoh kasus badak Jawa yang sekarang hanya ada beberapa
puluh ekor di Ujung Kulon. Kritisnya populasi hewan ini baru menjadi perhatian
setelah sudah begitu kecil dan luas habitatnya juga sudah sedemikian sempitnya,
dan membutuhkan biaya yang cukup besar (Gradwohl dan Greenberg, 1991).
hidup disekitarnya, seperti yang dikemukakan oleh Rahman (1992) antara lain
adalah:
kering.
proses desertifikasi.
5. Musnahnya sejumlah spesies tumbuhan dan hewan liar termasuk spesies yang
berguna baik sebagai plasma nutfah maupun yang berkhasiat obat dan lain
sebagainya.
erosi.
306
pendidikan bagaimana cara pengelolaan lahan dan hutan agar tidak merusak
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, serta banyak
Oleh karena itu untuk mengantisifasi kerusakan lahan dan hutan tidak lebih parah
lagi, maka diperlukan penegakan hukum yang lebih tegas lagi, terutama pelaksana
yang ada, jika dilaksanakan oleh manusia yang tidak memiliki kecintaan atau
ada tersebut. Semoga pejabat yang ditugasi bidang ini dibuka pintu hatinya agar
bekerja sesuai dengan perintah Allah yang menciptakan bumi dengan segala
307
isinya. Amin.- dan bagi yang tidak mengindahkan perintahNya terimalah akibat
maka pemakaian pestisida dan pupuk pada kegiatan pertanian dan perkebunan
meracuni organisme hidup non target, termasuk manusia. Dipihak lain pemakaian
pupuk yang tidak terkontrol dan efisien dapat berakibat negatif baik terhadap
kondisi tanah ditempat tersebut, mencemari air tanah dan meracuni hewan tanah.
pestisida yang tidak menurut aturan yang telah ditetapkan akan menimbulkan
berbagai akibat antara lain adalah; timbulnya resistensi hewan target terhadap
pestisida tersebut.
masalah adalah sifat racunnya, karena racun ini bisa meracuni manusia, ternak dan
tanaman, serta lingkungan bisa terpolusi. Bahkan pemakaian dosis yang tidak
merupakan racun bagi manusia dan ternak piaraan. Menurut Wudianto (1990),
pestisida dapat meracuni manusia dan hewan ternak melalui mulut, kulit dan
pernapasan.
keberhasilan bidang pertanian, ternyata jika dipergunakan tanpa aturan yang tepat
dan efisien, justru dapat menimbulkan masalah dan berdampak negatif terhadap
lingkungan.
sampingan berupa mengerasnya lapisan tanah dan mencemari air selokan dan
sungai, karena naiknya kandungan ion NO3 yang berasal dari pupuk urea yang
menghasilkan gas NH3 yang bersifat racun terhadap berbagai jenis bakteri
nitrifikasi yang ada dalam tanah, seperti Nitromonas spp dan Nitrobacter spp.
Kedua jenis bakteri ini sangat berguna ditinjau dari sudut biologi tanah. Misalnya
pemakaian pupuk ZA atau (NH4)2 SO4 yang terus menerus pada suatu tanah, dapat
pada suatu saat dapat menghambat pertumbuhan yang akan ditanam pada tanah
itu.
Oleh karena itu dalam pemberian unsur hara bagi tanaman sebaiknya
pupuk organik cair. Walaupun dari segi biaya penggunaan pupuk organik lebih
310
besar dananya, tetapi dari segi pemanfaatan pupuk organik ini terhadap tanaman
humus yang berada dilapisan atas tanah sebaiknya tidak dibuang, tetapi dibiarkan
seperti asalnya agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Keuntungan lain dapat
dilakukan usaha pertanian terpadu. Kegiatan ini memadu antara kebun dengan
ternak seperti (sapi dan kerbau), sehingga kotaran ternak ini dapat dimanfaatkan
untuk usaha perkebunan dan kehutanan. Usaha ini selain membantu masyarakat
tanah.
jangka panjang secara terus menerus dan tidak terkontrol akan berdampak buruk
terganggu dan kualitas air permukaan seperti air sungai di daerah pertanian
menjadi tercemar.
311
DAFTAR PUSTAKA
Wudianto, R., Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta. 201 hal.
312
OLEH :
DIANA AZIZAH
I. PENDAHULUAN
tinggi, namun sebaliknya beberapa ahli yang mengadakan studi empiris ada yang
(Tambunan, 2001).
komunitas yang berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu (Yusuf, 2006).
Oleh karena itu sering sekali upaya pengentasan kemiskinan hanya bertumpu pada
lainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan kemiskinan plural.
sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan
tanah.
314
4. Kemiskinan partisipasi, tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan
terfragmentasi.
6. Kemiskinan kebebasan, stres, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di tingkat
Bila ditinjau dari konsep kebutuhan, maka 6 macam kemiskinan ini bisa
diatasi dengan memenuhi kebutuhan praktis sedang kemiskinan yang lain diatasi
namun hasilnya jauh dari apa yang diharapkan angka kemiskinan masih tinggi.
Kondisi ini diperparah dengan krisis yang melanda banga Indonesia, dimana
tinggi. Moesa (2006) menyatakan pada tahun 2001 wakil presiden Bank Dunia
untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, menyatakan bahwa; kurang lebih 60
persen diantara mereka berada pada kemiskinan absolut. Data tersebut didasarkan
kurang dari US$ 2 atau setara Rp 19.000,00 per hari. Pada tahun 2004 dengan
kreteria yang sama maka diperkirakan ada 52 % rakyat Indonesia yang berada di
bawah garis kemiskinan, sementara menurut BPS pada tahun 2004 angka
pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 %). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 %), berarti
tingkat kemiskinan meningkat 1,78 %, atau bertambah sebanyak 3,95 juta orang.
Selain itu, BPS juga menyatakan (Kompas, 2006), bahwa tanpa program
kompensasi atau bantuan langsung tunai (BLT), jumlah penduduk miskin bisa
usahakan dewasa ini ialah sejauh mana kita berhasil mengurangi kemiskinan dan
Jadi daya upaya telah dan sedang dilakukan dari waktu kewaktu. Soalnya
bersangkutan sendiri dan terhadap lingkungannya, dan apa yang menjadi sebab-
Pertama-tama dari segi subsistem, dimana penghasilan dan jerih payah seseorang
hanya pas-pasan untuk dimakan saja, atau bahkan tidak pula cukup untuk itu
habisnya.
kemiskinan subjektif, menurut perasaan per orang; dan kemiskinan absolut. Saat
adalah yang terakhir, karena kemiskinan absolut merupakan masalah yang actual,
paling rawan dan karenanya paling mendesak. Kemiskinan abosolut ialah apabila
tergangggu karenanya. Dari semua keperluan dasar itu (antara lain pangan,
sandang, papan, kesehatan dan pendidikan), yang paling pokok dan yang
Jika tingkat nutrisi dan nilai gizi konsumsi pangan seseorang rendah
ditinjau dari segi penyediaan kalori per kapita per hari, maka implikasinya bisa
317
sumberdaya manusia atau tenaga kerja, rendahnya tingkat upah dan produktivitas
kerja, dan masih banyak lainnya. Atas dasar ini Sayogyo dalam Soerjani et al,
pendapatan per kapitan setahun senilai 240 kg beras/tahun untuk daerah pedesaan
dan 360 kg beras/tahun untuk daerah perkotaan. Garis ini tentunya adalah garis
yang ―sangat miskin‖ karena hanya didasarkan atas sejumlah pangan minimal
menentuka pula garis kemiskinan ―moderat‖, yang tentunya agak lebih tinggi
tingkatnya.
Selain itu, masih terdapat konsep garis kemiskinan dari Bank Dunia/IMF
yang menetapkan garis kemiskinan atas dasar tingkat pendapatan per kapita per
perkotaan menurut nilai US $ tahun 1973 (Ahluvia dalam Soerjani, 1987). Angka
ini bergerak terus. Pada tahun 1978 Bank Dunia menetapkan batas kemiskinan
bagi Indonesia pada tingkat pengeluaran konsumsi per tahun per kapita sebesar
US $ 90. dengan perhitungan ini pada tahun ini terdapat 38 % dari seluruh jumlah
penduduk atau sekitar 50 juta orang berada di bawah garis kemiskinan yang
absolut. Karena garis kemiskinan Bank Dunia ini ―dinamis‖ atau bergerak terus,
sehingga sulit untuk dijadikan ukuran yang pasti bagi batas kemiskinan. Antara
mengenai kemiskinan oleh Biro Pusat Statistik sebagai hasil Survei Sosial
terburuk terdapat diantara kaum tani, yang berarti bahwa daerah pedesaan adalah
yang menderita oleh ―wabah‖ kemiskinan (BPS, 1989). Dari analisis Sayogyo
dipedesaan luar Jawa menurun dari 27,8 % menjadi 9,9 % penduduk. Sementara
itu dikota-kota Jawa golongan miskin menurun dari 43,7 % menjadi 24,0 % dan
kemajuan sampai tahun 1980 masih lamban bila dibandingkan dengan yang
terjadi dikota. Laju penurunan persentase golongan miskin setahun hanya 1,2 %
dipedesaan dibandingkan dengan 1,97 % dikota. Padahl garis kemiskinan itu garis
US $ 580/orang setahun. Lapisan buruh tani yang tergolong paling banyak terkena
―kurang pangan‖ itu justru mereka yang memerlukan pangan yang cukup untuk
kerja keras.
319
konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480
Sedangkan bagi dinas sosial mendifinisikan orang miskin adalah mereka yang
sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar mereka yang layak bagi kemanusiaan dan mereka
yang sudah mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasar yang layak bagi kemanusiaan. Ukuran kemiskinan lainnya dari BKKBN
sendirinya sudah jelas negatif. Orang miskin tidak mampu memenuhi keperluan
gizi minimal bagi dirinya sendiri maupun keluarganya, dengan akibat bahwa ia
dan keluarganya merana fisik dan mental. Dampak langsung tentunya adalah
keterbelakangan dan rendahnya produktifitas. Hal ini telihat dari kenyataan bahwa
angkatan kerja yang terlibat di sektor pertanian (59,1 %) tidak mampu mencukupi
pangan bagi dirinya sendiri apalagi bagi penduduk Indonesia. Jutaan ton beras
masih harus diimpor, demikian pula gula, kedelai, buah-buahan dan bahkan kopra
(untuk negeri yang terkenal dengan ―nyiur melambai‖nya). Ini jelas merisaukan,
pemerintahnya untuk dipakai sebagai bantuan kepada negara lain. Rendahnya gizi
diterima juga rendah. Dari gambaran umum yang bisa diketahui, didapat
keterangan bahwa upah buruh di Indonesia kebanyakan tidak lebih dari satu dollar
kemiskinan dari standar Bank Dunia (BPM, 2004). Namun beberapa pendekatan
atau tepatnya penyesuian dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dalam
(ukuran finansial), dimana batas kemiskinan dihitung dari besarnya rupiah yang
dan bukan makanan. Untuk kebutuhan makanan digunakan patokan 2100 kalori
perhari.
pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa. Pengeluaran
bukan makanan ini dibedakan antara perkotaan dan pedesaan. Pola ini telah dianut
secara konsisten oleh BPS sejak tahun 1976. Sayogyo dan Poli (dalam Tambunan,
kapita. Konsumsi beras untuk perkotaan dan pedesaan masing masing ditentukan
sebesar 360 kg dan 240 kg per kapita per tahun. Sebaliknya Bank Dunia
menggunakan standard mata uang dollar Amerika Serikat, yaitu untuk dekade
321
1980, standar pengeluaran untuk makanan adalah 50 dolar AS untuk pedesaan dan
stabilitas sosial, politik dan keamanan (BPM, 2004). selanjutnya juga dinyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai absolut maupun relatif.
Secara absolut berarti dilihat dari perubahan PDB tahun lalu dengan tahun
sekarang. Misalnya PDB tahun 2004 tumbuh Rp 3 triliun dari tahun 2003.
Dimana PDBt = adalah pertumbuhan ekonomi tahun (t), PDBt adalah PDB
tahun tertentu dalam nilai absolut dan PDBt-1 adalah PDB tahun sebelumnya.
menjadi tiga (3), yaitu masa orde lama, orde baru dan masa reformasi.
era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial,
penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada
322
ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan yang kurang stabil
ekonomi, sosial, politik dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin
pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai
Belajar dari kegagalan Orde Lama, Orde Baru sejak awal tahun 1970
(PJPT I), dan PJPT II (Mankiw, 2000). Pembangunan jangka panjang juga
ekonomi bertumpu pada industri. Ciri utama pada tahap ini adalah, pertama
dan lembaga keuangan mulai berkembang. Tahap kedua ini tahap yang sangat
krusial, karena menyiapkan prasarat untuk tinggal landas. Prasarat yang harus
terutama jalan raya, pelabuhan, rel kerat api, lapangan terbang. Pada tahap ini
Tahap ketiga adalah initiating take-off, di mana dalam tahap ini peran
politik. Beberapa indikator utama dalam tahap ini adalah pertama, terjadinya
modal asing dalam pembangunan ekonomi semakin tinggi, bahkan jauh lebih
tinggi dari peran swasta domestik maupun negara. Selanjutnya, growth model
bertumpu pada akumulasi kapital melalui pasar modal. Ini berarti peran rakyat
Tahap keempat adalah take-off. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang
menurut Kuncoro (2000) diartikan sebagai tiga (3) kondisi yang saling terkait,
politik, sosial dan institusional yang jelas, yang dapat mendorong ekspansi di
sektor modern. Ciri lain pada tahap ini terletak pada peran pemerintah dalam
Tahap kelima adalah tahap konsumsi tinggi. Pada tahap akhir perkembangan
pembangunan ekonomi orde baru adalah terjadi krisis ekonomi pada tahun
3. Masa Reformasi
sampai saat ini kegiatan perekonomian belum tumbuh normal seperti masa
sebelum krisis. Krisis ekonomi yang diawali tahun 1997 telah berdampak luas
bidang sosial, politik dan keamanan. Kondisi ini memicu timbulnya kekacauan
sebelum krisis mencapai US$ 3.450 pada tahun 1999 merosot menjadi US$
580 (Kuncoro, 2000). Demikian juga dengan nilai kurs rupiah yang sempat
326
menyentuh nilai tertinggi Rp 17.500 per US$ 1. Kondisi ini diperparah dengan
miskin di Indonesia tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 % atau
34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak ekonom
reformasi terlihat lebih besar lagi setelah terjadinya krisis ekonomi pada
(2004), persentase penduduk miskin di Indonesia sampai tahun 2003 masih tetap
tinggi, sebesar 17,4 %, dengan jumlah penduduk yang lebih besar, yaitu 37,4 juta
orang.
prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 %, atau lebih dari separuh
kemiskinan per Maret 2006 adalah dalam press-release, BPS (2006) melaporkan
Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97
%), berarti tingkat kemiskinan meningkat 1,78 %, atau bertambah sebanyak 3,95
juta orang (BPS, 2006). Selain itu, BPS (2006) juga menyatakan bahwa tanpa
kompensasi? Ada beberapa alasan dan ini sangat terkait dengan bagaimana
langkah responsifnya. Ini juga ternyata akan menjadi pelajaran tentang bagaimana
bahwa prediksi pemerintah dan tim penyusun kebijakan serta tim ekonominya
kenaikan harga BBM. Ini menyangkut analisis, studi atau kajian, bahkan
model ekonomi yang dipakai pemerintah. Pemerintah saat itu seperti over-
LPEM UI. Masih banyak lembaga dan akademisi lain yang juga kompeten
18,39 %, lebih tinggi daripada inflasi. Ini harus menjadi catatan yang harus
diingat bahwa ternyata rakyat miskin jauh lebih rentan terhadap inflasi.
rendahnya efektivitas BLT. Ada banyak alasan yang bisa menjadi penyebab tidak
efektifnya program BLT. Salah satunya, adalah jumlah nominal BLT yang terlalu
untuk daerah perkotaan, biaya listrik, angkutan dan minyak tanah (barang-barang
yang paling terkena dampak naiknya harga BBM) mempunyai pengaruh yang
cukup besar, sementara untuk daerah perdesaan pengaruhnya relatif kecil (kurang
dari 2 %). Orang miskin perkotaan lebih rentan daripada di pedesaan. Semestinya,
misalnya, adalah salah satu yang terkena dampak tertinggi karena, selain daerah
sangat dominan.
329
Lepas dari itu semua, kita juga tetap harus ingat bahwa BLT itu program
yang sifatnya adhoc, atau situasional (Yusuf, 2006). Dalam konteks BLT, isunya
adalah efesiensi ekonomi dengan mengurangi subsidi BBM, dimana BLT adalah
Ada benarnya, kalau dikatakan kebijakan BLT itu lebih bersifat politis daripada
tidak berkurang drastis sebagai dampak dari kebijakan penghapusan subsidi BBM
yang tidak populis. Pemerintah sadar akan hal ini, sehingga sampai kapan pun
tenang-tenang saja karena memang tujuan utamanya bukan itu. Hal ini tampak
masa Orde Baru, walaupun mengalami pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, yaitu
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain,
berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk
orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan
yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat
menimbulkan ketergantungan.
331
pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin
(Yusuf, 2006). Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan
penyalurannya.
dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah
masyarakat (puskesmas).
kemiskinan selama ini adalah data makro hasil Survei Sosial dan Ekonomi
Nasional (SUSENAS) oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran keluarga
dan fokus pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti
332
ini tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang ada
di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang sangat
berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya, maupun bentuk
ekonomi yang berlaku secara lokal. Bisa saja terjadi bahwa angka-angka
kemiskinan tersebut tidak realistis untuk kepentingan lokal, dan bahkan bisa
beras untuk orang miskin karena adanya dua angka kemiskinan yang sangat
berbeda antara BPS dan BKKBN pada waktu itu. Di satu pihak angka kemiskinan
Sumba Timur yang dihasilkan BPS pada tahun 1999 adalah 27 persen, sementara
pada tahun yang sama mencapai 84 persen. Kedua angka ini cukup menyulitkan
untuk target sasaran rumah tangga adalah data BKKBN, sementara alokasi
Secara konseptual, data makro yang dihitung BPS selama ini dengan
perbandingan penduduk miskin antar daerah (BPS, 1999). Namun, data makro
dapat digunakan untuk target sasaran geografis, tetapi tidak dapat digunakan
untuk target sasaran individu rumah tangga atau keluarga miskin. Untuk target
sasaran rumah tangga miskin, diperlukan data mikro yang dapat menjelaskan
333
penyebab kemiskinan secara lokal, bukan secara agregat seperti melalui model-
berusaha mengumpulkan data keluarga atau rumah tangga miskin secara lengkap,
antara lain data keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN dan data
rumah tangga miskin oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Mankiw, 2000). Meski
tidak dikembangkan dari kondisi akar rumput dan belum tentu mewakili keutuhan
oleh faktor alamiah, yaitu kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan
yang tidak memadai, adanya bencana alam dan lain lain. Dengan kata lain
korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya
alam.
beban tanggungan dan lain lain. Juga perlu diperhatikan profil kemiskinan dari
ini bisa terbagi dalam penyebaran kota dan desa, di Jawa dan di luar Jawa.
terpaksa merelakan tempat tinggal berikut harta benda mereka terendam lumpur
pendidikan, lenyapnya rasa aman (dihinggapi rasa takut dan cemas), tercerabutnya
orang dari akar budaya dan kehidupan sosial, munculnya konflik horisontal, serta
agak terlambat dan kalah dari negara-negara lain. Pada tahun 1974, peraih hadiah
perlindungan HAM yang berkembang saat itu diperluas dengan memasukkan juga
hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik. Usul Rene dilatarbelakangi
atas lingkungan hidup yang sehat dan baik ke dalam konsep HAM, maka
Banyak pasal yang termaktub dalam kovenan ini merupakan "kunci" bagi
dengan negara-negara lain, hak atas lingkungan yang sehat telah diakui oleh
mengancam hidup manusia, seperti terlihat dari kasus Minamata (Jepang), Bhopal
mutu lingkungan tersebut, mengancam hak hidup manusia, sementara hak itu
dijamin oleh ICESCR pasal 4 dan Konvensi HAM Eropa tahun 1950 (Sugiarto,
2004).
Selain menyinggung HAM, hak atas lingkungan hidup juga terkait dengan
hak asasi untuk melakukan pembangunan, yang secara tegas disebutkan pertama
Bencana alam kembali muncul di musim penghujan ini. Kali ini terjadi di
finansial. Hal ini diakibat dari illegal logging yang terjadi di mana-mana dengan
kecepatan perusakan hutan yang amat dahsyat, lebih dari 7 hektar per menit dan
hutan dengan serampangan, terus merusak hutan demi tumpukan uang dari
dukung alam sehingga tak heran jika terjadi berbagai bencana seperti banjir disaat
termasuk dengan menebang pohon secara liar. Para penganggur yang miskin itu
tidak bisa bertahan hidup tanpa pekerjaan. Sementara pekerjaan begitu sulit
didapatkan. Akhirnya, mereka melirik hutan dan melihat potensi penghasilan yang
menggiurkan.
337
yang telah mewabah di seluruh bagian tubuh negeri ini mengakibatkan aparat,
pejabat dan birokrat yang seharusnya menjaga hutan berubah menjadi penjarah
umum pola dari Rostow adalah memperbesar kue pembangunan baru kemudian
ekonomi adalah menarik investasi dengan upah kerja yang murah, pajak yang
rendah, dan monopoli serta konsentrasi pada beberapa investor dan jenis industri.
4. Inpres obat obatan, tujuannya adalah untuk memberikan obat obatan yang
2002.
339
sumber dana dari kompensasi subsidi BBM (Arsana, 2004). Kebijakan ini dinilai
kurang efektif dalam mereduksi kemiskinan, apa lagi jika kebijakan tersebut
mereka tidak menyadari bahwa dirinya miskin. Kebijakan juga dinilai hanya
5. Penetapan harga dasar gabah, untuk menjamin nilai tukar petani (padi) tidak
salah sasaran, karena masih adanya syarat agunan untuk memperoleh kredit,
yang mendalam tentang profil kemiskinan itu sendiri. Sehingga aktivitas ekonomi
mereka, maka mereka akan lebih bijak dan peduli dalam mengolah
kredit rumah tangga memiliki teknologi yang lebih baik sehingga dengan
antara lain melaksanakan KB, mendidik anak, hanya minum air putih yang
dimasak atau air sumur yang sehat, dan menahan diri dari membayar atau
ini dapat diringkas dalam 4 asas hidup Grameen Bank, yaitu disiplin,
bersatu, berani, dan bekerja keras. Grameen Bank yang mulai beroperasi
342
tahun 1976, lima (5) tahun setelah kemerdekaan Bangladesh, telah terbukti
diiringi dengan kebijakan lain yang dapat menampung dan mengatasi anak
menjadi lebih baik. Kondisi ini akan mendorong masyarakat untuk lebih
perlu menciptakan lapangan kerja. Sachs dan Larrain dalam Yusuf (2006)
dengan meningkatkan saving (S) dan investasi (I), baik investasi domestik
maupun Foreign Direct Invesment (FDI). Penarikan FDI akan efektif jika
sendiri dan orang lain. Dengan kata lain peran entrepeneur sangat besar,
Data dan informasi kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran sangat
tingkat komunitas.
Masalah utama yang muncul sehubungan dengan data mikro sekarang ini
adalah selain data tersebut belum tentu relevan untuk kondisi daerah atau
khususnya dalam era otonomi daerah sekarang. Para peneliti tersebut tidak
hanya dibatasi pada disiplin ilmu ekonomi, tetapi juga disiplin ilmu
tersebut dapat menjadikan kebijakan salah arah karena data tersebut tidak
daerah yang lebih kecil. Oleh karena itu, di samping data kemiskinan
tersebut bahkan bisa jauh lebih besar dari biaya yang diperlukan untuk
atau arti dari informasi itu. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
untuk manajemen.
sesuai.
urbanisasi den krisis ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir
fenomena desa atau daerah terpencil yang minus sumber dayanya. Tapi
kemiskinan tetap sebagai suatu kondisi sosial yang umumnya invisible den
belum dipahami sepenuhnya oleh para pengambil keputusan. Ini pula yang
Ini terlihat jelas dalam latar belakang proyek yang menegaskan bahwa
(BPM, 2004).
korupsi agar penjaga hutan, polisi, militer, kepala daerah, dan birokrasi
Kesalahan yang sekarang ini terlihat antara lain terdapat pada cara
tidak lagi memakai cara pandang bahwa "Pemerintah terpisah dari alam"
(http://wwf.indonesia.org, 2006).
kita dapat terhindar dari murka alam dan kembali dapat melihat alam yang
mempesona.
350
DAFTAR PUSTAKA
http://www.duniaesai.com/kemiskinan_kelaparan_di+indonesia/html (22 / 12
/ 06: 11.59 Wib).
http://www.wwf.indonesia.com/penguatan_masyarakat.html (22 / 12 / 06 :
10.27 Wib)
Mankiw, N. G., 2000. Macro Economics, 4th Ed, Worth Publishers, New York.
Moesa, A. M., Kompensasi BBM: Jembatan Putus, Jawa Pos, Sabtu 26 Maret
2006.
OLEH :
FABRI KOMARA
I. PENDAHULUAN
bara dengan areal seluas 35.360,03 Ha, dari luas tersebut yang baru dikelola
27.711,53 Ha yang terdapat di dua lokasi, yaitu di Pangkalan Ibul Lubuk Jambi
Kecamatan Kuantan Mudik seluas 9.617 Ha dan di desa Petai Kecamatan Singingi
PT. Tri Bakti Sarimas dengan produksi 7.000 sampai dengan 8.000 ton perbulan.
oleh tiga perusahaan yaitu : 1) PT. Makarya Ekaguna, 2) PT. Nusa Riau Kencana
20.000 sampai dengan 25.000 ton perbulan. Selanjutnya kualitas batu bara yang
terdapat di daerah Kabupaten Kuansing ini memiliki kualitas baik yaitu 5.800
sampai dengan 6.200 kalori/gram, kadar belerang dan kadar abu sekitar 1,80 dan
batu bara yang siap pakai, disamping itu juga menghasilkan limbah padat maupun
Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Batu Bara, Volume air limbah
maksimum 2 m3 per ton produk batu bara. Jika pengolahan/pencucian batu bara
dioperasikan dengan efisien dan efektif maka limbah yang dihasilkan dari
354
produksi batu bara 25.000 ton per bulan sebanyak 50 m3 per bulan, bila terus
dalam limbah memberikan dampak pada badan penerima (sungai) bila terdapat
nilai-nilai diluar ukuran yang ditetapkan. Ukuran yang sudah distandarkan disebut
penambangan yang diakibatkan oleh limbah cair batu bara yang berasal dari
kolam-kolam pengendapan yang berasal dari proses cucian bahan baku batu bara
Singingi, dan lokasi dimaksud dilalui oleh bentangan aliran Sungai Singingi.
Melihat kondisi tersebut diperkirakan akan terjadi perubahan kualitas air, yang
diakibatkan oleh pembuangan limbah pada bagian hilir sungai dari kawasan
penambangan batu bara dan kemungkinan terjadinya penurunan mutu air tanah,
355
serta berkurangnya populasi atau jenis organisme perairan. Untuk itu dari makalah
ini mencoba membahas Akibat Penambangan Batu Bara dan Dampaknya terhadap
Bara pada lahan terbuka maupun di alur sungai akan merusak tatanan ekosistem
lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun
al., 1987).
sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi
pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan
sumber daya alam secara selektif dan memelihara lingkungan hidup sehingga
keterbaruan dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk
padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan
terkena pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung lama. Secara umum
parameter kualitas batu bara yang sering digunakan adalah kalori, kadar
kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon, kadar sulfur,
ukuran dan tingkat ketergerusan, disamping parameter lain seperti analisis unsur
yang terdapat dalam abu (SiO2, Al2O3, Fe2O3 dan lain-lain), analisis komposisi
sulfur (Pirytic sulfur, Sulfate sulfur, Organik sulfur), dan titik leleh abu (ash
fusion temperature).
penghasil batu bara (Distanben Riau, 2006). Salah satunya adalah di Kabupaten
Singingi yang dikelola oleh tiga perusahaan pertambangan berada pada kawasan
(18.094,53 Ha) dikelola oleh tiga perusahaan yang berada pada suatu kawasan
endapan sebelum dialirkan ke sungai. Hal itu dapat merujuk kepada Keputusan
Cair Bagi Kegiatan Industri dan No. 113 tahun 2003, tentang Baku Mutu Limbah
dan kegiatan pengolahan / pencucian batu bara. Kegiatan penambangan batu bara
bahan baku batu bara terlebih dahulu diproses melalui proses pengolahan /
penghilangan batuan / mineral pengotor dan atau senyawa belerang dari batu bara
Dalam proses pengolahan batu bara menghasilkan limbah padat dan cair.
bara yaitu air yang berasal dari kegiatan pertambangan batu bara dan air buangan
menghasilkan batu bara yang siap pakai, disamping itu juga menghasilkan limbah
Anonimus (2006 b), kegiatan tambang batu bara memberikan dampak terhadap
orang lain : 1) Debu dan kebisingan, akibat kegiatan eksploitasi dan transportasi;
ambient akibat gas hasil pembakaran disertai dengan partikulat dalam udara emisi;
batuan halus batu bara di dalam air membentuk Total Suspended Solit (TSS), besi
(Fe), Mangan (Mg) dan air dengan gas keasaman tinggi. Selanjutnya kondisi
tersebut akibat pembuangan dari proses pencucian batu bara yang berada pada
kawasan Sungai Singingi saat ini telah menunjukkan terjadinya kerusakan kualitas
air, dimana ditandai adanya perubahan warna air keruh kemerahan, untuk jelasnya
Sumberdaya hayati yang hidup di perairan umum beraneka ragam. Saat ini
eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran. Semua itu secara langsung maupun
dari proses pengolahan / pencucian batu bara yang menghasilkan limbah padat
maupun cair dan polutan telah memberi dampak pada sungai di bagian hilir yang
spesies ikan berdampak besar terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat
361
dan peranan penting bagi kehidupan dan pembangunan Nasional. Oleh karena itu,
harus dikelola dan dimanfaatkan secara lestari bagi kesejahteraan masyarakat dan
umat manusia pada umumnya untuk sekarang dan di masa yang akan datang
(Silalahi, 2001).
alam yang ada, dilihat dari sisi positifnya adanya peningkatan sumber pendapatan
yang cukup besar dan dari sisi negatifnya akan menimbulkan permasalahan baru,
Disamping itu, penambangan batu bara juga berdampak pada kualitas air
yang berada di sekitar lokasi pembuangan limbah dan bagian hilir sungai dari
telah sering terjadi kematian ikan di Sungai Singingi. Dimana ribuan ikan mati
kaya dan memiliki beberapa sumberdaya hayati perairan yang dapat dimanfaatkan
perairan sungai menyebabkan daerah ini merupakan daerah yang paling mudah
terkena dampak kegiatan manusia. Akibat lebih jauh adalah terjadinya penurunan
kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan
limbah hasil cucian bahan baku batu bara yang berdekatan dengan Sungai
dampak pembuangan limbah hasil cucian batu bara perlu mendapat perhatian
yang serius dari pihak PEMDA Kabupaten Kuansing, khusus instansi terkait perlu
363
/ Penanganan Baku Mutu limbah cair batu bara yang telah menjadi Keputusan
(ikan-ikan lokal).
Limbah yang dihasilkan dari aktivitas penambangan Batu Bara, bila tidak
Dimana limbah yang dihasilkan dapat berbentuk padat, cair maupun gas yang
364
manusia. Limbah yang dihasilkan dapat berupa logam berat, bahan kimia beracun,
minyak dan lemak serta sisa bahan makanan yang dapat mengakibatkan degradasi
pada lingkungan perairan di Sungai Singingi. Pengelolaan yang baik dan benar
terhadap limbah yang dihasilkan merupakan suatu keharusan, agar efek negatip
Kimia dan Biologi. Proses pengolahan limbah sehingga menghasilkan bahan yang
limbah dengan pendekatan fisik, kimia dan biologi digunakan secara terintegrasi
effek negatip yang ditimbulkan oleh adanya limbah dapat ditekan seminimal
mungkin.
dan kematian biota perairan, masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar
sumberdaya alam.
365
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda dan BPS, 2005. Kuantan Singingi Dalam Angka 2004. Pemerintah
Daerah Kab. Kuantan Singingi.
Distanben Riau, 2006. Cadangan Batu Bara Capai 2,24 Miliar Ton.
http/www.riau.go/indeks.php
Riau Pos, 30 Oktober 2006. Ribuan Ikan Mati di Sungai Singingi. Surat Kabar
Harian Pekanbaru.
Raharjo, 2006. Mengenal Batubara (2) Artitel IPEK Energi dan Sumber Daya
Alam. http//www.google.com Imam harjo @yahoo.com.
367
OLEH :
HARISTANTO
I. PENDAHULUAN
baik karena sengaja maupun kelalaian. Hal ini juga berlaku pada kasus Lumpur
panas Lapindo di daerah Porong – Sidoarjo Jawa Timur. Mulanya kasus tersebut
dinyatakan oleh pihak Lapindo sebagai dampak dari gempa bumi tektonik yang
pihak Lapindo yang tidak memasang casing pada saat pengeboran mencapai
Ayat 2 :
Bumi, badan usaha atau bentuk usaha tetap wajib melakukan optimasi dan
Ayat 3 :
Minyak dan Gas Bumi, dan ketentuan mengenai kaidah keteknikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah‖.
2004 tentang ― Kegiatan usaha hulu Minyak dan Gas Bumi‖, diuraikan kaidah
Kaidah keteknikan yang baik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
369
lingkungan hidup;
c. Memproduksi Sumber Minyak dan Gas Bumi dengan cara yang tepat;
maupun Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 seperti tersebut diatas, maka
pihak PT. Lapindo Brantas Inc. Permasalahan utama penyebab luapan Lumpur
kedalam 8.500 kaki, hal ini diperkuat oleh surat teguran bernomor : MGT-
088/JKT-06 dari pihak Medco Energi Oil dan Gas sebagai mitra eksplorasi
kepada Presiden Direktur Lapindo Brantas Inc. Apalagi didalam rapat teknis pada
tanggal 18 Mei 2006 pihak Medco telah mengingatkan PT. Lapindo Brantas untuk
operator di lapangan.
Ternyata luapan lumpur hingga saat ini tidak dapat dihentikan dan
diperkirakan akan berlangsung cukup lama, dari laporan (Jawa Pos, Jum‘at 29
September 2006) jika semburan tersebut tidak dapat dihentikan maka diperkirakan
akan berlangsung sampai 10 tahun dan bahkan tidak menutup kemungkinan akan
370
terus terjadi hingga 100 tahun. Dalam ulasan Jawa Pos yang mengutip berita
harian Inggris The Guardian yang mengutip pernyataan Adriano Mazzini pakar
kemungkinan bisa menghentikan aliran lumpur panas dalam waktu dekat karena
belum bisa diketahui apakah tekanan yang ada sudah terlepas semua. Mungkin
100 tahun. Mazzini juga menambahkan bahwa aliran lumpur itu mungkin
diakibatkan 1 (satu) diantara 4 (empat) faktor yaitu : (a) Cairan hidrotermal yang
berasal dari daerah sekitar, (b) Gunung berapi yang baru terbentuk, (c) reaksi
magnetic yang menyebabkan gas, atau (d) Cairan yang menyembur ke permukaan
Tahun 2004 pasal 39 ayat 4 serti uraian diatas, PT. Lapindo Brantas dianggap
baik karena sengaja maupun kelalaian. Hal ini juga berlaku pada kasus Lumpur
panas Lapindo di daerah Porong – Sidoarjo Jawa Timur, mulanya kasus tersebut
dinyatakan sebagai dampak dari gempa bumi tektonik yang terjadi di Jogyakarta
diketahui terjadi pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2006 sekitar pukul 22.00 WIB.
Kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari dalam retakan tanah
yang membumbung setinggi 10 meter dan berbau mirip bau busuk atau elpiji.
Keluarnya gas disertai semburan cairan lumpur dari dalam tanah yang berlokasi di
sulfida (H2S). Dari pengukuran awal konsentrasi gas H2S di udara berkisar 9
ppm (parts per million), sedangkan konsentrasi berbahaya apabila berada diatas 20
ppm. Untuk orang yang sehat dapat bertahan 8 jam pada kandungan H2S sebesar
20 ppm dan akan berbahaya apabila lebih dari itu (Jawa Pos, Selasa 30 Mei 2006).
kedalaman 8.500 kaki. Hal ini terkuak melalui surat yang dikirim oleh Medco
Brantas Inc. Imam P Agustino. Dalam surat tertanggal 5 Juni 2006 atau 7 (tujuh)
hari sejak kebocoran terjadi disebutkan adanya kelalaian Lapindo yaitu tidak
Padahal casing ini berguna untuk menahan tekanan ketika sirkulasi menjadi tak
372
terkendali. Soal tidak menggunakan casing juga telah diingatkan Medco dalam
rapat teknis pada tanggal 18 Mei 2006. Namun saat itu Lapindo tidak
Pos, Rabu 21 Juni 2006). Selain itu (Jawa Pos, Rabu 5 Juli 2006) juga
8.750 kaki ternyata tidak dipasang casing (selubung). Padahal sesuai drilling
Keterangan bahwa banjir Lumpur Lapindo tidak ada kaitannya dengan gempa
bumi di Jogya juga diperkuat olah keterangan ahli dari Badan Meteorology dan
Geofisika (BMG). Pernyataan tersebut dikuatkan oleh keterangan ahli dari ITB
Dari laporan (Jawa Pos, Sabtu 8 Juli 2006) berjudul ―Geolog Temukan
Ratusan Rekahan‖, dijelaskan bahwa hasil penelitian tim geolog dari Institut
titik baru semburan lumpur. Penemuan ratusan titik rekahan diketahui setelah tim
berita itu direlis tim ITB telah berhasil menemukan sedikitnya 200 titik rekahan.
Dua rekahan besar diperkirakan berada di utara jalan tol, disekitar dusun
semburan lumpur panas. Hal ini bisa terjadi apabila pengeboran dengan relief well
Manusia menciptakan teknologi dengan maksud agar hidup lebih mudah, praktis,
efisien dan tidak banyak mengalami kesulitan. Namun tidak jarang ilmu
umat manusia.
minyak dan gas yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia, ternyata berakibat
vital bukan saja terhadap lingkungan tetapi juga terhadap manusia. Penerapan
teknologi yang digunakan untuk suatu kegiatan eksploitasi pada umumnya telah
dalam kasus Lumpur panas Lapindo ada factor kelalaian dan tidak menerapkan
sama sekali. Dari ulasan berbagai media yang terkait dengan semburan lumpur
Salah satu upaya mengatasi semburan Lumpur panas Lapindo agar tidak
meluas ke daerah yang lain yaitu dengan membuang Lumpur ke laut melalui
375
sungai Porong. Hal tersebut sudah menjadi polemik dalam Simposium Nasional
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tanggal 7 September 2006 (Jawa Pos, Jum‘at
bahwa membuang Lumpur Lapindo ke laut akan menimbulkan resiko yang sangat
besar. Selat Madura membentang seluas 9.500 Km2, meliputi sebelas daerah
sebelas daerah tersebut terdapat 85.510 nelayan dan 14.882 petambak yang
(Tebel 1). Total nilai produksi dari sub sektor perikanan di sekitar wilayah Selat
di laut, suhu air serta pasokan unsure hara yang akhirnya mempengaruhi populasi
ikan dan biota laut secara signifikan. Dalam simposium tersebut juga disimpulkan
bahwa air Lumpur atau Lumpur Lapindo tidak dapat serta merta dibuang ke laut
begitu saja. Air Lumpur harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.
Bahkan disimpulkan bahwa material padat Lumpur Lapindo tidak dapat dibuang
bahkan tanpa disebutkan harus diolah terlebih dahulu. Keputusan ini didasari
376
permukaan tanah sudah tidak dapat dioptimalkan lagi dan juga sudah
penampungan. Hal ini mengingat bahwa luapan Lumpur hingga pada akhir
penampungan.
nelayan dan petani ikan disekitar kali Porong dalam berita “Para Nelayan Hanya
Tegalsari, Desa Kupang, Kec. Jabon diperoleh informasi bahwa sudah dua bulan
lebih hasil tangkapan nelayan turun tajam. Kepiting yang merupakan sasaran
377
utama nelayan sudah pergi, bahkan mati karena air di muara kali Porong berubah
draktis, dari Rp. 100.000 per hari menjadi hanya Rp. 30.000 per hari. Nasib
serupa juga dialami warga Dusun Kali Alo sekitar 55 KK sebagian besar
menggantungkan hidup dari menangkap kepiting dan ikan tapi kini beralih profesi
menjadi buruh panen di tambak. Hal yang sama juga dialami oleh para petambak,
mereka sudah tidak berani menggunakan air dari kali Porong untuk pengairan
tambak, karena ikannya mati. Satu-satunya cara adalah membuat sumur bor,
tetapi biayanya sangat besar. Bahkan rumput laut yang juga bisa menambah
penghasilan para petambak, saat ini sudah makin sulit hidup / tumbuh, kalaupun
kecil. Hal ini terkait dengan jumlah Lumpur yang terus keluar hingga saat ini,
yang berjumlah sekitar 150.000 m2. Jika konsentrasi air dan Lumpur 30 : 70,
maka jumlah air tanah yang keluar mencapai 45.000 m2 per hari. Dengan jumlah
air yang keluar sebanyak itu, maka tentu akan berpengaruh terhadap jumlah air
tanah yang berada di sekitar wilayah semburan lumpur khususnya dan Sidoarjo
pada umumnya. Karena air tanah sekitar semburan lumpur banyak terdorong
keluar bersama Lumpur, maka jumlah air tanah sekitar wilayah semburan akan
berkurang dan hal ini mengakibatkan level air tanah juga semakin turun, yang
akibatnya akan terasa bagi warga yang memiliki sumur gali maupun sumur bor.
Pengaruh tersebut terlihat semakin nyata jika dilihat dari siklus hidrologi,
permukaan dan badan tanah dalam bentuk uap, pada waktu tertentu selalu sama
dengan jumlah air yang turun dari atmosfir dalam bentuk presipitasi. Air yang
jatuh ke permukaan tanah sebagian akan mengalir di permukaan tanah (run off)
menuju sungai atau danau dan laut. Sebagian lagi akan merembes ke dalam tanah
yang disebut dengan infiltrasi. Air infiltrasi bergerak terus ke lapisan tanah yang
lebih dalam dan kemudian berkumpul menjdi air tanah bebas (Ground water).
Aliran air tanah (interflow) bergerak dalam akuifer menuju sungai, danau dan laut.
Dalam perjalanannya dari atmonfir ke permukaan tanah, sungai danau dan laut
maupun ke dalam tanah, air dapat berwujud cair, padat dan gas yang dikontrol
oleh suhu.
mengancam 8 (delapan) desa yang mencapai luas 450 hektar. Dari 8 desa tersebut
Siring, dan Desa Jatirejo, sedangkan 4 desa yang terancam yaitu : Desa Mindi,
Desa Kedungcangkring, Desa Pejarakan, dan Desa Besuki, yang meliputi 3 (tiga)
Kecamatan yaitu : Kec. Porong, Kec. Tanggulangin, dan Kec. Jabon. Dari 4 desa
yang telah tenggelam tersebut lebih dari 3.000 rumah sudah tidak dapat dihuni,
belasan tempat ibadah juga ikut tenggelam, beberapa sekolah baik SD maupun
SMP juga tidak berfungsi. Belum termasuk pasar, pondok pesantren, makam, dan
fasilitas umum lainnya sudah ikut tenggelam didalam lumpur lapindo. (Jawa Pos,
Hingga saat ini tidak kurang dari 22.000 jiwa merasakan dampak sosial
dari luapan Lumpur panas Lapindo. Hal ini terkait dengan hilangnya tempat
berbagai tempat seperti : di pasar Porong (1.462 KK), di Balai Desa Renokenongo
berdampak luas terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Akibat nyata dari
yang tentunya kehilangan mata pencaharian. Dampak lain terkait luapan lumpur
telah terendam Lumpur. Hal ini akan sangat berdampak buruk terhadap masa
depan para siswa yang tidak dapat memperoleh pelajaran secara normal. Kondisi
sementara, mengingat keterbatasan ruangan sehingga dalam satu petak kios pasar
dapat dihuni 2 sampai 3 keluarga sekaligus. Hal ini juga dapat mengakibatkan
salah satunya pasar Kedungbendo. Dalam berita (Jawa Pos tanggal 7 Juli 2006)
desa itu memilih pindah. Selain sepi karena pembeli mengungsi, mereka tidak
berani mengambil resiko tenggelam. Informasi yang diperoleh Jawa Pos dari
murah. Hal ini dapat dilihat dari alokasi dana dari pemerintah pusat untuk
recovery wilayah Porong. Dalam tulisan (Jawa Pos, tanggal 14 Desember 2006)
disebutkan bahwa untuk tahun 2006 pemerintah pusat telah mengganggarkan dana
Rp. 100 Milyar, belum termasuk alokasi dana dari pihal Lapindo yang telah
untuk tahun 2006 sebesar Rp. 700 Milyar. Sedangkan alokasi dana pemerintah
untuk penanggulangan bencana dalam tahun 2007 sebesar Rp. 2 Trilyun, sehingga
tahun 2007 akan lebih besar. Namun demikian dana pemerintah yang dialokasikan
hanya untuk membiayai pembangunan kembali fasilitas fisik publik yang rusak,
(H2S) akan mengganggu kondisi udara yang pada gilirannya dapat berpengaruh
hektar sawah sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Akibat dari tekanan luapan
381
Lumpur yang terus menerus juga berpengaruh kepada struktur dan stabilitas tanah
di sekitar sumber luapan. Hal ini dapat dilihat dari retakan-retakan tanah dan
penurunan permukaan tanah. Dampak yang paling nyata adalah : meledaknya pipa
gas milik Pertamina yang berada di dekat sumber luapan Lumpur yang
diakibatkan amblasnya tanah yang menopang pipa sehingga pipa menjadi patah
dan meledak. Dari peristiwa tersebut 14 orang dinyatakan meninggal dan 1 orang
hilang serta mengakibatkan tidak berfungsinya pabrik Petro Kimia Gresik karena
jenbatan tol yang melintas di atas Jalan Raya Porong. Awalnya retakan tersebut
masih kecil, namun berangsur-angsur melebar, hingga mencapai lebih dari 10 cm.
mengingat Jalan Raya Porong saat ini merupakan akses utama ke wilayah Timur
dan Selatan Jawa Timur dan lalulintasnya sangat padat, maka Gubernur, Bupati
penduduk sekitar. Hal ini terlihat dari retaknya tembok-tembok bangunan pagar
dan rumah penduduk. Retakan tersebut makin lama makin melebar dan
hingga saat ini belum dapat dihentikan. Bahkan menurut pakar geologi
aliran Lumpur panas dalam waktu dekat, karena belum bisa diketahui apakah
tekanan yang ada sudah terlepas semua. Bahkan diperkirakan pelepasan tekanan
yang menyebabkan aliran Lumpur bisa berlangsung 10 hingga 100 tahun. Namun
demikian upaya penanganan Lumpur panas Lapindo baik secara langsung maupun
tidak langsung harus terus dilakukan. Beberapa upaya yang telah, sedang, dan
adanya aliran lumpu di luar casing untuk menghentikan semburan, tetapi usaha ini
ternyata gagal, karena mata bor telah menyumbat sumur dan sudah berkarat
sehingga tidak dapat diambil. Upaya lain adalah dengan teknik „Relief Well‟,
yaitu upaya penghentian luapan Lumpur panas Lapindo dengan teknik pengeboran
tersebut hingga saat ini masih dilakukan namun belum juga berhasil
Upaya yang juga telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi luapan
Lumpur adalah dengan teknik „Spill Way‟, yaitu membuat saluran ke Kali Porong
383
dengan memasang beberapa buah pipa besi diameter sekitar 60 cm, kemudian
Lumpur dipompa dan dibuang memalui pipa tersebut. Hal ini dilakukan untuk
Bambang Yudoyono dalam rapat cabinet tanggal 27 September 2006 (Baca: BAB
3.1. Dampak Ekologi Perairan). Upaya tersebut juga tidak berjalan dengan lancar
Dari 5 unit ‗Spill Way‘ yang dipasang, saat ini hanya berfungsi 2 unit, itu pun
sungai. Sidangkan 3 unit tidak berfungsi karena tersumbat Lumpur yang telah
dalam batas wacana hingga saat ini, mengingat untuk menginjeksikan Lumpur ke
perut bumi memerlukan teknologi tinggi dan biaya yang sangat mahal.
cekungan sisa penggalian tanah / pasir. Namun alternatif ini juga terkendala
dapat menampung Lumpur panas Lapindo yang begitu banyak. Selain alternatif
ini juga terkendala sarana untuk memindahkan Lumpur baik dengan mekanik
(mesin pompa) maupun dengan alat transportasi, karena jumlah Lumpur yang
Porong yang diharapkan dapat terbuang hingga ke Selat Madura. Hal ini
yang pada gilirannya ternyata justru membawa akibat yang semakin luas karena
pengaruh luapan Lumpur panas Lapindo antara lain : dampak ekologi perairan,
lingkungan.
komprehensif dan jangka panjang. Sedangkan solusi yang diberikan oleh PT.
Lapindo Brantas Inc, sejauh ini hanya berupa kompensasi uang untuk kontrak
rumah selama 2 tahun dan biaya hidup. Sedangkan rumah yang dimiliki sudah
tidak ada harapan untuk ditempati, hingga apabila waktu kontrak habis maka
masalah akan kembali timbul. Oleh karena itu perlu dicarikan solusi yang bersifat
luapan Lumpur baik secara langsung maupun efek geologi seperti turunnya
permukaan tanah sekitar luapan. Hal ini akan memberi peluang dan waktu yang
cukup bagi masyarakat yang terkena dampak untuk menata kembali kehidupan
yang telah porak poranda dan mengehilangkan trauma yang ada karena
desa/perumahan/pemukiman mereka.
penduduk atau desa lain di sekitarnya yang hingga saat ini masih belum terendam
Lumpur. Mengingat saat ini lebih dari 15.000 warga disekitar luapan Lumpur
dengan pengelolaan limbah hasil industri secara baik sehingga buangan hasil
pengolahan limbah benar-benar telah memenuhi standar baku mutu yang telah
akan menjadi tidak efektif bahkan terkesan akan sia-sia. Apabila penanggulangan
seburan lumpur. Mulanya perlu dicarikan solusi yang tepat dalam mengurang
bahkan upaya untuk memanfaatkan lumpur lapindo. Salusi yang mungkin adalah
seperti batu bata, genteng dan bahan dasar keramik lantai, yang secara umum
akan memberikan manfaat ganda, yaitu dapat mengurangi jumlah lumpur yang
perairan umum seperti sungai dan laut dan sekaligus ketersediaan bahan baku
industri bahan bangunan secara mudah dan murah. Upaya ini juga sekaligus dapat
perairan umum.
sungai dan mengendap di muara maupun di laut. Saat ini kita hanya bisa berharap
bahwa volume Lumpur yang terbuang ke Sungai Porong dan mengalir ke laut,
dalam kadar yang belum berbahaya bagi lingkungan, terutama racun berbahaya
penghujan dan tercampurnya Lumpur dengan air laut, maka kadar racun
diharapkan dapat diencerkan hingga batas yang tidak berbahaya bagi lingkungan
perairan di Selat Madura. Upaya kongkrit yang mungkin dapat dilakukan adalah
sangat efektif sebagai perangkap partikel-partikel tanah yang berasal dari dari
hasil erosi di daerah hulu DAS, sehingga tidak hanyut dan menyebar secara bebas
dilakukan dengan cepat dalan kurun waktu yang singkat. Penanaman mangrove
mangrove, maka kondisi lingkungan perairan sekitar Selat Madura dapat kembali
seperti sebelumnya.
388
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, E. M., H. Kama A., Hakim dan R. Effendi, 2006. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.
OLEH :
HERLYN RAHMOLA
I. PENDAHULUAN
Banjir merupakan suatu peristiwa atau fenomena alam dimana laju aliran
sungai relatif lebih tinggi dan melampaui tepi sungai tersebut. Penyebab
meningkatnya laju aliran yang menjadi banjir itu adalah curah hujan yang tinggi
dalam kurun waktu relatif lama. kondisi ini akan menjadi lebih parah pada
kawasan daerah aliran sungai (DAS) yang daya dukung lingkungannya telah
Peristiwa banjir menjadi penting dan menarik untuk dibahas karena setiap
aliran sungai. Dampak tersebut antara lain kerusakan tebing sungai, kerusakan
lainnya. Disamping itu juga kerugian harta benda, ternak, gagal panen dan
yang berdampak pada penyakit-penyakit menular seperti diare, gastritis dan kulit
2006 mengakibatkan kerugian besar, antara lain kerugian materil dan harta benda,
kecamatan yang ada di kabupaten kampar. Kawasan yang dimaksud adalah DAS
391
Kampar Kiri dengan 4 kecamatan, DAS kampar kanan dengan 9 kecamatan dan
DAS tapung dengan 2 kecamatan. Dalam kejadian banjir tersebut jumlah desa di
kabupaten Kampar yang tergenang adalah 72 desa dari 219 desa yang ada
(32,88%).
Terbentuknya awan hasil kondensasi dari uap air yang kemudian terbawa
oleh harus angin, sangat berpeluang untuk menyebar luas di angkasa di atas
permukaan bumi. Jika butiran air atau kristal es mencapai ukuran yang sangat
besar maka butiran air tersebut akan jatuh kepermukaan bumi. Proses jatuhnya
Secara ilmiah sumber – sumber air merupakan kekayaan alam alam yang
dapat diperbarui dan yang mempunyai daya regenerasi yaitu yang selalu dalam
sirkulasi dan lahir kembali mengikuti suatu daur yang disebut Daur Hidrologi.
Jadi air dari sumbernya mengalir ke laut. Air selalu dalam daur hidrologi sehingga
Air hujan turun ke bumi, sebagian meresap ke tanah ada yang diserap oleh
akar tumbuhan dan ada pula yang melalui celah batu-batuan bergabung menjadi
satu dengan air tanah. Air permukaan dan air pada makhluk hidup menguap
menjadi awan yang apabila terkena dingin akan mengembun dan turun sebagai
hujan. Hujan yang langsung jatuh ke laut disebut daur pendek. Sedangkan yang
jatuh ke daratan ada yang tertahan oleh vegetasi, ada yang sampai ke permukaan
menyebabkan kehilangan jiwa. Dalam istilah teknis, banjir adalah aliran air
sungai yang melampaui kapasitas tampung sungai, dengan demikian aliran sungai
393
yang mengalir melampuit kapasitas tampung akan melewati tebing sungai tersebut
Meskipun demikian banyak kasus yang terbukti bahwa aliran air dengan
debit puncak tahunan tidak sampai melewati tebing sungai dan oleh karena itu
secara teknis tidak dapat disebut banjir. Agar lebih teliti, pengamatan peristiwa
hidrograf aliran. Misalnya debit puncak untuk periode yang berulang (Return
periode) 50 tahun (dengan angka probabilitas 0,02) atau volume air larian dengan
Banjir dapat juga didefenisikan sebagai laju aliran yang relatif tinggi yang
menyebabkan suatu aliran sungai melebihi tepinya. Menurut batasan ini, bahwa
suatu aliran sungai yang penuh hingga tepinya dikatakan berada pada tahapan
diatas tahapan banjir sebagai suatu laju aliran sungai, yaitu debit air dengan satuan
aliran per satuan luas lahan (volume / waktu, luas, misalnya milimeter /jam).
memiliki dua definisi, yaitu : (1) Setiap aliran air yang merusak harta benda,
ternak dan tanaman, dan (2) Setiap kondisi permukaan air yang terjadi secara
alamiah, yang melebihi batas tepian normal ( normal banks ). Tampaknya definisi
kedua lebih dapat diterima karena tepian normal suatu sungai tidak selamanya
jelas. Oleh karena itu, U. S. Geological Survey telah menetapkan tanda setempat
untuk menyatakan permukaan pada saat tepian sungai mencapai ketinggian air
394
yang penuh. Tinggi banjir (flood stage) biasanya dinyatakan dalam satuan meter
diakibatkannya terhadap terhadap sumber daya lahan, sarana jalan, bangunan dan
saluran-saluran air akan akan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap
dampaknya pada umumnya berlangsung di daerah hilir dan jauh dari hulu suatu
aliran air dari beberapa DAS dengan tataguna lahan, jenis tanah serta vegetasi dan
topografi yang berbeda-beda. Debit puncak dapat bergerak dari wilayah hulu DAS
ke daerah hilir dengan pengaruh kecil terhadap terjadinya debit puncak di daerah
terjadinya debit puncak dan adanya proses infiltrasi, evaporasi dan tertahannya
aliran air permukaan dalam perjalanan dari DAS bagian hulu ke daerah hilir.
biasanya berkaitan erat dengan masalah banjir. Keduanya saling berhubungan erat
terhadap pengelolaan DAS. Salah satu akibat dari turunnya hujanlebat adalah
dasar sungai, saluran air atau waduk. Sedimentasi ini jelas akan menyebabkan
Sebaliknya banjir dapat mengikis sungai dan dataran banjir ( flood plate ),
kerugian.
Demikian juga kekuatan air hujan dan limpasan permukaan sangat berbeda-beda
ciri-ciri dari bahan yang terkena erosi (seperti tanah atau bebatuan) yang
erodibilitas. Ada 4 faktor yang mempengaruhi bahaya erosi, yaitu : (a). erosivitas
air hujan, misalnya intensitas maksimum selama 30 menit; (b) erodibilitas tanah,
misalnya sifat adhesive dan kohesif material tanah; (c) keadaan penutup tanah
selama setahun, dan (d) kemiringan dan panjang lereng (Arif, 2001).
Banjir yang terjadi di Kabupaten Kampar pada akhir tahun 2006 telah
3. Kecamatan Kampar
4. Kecamatan Kampar
8. Kecamatan Tambat
9. Kecamatan Salo
tersebut tidak terdapat korban jiwa. Tabel 1 dibawah ini menggambarkan dampak
yang ditimbulkan oleh banjir yang terjadi di Kabupaten Kampar bulan November
Proses interaksi alam dan segala isinya selalu menuju pada suatu
kelebihan. Bencana banjir, kemarau, kebakaran hutan, gempa bumi, tanah longsor
keseimbangan, yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Semua proses itu
menimbulkan dampak kerugian yang tidak sedikit baik materi maupun non
materi.
Di daerah tropis basah, banjir merupakan kejadian alami dan wajar, karena
hujan tropis yang deras dan berlangsung dalam waktu pendek dimana air tidak
dapat disalurkan melalui sungai, danau, rawa dan sebagainya dengan lancar dan
cepat. Tidak berimbangnya air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dengan
yaitu pada musim hujan. Berbeda dengan gempa yang kejadiannya tidak periodik
Pada bulan November dan Desember 2006 yang lalu banjir yang terjadi di
Provinsi Riau melanda 5 daerah kabupaten / kota, yaitu Kampar, Indragiri Hulu,
Rokan Hulu, Rokan Hilir dan Pekanbaru. Di Kabupaten Kampar penyebab banjir
tersebut adalah meluapnya Sungai Subayang, Sungai Tapung dan Sungai Kampar
Kampar (75 %) yang meliputi 72 desa diantara 219 desa/kelurahan yang ada
399
(32,9 %) dilanda banjir (BSPPM Kab Kampar, 2007). Kejadian ini mengakibatkan
dialami masyarakat, karena tidak bisa bekerja, lahan pertanian yang terendam dan
kerusakan tanaman. Selain itu juga banjir telah menyebabkan kerusakan sarana
dan prasarana baik milik pemerintah maupun masyarakat pada tiga DAS yang
Kerusakan hutan alam yang terus menerus terjadi memiliki dampak yang
sangat merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Eksploitasi sumber daya alam
seperti hutan secara berlebihan tanpa batas toleransi yang jelas serta tidak
di kawasan tersebut.
karena adanya PLTA Koto Panjang yang disamping berfungsi sebagai pusat
pembangkit tenaga listrik juga mengontrol debit air Sungai Kampar sehingga
dapat meminimalkan dampak banji. Akan tetapi pada akhir tahun 2006 intensitas
hujan pada kawasan hulu sungai sangat tinggi dalam kurun waktu yang relatif
singkat, sehingga dalam waktu relatif singkat pula ketinggian air melampaui batas
tertinggi daya tampung waduk PLTA Koto Panjang dan oleh sebab itu harus
keempat Desember 2006 sampai dengan minggu pertama Januari 2007 pada desa-
penduduk yang ada di kawasan tersebut pada dasarnya mengikuti arah aliran
400
aliran air sungai tersebut di beberapa titik lokasi. Berpindahnya aliran sungai dari
posisi semula itu diikuti pula oleh runtuhnya tebing serta tanggul-tanggul yang
beberapa tahun lalu dibangun sebagai sarana untuk mencegah kerusakan tebing di
dan puncaknya adalah yang terjadi pada banjir November dan Desember 2006.
adalah meningkatnya infeksi beberapa penyakit, antara lain : diare (379 orang),
penyakit kulit (423 orang), dan ISPA (592 orang) (Riau Pos, 18 Januari 2007).
kondisi sanitasi yang buruk sebagai akibat dari tercemarnya sunber-sumber air
kelangkaan air bersih sehingga penduduk mengkonsumsi air yang tidak memenuhi
syarat kesehatan untuk keperluan air baku air minum. Demikian juga halnya untuk
banjir, dipicu oleh kondisi lingkungan udara dan kelembaban yang mengalami
diperburuk oleh berubahnya pola konsumsi makanan dan air selama masa banjir
a. Jangka Pendek
Upaya jangka pendek yang dilakukan adalah berupa perbaikan dan pemulihan
b. Jangka Panjang
DAS mulai dari daerah hulu dimana hutan di kawasan tersebut telah
dari aspek ekonomi, social dan budaya, baik yang dikelola secara
yang diupayakan tidak hanya tertuju pada dampak banjir melainkan juga terhadap
403
alam. Menurut Arief ( 2001 ), ada beberapa program di bidang kehutanan, yaitu :
fungsi dan tipe hutan dengan tujuan untuk mencapai pemanfaatan hutan secara
penyelamatan hutan, tanah dan air yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
banjir, erosi dan kekeringan. Secara tidak langsung reboisasi dan rehabilitasi
daya dukung lahan serta terbinanya petani sebagai pelestari sumber daya alam
dan hasilnya akibat ulah manusia, kebakaran dan hama penyakit. Pelaksanaan
potensi hutan agar diperoleh masukan untuk perencanaan hutan yang baik
pengelohan hutan hidup,suaka alam dan taman wisata alam (Arief, 2001).
banjir juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuat
tanggul, waduk, saluran banjir, perbaikan saluran dan cara pengolahan lahan
(Arief, 2001).
1. Pembuatan tanggul.
menjadi salah satu program jangka panjang dari Pemda Kabupaten Kampar.
2. Pembangunan waduk
Di Kabupaten Kampar sejak tahun 1996, waduk PLTA Koto Panjang telah
sebagai sarana pengendali banjir. Namun apabila debit air Sungai Kampar
melampaui batas tertinggi daya tampung sebagai akibat curah hujan yang
tinggi di kawasan hulu sungai tersebut, maka air waduk akan dilepas. Volume
buangan yang demikian besar dalam waktu yang relatif lama akhirnya juga
3. Saluran banjir
Saluran banjir berfungsi sebagai cadangan dan pada musim kemarau biasanya
Dengan demikian perbaikan saluran ini dapat mengurangi tingginya air banjir
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :
JOKO SUROSO
I. PENDAHULUAN
dari gas yang terdiri dari 78 persen nitrogen, 20 persen oksigen, 0,93 persen
argon, 0,03 persen karbondioksida dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan
dan hidrogen. Komposisi seperti itu dibilang sebagai udara normal dan dapat
dalam udara. Kondisi seperti itu orang lazim menyebutnya dengan pencemaran
(polusi) udara.
dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran
dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat
diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri
dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak
pencemaran udara di beberapa kota Indonesia sudah mencapai taraf yang cukup
polusi udara terkotor sedunia, setelah Mexico City dan Bangkok. Hal ini dapat
Segar Jakartaku, "70 persen pencemaran udara Jakarta disebabkan oleh kendaraan
telah mencapai hampir 3,5 juta unit kendaraan, sehingga beban pencemaran udara
yang ditimbulkan cukup signifikan. Dan pencemaran udara yang paling tinggi
terdapat di ruas-ruas jalan yang paling padat lalu lintasnya dan rawan kemacetan.
lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun
komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal. Bahan atau zat pencemaran
udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan
Hidrokarbon); dan golongan gas yang berbahaya (Benzene, Vinyl Klorida, air
raksa uap).
Pertama, mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan Timah.
Kedua, bahan organik terdiri dari ikatan Hidrokarbon, Klorinasi Alkan, Benzene.
Ketiga, makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing. Sementara itu, jenis
pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu
udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan, dan
monoksida yang secara rutin mencapai tingkat tak sehat di banyak kota dapat
kerusakan otak, bergantung pada lamanya seorang wanita hamil, dan bergantung
yang dikeluarkan di banyak daerah perkotaan. Karena itu strategi penurunan kadar
monoksida menjadi karbon dioksida. Kendali semacam itu secara nyata telah
udara menurun sampai 50 persen antara tahun 1973 dan 1984, sementara di AS
tingkat karbon monoksida turun 28 persen antara tahun 1980 dan 1989, walaupun
monoksida yang tidak sehat mungkin terdapat pada paling tidak separo kota di
dunia.
disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar
solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio
kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar
mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang
jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar
412
bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida
dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan
bermotor.
ancaman bahaya. Zat nitrogen oksida ini sendiri menyebabkan kerusakan paru-
paru. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat
halus yang menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula,
jika bergabung dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan
membentuk asam. Akhirnya zat-zat oksida ini bereaksi dengan asap bensin yang
tidak terbakar dan zat-zat hidrokarbon lain di sinar matahari dan membentuk ozon
rendah atau "smog" kabut berwarna coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian
Berdasarkan data, sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat
transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000
ton/tahun) [4]. NOx terbentuk atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t),
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada
ruang bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx
= NO + NO2).
413
2. Prompt NOx.
3. Fuel NOx
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan
tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang
oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan
partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam
paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak
terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah
atau smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar
kota di dunia.
Emisi sulfur dioksida terutama timbul dari pembakaran bahan bakar fosil
tenaga listrik atau pemanasan rumah tangga. Selain itu kandungan sulfur dalam
lingkungan global yang disponsori PBB memperkirakan bahwa pada 1987 dua
udara sekitarnya di atas atau tepat pada ambang batas yang ditetapkan WHO. Gas
yang berbau tajam tapi tak bewarna ini dapat menimbulkan serangan asma dan,
414
karena gas ini menetap di udara, bereaksi dan membentuk partikel-partikel halus
Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses
S + O2 = SO2
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas
yang berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas
ini pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB
menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah
minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi
HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar
akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar
Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat
Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga; benda-benda partikulat ini
sering merupakan pencemar udara yang paling kentara, dan biasanya juga paling
Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam
yang begitu kecil sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Sebagian
besar partikel halus ini terbentuk dengan polutan lain, terutama sulfur dioksida
dan oksida nitrogen, dan secara kimiawi berubah dan membentuk zat-zat nitrat
dan sulfat. Dibeberapa kota, sampai separo jumlah benda partikulat yang
partikel sulfat di atmosfer. Di kota-kota lain, zat-zat nitrat yang terbentuk dari
proses yang sama dari oksida-oksida nitrogen dapat membentuk sepertiga atau
komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang
mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari
tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam
(Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda partikulat keluar
dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya
Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan menjadi partikel
sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh molekul sulfur.
Ozon, terdiri dari beratus-ratus zat kimiawi yang terdapat dalam asap
nitrogen. Tetapi, karena salah satu zat kimiawi itu, yaitu ozon, adalah yang paling
konsentrasi oksidan secara umum. Ozon merupakan zat oksidan yang begitu kuat
pasokan air minum. Banyak ilmuwan menganggapnya sebagai polutan udara yang
untuk menguji dampak ozon, satu dari setiap sepuluh sukarelawan harus
dipindahkan dari bilik pajanan yang digunakan dalam eksperimen itu karena
luka dan kerusakan sel yang mirip dengan yang diderita para perokok. Karena
emisi oksida nitrogen dan hidrokarbon semakin meningkat, tingkat ozon bahkan
di pedesaan telah berlipat dua, dan kini mendekati tingkat membahayakan bagi
banyak spesies.
2.7. Timah
bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia
6 tahun, yang biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding
sumber utama timah adalah asap kendaraan berbahan bakar bensin yang
mengandung timah, maka polutan ini dapat ditemui di mana ada mobil, truk, dan
bensin yang mengandung timah, debu di udara tetap tercemar karena penggunaan
bahan bakar ini selama puluhan tahun. Di Kota Meksiko City, misalnya, tujuh dari
10 bayi yang baru lahir memiliki kadar timah dalam darah lebih tinggi daripada
timah, banyak sekali zat beracun lain menambah beban kandungan polutan di
daerah perkotaan. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti kadmium,
AS mengeluarkan sedikitnya 1,2 juta metrik ton zat beracun ke udara pada tahun
penduduk kota di dunia pernah sesekali menghirup udara yang tidak sehat,
bahkan di AS, yang tingkat pencemaran udaranya cenderung jauh lebih rendah
pencemaran udara lebih tinggi mempunyai paru-paru lebih kecil, lebih sering
tidak bersekolah karena sakit, dan lebih sering dirawat di rumah sakit. Rendahnya
risiko yang lebih tinggi pula bagi mereka. Demikian pula kebiasaan mereka; bayi
menghisap sembarang benda yang tercemar, anak-anak yang lebih besar bermain-
main di jalanan yang dipenuhi asap kendaraan dan buangan hasil pembakaran
bermuatan timah.
sebagai akibat pencemaran udara, 40 dari setiap 1000 bayi yang lahir di kota itu
lain.
419
persen di hari-hari yang paling tercemari. Bahkan di daerah-daerah yang jauh dari
tingkat hujan asam dan kabut asap yang sama tingginya dengan di Eropa Tengah,
makhluk hidup. Rentang nilai menunjukkan batasan kategori daerah sesuai tingkat
kesehatan untuk dihuni oleh manusia. Karbon monoksida, nitrogen, ozon, sulfur
dioksida dan partikulat matter adalah beberapa parameter polusi udara yang
dominan dihasilkan oleh sumber pencemar. Dari pantauan lain diketahui bahwa
dari beberapa kota yang diketahui masuk dalam kategori tidak sehat berdasarkan
ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah Jakarta (26 titik), Semarang (1
titik), Surabaya (3 titik), Bandung (1 titik), Medan (6 titik), Pontianak (16 titik),
Palangkaraya (4 titik), dan Pekan Baru (14 titik). Satu lokasi di Jakarta yang
lapangan.
420
Baik Baik Tidak ada efek Sedikit berbau Luka pada Luka pada Tidak ada
Beberapa spesies Beberapa efek
tumbuhan akibat spesies
kombinasi tumbuhan
dengan SO2 akibat
(Selama 4 Jam) kombinasi
dengan O3
(Selama 4
Jam)
Sedang 51– 100 Perubahan Berbau Luka pada Luka pada Terjadi
kimia darah Beberapa spesies Beberapa penurunan
tapi tidak tumbuhan spesies pada jarak
terdeteksi tumbuhan pandang
Berbahaya 300 – lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Jakarta pun mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam
kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana
pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun)
dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun). Hal ini
pencemaran udara mengalami peningkatan sekitar 250 juta dolar AS per tahun.
Lebih jauh, kondisi udara yang tercemar bisa membuat kesehatan kita memburuk
dan terancam. Misalnya, adanya logam timbal yang keluar dari gas buangan
kontak langsung. Keberadaan unsur timbal ini di dalam tubuh manusia menjadi
racun penyerang saraf yang dapat merusak pertumbuhan anak dan bisa
tidak cuma buruk bagi paru-paru, tapi juga berdampak jelek buat jantung.
Serangan jantung ini mungkin akan menjadi ancaman sangat serius karena
disebabkan kotornya udara. Sementara itu, Posman Sibuea, Magister Sains Bidang
Teknologi Pangan dari UGM Yogyakarta, mengungkapkan salah satu faktor yang
oktan dengan penambahan timbel dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL). Namun
jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang. Keracunan timbel ini pada
orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit), dan
mengurangi kecerdasannya. Bila dalam darah mereka ditemukan kadar timbal tiga
kali batas normal (asupan normal sekitar 0,3 miligram per hari) menyebabkan
penurunan IQ di bawah 80. Kelainan fungsi otak terjadi karena timbel secara
dan besi dalam mengatur fungsi sistem saraf pusat yang pada gilirannya akan
Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga mengenai paru-
paru.
Yang termasuk golongan ini ialah gas Nitrogen, Oksida, Metan, gas Hidrogen
dan Helium.
424
pada sistem pembuatan darah (misalnya Benzene, Fenol, Toluen, dan Xylene)
untuk menanggulanginya.
425
dikategorikan menjadi dua bagian besar yaitu Pengurangan emisi metoda primer
Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor diesel dan angka oktan bagi
Zmotor bensin
lainnya)
Humidifikasi
Modifikasi pada pompa bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar
DAFTAR PUSTAKA
Osami, N., 2001. Actual State and Prevention of Marine Air Pollution from Ships,
Review of Kobe University of Mercantile Marine No. 49, Kobe.
Moore, Curtis and Alan S. Miller, 1994. Green Gold: Japan, Germany, the United
States and the Race for Environmental Technology. Boston: Beacon
Press.
428
OLEH :
MURHAMSA
I. PENDAHULUAN
membawa dampak dahsyat telah tumbuh dengan cepat, ditandai antara lain
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diadakan oleh PBB pada bulan Juni 1992
di Rio de Janeiro yang lebih dikenal sebagai KTT Bumi (Earth Summit).
hasil yang penting adalah Rapat Tahunan COP (Conference Of the Party) III di
Kyoto pada tahun 1997 yang diadakan oleh UNFCCC (United Nation Framework
sebagai Protokol Kyoto. Isi kesepakatan ini adalah kewajiban bagi negara maju
yang disebut Annex I Countries untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
sebesar 5 % dibawah level tahun 1990 pada periode 2008 sampai 2012.
Emisi gas rumah kaca (green house gases) dianggap sebagai penyebab
perubahan iklim global yang ditakutkan itu. Sektor energi, khususnya kegiatan
pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi, gas bumi) merupakan
penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca seperti: partikel, SO2, NOx, dan
Carbon Dioxide (CO2) dan oleh karena itu, sektor ini akan terkena dampak
ekspor. khususnya bahan bakar fosil. Ekspor minyak bumi, gas bumi dan batubara
merupakan sumber utama pendapatan pemerintah sejak lebih 3 dekade yang lalu.
Tetapi pertumbuhan perekonomian ini juga dapat membawa dampak yang negatif
bagi sumber daya alam seperti air, udara, dan tanah. Dampak negatif tersebut
energi dapat mencemarkan lingkungan karena adanya limbah padat, limbah cair,
dan polutan akibat emisi dari pembakaran energi fosil seperti: partikel, SO2, NOx,
garis pantai yang terpanjang di dunia, sehingga perubahan iklim yang akan
perhatian negara ini. Indonesia perlu terlibat aktif dalam menyikapi masalah
menjadi dua, yaitu: sumber energi fosil dan sumber energi terbarukan. Sumber
energi fosil terdiri atas minyak bumi, gas alam dan batubara. Penggunaan energi
fosil akan menghasilkan emisi seperti: partikel, SO2, NOx, dan CO2. Emisi
partikel, SO2, dan NOx adalah bahan polutan yang berhubungan langsung dengan
dari peran Indonesia untuk ikut terlibat dalam manajemen perubahan iklim global
tersebut. Peran aktif tersebut penting karena Indonesia juga adalah negeri yang
memiliki beraneka -ragam sumberdaya energi dan sektor energi memiliki peranan
Efek rumah kaca (GRK) adalah proses masuknya radiasi dari sinar
matahari dan karena ada GRK maka radiasi tersebut terjebak di dalam atmosfer
gelombang panas dari sinar matahari yang dipancarkanbumi. GRK yang penting
pemanasan global yang terbesar adalah CO2 sebesar 61 %, diikuti oleh CH4
(Callan, 2000). Yang menjadi sumber utama dari emisi CO2 adalah penggunaan
energi dan penggundulan hutan. Untuk selanjutnya dalam makalah ini faktor yang
penggunaan energi.
makhluk hidup di bumi. Efek ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Justru
dengan efek ini memberikan kesempatan adanya kehidupan di bumi. Kalau tidak
ada efek rumah kaca maka suhu rata-rata permukaan bumi bukanlah 15 0C seperti
sekarang tetapi –18 0C. Yang menjadi masalah adalah jumlah GRK ini bertambah
global. GRK yang bertambah secara berlebihan ini akan menahan lebih banyak
radiasi dari pada yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi, sehingga terjadi gejala
yang disebut pemanasan global. Dampak dari pemasan global ini antara lain yaitu:
432
suhu air laut naik, perubahan pola iklim seperti curah hujan, perubahan frekuensi
dan intensitas badai, dan tinggi permukaan air laut naik karena mencairnya es di
kutub.
(Global Warming Potential - GWP) yang diukur secara relatif berdasarkan emisi
CO2 dengan nilai 1. Makin besar nilai GWP makin bersifat merusak.
bahwa ada dua studi yang penting yaitu dari OECD (Organisation of Economic
akibat pemanasan global baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil
estimasi untuk wilayah Amerika Serikat ditampilkan pada Tabel 2. Kenaikan suhu
433
sebesar 2,5 0C merupakan prediksi konvensional yang bisa terjadi untuk jangka
pendek, sedangkan kenaikan suhu sebesar 10 0C terjadi pada waktu yang sangat
panjang. Dari hasil studi ini terlihat bahwa keuntungan bila mengadakan
pencegahan terjadinya pemanasan global pada suhu 2,5 oC adalah sebesar 61,6
milyar dolar (atau sekitar 1.1 % PDB Amerika Serikat) dan meningkat menjadi
338,6 milyar dolar bila terjadi pemanasan global untuk jangka 250 – 300 tahun.
Sedangkan hasil dari studi Ellerman memperkirakan bahwa sektor pertanian bila
terjadi pemanasan global dapat untung atau rugi yang berkisar antara 10 milyar
dolar.
(terutama batubara, minyak bumi dan gas bumi) adalah penyebab utama emisi
global dan yang ditargetkan untuk dikurangi oleh Protokol Kyoto. Sekitar tiga-
434
per-empat dari emisi gas rumah kaca yang dipancarkan bumi pada tahun 1990
berasal dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil. Berdasarkan hubungan ini,
dampak penerapan Protokol Kyoto bagi sektor energi sangat jelas: mendesak
konsumsi energi ini berkaitan langsung dengan tingkat emisi gas rumah kaca yang
diproduksi bumi. Pola konsumsi yang berubah akan membawa pengaruh terhadap
pola produksi dan perdagangan internasional bahan-bahan bakar fosil, yang pada
energi ditingkatkan atau intensitas energi (rasio antara konsumsi energi dengan
terdepan yang terkena dampak pengurangan emisi- perlu diubah dari pemakaian
bahan bakar beremisi tinggi ke yang rendah atau ke yang hampir tak
menghasilkan polusi (misalnya, dari batubara ke gas alam atau ke panas bumi dan
nuklir). Kebijakan subsidi, pajak, dan harga energi perlu ditinjau untuk
secara hemat.
bahan bakar fosil yang memiliki volume ekspor besar dan biaya produksi rendah
saja yang berpotensi menikmati rantai pendapatan ekspor bahan bakar fosil
mereka nanti. Ekspor batubara (penghasil emisi terbesar di antara bahan bakar
fosil lainnya) akan terkena dampak paling besar. Daya tarik tradisional bahan
bakar ini pada harga yang murah tidak lagi memikat karena meningkatnya
preferensi ke bahan bakar bersih, diterapkannya baku lingkungan yang ketat serta
gas bumi, karena tingkat emisinya yang terkecil dibandingkan bahan bakar fosil
lainnya, akan menjadi pilihan utama dari peralihan penggunaan batubara dan
minyak bumi.
436
sumber energi fosil dan sumber energi terbarukan. Sumber energi fosil terdiri atas
minyak bumi, gas alam dan batubara. Cadangan minyak bumi saat ini sudah
sangat terbatas sedangkan cadangan gas alam masih mencukupi dan cadangan
sumber energi fosil dengan cadangan terbesar, yaitu sebesar 36,34 x 109 ton.
Sedangkan cadangan gas alam sebesar 137,79 TSCF (Tera Standard Cubic Feet)
dan minyak bumi sebesar 9,09 x 109 SBM (Setara Barel Minyak).
angin dan energi matahari. Tetapi yang sampai saat ini sudah dikembangkan
secara komersial hanya energi air dan geothermal. Cadangan energi terbarukan
16,10 GW. Cadangan energi terbarukan ini belum banyak dimanfaatkan pada saat
ini. Sampai tahun 1997 pemanfaatan energi air hanya sebesar 3 % dan geothermal
sebesar 2%.
Sugiyono (2000) pada Gambar 1. Di sini masing masing energi yang dinyatakan
dalam satuan fisik disamakan menjadi satuan energi yaitu SBM supaya dapat
digambarkan dalam dimensi yang sama. Pada Gambar 1 terlihat bahwa batubara
Bila dilihat dari rasio cadangan dibagi produksi (R/P Ratio) maka batubara
masih mampu untuk digunakan selama lebih dari 500 tahun. Sedangkan gas alam
dan minyak bumi mempunyai R/P Ratio masing-masing sebesar 43 tahun dan 16
tahun dengan asumsi bahwa tidak ditemukan cadangan yang baru. Dengan melihat
biaya dengan kendala cadangan energi dan teknologi energi yang tersedia
pada Gambar 2. Jaringan sistem energi secara umum terbagi menjadi empat
proses, yang mengubah satu bentuk energy carrier ke bentuk energy carrier
lain.
end-use technology, yang mengubah satu bentuk final energy menjadi useful
meningkat dari 784 juta SBM pada tahun 1995 menjadi 1.808 juta SBM pada
per tahun. Sugiyono (1999) membuat proyeksi penggunaan energi untuk setiap
No. Juta SBM 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025
1. Gas Alam 179,2 189,5 225,3 236,7 250,0 266,7 305,0
2. Minyak Bumi 306,9 255,3 240,4 283,9 331,9 414,0 529,2
3. Batubara 73,9 112,7 132,3 175,9 295,7 460,3 609,7
4. Biomasa 187,9 197,1 206,0 216,2 235,0 250,5 273,6
5. Terbarukan 36,3 55,6 68,2 91,7 101,1 91,6 90,2
Total 784,3 810,4 872,5 1.004,7 1.213,8 1.483,2 1.807,8
Catatan : Output Model Markal dengan fungsi obyektif meminimumkan biaya, base case
Sumber : Sugiyono (1999)
untuk jangka panjang. Hal ini dapat dipahami karena batubara masih melimpah di
sebagai sumber energi primer saat ini hanya sebesar 9 % dan akan meningkat
batubara rata-rata sebesar 7 % per tahun. Minyak bumi sebagai sumber energi
primer masih cukup berperan karena penggunaan bahan bakar minyak di sektor
transportasi masih sulit disubstitusi dengan bahan bakar lain. Pangsa pengunaan
minyak bumi pada tahun 2025 mencapai 29 %. Sedangkan gas alam tumbuh
sekitar 3 % per tahun dan pangsanya menurun dari 23 % pada tahun 1995 menjadi
biomasa sebagai bahan bakar hanya sekitar 1 % per tahun selama periode
relatif mahal, penggunaan energi terbarukan (energi air dan geothermal) hanya
NOx, dan CO2. Emisi partikel, SO2, dan NOx adalah bahan polutan yang
kesehatan dan lingkungan secara ringkas dijelaskan oleh Princiotta (1991) pada
Tabel 4.
karena penggunaan energi di Indonesia selama kurun waktu 1995 - 2025. Pada
441
tahun 1995 total emisi CO2 sebesar 156 juta ton per tahun dan meningkat menjadi
1.077 juta ton per tahun pada tahun 2025 atau meningkat rata-rata sebesar 6,6 %
emisi CO2 dunia pada tahun 1995, baik berasal dari penggunaan energi maupun
dari sumber lain sebesar 22.700 juta ton. Negara yang mempunyai emisi CO2
terbesar adalah Amerika Serikat yaitu sebesar 5.468 juta ton atau sebesar 24,1 %
dari total emisi CO2 dunia, sedangkan Indonesia mempunyai emisi sebesar 296
juta ton atau sebesar 1,3 % dari total emisi CO2 dunia. Pada Gambar 4 ditampilkan
mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi CO2 ini, namun sebagai anggota
masyarakat global, Indonesia turut serta berinisiatif melakukan studi dan membuat
merupakan bagian terbesar dari emisi GRK di Indonesia dengan pangsa sebesar
hampir 70 % sedangkan gas lainnya sebesar 30 %. Pada tahun 1994 total emisi
GRK sekitar 470 juta ton ekivalen CO2. Sumber utama emisi GRK adalah sektor
energi dan sektor kehutanan. Sektor energi mempunyai pangsa sebesar 46 % dari
total emisi GRK yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil pada bermacam-
macam aktivitas seperti: produksi energi, pengolahan energi dan juga pembakaran
energi yang digunakan baik untuk pembangkit listrik maupun untuk keperluan
industri lainnya. Besarnya emisi GRK ini tergantung dari jenis energi yang
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: untuk sisi penawaran dan untuk
sistem konversi yang lebih efisien, mengubah bahan bakar dari energi yang
mempunyai emisi tinggi menjadi energi yang mempunyai emisi rendah, dan
efisien seperti lampu TL. Energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga air
dan panas bumi mempunyai kelebihan sebagai pilihan untuk mitigasi GRK.
Energi ini dapat membangkitkan listrik tanpa melalui pembakaran tidak seperti
pada penggunakan energi fosil. Pembangkit listrik tenaga air dapat dikatakan
bebas dari emisi GRK, sedangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya
menghasilkan seperenam dari emisi GRK yang dihasilkan dari penggunaan gas
emisi (emission trading, ET), penerapan bersama (joint implementation, JI) dan
Dengan perkataan lain, kebutuhan akan energi, baik bahan bakar fosil maupun
besar di Indonesia, yang dalam kurun 2-3 dekade terakhir ini juga memiliki
tingkat pertumbuhan konsumsi energi yang jauh di atas rata-rata dunia. Disisi lain,
emisi yang kita hasilkan ―masih sangat sedikit‖ dibandingkan yang dipancarkan
bersih‖ Protokol Kyoto. Sektor energi Indonesia dapat menawarkan daya tarik itu
ke pasar emisi internasional untuk memperoleh dana dan teknologi energi bersih.
Di pihak lain, bagi negara Annex-I yang target pengurangan emisinya terbatasi
pada efisiensi teknologi yang sulit ditingkatkan dan penggunaan bahan bakar
rasional.
445
dengan suatu ―base line‖ tertentu yang dapat berupa teknologi energi yang
reduction, CER) dari sektor energi di Tanah Air akan berada pada pemanfaatan
kategori ini termasuk pengembangan tenaga surya (angin, sel surya), air, panas
bumi (geothermal), biofuel, dan nuklir. Teknologi energi di bidang bahan bakar
fosil, namun yang lebih efisien dan lebih bersih dibandingkan yang ada sekarang,
(clean coal technology) juga dapat dipertimbangkan sebagai proyek CDM untuk
mendapatkan CER.
konsumsi energi Indonesia, pangsa Indonesia dalam pasar karbon dunia, serta
dari penerapan proyek-proyek CDM tentu saja masih terbuka lebar untuk
dilakukan.
dalam menghitung emisi. Biaya diperkirakan berkisar antara 20 sampai 150 dolar
Amerika (US$) per ton Carbon (tC) yang dikurangi. Di negara berkembang biaya
pengurangan emisi lebih rendah bila dibandingkan dengan negara maju. Sehingga
Pembangkit listrik tenaga air dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 17,1
juta tC sepanjang periode 1995 – 2025 dengan biaya pengurangan emisi berkisar
antara 0,8 – 7,8 US$/tC. Sedangkan panas bumi dapat mengurangi emisi CO2
sekitar 100,9 juta tC dengan biaya sekitar 43,9 US$/tC. Bila dibandingkan dengan
biaya secara internasional maka biaya di Indonesia masih sangat murah sehingga
mitigasi emisi CO2 pada sumbu Y dan emisi CO2 yang dapat dikurangi pada
maka akan lebih mudah mengetahui besar kecilnya CO2 yang dapat dikurangi
Gambar 5 terlihat bahwa yang berpotensi untuk mengurangi emisi CO2 pada ada
tiga yaitu penggunaan lampu TL, pembangkit listrik tenaga air dan geothermal.
Indonesia hingga tahun 2025. Diperlihatkan pangsa konsumsi minyak bumi, gas
sumber daya alam yang sebagian besar terdir dari hutan dan minyak bumi.
Propinsi Riau menjadi salah satu tujuan investasi, hal ini dimungkinkan dengan
banyaknya perusahaan penanaman modal asing yang berkiprah di sini. Sebut saja
Indonesia, atau PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) dan PT. Riau Andalan Pulp
and Paper (RAPP) yang bergerak di bidang usaha pulp and paper (bubur kertas
dan kertas). Di bidang kehutanan, dua perusahaan raksasa seperti PT. Surya
Dumai dan PT. Siak Raya ikut meramaikan bisnis di Provinsi Riau.
dan Jasa 5,65 % (Rencana Strategis Provinsi Riau Tahun 2004 - 2008).
yang ditampilkan pada Tabel 7 dapat dilihat jumlah industri di Propinsi Riau pada
tahun 2006.
450
Tabel 7. Jumlah Perusahaan dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Besar dan
Sedang Provinsi Riau 2006
No. Kode Industri Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja
1. 15 83 47.668
2. 17/18 31 11.049
3. 19 5 555
4. 20 56 27.058
5. 21 12 11.633
6. 22 8 626
7. 24 7 615
8. 25 45 12.458
9. 26 10 1.116
10. 27 12 2.317
11. 28 17 5.020
12. 29/30 13 5.812
13. 31 20 11.895
14. 32 81 51.057
15. 33 3 2.827
16. 35 40 6.113
17. 36 14 1.607
Total 457 199.426
Keterangan:
Kode Klasifikasi Industri
Golongan Pokok:
15. Industri Makanan dan Minuman
16. Industri Pengolahan Tembakau
17. Industri Tekstil
18. Industri Pakaian Jadi
19. Industri Kulit, Baang dari Kulit, dan Alas Kaki
20. Industri Kayu, Barang-barang dari Kayu (Tidak Termasuk Furniture) dan Barang-barang Anyaman dari Rotan,
Bambu, dan Sejenisnya
21. Industri Kertas, Barang dari Kertas, dan Sejenisnya
22. Industri Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekaman
23. Industri Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi, dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang dari HasilPengilangan
Minyak Bumi dan Bahan Bakar Nuklir
24. Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia
25. Industri Karet, Barang dari Karet, dan Barang dari Plastik
26. Industri Barang Galian Bukan Logam
27. Industri Logam Dasar
28. Industri Barang dari Logam kecuali Mesin dan Peralatannya
29. Industri Mesin dan Perlengkapannya
30. Industri Mesin dan Peralatan Kantor, Akuntansi dan Pengolahan Data
31. Industri Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya
32. Industri Radio, Televisi, dan Peralatan Komunikasi serta Perlengkapannya
33. Industri Peralatan Kedokteran, Alat Ukur, Alat Navigasi, Peralatan Optik, Jam dan Lonceng
34. Industri Kendaraan Bermotor
35. Industri Alat Angkutan, selain Kendaraan Bermotor Beroda Empat atau Lebih
36. Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya
37. Daur Ulang
Kondisi ini menggambarkan bahwa pada tahun 2006, Provinsi Riau harus
listrik. Oleh karena itu pertanian dalam konteks agribisnis diharapkan akan
451
Riau adalah perkebunan kelapa sawit. Propinsi Riau merupakan salah satu
propinsi di Indonesia yang mempunyai perkebunan kelapa sawit yang cukup luas
Dalam pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit ini terkadang dilakukan dengan
tidak yang tidak ramah lingkungan seperti dengan pembakaran hutan atau lahan.
Hal ini tentu saja akan membawa dampak buruk terhadap kondisi lingkungan di
Provinsi Riau dengan akibat yang ditimbulkannya yaitu polusi udara (kabut dan
asap).
(disparitas) dalam penyerapan dan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor yang
di wilayah perbatasan Provinsi Riau dari tahun ke tahun yang sangat berkaitan
dan merata dapat memperkuat landasan untuk pencapaian Visi Riau 2020.
besar menggunakan bahan bakar fosil untuk beroperasi, maka bisa dikatakan
propinsi akan menjadi menyumbang terbesar Gas Rumah Kaca yang penyebab
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Propinsi Riau, 2004. Rencana Strategis Provinsi Riau Tahun 2004 –
2008, Pemerintah Provinsi Riau, Pekanbaru.
Biro Pusat Statistik Riau, 2006. Riau Dalam Angka, Pemerintah Provinsi Riau,
Pekanbaru.
Nugroho, H., 2004. Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan
dan Gagasan, Journal Perencanaan Pembangunan 9(4): 32-52.
Princiotta, F. T., 1991. Pollution Control for Utility Power Generation, 1990 to
2020, 624-649 pp. Proceeding of Energy and the Environment in the
21st, The MIT Press, Cambridge.
Sugiyono, A., 1999. Energy Supply Optimization with Considering the Economic
Crisis in Indonesia, Proceeding of the 8th Scientific Meeting, Indonesia
Student Association in Japan, Osaka.
www.bangrusli.net, 2006.
454
OLEH :
NURAINI
I. PENDAHULUAN
Riau memiliki empat DAS utama yaitu Rokan, Siak, Kampar, dan
Indragiri. DAS di Riau memiliki sejarah yang cukup lama dan didiami oleh
Pada tahun 2003 luas hutan di Provinsi Riau sebesar 4,24 juta Ha,
dirambah sekitar 2.224 Ha untuk pemukiman liar oleh 345 KK. Data lain
aspek SDA, mengakibatkan bencana banjir/kekeringan bagi kawasan hilir. Hal ini
memerlukan penanganan terpadu antar kab/kota terkait serta instansi yaitu Dinas
Berikut ini adalah beberapa hal yang menimbulkan masalah di Sungai Siak antara
lain :
yang terjadi pada Daerah Alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik dan industri
perairan sungai. Hal ini akan menambahkan tekanan dan beban pencemaran pada
badan sungai. Disamping itu kegiatan kehutanan dan pertanian di bahagian hulu
limbah domestik, dan limbah industri yang tidak dikelola secara sungguh-sungguh
pencemaran air sungai Siak yang tinggi akibat limbah industri di sepanjang sungai
mengakibatkan berkurangnya jumlah dan spesies ikan. Karena hal itu banyak
nelayan yang beralih profesi sebagai penambang liar yang menambah kerusakan
lalu lintas pelayaran di Sungai Siak ini merupakan suatu hal yang dilematis.
perhubungan, namun demikian jika hal ini tidak diantisipasi maka proses abrasi
Siak, 2006).
bersifat parsial, sehingga perlu disusun suatu kebijakan yang menyeluruh dan
pengelolaan Sumber Daya Air dan kebijakan penataaan ruang di DAS Siak. Di
beberapa wilayah telah terjadi sedimentasi di dasar Sungai Siak dalam rentang
waktu mulai tahun 1970-an sampai sekarang yang telah mencapai ketinggian 8 m
terganggunya pelayaran terutama saat muka air surut, dan bahaya banjir saat
Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas daratan
prasarana perhubungan seperti sungai Siak ( 345 km), Sungai Rokan ( 400
km), Sungai Kampar ( 400 km), dan Sungai Indragiri ( 500 km) (Kasry, et al.,
2005).
DAS Siak terbagi menjadi dua sub DAS yaitu Sub DAS Siak Hulu dan
DAS Siak Hilir. DAS Siak secara keseluruhan melintasi dan terletak di kabupaten
Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis dan Kota
sumber daya air pada wilayah lintas kabupaten/kota di mana wewenang dan
No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air). Adapun pembagian luas masing-
masing pada wilayah administrasi kota dan kabupaten seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Wilayah Administrasi yang Berada didalam DAS Sungai Siak
DAS Siak Hulu dibagi menjadi 4 kondisi kemiringan yaitu 0-2%, 2-15%, 15-40%.
Sedangkan Sub DAS Siak Hilir relatif datar dengan kemiringan berkisar 0-5%.
panjang sungai 200 km sangat datar dengan kemiringan sekitar 0,003 % . Geologi
dan geomorfologi di Sub DAS Siak Hulu tersusun dari endapan gunung api yang
berisi dari gunung api kuarter tua dan muda,jenis geologi sebagian besar adalah
Siak bagian hilir relatif datar dengan lebar lebih kurang 250 m, sedangkan di
bagian hulu mempunyai kemiringan alur yang sedikit lebih besar (Bapedalda Siak,
2006) .
Pasang surut di Muara Sungai Siak cukup besar yaitu berkisar 4 m dan
pengaruh pasang surut ini merambat ke hulu sampai jarak 210 km, melampaui
kota Pekanbaru. Dengan tingginya pasang surut tersebut, maka kecepatan aliran
sungai cukup tinggi hingga mencapai 4 m/dt2 pada saat surut terendah dan kondisi
saat banjir. Akibat pasang surut yang mempunyai perbedaan tinggi serta
kemiringan sungai yang landai, maka arah aliran menjadi dua arah, yaitu kearah
hilir dan hulu. Hal-hal tersebut diatas selain akibat gelombang kapal, pengaruh
dari kecepatan kapal, pengaruh dari kecepatan aliran juga sangat berpengaruh
terhadap kerusakan tebing sungai. Kondisi klimatologi baik dibagian hulu maupun
hilir dipengaruhi oleh adanya angin musim yaitu pada bulan April-Agustus
459
bertiup angin Barat Laut dan Bulan Agustus-April bertiup angin Musim Timur.
Suhu rata-rata 30,7 0C. Curah hujan rata-rata berkisar antara 2000-3000 mm/th,
Kualitas air sungai diengaruhi oleh limbah domestik, industri, petanian dan
lebih dari 50% parameter DO,BOD, COD, fecal coli dan total coliform yang
dipantau sudah tidak memenuhi kulitas air kelas 1 PP Nomor 82 Tahun 2001,
untuk parameter BOD, hanya 26% dari keseluruhan sampel air yang diambil yang
memehui nilai BOD sesuai dengan criteria mutu air kelas 1 dan 33% memenuhi
criteria mutu air kelas 2. parameter COD yang memenuhi criteria mutu air kelas 1
merupakan sungai yang paling dalam sehingga bisa dilayari oleh kapal-kapal
besar sampai jauh ke hulu. Dalam wilayah kawasan DAS ini bermukin sekitar 1,5
juta orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan beragam mata encarian.
Sungai Siak adalah aset daerah yang harus dipelihara karena memiliki
beberapa fungsi yang selalu melekat. Dari aspek sosial ekonomi, sungai sejak
masyarakat, yakni sebagai sumber air minum, tempat menangkap ikan dan
sebagai sarana lalu lintas. Data Biro Pusat Statistik (2004) menunjukkan bahwa
pada tahun 2002 sekitar 51 ribu desa/kelurahan yang dilalui sungai, sebagaian
besar memanfaatkan air sungai untuk mandi/cuci, irigasi, dan minum. Jika
memamfaatkan air sungai untuk irigasi, bahan baku air minum, dan industri
Sungai Siak yang secara ekologi sebagai sebuah ekosistem terbuka juga
common property dan open acces. Artinya Sungai Siak merupakan kepemilikan
umum dan dapat diakses oleh siapa saja. Setiap pihak dapat mengakses dan
tentu dengan mengikuti norma, kaidah dan ketentuan yang telah disepakati
bersama, di bawah payung hukum yang telah ditetapkan oleh pihak legislatif
accses inilah permasalahan Sungai Siak menjadi sesuatu yang sulit untuk di
kelola. Pemahaman konsep ini lebih cenderung diarahkan kepada aktivitas yang
masukan limbah ke badan air sungai. Limbah tersebut meliputi limbah rumah
tangga, limbah industri, dan limbah perkebunan (Gambar 1). Sebagai sebuah
ekosistem terbuka lainnya yakni bersifat common property dan open accses.
Artinya sungai merupakan kepemilikan umum dan dapat diakses oleh siapa saja.
Setiap pihak dapat mengakses dan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada
462
pengahasil limbah yang dapat mencemari Sungai Siak, masih jauh dari yang
dan pemukiman penghasil limbah di sepanjang Sungai Siak, maka juga tidak
ke Sungai Siak (Tabel 2). Dari buangan limbah pencemar tersebut mengakibatkan
semakin meningkatnya beban pencemaran Sungai Siak (Gambar 2) dan ini berarti
sepanjang Sungai Siak telah memiliki Insatalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL),
namun keberadaanya masih sebatas formalitas saja. Industri yang telah memiliki
1 Perkebunan / PKS 19
3 Playwood 6
5 Pabrik Glue 1
sungai kecil) sepertinya tidak berlaku bagi sebagian besar stake holder yang
berada di sepanjang aliran Sungai Siak. Bahkan ada kegiatan usaha yang
464
langsung dengan dinding sungai (Gambar 2). Kegiatan pembukaan lahan yang
limbah perkebunan juga akan semakin besar terhadap pencemaran Sungai Siak.
melakukan pembangunan pabrik dengan jarak kurang dari 100 meter dari bibir
lainnya. Nilai COD yang tinggi mengakibatkan kadar oksigen terlarut di perairan
limbah yang masuk ke perairan. Akibatnya biota perairan terutama nekton akan
Dari data yang ada tercatat beberapa kasus kematian ikan di sepanjang
Kematian ikan pada tanggal 1 oktober 1998 yang berjumlah ribuan ekor
dengan berat total sekitar dua ton terjadi di sekitar Kuala Sungai Gasib.
Kematian ikan pada bulan Agustus tahun 1999, yang berjumlah ribuan ekor di
sekitar Perawang, sebagai akibat terbakarnya kapal Stephani XVI yang telah
Kematian ikan di sepanjang DAS Siak sejak tahun 2000 sampai 2003 pada
puncak musim kemarau antara bulan Juni sampai bulan Agustus setiap
tahunnya dengan berat total berkisar antara 300 sampai 400 kg. Hal ini lebih
disebabkan oleh turunnya debit air sampai ke tingkat yang sangat rendah,
itu, karena telah terjadi pemekatan konsentrasi limbah karena debit airnya
sangat rendah.
Pada tanggal 8 Juni 2004 telah terjadi kematian ikan dalam jumlah ribuan
ekor dengan berat sekitar 1,2 sampai 1,5 ton . Adapun lokasi kejadian di
sekitar muara Sungai Bangso sampai Jembatan Siak II. Hal ini juga
merupakan indikator betapa buruknya mutu perairan Sungai Siak yang telah
Pada bulan Juli dan Agustus tahun 2004 terjadi pula dua kasus tenggelamnya
menangani suatu pekerjaan yang terkait dengan aspek keselamatan kerja dan
mutu lingkungan hidup. Peristiwa ini juga akan membentuk opini yang kurang
lingkungan di sekitarnya.
Sungai bersumber pada aktivitas manusia yang berada pada kawasan DASnya.
Terjadinya abrasi di Sungai Siak disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor – faktor
tersebut antara lain adalah karena pola penggunaan dan pengelolaan lahan yang
Siak, pola arus sungai, sistem drainase tepi sungai yang kurang baik, struktur
tanah tebing yang rapuh dan daya dukung tebing yang terlampaui.
sedangkan pada skala yang lebih kecil terjadi pada pembukaan lahan pemukiman
abrasi di sepanjang Sungai Siak dari luar badan sungai adalah penggunaan lahan
atau green belt. Untuk sungai besar seharusnya tidak boleh melakukan pembukaan
lahan minimal 100 meter di kiri – kanan sungai, sedangkan untuk sungai kecil
minimal pada jarak 50 meter kiri kanan sungai tidak boleh ada ganggunan
467
Salah satu kegiatan pada kawasan DAS Siak yang telah terbukti
penyangga terjadinya bencana erosi yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya
penting di Propinsi Riau. Semakin hari kegiatan mobilisasi orang dan barang
tercatat sekitar 25 kali lalu lintas kapal barang dan 24 kapal penumpang umum
yang melintasi Sungai Siak (Tabel 3). Aktivitas lalu lintas pelayaran kapal yang
abrasi tebing sungai (Gambar 4). Gelombang yang menyisir dan arus akibat baling
baling kapal merambat sepanjang tebing. Run-up dan run down gelombang di
tebing sungai akan menggerus tanah dasar tebing. Lokasi penggerusan terjadi
pada muka air. Intensitas penggerusan yang dominan terutama terjadi pada posisi
permukaan air surut. Proses abrasi yang disebakan oleh gelombang terjadi sedikit
demi sedikit, namun berlangsung secara terus menerus. Abrasi tebing yang terjadi
468
diprakirakan proses abrasi Sungai Siak akan semakin meningkat (Bapedalda Siak,
2006) .
1. Kapal Barang
- Ponton
- Kapal Motor 25 kali / hari
- Tanker
- Kapal Cargo
2. Kapal Penumpang
- Mulya Kencana
- Surya Gemilang
24 kali /hari
- Pelita Indomal
- Speed Boat
- Jelatik
Sumber : Amri (2004)
469
Arus Sungai Siak yang cukup deras dan bentuk alur sungai yang relatif
sempit dan dalam menyebabkan arus sungai terkonsentrasi pada alur tersebut.
Gerusan tebing oleh arus sungai terjadi di daerah alur sungai yang lurus maupun
pada belokan sungai, tetapi kerusakan yang lebih parah terjadi pada belokan
sungai bagian tingkungan luar. Gerusan tersebut terutama terjadi di daerah tebing
sungai yang tidak terlidung baik oleh vegetasi yang rapat maupun oleh
perlindungan buatan. Pada saat terjadi arus yang besar (kuat) atau pada saat
banjir, gerusan pada belokan sungai bagian luar dapat terjadi cukup cepat
sehingga bangunan yang berada pada belokan luar rawan terhadap gerusan.
Kerusakan tebing juga terjadi pada saat hujan yang cukup deras sehingga
sungai. Drainasi yang kurang baik pada sisi luar tanggul sungai dapat pula
menyebabkan lemahnya tanggul. Air yang menggenang di sisi luar tangggul akan
berusaha meresap ke dalam tanah dan mengalir ke sungai lewat tubuh tanggul
dan tanah dan tanah dasar pondasinya. Akibatnya timbul gaya rembesan yang
cukup lama tanggul akan runtuh atau hancur. Pada bagian sungai yang tidak
bertanggul, limpasan langsung pada tebing sungai yang tidak lagi terlindung
470
dengan vegetasi akan menyebabkan erosi permukaan (Sheet erosion maupun rill
erosion) yang lama – kelamaan akan mengikis tebing sungai (Kodoatie et al.,
2005). Selanjutnya, kodoatie et al., (2005) menyatakan bahwa pada tebing yang
rapuh, apabila terjadi gangguan sedikit saja stabilitas tebing akan terusik dan
dapat berupa resapan air kedalan tanah, adanya beban tambah di atas tebing,
adanya kapal tambat di tebing (membuat angker ditebing) dan sebagainya. Dari
studi PAU ilmu Teknik UGM (1994 ) kondisi daya dukung tanah tebing pada
umumnya lemah hingga sedang dengan lereng stabil mencapai 1:3 . Bila bantaran
bangunan – bangunan berat, maka daya dukung dan stabilitas tebing akan
berkurang dengan usikan dari air hujan maupun dari sungai akan dapat
melongsorkan tebing.
otomatis tebing tersebut akan runtuh. Penyebab kelebihan beban yang bekerja
terlihat kawasan rawan abrasi terdapat pada lintasan wilayah Maredan sampak ke
Kota Siak Sri Indrapura (Gambar 6). Intensitas abrasi pada kawasan ini adalah
berkisar antara 4 meter sampai 15 meter. Secara umum abrasi disebabkan oleh
hantaman gelombang kapal kebibir sungai terutama pada kawasan yang tidak
secara nyata di pinggiran Sungai Siak. Beberapa bangunan yang berada di tepi
sungai sudah mengalami keruntuhan, bahkan masih banyak lagi yang terancam
akan runtuh (Gambar 7). Dampak abrasi juga terjadi pada sektor perikanan.
Dengan adanya abrasi dan sedimentasi di pinggir sungai, maka akan dapat
merusak habitat kehidupan bagi ikan. Kerusakan akan semakin parah apabila
habitat yang dirusak merupakan tempat bertelur dan memijah bagi ikan. Apabila
yang dirusak adalah tempat – tempat sensitif tersebut, maka lambat laun dapat
Kekhawatiran ini telah dirasakan saat ini, dengan semakin berkurangnya hasil
tangkapan masyarakat terhadap ikan - ikan yang berasal dari Sungai Siak ini.
472
pencemaran sungai Siak, Abrasi Sungai Siak sebetulnya sudah ada dikepala kita
yang terjadi hanya berbicara dari mulut kemulut tapi aplikasi tidak dijalankan.
seperti yang saya tulis dibawah ini adalah factor penyebab terjadinya pencemaran
sunai Siak, abrasi sungai Siak dan bagaimana dampak yang ditimbulkan, serta
penanggulangannya.
a. Faktor Penyebab
tersebut.
sungguh.
limbah.
ada.
Pengelolaan sumber daya hutan dan lahan yang tidak /kurang bijaksana.
konservasi.
daerah yang mendukung kebijakan nasional tentang pencemaran air dan baku
pemantauan yang dimiliki oleh aparat terkait dalam meneliti kualitas air,
dihasilkan.
b. Dampak
akibat pencemaran air sungai Tapung terhadap Sungai Siak antara lain :
475
Sulitnya masyarakat sekitar DAS Siak memperoleh kualitas air yang baik
Timbulnya masalah kesehatan seperti penyakit kulit dan sakit perut karena
c. Penanggulangan
ini :
koordinasi.
DAS lainnya.
Penyusunan Perda dan Baku Mutu Air Sungai yang mendukung kebijakan
lingkungan (AMDAL/UKL–UPL).
476
DAS Siak.
kualitas air.
d. Kendala
air dikarenakan adanya beberapa kendala antara lain seperti berikut ini :
hidup.
air.
laboratorium.
a. Faktor Penyebab
Hilangnya vegetasi pinggir Sungai Siak yang berfungsi sebagai green belt
Tidak adanya upaya reklamasi bagi kegiatan usaha yang tidak beropersi lagi.
AMDAL.
b. Dampak
ikan.
c. Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah erosi dan sedimentasi perairan Sungai Siak maka
bahayanya abrasi.
479
d. Kendala
Belum maksimalnya hasil yang dicapai dalam mengatasi masalah erosi dan
Siak.
swasta.
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dijelaskan bahwa Pengelolaan Sumber
sungai dengan konsep keterpaduan antara air permukaan dan air tanah dan
Wilayah Sungai.
dan dunia usaha atas pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dan tahap kedua
untuk sosialisasi pola yang ada guna mendapatkan tanggapan dari masyarakat dan
dan pengendalian Daya Rusak Air baik jangka pendek, menengah, dan jangka
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi SDA agar senantiasa tersedia dalam
481
menurut undang-undang No. 24 Tahun 1992 adalah wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang merupakan susunan elemen dan unsur yang membentuk suatu
ruang baik di alam, lingkungan sosial atau lingkungan lain yang dibentuk dan
secara struktural saling berhubungan dan saling mengisi membentuk tata ruang.
Tujuan adanya tata ruang secara nasional adalah (UU No. 24 Tahun 1992):
kawasan budidaya.
permasalahan saat ini yang terjadi di DAS Siak dapat diambil kebijakan
1. penyusunan Pola PSDA yang dibuat sinergis dengan Rencana Tata Ruang
DAS Siak. Usaha konservasi yang dapat dilaksanakan adalah reboisasi dan
sebagai Water Front City, dikembangkan sebagai wisata air dengan penataan
pemukiman kumuh yang ada; budi daya ikan air tawar dengan menggunakan
dilakukan adalah :
Siak
6. membentuk dewan sumber Daya Air Provinsi Riau yang merupakan suatu
wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air dalam
fungsi dan manfaat air dan sumber air baik tingkat Provinsi maupun
kabupaten/Kota.
sumber air sedang wilayah Sub DAS Siak Hilir digunakan untuk kawasan
perkotaan. Ini terlihat di Peta rencana tata bangunan dan lingkungan perairan
Kabupaten Siak.
484
DAFTAR PUSTAKA
Air.bappenas.go.id/news.php?id=752 - 66k
Anonim, 2004. Propinsi Riau Dalam Angka Tahun 2004. Biro Pusat Statistik
Provinsi Riau, Pekanbaru.
Kasry, A., A. Z. Fachri Y., Achmadi, M, T., Viator, B., Mubarak (ed), 2005.
Seminar Penyelamatan dan Pelestarian Daerah Aliran Sungai Siak. Unri
Press. Pekanbaru.
Kodoatie, R. J., dan Basuki, 2005. Kajian Undang-Undang Sumber daya Air.
Andi, Yogyakarta.
Kodoatie, R. J., dan R. Sjarief, 2005. Pengelolan Sumber Daya Air Terpadu. Andi.
Yogyakarta.
www.menlh.go.id/i/art/pdf_1065225730.pdf
www.antara.co.id/seenws/?id=26835 - 16k
www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=1063 - 38k
485
OLEH :
I. PENDAHULUAN
mempunyai pengaruruh yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah
Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah
18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari.
Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali
2004). Hal tersebut juga terjadi di setiap daerah termasuk di kota ―bertuah‖
persoalan sampah menjadi persoalan serius dan mendesak, tidak adanya atau
sebagai hal yang kurang mendapat perhatian, karena sampah merupakan barang
bekas dan sisa yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang tanpa memperhatikan
487
lingkungan sekitarnya. Sehingga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan
mempengaruhi dan faktor-faktor itu terkait satu sama lain. Perencanaan yang
parsial, pengoperasian TPA belum sesuai standar, konflik antar daerah, minimnya
sampah.
488
lingkungan sampah (refuse) sebenarnya hanya sebahagian dari benda atau hal-hal
yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, atau harus dibuang sehingga tidak
1. Sampah basah (garbage) yaitu sampah organik yang berupa sisa-sisa makanan,
dapat membusuk dan mudah terurai dengan cepat khususnya dalam situasi
2. Sampah kering (rubbish) yaitu sampah yang mudah terbakar ataupun yang
3. Abu (ashes) yaitu benda yang tertinggal dari sisa pembakaran kayu, arang dan
4. Sampah jalanan (street cleaning) yaitu sampah yang berasal dari jalan,
milik umum dan pribadi seperti bak mobil, becak dan lain-lain.
489
buangan industri.
diklasifikasikan dalam sampah kering misalnya batu, beton, papan, sisa pipa
dan sebagainya.
9. Sampah pengolahan air minum/air kotor (water treatmen residu) yaitu sampah
yang berupa lumpur dari perusahaan air minum atau pengolahan air kotor
tidak mencukupi.
produksi sampahnya.
menonjol dan di daerah pantai sampah jenis kerang-kerangan atau hasil laut
5. Waktu, umumnya jumlah sampah pagi hari sedikit lebih meningkat antara jam
08.00 sampai jam 14.00 dan mencapai puncaknya sekitar jam 11.00 sampai
produksi meningkat lagi sekitar pukul 18.00. hal ini erat hubungannya dengan
di suatu daerah termasuk adat istiadat dan taraf hidup masyarakat itu sendiri.
yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dan harus dibuang. Berikut ini beberapa cara
1. Makanan Ternak
Sampah seperti sayuran atau buangan dapur berupa bahan organik yang
2. Penumpukan.
3. Pengkomposan.
terhadap sampah organik, untuk sampah plastik dan yang sifatnya sama tidak
dapat dilakukan.
3. Pembakaran.
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
pengolahan bervariasi antara fasilitas yang satu dengan fasilitas lainnya, tetapi
lain yang memiliki kandungan kalori bakar rendah. Material yang diolah
4. "Sanitary Landfill".
Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang telah
penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus
Sampah organik (terutama yang berasal dari sisa makanan atau tanaman)
basah bisa menimbulkan gas metana, karbon dioksida, dan gas beracun lain.
Selain bau, rembesan airnya bisa menjadikan kualitas tanah menurun. Lalat dan
tikus bisa berkembang biak dengan cepat, dan menyebarkan bibit penyakit.
Apalagi kalau sampah dibuang ke kali, selain air jadi tercemar, juga menyebabkan
banjir. Masalah lain muncul ketika tumpukan sampah sudah menggunung, sampah
sampai ke TPA merupakan masalah yang rumit. Tidak adanya pemisahan sampah
apalagi di TPA juga terlibat para pemulung yang berusaha mengambil sampah
penghancuran sampah tapi di sis yang lain mereka merupakan pendatang ilegal
yang di bawah garis kemiskinan, kehidupan yang jauh dari standar kebersiha dan
banyak korban yang tertimbun dan itu menjadi tanggung jawab pemerintah juga.
Jadi dampak yang ditimbulkan dari sampak tidak saja pada kebersihan lingkungan
sangat ideal bagi pertumbuhan penyakit, terutama lalat dan tikus. Hal ini
disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang
besar.
merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah
bau disepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat air lindi dari bak
kendaraan.
Terjadinya pelepasan gas ke udara seperti CO, CO2, CH4, H2S yang
3. Pencemar air, terjadinya aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya dan
menyebabkan pencemaran.
495
4. Pencemaran tanah, pembuangan sampah yang dilakukan tidak baik pada lahan
beracun (B3).
bahkan sampai ke sungai, sehingga pada waktu musim hujan saluran air
sungai.
lingkungan sekitarnya.
8. Dampak social, hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan
adalah aspek teknik, aspek kelembagaan dan aspek keuangan serta manajemen.
karakter sampah perlu dikenali, dimengerti dan difahami agar dalam menyusun
sistem pengelolaan yang dimulai dari perencanaan strategi dan kebijakan serta
dari waktu ke waktu. Karakter sampah tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
dari masyarakat perkotaan. Oleh karena itu sistem pengelolaan yang direncanakan
0,8 kg/hari, di Bangkok sebanyak 0,9 kg/hari, di Singapura 1,0 kg/hari dan di
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh ke TPA, jarak
tempuh dan kondisi jalan yang kurang memadai menyebabkan waktu tempuh
menjadi lama, sulitnya memperoleh lahan yang sesuai untuk TPA pada kawasan
perkotaan menyebabkan waktu dan jarak tempuh ke TPA menjadi lebih lama dan
497
lebih panjang. Hal terakhir dari aspek teknis yang perlu diketahui adalah TPA.
Semakin banyaknya volume sampah yang dibuang akan memerlukan TPA yang
lebih luas. Sebagai konsekuensinya diperlukan tanah yang luas sebagai tempat
namun demikian dari sekian banyak TPA yang ada, umumnya menggunakan
sistem open dumping atau controlled dumping. Baru sedikit kota yang telah
dan mengundang lalat yang merupakan pembawa dari berbagai jenis penyakit.
Tempat sampah yang memadai menjadi hal yang sangat langka pada kawasan
pembuangan sampah yang paling mudah bagi masyarakat perkotaan. Hal tersebut
dilakukan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kemudian, memang untuk
sampah tetapi untuk jangka panjang akan menyebabkan berbagai masalah yang
truk sampah yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun dinas kebersihan
kota. Beberapa hal yang terjadi pada pengangkutan sampah tersebut adalah
terhalangnya arus trasportasi akibat truk sampah yang digunakan oleh dinas
Pada beberapa daerah yang padat penduduknya TPS sangat kecil dan tidak
akan menimbulkan bau dan akan mengundang lalat. Pengangkutan sampah dari
menggunakan truk bak terbuka dan sudah bocor, sehingga sering terjadi sampah
dan cairan sampah yang diangkut tersebar di sekitar rute perjalanan. Hal ini
menjadikan keindahan kota tergangu karena sampah tercecer dan bau yang
truk yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan, mobilisasi truk pengangkut menjadi
lebih tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan biaya perawatan truk pengangut akan
menyebabkan berbagai penyakit menular. Selain hal tersebut tanah maupun air
permukaan dan air bawah tanah terkontaminasi oleh cairan lindi yang timbul
karena TPA tidak dilengkapi dengan kolam pengolah lindi (Sundra, 1999). Hal
lahan yang akan digunakan sebagai TPA karena umumnya penduduk setempat
akan menolak bila sekitar daerahnya akan digunakan sebagai TPA. Dengan
dengan pencemaran lingkungan maka harus dicari solusi yang tepat agar
jenis kegiatan. Masyarakat banyak yang terlibat pada sektor pengumpulan sampah
operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah
menerapkan sangsi bila pihak operator tidak dapat dilakukan karena pihak
operator tersebut tidak lain adalah dirinya sendiri. Dengan demikian kinerja
persampahan, dana untuk pengelolaan tersebut berasal dari pemerintah daerah dan
retrribusi jasa pelayanan persampahan yang berasal ari konsumen. Pada umumnya
demikian juga retribusi yang diperoleh dari konsumen juga sedikit. Rata-rata
retribusi yang diperoleh dinas kebersihan pada kota-kota besar adalah Rp.1500 –
Jumlah perolehan retribusi tersebut masih jauh dari biaya pemulihan yang
sering digunakan jasa petugas - petugas dari penyedia jasa lainnya, seperti PLN,
PDAM. Hal tersebut disebabkan karena jumlah perolehan dari retribusi kecil dan
501
retribusi tersebut.
semakin kecil karena banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini menjadi semakin
1. Jangka Pendek
bermasalah
2. Jangka panjang
pada TPA yang menjadi muara tempat pembuangan sampah, tetapi harus
zona penyangga dan diterapkan larangan izin tinggal di sekitar lokasi TPA
1. Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan
limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus
ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-
produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-
ulang, perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau
setempat, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama
komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan
Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil
40,000 orang. Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem
tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang
desa-desa yang dekat dengan daerah pariwisata, alternatif ini bisa ditingkatkan
menjadi industri kecil yang bisa memproduksi dan menjual tas-tas ini kepada
wisatawan.
505
DAFTAR PUSTAKA
Sundra, K., 1998. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Kualitas Air Sumur
Gali Disekitar TPA Sampah Suwung Denpasar Bali. Makalah
Disampaikan pada Konfrensi Nasinal Pusat Studi Lingkungan Indonesia
XIV. Tanggal 21-24 Oktober 1998. Diselenggarakan oleh ITS. Surabaya.
OLEH :
RITAWATI SIMANJUNTAK
I. PENDAHULUAN
sumber daya air perlu dilindungi agar dapat dimamfaatkan dengan baik oleh
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung
Untuk itu air dan perairan perlu diketahui tingkat kelayakannya dalam
mencakup kualitas fisika, kimia dan biologi. Kegiatan ini ini dilakukan untuk
dihilangkan. Penentuan kualitas air melalui studi analisis biologis sama akuratnya
dengan pengukuran fisika-kimiawi air. Parameter fisika dan kimia hanya dapat
Pada studi analisis biologi, plankton adalah biota dengan ukuran sangat
kecil yang hidup dan berkembang di perairan dan sering dijadikan objek dalam
Plankton umumnya tergolong biota yang hidup pada kisaran fisika –kimia
yang sempit.
menentang arus yang relative kecil sehingga habitat yang sesuai untuk hidup dan
berkembang fitoplankton adalah peraiaran yang tenang seperti danau dan waduk.
kumpulan populasi yang hidup pada suatu daerah atau habitat tertentu yang saling
berhubungan dan berinteraksi atau berhubungan timbal balik didalam satu zona
tertentu.
sampai 0,8 mikron, yaitu sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Kandungan
unsur hara yang diperlukan oleh fitoplankton ada yang bersifat makronutrien yaitu
dan S, dan ada juga yang bersifat mikronutrien yaitu elemen unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit seperti Si, Cu, Mn, dan lainnya. N dan P adalah
fitoplankton.
matahari dalam bentuk substansi organic, yang dapat digunakan sebagai makanan
510
organisma heterotropk. Dimana pada sistem aliran energi merupakan tropic level
beberapa senyawa yang bersifat racun pada ikan, dapat meningkatkan oksigen
bulan ke bulan setiap tahunnya menunjukkan variasi yang teratur. Untuk daerah
awal musim semi dan akhir musim gugur, karena pada saat itulah perairan
untuk prosse fotosintesis. Sedangkan unsur hara dan suhu untuk aktifitas
metabolisme.
511
sempit terhadap salah satu kondisi lingkungan hanya akan dijumpai hidup pada
memantau secara kontinyu pencemaran suatu perairan. Hal ini disebabkan oleh
polutan. Selain itu indikator biologis merupakan petunjuk yang mudah untuk
telah mengalami pencemaran sebab beberapa genus dari Cyanophyceae ini dapat
dengan sifat yang alkalis dan mengalami penyuburan, jenis fitoplankton yang
dominan biasanya adalah dari kelas Diatom yang biasanya terdapat sepanjang
Anabaena).
512
yang rendah (kurang dari 2000 individu per liter) dengan jumlah jenis sedikit,
jarang terjadi blooming dan biasanya didominasi oleh blue green algae
banyak (2000 sampai 15000 individu per liter) dengan jumlah jenis yang lebih
tekanan lingkungan. Jika jenis biota sama sekali tidak dijumpai, maka tingkat
lebih besar dari 3 memberikan indikasi daerah yang tidak tercemar, indeks
Nitzschia polea, Clostridium olerosum dapat hadir pada perairan yang tercemar
berat (Parsoone, 1999). Sebaliknya pada perairan yang bersih jenis yang muncul
blooming adalah suatu peristiwa dimana suatu spesies dalam waktu singkat
dampak negatif terhadap banyak hal, misalnya usaha perikanan dan kestabilan
adalah “ Red Tide‖ atau HABs (Harmfull Algae Blooms): Blooming fitoplankton
biasanya menghasilkan racun PSP (Paralytic Syndrom Poisoning), jenis racun ini
sangat berbahaya bagi mereka yang memakan biota yang terkontaminasi jenis
dinoflagellata tersebut.
Terjadinya pasang merah (red tide) ini ditandai dengan perubahan warna
perairan menjadi merah, merah kecoklatan atau hijau, yang diikuti dengan
kematian ikan dan udang dalam jumlah yang sangat besar.Red tide ini terjadi
Dinoflagellata. Red tide ini terjadi di laut Florida dan Peru kira-kira 5 tahun sekali,
dimana air laut mengandung banyak nitrat dan fosfat. Menurut ahli Oceanografi,
red tide di Peru terjadi bila arus laut berasal dari Kutub Selatan yang membawa
banyak mineral bertubrukan dengan arus laut panas dari barat (Sachlan, 1982).
dapat menghasilkan racun mematikan yang dapat membunuh ikan tetapi pada
515
chaetoceros tersebut memiliki setae panjang dengan duri sekunder yang keras dan
insang ikan. Insang kemudian akan menghasilkan mucus yang berlebihan, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Insang yang terluka ini pun dapat
memberi peluang bagi pathogen sekunder untuk menyerang ikan. Contoh dari
ini dapat menyebabkan kematian ikan walaupun dengan kepadatan rendah, hanya
1. Upwelling
Pada perairan dalam, unsure hara tersimpan di dasar atau di lapisan yang lebih
dalam dengan adanya pembalikan massa air (upwelling) maka unsure hara
2. Hujan lebat
Hujan lebat dan banjir dapat membawa nutrient yang banyak ke suatu
perairan, nutrien dipermukaan tanah tercuci oleh air hujan dan erosi oleh
kepunahan hewan air tawar 5 kali lebih tinggi dari pada hewan daratan
(Kehati, 2001).
Chyanophyta yang biasa terjadi diperairan tawar. Pertumbuhan species ini sangat
didukung oleh kandungan fosfat dan nitrat yang tinggi. Apabila di dalam suatu
perairan terdapat budidaya ikan dengan sistem keramba dimana makanan ikannya
mengandung kadar fosfat dan nitrat yang berlebih, sudah dapat diperkirakan
mengeluarkan zat toksin yaitu microcystin yang tidak dapat dicerna atau
sehingga setiap pola pengelolaan yang diterapkan oleh pemamfaat harus dapat
DAFTAR PUSTAKA
Basmi, J., 1994. Blooming Fitoplankton. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. 35 hal.
Effendi, H., 2000. Telaah Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. 259 hal.
Kehati, 2001. Ekosistem Air Tawar dan Keanekaragaman Hayati. Warta Kehati
5: 10-14
Parsoone, G., 1999. System of Biological Indicator for Water Quality Assesment.
Pengamon Press. Oxpord. 69 pp.
OLEH :
ROBBI AKMAL
I. PENDAHULUAN
Waduk atau danau buatan adalah salah satu sumber daya perairan yang
dibentuk dengan cara membendung atau menghambat aliran sungai pada bagian
mengingat potensi yang ada dan masih kecilnya kontribusi waduk terhadap
Salah satu perairan waduk yang terdapat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Kecamatan Rumbai Pesisir dengan luas 166,40 ha (1,664 km2 atau 1,07 % dari
luas Kecamatan Rumbai Pesisir). Danau buatan atau waduk ini terbentuk kerena
pembendungan aliran sungai yaitu Sungai Ambang dan Sungai Merbau, dimana
aliran airnya melewati kawasan hutan lindung yang ada di PT Caltex (Chevron)
Pasifik Indonesia. Pada mulanya danau buatan ini dibentuk untuk mengairi area
Buatan Limbungan ini yang pada mulanya hanya dimanfaatkan sebagai saluran
menjadi salah satu tempat pariwisata yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
dan sarana untuk keperluan rekreasi, seperti aneka jenis sepeda air, perahu,
sebagainya. Selain itu, kawasan danau buatan ini juga dimanfaatkan sebagai
persoalan yang serius karena kebutuhan air bersih masih belum begitu mendesak.
Dimana perbandingan debit harian pada musim kemarau dan musim hujan
tidaklah terlalu mencolok. Akhir-akhir ini keadaan sumber daya air terutama
terutama berkurangnya areal hutan secara meluas yang diiringi dengan meluasnya
konservasi telah memberikan untuk terjadinya perubahan perilaku aliran air dan
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air (Presiden
adalah pemanfaatan suatu sumber daya yang memberikan daya guna dan hasil
guna yang dikehendaki dalam batas-batas yang optimal dengan tetap memelihara
kemampuan dan kelestarian waduk dan sumber daya alam yang berkaitan dengan
521
merupakan salah satu perairan umum yang tidak dimiliki oleh perorangan dan
menyebabkan setiap sektor kegiatan merasa mempunyai hak dan kesempatan yang
sosial, ekonomi, budaya serta legal yang menghasilkan nilai tambah dan
Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau. Cikal bakal Kota Pekanbaru
berawal dari sebuah perkampungan kecil bernama Payung Sekaki yang terletak di
Senapelan.
Ketika di Kerajaan Siak berkuasa sultan ke empat, yaitu Sultan Abdul Jalil
tanggal 23 Juni 1784, nama Senapelan mulai tidak digunakan lagi dan berganti
nama baru yaitu Pekanbaru. Pada tanggal 20 Januari 1959 melalui Surat
Pekanbaru,2001).
tengah Pulau Sumatera. Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak menjadi dua
terletak pada 00 25‘ – 00 45‖ Lintang Utara dan 1000 18‘ – 1010 36‖ Bujur Timur.
berdasarkan Peraturan Daerah No.03 tahun 2004, Kota Pekanbaru yang semula
Rumbai Pesisir, Bukit Raya, Tenayan Raya, Tampan, Payung Sekaki dan
Marpoyan Damai (Lampiran 1). Pemekaran wilayah ini memiliki kekhasan sendiri
salah satunya adalah tempat rekreasi Danau Buatan Limbungan yang terletak di
Kelurahan Lembah Sari luas wilayahnya ±9,85 km2 (6,24 % dari luas
Kecamatan Rumbai Pesisir), terdiri dari luas daratan 8,186 km2 dan luas danau
166,40 ha (1,664 km2). Kelurahan Lembah Sari terletak pada 1010 25‘ 47‖ – 1010
28‘ 13‖ BT dan 00 30‘ 17‖ – 00 31‘ 43‖ LU dan terletak pada ketinggian 33 m dari
informasi yang diperoleh dari salah seorang tokoh masyarakat Rumbai Pesisir
yaitu Hj. Jusni Rifa‘i Tanjung (Mantan Lurah Lembah Sari, 1977 s/d 1980)
menerangkan bahwa Danau Buatan Limbungan pada awalnya hanya berupa aliran
sungai kecil yang dibendung oleh Pemko (dahulunya Pemda) Pekanbaru yang
Tampan 1 di Kecamatan Rumbai dan Tampan 2 di Kecamatan Bukit Raya. Hal ini
Salah satu sumber airnya berasal dari Sungai Ambang, yang aliran airnya
524
melewati ―kawasan hutan lindung‖ yang terletak di PT. Caltex (Chevron) Pasifik
Indonesia.
dan rampung pada tahun 1980 pada zaman kepemerintahan Imam Munandar
minimnya tempat pariwisata yang ada di Kota Pekanbaru, maka pada tahun 1987
dibagi atas 5 kawasan utama yaitu kawasan rekreasi utama, kawasan taman
pancing dan keramba jaring apung, kawasan restoran / cafe-cafe dan panggung
sebagai sarana untuk balapan motor cross yang terletak tidak jauh dari kawasan
taman pancing. Danau Buatan Limbungan ini berjarak sekitar 10 km dari pusat
kendaraan pribadi.
525
P Stasiun
Parameter
KS I II III IV V VI
Kedalaman
- 181,0 251,0 246,0 811,5 186,0 298,0
( cm )
P 30,5 30,5 30,0 31,0 30,5 30,0
Suhu ( 0C )
KS 29,5 30,0 29,5 30,0 29,5 29,5
Kecerahan
- 50,25 65,50 54,75 73,25 53,00 69,25
( cm )
P 6 6 6 6 6 6
pH
KS 6 6 6 6 6 6
O2 terlarut P 6,35 6,50 6,25 6,75 6,20 6,65
(mg/l) KS 6,25 6,30 6,15 6,60 6,00 6,40
CO2 bebas P 3,49 4,49 3,99 3,99 3,99 3,99
(mg/l) KS 4,49 5,99 5,49 4,99 4,99 5,49
P 0,038 0,107 0,092 0,075 0,108 0,196
Nitrat (mg/l)
KS 0,044 0,054 0,051 0,049 0,054 0,089
P 0,019 0,024 0,027 0,017 0,033 0,019
Posfat (mg/l)
KS 0,010 0,011 0,011 0,009 0,011 0,011
Klorofil P 20,064 23,871 19,296 33,296 17,293 29,309
a(µg/l) KS 16,280 17,326 14,294 24,164 13,461 19,583
Produktivitas P 182,646 205,422 125,268 285,138 113,880 239,586
Primer KS 91,104 91,104 79,716 113,880 56,940 102,492
Fitoplankton 352 444 320 740 280 600
Keterangan :
P : Permukaan
KS : Kedalaman Secchi
air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi perairan, dan juga bertujuan
untuk membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan
Tabel 2. Parameter Kualitas Air dan Kontribusi Masing-masing untuk Kegiatan Budidaya Perikanan di Perairan Danau Buatan Limbungan
Parameter Kualitas Air Satuan Kontribusi untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Literatur Pendukung
a. Parameter Fisika
- Kedalaman cm - -
0
- Suhu C Kisaran suhu yang didapatkan selama penelitian masih Kaswadji (dalam Nafilson, 1993)
cukup baik untuk perkembangan dan pertumbuhan Asmawi (1986)
fitoplankton, berarti mendukung untuk kegiatan
budidaya perikanan
- Kecerahan cm Kecerahan perairan Danau Buatan Limbungan Boyd (1979)
Pekanbaru selama penelitian masih mendukung untuk
kegiatan budidaya perikanan
b. Parameter Kimia
- pH (Derajat Keasaman) - Mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan PP No.82 tahun 2001
Wardoyo (1981)
- O2 terlarut mg/l Mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan PP No.82 tahun 2001
- CO2 bebas mg/l Mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan Swingle (dalam Nurdin, 1999)
- Nitrat mg/l Tidak mendukung bagi kegiatan perikanan PP No.82 tahun 2001
Vollenweider (dalam Effendi,2003)
- Posfat mg/l Tidak mendukung bagi kegiatan perikanan PP No.82 tahun 2001
Yoshimura (dalam Effendi,2003)
- Klorofil a µg/l Mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan Vollenweider (dalam Erawati,2003)
- Produktivitas Primer g C/m3/thn Mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan Wetzel (1979)
c. Parameter biologi
- Fitoplankton sel/l Mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan Goldman dan Horne (1983)
Shannon Weiner (dalam Odum,
1993)
Simpson (dalam Odum, 1993)
527
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas
air yang diinginkan sesuai dengan peruntukkannya untuk menjamin agar kualitas
menurunkan daya guna, nilai guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan
daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan
Danau buatan adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah
yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan
perairan tawar lainnya. Pemanfaatan perairan Danau Buatan Limbungan saat ini
tetapi juga dimanfaatkan sebagai lahan hunian bagi masyarakat setempat, lahan
hiburan dan munculnya restoran / cafe-cafe yang letaknya tidak jauh dari badan
air Danau Buatan Limbungan itu sendiri, sehingga dapat mengurangi nilai estetika
dari danau buatan itu sendiri bahkan dapat mengakibatkan menurunnya tingkat
kesuburan perairan.
merupakan faktor penentu masuknya bahan-bahan polutan seperti limbah cair baik
yang berasal dari pemukiman setempat, juga berasal dari restoran / cafe-cafe serta
528
perairan (nilai pH rendah). Kandungan pH dan CO2 bebas yang diperoleh selama
pemanfaatan perairan danau buatan oleh masyarakat sekitarnya. Hal inilah yang
cafe-cafe dan tempat-tempat hiburan yang terletak tidak jauh dari badan air danau
buatan, yang cenderung tidak memperhatikan nilai estetika dari danau buatan.
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia
Buatan Limbungan sebagai salah satu kawasan yang harus dilindungi melalui
529
Peraturan Daerah dengan tujuan untuk melindungi danau buatan dari kegiatan-
dan ancaman (Threath) sesuai dengan situasi yang terjadi (Tabel 3).
penelitian yakni paramter fisika, kimia dan biologi perairan dapat diidentifikasi
kualitas air yang diduga akibat masuknya bahan-bahan pencemar dari berbagai
jenis aktivitas ke dalam perairan. Konsentrasi nitrat dan posfat yang diperoleh
tergolong kepada perairan dengan tingkat kesuburan rendah dan sedang, dan juga
kecerahan perairan yang rendah pada Stasiun I yaitu kawasan sumber air masuk
makrofita itu sendiri disamping secara estetika dapat mengurangi keindahan danau
Hal ini tentunya menjadi ancaman (Threath) bagi makhluk hidup yang lain seperti
pengayaan air dengan nutrien/unsur hara berupa bahan organik yang dibutuhkan
Pada sebagian besar danau atau waduk, posfat menjadi faktor pembatas
Adanya pembukaan lahan untuk jalan yang letaknya tidak jauh dari
II/1990 (dalam Hardjasumantri, 1990) bahwa dalam rangka konversi hutan harus
kiri kanan tepian sungai dan 50 m di sepanjang danau atau waduk. Selain itu
sepanjang kiri kanan alur sungai, danau, waduk, sekitar sumber air dan juga
bangunan perairan. oleh karena itu pengelolaan kawasan di luar danau juga perlu
ekonomis penting, dan juga keindahan air akan berkurang, terutama bagi perairan
memiliki peranan yang sangat penting dalam pelestarian kawasan wisata Danau
terletak di sekitar kawasan perairan Danau Buatan Limbungan, kini tidak berjalan
jendela banyak yang pecah dan kini tidak dihuni lagi serta bahkan di sekeliling
kantor sudah mulai banyak ditumbuhi oleh rumput-rumputan. Hal ini tentunya
memberikan kesan bagi para pengunjung yakni tidak adanya manajemen yang
kawasan danau buatan, tentunya akan terhambat dikarenakan oleh jauhnya Kantor
Tentunya ini merupakan suatu kelemahan (Weaknesses) yang harus cepat dicari
Tidak adanya anggaran dana dari APBD Kota Pekanbaru bagi peningkatan
pihak pengelola, dimana selama ini biaya yang didapatkan oleh pihak pengelola
berasal dari biaya operasional penjualan tiket, hal ini tentunya dirasakan sangat
532
minim. Oleh karena itu sangat diharapkan peran aktif Pemerintahan Daerah Kota
tarik tersendiri bagi para pengunjung dan masyarakat setempat. Tetapi, hal ini
juga harus didukung oleh tata ruang yang diatur dengan sedemikan rupa dan juga
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga nantinya dapat
Pekanbaru.
dan juga tidak melakukan kegiatan-kegiatan seperti pembukaan area untuk jalan
bagi pihak pengelola budidaya ikan di keramba jaring apung, juga perlu diberikan
Adanya kerjasama yang baik antara pihak pengelola dan masyarakat setempat,
tata ruang yang jelas dan pengelolaan yang tepat, maka fungsi ekologis dan fungsi
ekonomis dari Danau Buatan Limbungan ini dapat dilestarikan untuk menopang
Tabel 3. Analisis SWOT dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Danau Buatan Limbungan
No SWOT Keterangan
1 Kekuatan (Strength) 1. SK Walikota No.556.1/104/WALKOT tahun 1991 tentang pengelolaan kawasan wisata Danau
Buatan Limbungan Pekanbaru diserahkan kepada Pihak Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan
Kota Pekanbaru.
2. Danau Buatan Limbungan merupakan satu-satunya sarana / objek wisata perairan yang besar di
Kota Pekanbaru, sehingga merupakan PAD (Pendapatan Asli Daerah) bagi Kota Pekanbaru.
3. Dijadikannya salah satu kawasan Danau Buatan Limbungan sebagai sarana taman pancing dan
adanya kegiatan perikanan berupa pembesaran ikan di keramba jaring apung (KJA) yang
merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung dan masyarakat yang berkunjung ke Danau
Buatan Limbungan Pekanbaru.
4. Munculnya berbagai aktivitas-aktivitas masyarakat seperti, restoran /cafe-cafe, tempat/panggung
hiburan, cottage (penginapan), arena balapan motor cross, dan berbagai macam sepeda air serta
perahu boat sebagai sarana penunjang kegiatan pariwisata.
2 Kelemahan (Weaknesses) 1. Tidak adanya anggaran dari APBD Kota Pekanbaru dalam membantu peningkatan pengelolaan
Danau Buatan Limbungan.
2. Tidak berjalannya Kantor Unit Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan selaku pihak pengelola
Danau Buatan Limbungan sebagaimana mestinya, dimana kondisi kantor yang memprihatinkan,
kaca jendela banyak yang pecah dan sudah tidak dihuni lagi oleh karyawannya.
3. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang kurang terawat seperti, sepeda air dan beberapa perahu boat sudah
banyak yang rusak.
4. Bertambahnya jumlah tempat pemukiman penduduk yang letaknya berdekatan dengan badan
perairan Danau Buatan Limbungan, sehingga dapat mengurangi nilai keindahan dari waduk itu
sendiri.
5. Kurangnya perhatian antara pihak pengelola, pengunjung, dan masyarakat setempat dalam hal
menjaga kebersihan lingkungan.
6. Minimnya trayek transportasi umum yang membawa pengunjung masuk-keluar kawasan wisata
Danau Buatan Limbungan.
534
3 Peluang (Opportunities) 1. Dijadikannya Danau Buatan Limbungan sebagai tempat wisata alam yang menarik, sehingga sangat
diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang, demi kenyamanan bagi pengunjung. Semakin
banyak pengunjung yang datang ke kawasan wisata Danau Buatan Limbungan, tentunya dapat
menghidupkan roda perekonomian bagi masyarakat setempat dan dapat menambah Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
2. Sebagai Pihak Pengelola Danau Buatan Limbungan, Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan harus
dapat mengatur zonasi pemanfaatan ruang, yang merupakan hal strategis dalam mengendalikan
masuknya limbah / polutan ke perairan Danau Buatan Limbungan.
3. Dijadikannya kawasan wisata Danau Buatan Limbungan sebagai tempat berlangsungnya berbagai
festival seperti, perlombaan sampan, lomba menari dan tempat perayaan hari Ultah Kota Pekanbaru.
4. Menambah berbagai jenis ikan ke perairan Danau Buatan Limbungan, sebagai daya tarik bagi
pengunjung.
5. Perlu ditingkatkan sarana transportasi yang membawa pengunjung masuk-keluar kawasan Danau
Buatan Limbungan, yang dapat meningkatkan penghasilan bagi pemilik mobil.
6. Melibatkan semua stakeholder (masyarakat setempat, pihak pengelola, Pemko Pekanbaru, dan
pengunjung) dalam melakukan pengelolaan kawasan wisata Danau Buatan Limbungan.
4 Ancaman (Threath) 1. Meningkatnya limbah / polutan yang masuk ke perairan Danau Buatan Limbungan yang tergolong
beracun dan berbahaya bagi organisme perairan yang ada di dalamnya, baik yang berasal dari
tempat pemukiman penduduk, restoran / cafe-cafe, cottage (penginapan), tempat/panggung hiburan,
dan juga yang berasal dari pengunjung.
2. Adanya pembukaan lahan untuk jalan yang letaknya tidak jauh dari Stasiun I (sumber air masuk
danau), yang dapat meningkatkan kekeruhan, sedimentasi dan berdampak terhadap menurunnya
tingkat kesuburan perairan.
3. Masih terdapatnya tumbuhan makrofita di sebahagian kawasan waduk, disamping dapat
mengurangi estetika waduk, juga dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan, serta dapat
mengakibatkan terjadinya kompetisi dengan organisme yang ada di perairan khususnya plankton
dalam memperoleh O2 terlarut di perairan yang akan berdampak terhadap menurunnya produktivitas
primer perairan Danau Buatan Limbungan.
4. Pakan buatan yang tidak habis dimakan oleh ikan, akan mengendap di dasar perairan, kemudian
lama kelamaan kalau sudah banyak bersifat racun bagi organisme yang ada di dalamnya.
535
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, S., 1986. Budidaya Ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta. 82 hal
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru, 2001. Hasil Registrasi Penduduk
Kota Pekanbaru. Balai Pusat dan Statistika Kota Pekanbaru Bekerjasama
dengan Badan Perencanaan Kota Pekanbaru. Pekanbaru. 215 hal.
Boyd, E. C., 1979. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Auburn University
Agriculture Experiment Station. Auburn. 359 pp.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 258 hal.
Nafilson, 1993. Hubungan Kualitas Air dengan Produktivitas Primer Danau Batu
Desa Kampung Pinang Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru. 60 hal (tidak diterbitkan).
Nurdin, S., 1999. Panduan Pelatihan Sampling Kualitas Air di Perairan Umum.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 25
hal (tidak diterbitkan).
Akmal, R., 2006. Kondisi Perairan Danau Buatan Limbungan Pekanbaru Ditinjau
dari Produktivitas Primer Perairan. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 98 hal (tidak diterbitkan).
Wardoyo, S. T. H., 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan Training Analisa Dampak Lingkungan. PPLH-PS Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal.
Wetzel, R.G., 1979. Lymnological Analysis. The First Edition. W.B. Saunders
Company. London and Toronto. 357 pp.
537
OLEH :
SYARWANDI. K
I. PENDAHULUAN
Lumpur panas di Porong yang terus menyembur sejak akhir Mei lalu kian
luas menggenangi wilayah Sidoarjo. Akibatnya kerugian harta benda dan lahan
yang harus ditanggung masyarakat makin besar. Selain itu suhu Lumpur mencapai
(ekosistem sungai dan sawah) bahkan hilangnya plasma nutfah akibat lumpur
panas. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah membentuk tim khusus
untuk mengatasi bencana ini, namun hingga kini upaya pemerintah belum
berkah bagi manusia di bumi ini. Lumpur panas yang merupakan material dari
gunung api purba ini mengandung beberapa manfaat, diantaranya sebagai bahan
Di dalam material lumpur panas itu ternyata ada bakteri yang malah hidup
lingkungan air yang sangat hangat karena mendapat kelimpahan makanan yang
dimana kedua bakteri ini bermanfaat untuk mengobati penyakit kanker. Sementara
efektif dalam mengobati kanker. Sehingga penulis tertarik mengajukan topik ini.
540
kalangan menilai bahwa dampak positif yang dapat diambil antara lain bahwa di
dalam material lumpur panas tersebut diketahui pula terdapat kandungan unsur
selenium (Se) dalam lumpur, yang berasal dari gunung api purba di bawah
ditemukannya selama dua tahun menjelajahi sumber air panas di Gunung Kerinci
Sebelat Sumatera dan Dataran Tinggi Toraja di Sulawesi, serta Gunung Rinjani di
Pulau Lombok, juga hasil surver ke Cibodas Bogor dan Bali. Riset tersebut
bertujuan untuk mencari sumber bahan aktif dan senyawa obat dari mikroba dan
tumbuhan herba yang hidup disana untuk mencegah dan mengobati kanker.
Di luar negeri, obat anti kanker yang berasal dari bahan herba berasal dari
brokoli, sedangkan dari mikroba berupa khamis dan yeast. Makanan suplemen
kaya selenium yang banyak di jual di Amerika Serikat berupa garam mineral
selenat dan selenit yang diambil dari sel khamir kaya selenium dan ektrak
(Nurhidayat, 2006).
541
2. 2. Herba di Indonesia
menemukan herba yang memiliki kandungan tinggi. Herba itu, antara lain adalah
bawang putih (Alium sativum) terdapat di Rinjani dan Cibodas, dan ciplukan
selama ini sudah ada upaya pencegahan dan pengobatan kanker secara tradisional.
mengetahui bahwa bawang putih bersiung satu punya khasiat untuk mencegah
Dengan dasar itu, ia tergugah untuk meneliti perbedaan efek antara dua
menunjukkan, ciplukan punya daya bunuh sel kanker lebih tinggi daripada
pada ciplukan ini diketahui merupakan jenis yang aktif melawan ganasnya tumor
dalam bawang putih, MSC ditemukan dalam bawang merah, brokoli dan
kecambah kacang, dan bit yang ditumbuhkan pada tanah yang kaya unsure Se.
memperbaiki sel rusak. Dengan begitu, daya imunitas naik dan tubuh terlindung
Selenium termasuk salah satu elemen esensial yang terikat dalam berbagai
protein fungsional pada tubuh seperti pada sistim hormonal, imunitas, reproduksi,
dengan diet selenium rendah lebih besar risikonya terkena berbagai tipe kanker.
Bila dilihat dari dua jenis herba yaitu bawang putih dan ciplukan
merupakan alternatif dalam mengobati penyakit kanker, karena kedua herba ini
karena mengandung selenometionin dan metil seleno sistein. Pada beberapa kasus
bahwa herba lebih efektif dari dan sebaliknya bakteri dapat pula lebih efektif dari
lebih jauh lagi mencari mikroba yang berefek sama dengan herba. Pilihannya pada
bakteri termofil yang ditemukan di sumber air panas gunung berapi pada suhu
untuk pertumbuhannya.
Selama ini belum ada data tentang bakteri tersebut termasuk kandungan
menghambat perkembangan sel kanker. Jika melihat daya serap Se dan daya
Pada kultur sel kanker darah, ekstrak ciplukan memiliki kemampuan mematikan
kanker 72 %, diikuti oleh ekstrak geobacillus (67 %) dan bawang putih hanya 9%.
2. 4. Penelitian Lanjutan
Setelah proses pencarian bakteri yang memakan waktu dua tahun, menurut
Novik, masih diperlukan waktu dua tahun lagi untuk uji coba pengembangbiakan
hingga pemanenannya, uji klinik hingga pembuatan obat, lebih lanjut akan
selenium itu. Saat ini telah dilakukan uji invivo untuk mengetahui fungsi ekstrak
Se dari sample terpilih, baik herba maupun mikroba, dan memperoleh sediaan
yang baku.
waktu beberapa bulan. Untuk memanen protein dari bakteri hanya diperlukan
dikonsumsi dalam bentuk cairan maupun padatan berupa kapsul atau tablet untuk
pencegahan dan pengobatan kanker.‖Saat ini tengah disusun paten tentang proses
Dari 302 bakteri termofil yang diisolasi, hanya ada 26 isolat yang teruji
mengakumulasi selenium dan hanya tiga isolat diantaranya yang bertahan pada
suhu tinggi. Bakteri ini adalah thermus dan geobacillus yang tahan pada suhu 80
0
C. Bakteri thermomikrobium mampu hidup pada temperatur 60 0C.
sebagai akibat luapan magma pada masa lalu di daerah itu. Namun sayangnya,
kekayaan dan potensi hayati ini belum diteliti dan tergali (Nurhidayat, 2006).
Saat ini memang belum banyak penelitian selenium dalam tumbuhan dan
Indonesia. ―Sebagian besar bahan bioaktif farmasi atau produk jadinya sebagai
seleno-asam amino. Namun, aktifitas zat pembunuh kanker untuk kasus tertentu
ditemukan pada material lumpur panas yang hidup pada kisaran suhu 600 – 800 C
546
ternyata bakteri ini juga banyak dijumpai pada beberapa gunung berapi tua di
Indonesia.
yang mampu menghambat perkembangan sel sel kanker. Jika melihat daya serap
Dari beberapa data yang telah diambil selama 2 tahun pada beberapa
ditemukan seperti pada sumber air panas di Gunung Kerinci Sebelat Jambi,
Dataran Tinggi Toraja di Sulawesi, dan Gunung Rinjani di Pulau Lombok, juga
hasil survey ke Cibodas Bogor dan Bali. Dalam riset itu telah ditemukan senyawa
bahan aktif untuk mencegah dan mengobati kanker. Senyawa bahan aktif ini
dijumpai pada bakteri geobacillus dan mikrobakterium dan herba seperti ciplukan
Akan tetapi akibat terjadinya luapan lumpur panas di porong sidoarjo tentu
saja akan menurunkan potensi lingkungan dan herba anti kanker yang ada
ditenumakan berbagai mikroba yang toleran terhadap suhu yang lebih tinggi yaitu
bakteri termofil yang ada beberapa diantaranya dapat mencegah dan membunuh
untum mendapatkan ekstraknya. Sedangkan protein dari bakteri ini yang nantinya
DAFTAR PUSTAKA
Kompas, Selasa 22 September 2006. Bakteri Anti Kanker Dalam Lumpur Panas.
Jakarta.
Nurhidayat, N., 2006. Bakteri Anti Kanker dalam Lumpur Panas. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
548
OLEH :
YENNI HIDAYATI
I. PENDAHULUAN
pencemaran udara adalah masuk dan dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun hingga ketingkat tertentu
yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
Menurut Wardhana (1995), udara bersih yang dihirup hewan dan manusia
merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa.
Meskipun demikian, udara yang benar-benar bersih sulit didapatkan di kota besar
yang banyak terdapat industri dan lalu lintas yang padat. Udara yang mengandung
zat pencemar dalam hal ini disebut udara tercemar. Udara yang tercemar tersebut
berkurangnya daya dukung alam terhadap kehidupan yang pada gilirannya akan
mengenai tingkat gas fitotoksik dalam atmosfir yang tercemar masih kurang
(Fitter dan Hay, 1994). Pada suatu tempat tertentu, konsentrasi akan tergantung
kepedulian akan kualitas udara terus meningkat. Tingkat pencemaran udara yang
sangat mencemaskan akibat kegiatan transportasi dan perubahan tata guna lahan
dilaporkan terjadi di Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Gejala serupa juga
Kabut asap akibat kebakaran hutan ini sempat melumpuhkan kegiatan di kota-kota
zat pencemar, 60 % dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida
lain-lain.
dari seluruh pencemaran udara yang terjadi. Kendaraan bermotor ini merupakan
terbakar sempurna, Nox, Sox dan partikel. Pencemar udara yang lazim dijumpai
dalam jumlah yang dapat diamati pada pada berbagai tempat khususnya di kota-
kota besar menurut Hasketh dan Ahmad (Purnomohadi,1995) antara lain adalah :
(1) Nitrogen Oksida (NOx) yaitu senyawa jenis gas yang terdapat di udara bebas,
sebagian besar berupa gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (NO2) serta
berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Gas NO tidak berwarna
dan tidak berbau, sedangkan gas NO2 berwarna coklat kemerahan, berbau
tidak sedap dan cukup menyengat. Berbagai jenis NOx dapat dihasilkan dari
proses pembakaran. Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan bakar (BB) fosil
lainnya pada suhu tinggi, yang dibuang ke lingkungan melalui cerobong asap
(2) Belerang Oksida (SOx), khususnya belerang dioksida (SO2) dan belerang tri-
oksida (SO3) adalah senyawa gas berbau tak sedap, yang banyak dijumpai
552
sumber energi utamanya. Belerang oksida juga merupakan salah bentuk gas
hasil kegiatan vulkanik, erupsi gunung merapi, sumber gas belerang alami
(sulfatar), sumber air panas dan uap panas alami (fumarol). Oksida-oksida ini
(3) Partikel-partikel, dapat berasal dari asap (terutama hasil pembakaran kayu,
sampah, batubara, kokas dan Bahan Bakar Minyak yang membentuk jelaga)
dan dapat pula berupa partikel-partikel debu halus dan agak kasar yang berasal
dari berbagai kegiatan alami dan manusia. Sifat terpenting partikel ini adalah
ukurannya, yang berkisar antara 0,0002 mikron dan 500 mikron. Pada kisaran
Menurut Kozak dan Sudarno ( Purnomohadi, 1995), ada dua bentuk emisi
(1) Pencemar Udara Primer (Primary Air Pollution), yaitu emisi unsur-unsur
yang tinggi pula, misalnya : CO, CO2, NO2, SO2, CFC, Cl2, partikel debu, dsb.
553
(2) Pencemar Udara Sekunder (Secondary Air Pollution), yaitu pencemar udara
dari hasil proses fisik dan kimia di atmosfer dalam bentuk fotokimia
kimia menjadi unsur atau senyawa. Bentuknya pun berbeda/berubah dari saat
menjadi sumber titik, sumber wilayah, dan sumber garis. Sementara menurut
diam dan sumber bergerak. Sumber diam biasanya berupa kegiatan industri dan
sebagai pencemar udara non titik (non-point sources). Sumber bergerak terutama
(2) Partikel-partikel halus yang tersangka di atmosfer dalam jangka waktu yang
lama
anomia (NH3), asam hidroklit, senyawa flour dan unsur-unsur radioaktif. Partikel-
partikel halus terutama berbentuk kabut yang berasal dari proses pembakaran
berbentuk senyawa organik. Senyawa SO2, asap dan debu dapat berfungsi sebagai
dijumpai sebagai pencemar udara gas nitrit oksida (NO) dan Nitrogen dioksida
terutama berasal dari hasil pembakaran bahan bakar dan bahan organik lainnya.
(1) Topografi lokal, khususnya adanya canyon gedung-gedung tinggi; yang dapat
(2) Keadaan meteorologi, misalnya inversi suhu yang terjadi diatas kota dapat
lain yang tidak mempunyai reaksi langsung kadar O2. Proses ini disebut sebagai
daur fotolitik NO2 yang merupakan akibat langsung dari interaksinya terhadap
berikut:
(1) NO2 menyerap energi sinar matahari dari komponen gelombang pendek yaitu
sinar ultraviolet.
555
(2) Energi yang diserap tersebut memecah melekul-melekul NO2 dan atom-atom
(3) Atom-atom oksigen tersebut beraksi dengan oksigen bebas di udara (O2),
(4) Ozon akan beraksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi
berbentuk akan hilang dengan jumlah yang setimbang. NO akan sangat cepat
inilah yang menyebabkan ozon (O3) terakumulasi di atmosfer. Karena itu gas-gas
(1) Konsentrasi NO dan NO2 stabil dan pada dini hari sedikit lebih daripada
(2) Antara pukul 06.00 s/d 08.00 segera kegiatan manusia meningkat misalnya
0,5 ppm.
556
(5) Pada saat intensitas energi matahari menurun (antara pukul 17.00 s/d 20.00),
Lama waktu tinggal rata-rata NO2 diatmosfer kira-kira tiga hari dan NO
Hasil akhir pencemaran NOx dapat berupa asam nitrat (HNO3), yang terintersepsi
banyak, namun tidak menjadi masalah karena tersebar merata secara regional
adalah emisi NOx hasil kegiatan manusia yang didispersikan ke udara hanya pada
Belerang oksida terutama disebabkan oleh dua jenis gas belerang yang
tidak berwarna, yaitu gas SO2 yang berbau sangat tajam dan tidak dapat terbakar
diudara dengan SO3 yang tidak reaktif. Kedua jenis tersebut merupakan sumber
pencemar yang melibatkan kegiatan manusia, yaitu dari proses pembakaran bahan
557
bakar yang mengandung belerang, termasuk bahan bakar minyak yang ditambang
Terdapat dua faktor yang terlibat dalam reaksi pembentukan SO2 yang
(1) Kecepatan reaksi yang terjadi berlangsung sangat lambat pada suhu yang
relatif rendah (misalnya pada suhu 20o C), tapi meningkat sejalan dengan
(2) Konsentrasi SO3 didalam campuran setimbang akan lebih tinggi apabila reaksi
Kedua faktor yang saling terkait tersebut saling menghambat satu terhadap
yang lain selama proses berlangsung. Bila konsentrasi uap air tinggi, maka SO3
dan air akan segera bereaksi membentuk asam sulfat (H2SO4). Di daerah dengan
terdapat dalam bentuk H2SO4 yang dihasilkan dari reaksi emisi SO3 dengan air
tersebut. Karena itu setiap pengukuran atau pemantauan SOx (khususnya SO2)
hendaknya dilakukan terhadap H2SO4, terlebih karena sifat iritasinya yang lebih
kuat.
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jumlah uap air, waktu dan lama
matahari, dan jumlah emisi total SOx dari semua sumbernya. Konsekuensinya
558
lebih lanjut dari senyawa-senyawa belerang diudara (dalam bentuk SOx dan
bukan akan tetap menyebabkan prodes korosi pada logam dan atau proses
(3) Karena sifat afinitas belerang terhadap logam-logam berat relatif lebih tinggi,
berat (misalnya Pb) akan membentuk logam sulfida (PbS). Oleh karena itu ,
3. Partikel
Partikel adalah setiap benda padat/cair yang dari suatu masa melalui
proses dispersal dalam media gas/udara dengan hampir tidak memiliki kecepatan
jatuh. Pertikel atau debu berdasrakan susunan kimianya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu : partikel atau debu mineral dan organis (Ryadi, 1982).
bahan bakar fosil kendaraan bermotor, badai pasir pembakaran hutan serta gunung
berapi (alami). Ukuran diameter yang ada diudara berkisar antara 0,0005 – 500
dm dimana partikel terkecil akan hilang karena pperpanduan gerak brown dan
partikel yang besar akan jatuh akibat pengaruh gravitasi (Smith, 1981).
(2) Mempunyai daya pencemar udara yang luas penyebaranya yang tinggi seperti
(3) Partikal dapat menyerap gas sehingga dapat mempertinggi efek bahaya dari
komponen tersebut.
Bahan tambahan bertimbal pada premium dan fremix terdiri atas cairan
anti letupan (anti knocking agent) yang mengandung scavenger kimiawi, yang
pembakaran didalam mesin. Bahan tersebut yang lazim dipakai adalah tetrametil
dengan sisa senyawa Pb yang tertinggal di dalam mesin sebagai akibat dari
terbanyak (32,0 % dan 31,4 % dari total Pb yang dimisikan sesaat setelah mesin
kendaraan bermotor dihidupkan, dan 12,0 % dan 1,6 % dari total Pb pda 18 jam
emisi Pb pada tahun 1991 sebesar 73.154,42 ton; dengan sebaran menurut
bagi rumah tangga dan pemusnahan sampah dianggap tidak menghasilkan emisi
timbal.
unsur mikro (Fe, Mn, dan Zn) dan logam berat lainnya yang belum diketahui
fungsinya dalam metabolisme tumbuhan (Pb, Cd, Ti dan lain-lain). Semua logam
pada ujung dan sisi daun serta busuk daun yang lebih awal.
jarak dari jalan raya dan daerah industri, percepatan mesin dan arah angin.
sedimentasi.
algae tapi dapat rusak dengan konsentrasi yang rendah dan memebentuk nekrosis
(kerusakan jaringan). Dalam hal ini, sebagai contoh adalah tumbuhan Vicia faba
Kepedulian masyarakat dan media massa akan kualitas udara sudah tentu
Telah cukup banyak studi yang dilakukan di Indonesia untuk mengetahui seberapa
Menurut Kompas (19 Februari 2001), laporan Balai Teknik dan Kesehatan
Lingkungan (BTKL) Surabaya menyatakan bahwa pada tahun 1999 kadar debu di
Surabaya telah lebih dari 37 kali lipat pedoman ambang batas debu yang
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa lebih dari 50 persen penyakit anak-
anak di kota ini adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).
Penelitian yang dilakukan oleh Achmadi pada tahun 1981 dan juga oleh
Tri Tugaswati pada 1987 memberikan gambaran bahwa konsentrasi timbal, baik
pada darah maupun urin, dari responden yang sering beraktivitas di tengah kota
yang padat akan kendaraan bermotor, jauh lebih tinggi bahkan hingga dua kali
kurang padat kendaraan bermotornya. Sudah barang tentu hal ini akan berdampak
Sementara studi yang dilakukan pada tahun 1989 memberikan hasil bahwa
ternyata responden yang beraktivitas di daerah padat kendaraan beresiko 12,8 kali
di daerah yang jarang akan kendaraan. Secara umum, pada tahun 1994, hasil studi
penyakit pernafasan dan 464 ribu kasus penyakit asma. Kerugian finansial akibat
kasus-kasus ini diperkirakan sebesar 500 milyar rupiah (World Bank, 1994).
563
kebijakan teknis PPU dan peran serta masyarakat dalam upaya mewujudkan udara
bersih dan sehat. Setelah melakukan kajian menyeluruh terhadap kebijakan teknis
PPU dan peran serta masyarakat dalam PP No. 41/1999 diidentifikasikan bahwa
ada beberapa kelemahan teknis dan aturan peran serta masyarakat yang diduga
kualitas udara ambien suatu daerah, yaitu (i) melampaui BMUA nasional, (ii)
perbedaan sumber pencemar serta kondisi atmosfir dan topografi suatu daerah.
564
sebagai tercemar, oleh karena itu daerah tersebut wajib menyusun dan
di suatu daerah tidak tercemar, maka daerah tersebut tidak memiliki kewajiban
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S., 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Yogyakarta. 190 hal.
Kahuripan, A., 2003, Crisis Lingkungan, Hutan dan Consumen. Undri Press.
Pekanbaru.
Purnomohadi, S., 1995. Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian Kualitas
Udara di DKI Jakarta. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
OLEH :
ZULFAHMI
I. PENDAHULUAN
menggunakan bahan dasar minyak kelapa sawit. Kondisi ini akan memacu
pencemaran yang ditimbulkannya. Karena air limbah pabrik minyak kelapa sawit
dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan yang secara tidak langsung akan
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Arjuna, 1990). Hal ini
disebabkan air limbah pabrik minyak kelapa sawit mempunyai kandungan bahan
organik yang tinggi dengan BOD (Biological Oxygen Demand) rata-rata 26.222
mg/l dan COD (Chemical Oxygen Demand) rata-rata 62.934 mg/l, dan sifatnya
yang asam (pH 4,05 – 4,150, serta mengandung padatan tersuspensi lainnya
Limbah cair tersebut bersumber dari proses pengolahan kelapa sawit yang
menggunakan air dalam jumlah besar. Jumlah air yang dibutuhkan akan sangat
kelapa sawit milik PTP membutuhkan air rata-rata sebanyak 2,2 m3/ton TBS
(Tandan Buah Segar). Dari pabrik-pabrik ini dihasilkan air limbah sebanyak 1,2 -
1,7 m3/ton TBS atau kira-kira setara dengan 2-3 ton/ton minyak yang dihasilkan
(Anonim, 1991).
568
Proses pengolahan air limbah industri kelapa sawit yang banyak dilakukan
Pengolahan dengan cara ini dapat menurunkan BOD dan COD air limbah sampai
dan pengendapan / stabilisasi. Sistem ini memerlukan waktu tinggal cairan total
sekitar 55-110 hari untuk mereduksi BOD dan padatan tersuspensi hingga sekitar
95 % (Anonim, 1991).
Melihat sistem pengolahan air limbah pabrik minyak kelapa sawit yang
ada sekarang, maka perlu dicari suatu pengolahan limbah baru yang dapat
mengatasi masalah seperti bau, NH3, BOD, berkurangnya jumlah biota air,
dampat terhadap kesehatan masyarakat, dan lainnya. Karena limbah cair pabrik
minyak kelapa sawit mempunyai COD sangat tinggi (rata-rata 62,934 ml/L),
sehingga proses yang paling mungkin untuk diterapkan adalah sistem pengolahan
Proses pabrik minyak kelapa sawit memerlukan air dalam jumlah besar,
terutama untuk proses sterilisasi dan klarifikasi (Thanh, 1980). Dari gambar 1
dapat diamati bahwa sebagian proses-proses yang diallui mengeluarkan air dalam
bentuk limbah. Banyaknya air limbah yang dihasilkan tergantung pada besarnya
kapasitas giling pabrik, tetapi pada umumnya dapat mencapai 1,2 m3 untuk setiap
ton TBS yang diolah, atau kira-kira sama dengan 2-3 ton limbah/ton minyak
(Thanh, 1980).
Minyak kelapa sawit diekstraksi dari daging buah kelapa sawit secara semi
kukus pada suhu 1400C dan tekanan 35-45 Psi selama 50-75 menit. Proses ini
minyak menjadi asam-asam lemak dan untuk merontokkan buah dari tandannya.
Setelah disterilisasi, tandan dan buah kelapa sawit dipisahkan dalam ―rotary drum
threser‖ atau alat pemisah lainnya. Dengan suatu ban berjalan, tandan buah kelapa
dalam digester untuk dilumatkan agar proses ektraksi minyak lebih sempurna.
Buah kelapa sawit yang sudah lumat kemudian dikempa (press) untuk
mendapatkan minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil). Kulit biji dan serat
hasil pengempaan biasanya digunakan sebagai bahan baker boiler. Minyak kelapa
sawit kasar hasil ekstraksi kemudian disaring dengan penyaring vibrasi untuk
570
pemisahan, dalam proses ini juga ditambahkan air panas. Pemisahan minyak dari
air dan Lumpur dilakukan dalam tangki klarifikasi secara gravitasional. Minyak
hasil klasifikasi kemudian dimurnikan lebih lanjut dengan penambahan air dan
minyak dan minyak yang dihasilkan kembali ke dalam tangki klarifikasi. Lumpur
Limbah cair industri minyak kelapa sawit terutama berupa kondesat proses
Sumber air limbah yang lain cukup berpengaruh adalah ―Hydrocyclone‖ lain
pencuci, buangan (blowdown) boiler, air pendingin dan buangan dari perangkap
3,5 – 5 dan mengandung sekitar 95% air, 4 – 5% bahan terlarut dan tersuspensi,
serta 0,5 – 1,00% sisa minyak dan lemak yang sering terdapat dalam bentuk
minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Selain yang tertera
pada kedua tabel, kadar minyak dan lemak yang dikandung limbah cair pabrik
571
minyak kelapa sawit juga cukup tinggi dan pda umumnya tergantung pada
Jumlah air limbah yang besar dengan kandungan bahan organik tinggi dan
bersifat asam, bila dibuang ke badan air tanpa pengolahan lebih dahulu akan
Sebelum diolah pada unit pengolahan limbah, seluruh limbah cair terlebih
dahulu ditampung di dalam kolam yang disebut Fat Pit. Didalam kolam ini,
kandungan minyak yang terikut bersama air limbah dipisahkan dari cairan
densitas air limbah dan densitas minyak. Proses ini tidak sepenuhnya berlangsung
dengan baik, sehingga limbah yang akan diolah masih mengandung minyak dan
Tabel 2. Komposisi Air Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit (Persentase Berat
Kering)
Komponen %
Protein kasar 10
Serat kasar 12
Lemak 20
Abu 11
Pati, gula karbohidrat, lignin 47
Sumber : Chin, Ng dan Wong (1984)
Menurut Ginting (1993), limbah cair kelapa sawit pada umumnya diolah
masing-masing kolam pengolah berdasarkan pada laju alir (debit) air limbah dan
sehingga ukuran kolam tersebut pada umumnya jauh lebih besar bila
Lumpur dari cairan yang berasal dari kolam fat pit. Kapasitas kolam ini mampu
Aktivitas bakteri anaerob yang hidup dalam kolam ini akan menguraikan
bahan organik kompleks air limbah. Waktu tinggal cairan dalam kolam anaerob
selanjutnya. Untuk menaikan nilai pH, abu hasil pembakaran bahan padat dari
dan aktivitas bakteri anerob ditopang oleh kehadiran oksigen dalam jumlah yang
cukup besar.
dalam kolam. Kehadiran oksigen dalam proses aerob ini selain berfungsi sebagai
aerasi tersebut juga akan mengakibatkan kematian bakteri anaerob. Waktu yang
didalam kolam, serta baku mutu air buangan yang ingin dicapai.
kolam aerob sebelum dibuang sebagai air buangan. Kolam ini juga berfungsi
cairan., sehingga dapat dikembalikan ke dalam kolam aerob. Dari uraian diatas,
574
dapat disimpulkan bahwa pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit
umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama waktu tinggal cairan
metana dan karbon dioksida tanpa adanya molekul oksigen. Proses ini sangat
dalam limbah cair industri minyak kelapa sawit umumnya mengandung substrat
metana, karena bakteri hanya memerlukan asam formiat, asam asetat, methanol,
hidrogen dan karbon dioksida sebagai subtrat. Mekanisme reaksi secara anaerobik
dari subtrat kompleks dan zat-zat organik tersusupensi terjadi dalam tiga tahap,
yaitu :
yang lebih sederhana, seperti gula, alkohol, hidrogen dan karbon diaoksida
lemak violatil seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propianat. Laju
pembetukan asam ini lebih cepat jika dibandingkan dengan laju pembentukan
metana.
575
(reaksi 2.1) dan menghasilkan energi yang besar untuk pertumbuhan bakteri
pembentuk asam. Asam asetat yang dihasilkan merupakan substrat utama bagi
(Vigneswaran, 1986).
asam asetat, CO2 dan H2 apabila didalamnya juga terdapat bakteri pengguna
576
Selain itu, bakteri pembentuk asam asetat ini dapat menghasilkan metana dan
Salah satu dari spesies Acetogenic S, dapat megoksidai etanol menjadi asam
Utulizing Bacteria).
rekasi :
yang ada dalam sistem. Aktivitas dari bakteri ini dapat mengatur laju
Bacteria)
Bakteri ini dapat mengkonversi asam asetat menjadi metana dan karbon
Perubahan energi bebas konversi asam asset menjadi metana dan karbon
Selain dua jenis bakteri pembentuk metana tersebut diatas, terdapat juga
reaksi :
methanol dan metil amine untuk produksi metana dengan reaksi sebagai berikut :
disatu sisi akan meningkatkan income, namun disisi lain akan meningkatnya
jumlah beban pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair hasil
Limbah cair dihasilkan dari proses perebusan TBS, penjernihan CPO dan
proses pencucian. Pada hakekatnya dari proses pengolahan pabrik kelapa sawit
akan menghasilkan limbah cair yang merupakan sisa dari proses pengolahan TBS
yang dikumpulkan dan diolah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah yang telah
baik sehingga limbah cair tersebut dibuang keperairan masih belum memenuhi
baku. Hal ini bila terus berlangsung tanpa melakukan upaya penanganan yang
perairan (sungai). Oleh karena itu pengelolaan limbah PMKS menjadi hal yang
sangat penting untuk diatasi. Pengelolaan limbah (Pabrik Kelapa Sawit) perlu
serta menciptakan lingkungan pabrik yang baik dan bersih termasuk lingkungan
merupakan campuran antara air, minyak, Lumpur (sludge) dan sedikit padatan,
dengan suhu 80 – 900C. Sebagaimana limbah pertanian lainnya limbah cair pabrik
kelapa sawit (palm oil mill effluent) mempunyai kadar bahan organik yang cukup
tinggi. Tingginya kadar bahan organik yang terkandung dalam limbah cair
579
POME.
disamping itu dapat mengurangi populasi yang ada di daratan dan perairan karena
bahan yang dikandungnya menjadi racun bagi jenis-jenis tertentu. Survival rate
bagi biota akan berkurang akibat kandungan logam yang dihasilkan limbah cair
Kualitas air bagi suatu peruntukkan sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik,
kimia dan kandungan bakteri didalamnya. Penurunan kualitas air dapat terjadi
akibat proses alamiah maupun kegiatan manusia. Masalah penurunan kualitas air
industri PKS yaitu karena limbah air yang dihasilkan. Air dikatakan tercemar bila
air tersebut tidak dapat digunakan lagi sesuai peruntukannya. Polusi air adalah
580
disebabkan oleh adanya masukan limbah domestik baik padat maupun cair serta
Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan
tingkat polusi air misalnya : nilai pH, keasaman dan alkalinitas, suhu, warna,
bau/rasa, jumlah padatan, nilai BOD, kandungan lemak, logam dan lainnya. Kadar
maksimal baku mutu untuk badan air menurut PP nomor 82/2001 seperti pada
Tabel 4.
memang telah memiliki sarana Instalisasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), namun
demikian IPAL yang ada tersebut belum dioperasikan secara optimal sebagaimana
sehingga hasil pengolahan limbah cair yang keluar melalui out let ke badan air
4. Peningkatan senyawa beracun dan pembawa bau kurang sedap, sebagai akibat
Limbah cair perusahaan PKS pada umumnya masih diatas baku mutu yang
bahan organik pada limbah sawit yang masuk keperairan bila melebihi standar
kandungan oksigen terlarut dibadan air. Hal ini dapat menimbulkan gejolak sosial
hari. Kadar baku mutu limbah sawit yang wajar dibuang keperairan berdasarkan
Kep-51/MNLH/10/1995 adalah BOD 100 mg/L, COD 350 mg/L, TSS 250 mg/L,
N total 50 mg/L dan kandungan minyak dan lemak 25 mg/L. (KLH, 2004).
penitng dalam lingkungan perairan. Suhu air sangat menentukan keadaan bilogis
kecepatan reaksi kimia dan kelarutan gas-gas dalam perairan. Mulyanto (dalam
Zulkifli , 1994) mentakan bahwa untuk mendukung kehidupan ikan secara wajar
diperlukan pH berkisar 5,0-9,0 akan tetapi untuk periran ideal mempunyai kisaran
pH 6,5-8,8.
- Timbulnya masalah kesehatan seperti penyakit kulit dan penyakit perut karena
banyak bahan organik. Bahan organik yang terkandung dalam limbah cair dapat
beberapa jenis bakteri. Pengolahan limbah cair PMKS dibagi dalam tiga kategori
proses aerobik yang melibatkan oksigen dalam perombakan bahan organik dan
yang digunakan pada PMKS yaitu sistem kolam, tangki pencerna terbuka (open
tank digester) yang dilengkapi sistem aerasi dan sistem tanki tertutup dengan
sistem tesebut.
kebutuhan oksigen biologi (KOB) yang lebar sehingga shock loading lebih
kecil.
mutu limbah. Pemilihan parameter mutu limbah yang dirangkum dalam baku
mutu limbah cair PMKS yang didasarkan pada karakteristik limbah itu sendiri
banyak para meter limbah cair PMKS jika ditinjau dari karakteristiknya, akan
tetapi ada 6 parameter utama yang mendatangkan pengaruh yang cukup besar bagi
LH No. 51 tahun 2000 yang memuat parameter mutu limbah cair yang dibuang ke
lingkungan dan Kep-Men LH No. 28 tahun 2003 yang memuat parameter limbah
Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan sistem anaerob kurang
tepat untuk dilakukan karena masih dapat merusak biota perairan dan tercemarnya
kualitas air. Cara baru yang tidak dapat merusak biota perairan adalah dengan
sistem land aplication, dimana limbah cair yang dihasilkan hanya diolah di tempat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991. Study of Pollution Control Requirement for Exixting PTP Palm
Oil and Rubber Factories. Final Report Vol I. EXSA International Co
Ltd dan Konsultan Proses SDN, BHN. Malaysia, Kualalumpur.
Arjuna, L., 1990. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit.
Kumpulan Makalah Seminar Nasional Bioteknologi Industri, PAU-
Bioteknologi ITB, Bandung.
Chin, K.K., Ng W,J., and K.K Wong., 1984. Two-Phase Anaerobic Treatment
Kinetics pf Palm Oil Wastewaters, Water Res., 19 (5) : 667 – 669
Fithri, R., 2005. Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit dalam Pembuatan
Kompos di PT. Tasma Puja Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten
Kampar. Proposal Penelitian. Proposal Tesis Program PascaSarjana
Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Riau.Pekanbaru. (tidak
diterbitkan).
Ginting, R., 1993. Kinerja dan Kinetika Bioreaktor Unggun Anaerobik (BUFAN)
Dua Tahap dalam Mengolah Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit.
Tesis, Program Pasca Sarjana Teknik Kimia, ITB-Bandung. 47 hal (tidak
diterbitkan).
Said. A. A., 1997. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit dengan
Bioreaktor Berpenyekat Anaerobik. Skripsi, Program Sarjana Teknik
Kimia. Unsyiah, Banda Aceh. 52 hal (tidak diterbitkan).
Sham, H., 1994. Anaerobic Wastewater Treatment, 29 pp. Dalam Fiecter (Ed),
Advances in Biochemical Eng. Biotech, Vol. 29, Springer Verlag,
Berlin.
Thanh, N. C., 1980. High Organic Wastewater Control and Management in The
Tropics. Water Pollution Control, CDG, AIT-ERL. Bangkok.
Zulkifli, 1994. Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, CU dan Zn) dalam Air Laut
Permukaan dan Sedimen di Perairan Dumai, Riau. Skripsi, Fakultas
588
OLEH :
DWI AGUSRIANTO
I. PENDAHULUAN
sarana perhubungan lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut
yang sangat kaya dan penting antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang,
mangrove, bahan tambang, dan pada daerah pesisir dapat dimanfaatkan sebagai
obyek wisata yang menarik. Laut juga mempunyai arti penting bagi kehidupan
makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan biota laut lainya.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat
besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun masa
depan. Oleh karena itu, laut yang merupakan satu sumber daya alam, sangat perlu
datang. Agar laut dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu
Akhir-akhir ini pencemaran laut telah menjadi suatu masalah yang perlu
kegiatan manusia menghasilkan pula produk sisa (limbah) yang dapat menjadi
bahan pencemar (polutan). Cepat atau lambat polutan itu sebagian akan sampai di
laut. Hal ini perlu dicegah atau setidak-tidaknya dibatasi hingga sekecil mungkin.
591
Selama ini sudah menjadi anggapan umum bahwa laut adalah tempat
paling aman untuk membuang limbah manusia. Segala bahan buangan dari darat
materi yang lebih aman, dengan melalui berbagai proses fisika, kimia dan
biologi yang kompleks. Akan tetapi kemampuan tersebut ada batasnya. Dengan
maka jumlah limbah yang dibuang ke laut makin banyak, sehingga pada akhirnya
Pencemaran laut adalah penambahan suatu bahan atau energi oleh manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung ke dalam lingkungan laut (termasuk
Pencemaran dan atau Perusakan laut, disebutkan bahwa pencemaran laut adalah
lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi
dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Sedangkan Konvensi Hukum Laut III
(United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) memberikan
termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga
592
dapat merugikan terhadap sumber daya laut hayati (marine living resources),
perikanan dan penggunaan laut secara wajar, memerosotkan kualitas air laut dan
Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa
damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut,
proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui
sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun
sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari
yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan
sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan
merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut, terutama pada ikan. Bahkan
lebih berbahaya lagi, ikan yang telah terkontaminasi minyak bumi jika
dikonsumsi manusia akan berakibat fatal pada kesehatan, seperti timbulnya gejala
Menurut Clark (2003) bahwa sumber dari pencemaran laut yang berasal
dari Transportasi laut sebesar 4,63 juta ton/tahun, instalasi pengeboran lepas
pantai sebesar 0,18 juta ton/tahun dan sumber lain termasuk industri dan
minyak bumi di dunia lebih dari tiga miliar ton per tahun, sebagian produksi
tersebut dihasilkan dari pengeboran lepas pantai, dan separuh dari seluruh
593
produksi tersebut diangkut melalui laut oleh kapal tanker sehingga kecelakaan-
dielakkan.
594
sangat mungkin terjadi pada kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, seperti
pipa minyak yang pecah dan bocor, bahkan memungkinkan terjadinya kebakaran.
terkendali) selama ini sering terjadi pada industri migas. Dalam statistik dunia,
sudah ratusan bahkan ribuan kali terjadi blowout. Di Indonesia, menurut catatan
penulis dalam 35 tahun terakhir setidaknya telah terjadi 17 kali blowout, sehingga
hampir setiap 2-3 tahun terjadi kecelakaan blowout. Bila dibandingkan dengan
kegiatan pengeboran 300-350 sumur setiap tahun, maka berarti hampir setiap
2.2. Operasi Kapal Tanker dan Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
(Fahruddin, 2004). Biasanya setelah kapal tanker memuat minyak kargo, kapal
pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai sisa muatan minyak dalam
tangki dan juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki slop. Tangki
muatan yang telah kosong tadi dibersihkan dengan water jet, proses pembersihan
tangki ini ditujukan untuk menjaga agar tangki diganti dengan air ballast baru
antara air dan minyak ini pun dialirkan ke dalam tangki slop. Sehingga di dalam
595
tangki slop terdapat campuran minyak dan air. Sebelum kapal berlayar, bagian air
penampungan limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan diganti dengan air
ballast yang baru. Tidak dapat disangkal buangan air yang dipompakan ke laut
masih mengandung minyak dan ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat
minyak harus diekspor. Biasanya ekspor minyak dilakukan melalui pipa ke darat,
atau juga diangkut melalui kapal tanker. Untuk pengangkutan minyak melalui
bongkar muat di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini banyak
pembersihan tangki dan lambung. Dalam proses docking semua sisa bahan bakar
yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan
laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton minyak terbuang ke laut
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
ini banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk
596
Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk
minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan
maupun saat cuaca buruk. Karena umumnya tangki ballast kapal digunakan untuk
memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tangki bahan bakar
yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca buruk maka air
balas dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah bercampur dengan minyak.
Selain air ballast, juga dipompakan keluar adalah air bilga yang juga bercampur
dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil
minyak dan air, namun pada kenyataannya banyak buangan bilga illegal yang
terhadap polusi laut. Ditambah dengan posisi Indonesia sebagai penghasil minyak
597
Aktivitas lalu lintas kapal tanker di lautan menjadi potensi penting bagi
baik akibat kecelakaan karena tabrakan antara sesama kapal maupun karena
terbentur karang atau gunung es. Beberapa penyebab kecelakaan kapal tanker
Indonesia.
Dari rentetan kejadian yang tercantum dalam tabel 1, kita dapat melihat
meningkat. Akibat kejadian ini banyak nelayan kita yang tinggal di sekitar
kejadian tidak dapat melaut untuk mencari ikan dan penghasilan mereka semakin
menurun. Pencemaran laut ini mengakibatkan matinya ikan-ikan laut dan atau
berpindahnya ikan-ikan dari lokasi pantai. Sementara nelayan kita hanya memiliki
ikan lebih jauh dari pantai. Ironisnya lagi tidak jarang aspirasi masyarakat yang
berada disekitar kejadian seringkali tidak terwakili dalam hal rehabilitasi dan
konpensasi.
598
Desember Pelabuhan Kecelakaan kapal tanker Choya Maru, menumpahkan 300 ton
3 1979 Buleleng Bali bensin.
Pebruari Pelabuhan Bocornya kapal tanker Golden Win yang mengangkut 1500
4 1979 Lhokseumawe kilo liter minyak tanah
Tabrakan kapal tanker Ocean Blessing dan MT Nagasaki
5 1980 Selat malaka
Spirit yang menumpahkan 13000 ton minyak
Januari
6 1993 Selat Malaka Kandasnya Kapal Tanker Maersk Navigator
pencemaran minyak di laut. Akibat jangka pendek dari pencemaran minyak antara
sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan
tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau
dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya. Batas toleransi minyak pada air
laut berada antara 0,001 - 0,01 ppm, dan apabila melewati batas tertinggi dari
Akibat jangka panjang dari pencemaran minyak adalah terutama bagi biota
laut yang masih muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota-biota laut.
sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat
akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui
ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang
Atlantik menuju Terusan Panama yang menumpahkan 20.000 barrel diesel dan
pula banyak tumbuhan alga dan hewan invertebrata. Peristiwa yang lebih
600
pantai dan sekitar 30.000 ekor lagi didapati tertutupi oleh genangan minyak.
mencemari seribu mil jalur pantai dan diperkirakan paling sedikit 100 ribu ekor
tumbuhan yang hidup di batu-batuan dan pasir di wilayah pantai, juga merusak
area mangrove serta daerah air payau secara luas. Hutan mangrove merupakan
sumber nutrien dan tempat pemijah bagi ikan, dapat rusak oleh pengaruh minyak
terhadap sistem perakaran yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, akan
cahaya menurun di bawah oil slick atau lapisan minyak. Proses fotosintesis
terhalang pada zona euphotik sehingga rantai makanan yang berawal pada
dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada
tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.
Komponen minyak tidak larut di dalam air, akan tetapi mengapung pada
permukaan air laut yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa
hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Hal ini mempunyai pengaruh yang
karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit
mengalami perombakan di alam, baik di air maupun di darat, sehingga hal ini
dapat mengalami proses biomagnition pada ikan ataupun pada biota laut yang lain
(Fahruddin, 2004). Bila senyawa aromatik tersebut masuk ke dalam darah, akan
diserap oleh jaringan lemak dan mengalami oksidasi dalam hati membentuk
Senyawa antara yang terbentuk adalah epoksida benzena yang beracun dan
yang kronis menimbulkan kelainan pada darah, termasuk menurunnya sel darah
putih, zat beku darah, dan sel darah merah yang menyebabkan anemia. Kejadian
merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan
perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan
602
Tentunya akan sulit menemukan bagian pantai yang tidak terkontaminasi karena
penyebarannya yang cepat. Akibat buruk yang segera terlihat adalah rusaknya
estetika pantai akibat penampakan dan bau dari material minyak. Residu yang
berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan,
dan hewan.
kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut.Ikan yang hidup di
sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke
daerah lain. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi
sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Pohon-pohon
mangrove yang masih muda (berumur 4-5 tahun) juga musnah akibat pencemaran
minyak ini.
Jika hal ini terjadi pada kawasan wisata bahari/pantai, dapat dibayangkan
Wisatawan tentunya tidak akan mungkin akan berkunjung ke objek wisata yang
603
kotor, bau, dan tercemar limbah berat/ berbahaya, disisi lain tentunya telah
4.1. Pengendalian
lingkungan, adalah air yang dihasilkan dari proses penambangan. Pada aktivitas
formasi batuan selalu tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan saturasi air
permeabilitas relatif formasi terhadap air pun akan semakin besar (Charade,
1983).
Selain berasal dari air fossil yaitu air yang telah terdapat ribuan tahun di
dalam minyak; air yang terdapat pada proses penambangan juga berasal dari air
injeksi (biasanya air laut) yaitu air yang diinjeksikan ke sumur minyak untuk
menaikkan tekanan di sumur menaikkan produksi minyak dan gas, biasanya untuk
sumur tua. Air ini mengandung campuran yang kompleks dan beberapa senyawa
kimia yang jika terdapat dalam kosentrasi yang cukup tinggi dapat merusak
ekosistem laut bila langsung dibuang ke laut. Komponen yang terkandung antara
Air yang dihasilkan bersama minyak dan gas dari sumur ini harus
mungkin, baru kemudian dibuang ke laut. Sebelum air hasil penambangan ini
605
pemisahan.
Pada cara ini digunakan alat yang berfungsi mengumpulkan tumpahan minyak
Sementara itu, Global Environtmental Services juga telah menguji coba Wier
yang merupakan bagian kedua dari proses pengolahan yaitu Drum Oil
Skimmer. Alat ini bekerja secara hidrolik dan mempunyai laju pengumpulan
b. Penggunaan Dispersant
lain dengan konsentrasi tinggi yang bersifat racun terhadap kehidupan laut.
hidrokarbon.
Penggunaan dispersant ini tidak akan efektif pada air yang tenang karena cara
ketebalan minyak dan jarak antara lokasi tumpahan dengan kapal untuk alasan
dilakukan saat mengatasi tumpahan minyak dari kapal Exxon Valdez. Pada
hari kedua setelah kejadian, 60.000 - 110.000 liter minyak yang tumpah dapat
607
dihilangkan. Hal ini membutuhkan boom yang tahan api, sementara lapisan
minyak yang harus dijaga adalah setebal 3 mm. Residu pembakaran akan
berupa semi-padatan yang kaku yang dapat dengan mudah diangkat, sekalipun
masih menyisakan polutan di lingkungan laut. Masalah lain yang dapat timbul
bermunculan dari hasil studi yang dilakukan akibat adanya awan asap besar-
besaran ketika ladang minyak Kuwait membara selama Perang Teluk pada
Januari 1991. Asap yang terjadi segera meluas dengan ketinggian hingga 3 km
dan bergerak ke arah timur hingga jarak 1500-2000 km. Hujan hitam berbau
Kuwait beberapa hari setelah kejadian. Hujan berbau minyak juga masih turun
kimia yang dilakukan terhadap sampel aerosol dari pembakaran yang terjadi di
partikel jelaga berbentuk speris yang dilapisi senyawa sulfur; (ii) kristal kubik
2-
yang mengandung NaCl dan SO4 ; (iii) debu-debu yang mengandung Si, Al,
d. Bioremediasi
bakteri, merupakan teknik yang paling ramah lingkungan dan relatif lebih
608
murah. Bioremediasi ini digunakan untuk finishing touch setelah proses fisika
biomasa bakteri itu sendiri. Proses degradasi sendiri tidak hanya tergantung
pada struktur kimia dari petrol akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti pH, salinitas perairan, dan lebih spesifik lagi adalah
beranggapan bahwa bakteri aerob (yang dapat hidup hanya jika tersedia
banyak bakteri yang bersifat anaerob (dapat hidup tanpa adanya sediaan
(minyak) dengan kecepatan yang tentunya lebih lambat dari degradasi oleh
bakteri aerobik, namun dalam skala waktu geologi, perbedaan ini bukanlah
yang memakan minyak pada tumpahan sekitar 100.000 barrel, dan mikroba itu
Sementara itu, Lee dan Levy (dalam Swan et all., 1994) melaporkan hasil
rendah (0,3% v/v) dapat terdegradasi oleh bakteri alami; sementara minyak
dengan konsentrasi yang lebih tinggi (3%) lebih resinten (n-C11 bertahan
permukaan aerobik.
4.2. Pencegahan
dimana diketahui bahwa pencemaran ini sudah terjadi sejak tahun 2003 dan dalam
kurun waktu 2003-2004 tercatat berlangsung 6 kali kejadian. Namun sampai saat
menghukum pelaku apalagi membayar ganti rugi kepada masyarakat sekitar. Ini
Suatu peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi
persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi menimbulkan rasa keadilan dan
pengelolaan dan sanksi bagi pelaku polusi di laut . Namun pada kenyataan
dilapangan, aparat hukum sangat sulit mencari bukti untuk dibawa ke pengadilan.
610
setiap kapal yang beroperasi untuk melayani seluruh kegiatan transportasi laut
Convention for the Prevention of Pollution of the Sea by Oil 1954), konvensi ini
lalu diperbaharui pada tahun 1973 yang merupakan upaya awal dalam mengatasi
ini turut pula wajib melaksanakan aturan-aturan yang ditetapkan oleh IMO.
diimbangi dengan dua faktor yaitu pertama adanya fasilitas yang memungkinkan
untuk bergerak dinamis, dalam hal ini mencari dan mengumpulkan data lapangan
tumpahan minyak di laut dan kedua adalah ketersediaan sumber daya manusia
yang memadai.
Kita tahu bahwa pembersihan laut akibat tumpahan minyak sangat sulit
dilakukan, baik dalam hal waktu, kerja yang terus menerus, maupun dalam hal
penggunaan dispersant telah dilaporkan bersifat sangat toksik pada biota laut.
Salah satu alternatif penanggulangan minyak bumi di laut yang ramah lingkungan
minyak baik di permukaan laut ataupun di daerah pantai yang tercemar adalah
air/uap tekanan tinggi ke bagian tebing batu karang yang terkena tumpahan.
dan gas bumi pun sudah memiliki protap (prosedur kerja) dan fasilitas
kalah penting dalam aspek ini juga adalah pentingnya penguasaan prosedur dan
penting dilakukan agar pencemaran yang terjadi dapat selesai diatasi sampai
tuntas, dimana segenap komponen bahu membahu saling mengisi kekurangan dan
saling tukar informasi. Beberapa tahun yang lalu Departemen Kelautan dan
Perikanan memulai Gerakan Bersih pantai dan Laut (GBPL) sejak September
2003. Gerakan ini bertujuan untuk mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk
mewujudkan laut yang biru dan pantai yang bersih pada lokasi yang telah
hanya didukung oleh pemerintah dan masyarakat, namun juga didukung oleh para
Lautan adalah suatu ekosistem besar yang sangat komplek, yang berisi air,
material terlarut dan organisme. Secara alami air laut tidak pernah berhenti
(1993) lautan menutupi permukaan bumi seluas 362.000.000 km2, atau hampir
selatan tertutup air laut. Kedalaman laut rata-rata terukur sekitar 4.000 meter.
Dibandingkan dengan rata-rata ketinggian muka daratan yang hanya 840 meter
dari atas permukaan laut, lautan mengisi ruang seluas lebih dari 300 kaki ruang
hunian dibandingkan dengan habitat terestial dan air tawar. Diperkirakan pula
Sudah selayaknya kita kembali mengoreksi pemahanan yang salah bahwa laut
mempunyai kapasitas tampung limbah yang tak terbatas. Sekali lautan tercemar,
seperti misalnya pengalihan jalur Selat Malaka ke Selat Lombok dan terus ke
Selat Makasar. Hal ini bahkan hanya akan menambah luasnya daerah cemaran
614
minyak, dan akan menghancurkan ekosistem yang masih murni. Haruskah kita
akan melihat kehancuran pantai Sengingi, Taman Laut Bunaken serta Taman Laut
seluruh umat manusia. Masalah ini masalah global dan mendesak yang harus
segera ditangani semua negara, semua pihak dan semua orang, dengan
penanganan yang terarah dan terpadu. Selain masalah hukum, penerapan prinsip-
lain dalam hal pencegahan dan penanggulangan bencana tumpahan minyak di laut
ini. Penulis contohkan Jepang, menurut Sudrajat (2006) di Jepang dalam hal
birokrasi, LSM, institusi penelitian dan masyarakat telah terintegrasi dengan baik.
Kasus kandasnya kapal tanker milik Rusia Nakhodka (13.157 ton bermuatan
19.000 kilo liter heavy oil) pada Januari 1997 dapat dijadikan contoh keberhasilan
negara ini dalam hal penanggulangan tumpahan minyak. Sekitar 6.240 kl tumpah
di perairan Jepang dari Propinsi Shimane sampai Niigata. Seluruh aparat baik
harus menjadi ujung tombak dalam pencegahan dan penanggulangan polusi laut
ini. Oleh karenanya kegiatan monitoring dan kontrol menjadi sangat penting
tumpahan minyak di laut akan berjalan efektif manakala memenuhi tiga aspek
DAFTAR PUSTAKA
Clark, R. B., 2003. Marine Pollution, Oxford University Press, New York.
Fahruddin, 2004. Dampak Tumpahan Minyak pada Biota Laut. Kompas online,
edisi 17 Maret 2004.
JICA-Dephub, 2002. The Study for The Maritime Safety Development Plan in
Republic of Indonesia. Jakarta.
Rubiandini, R., 2006. Dampak Pengeboran Sumur Migas. Republika online, edisi
1 Agustus 2004.
Siahaan, N. H. T., 1989a. Pencemaran Laut dan Kerugian yang Ditimbulkan (I),
Harian Angkatan Bersenjata, Jakarta: 8 Juni 1989.
Siahaan, N. H. T., 1989b. Pencemaran Laut dan Kerugian yang Ditimbulkan (II),
dalam Harian Angkatan Bersenjata, Jakarta: 9 Juni 1989.
Sudrajat, A., 2006. Tumpahan Minyak di Laut dan Beberapa Catatan terhadap
Kasus di Indonesia. Inovasi online. 6 (8) : 1 - 3
Swan, J.M., J.M. Neff and P.C. Young, 1994. Environmental Implications of
Offshore Oil and Gas Development in Australia - The Findings of An
Independent Scientific: Australian Petroleum Aexploration Association
Limited. Sydney.
OLEH :
INDIRA EKAWATI
I. PENDAHULUAN
satu komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita adalah air. Air yang
sehingga daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit menjadi rentan. Pencemaran
terhadap air diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak perduli terhadap kesehatan
lingkungan.
parasit), bahan organik (pestisida, deterjen) dan beberapa bahan inorganik (garam,
asam, logam) serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam
air yang kita pergunakan. Air yang sudah tercemar terasa tidak enak dan dapat
menurun, sehingga dapat melemahkan daya saing dalam era pasar bebas
terhadap konsumen yang memakannya. Air yang tercemar oleh logam beracun
dapat menyebabkan kematian biota maupun hewan air. Oleh sebab itu
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air
hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk
dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga
mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang
kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar
Pencemaran air umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh
zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan
hewan/manusia. Sebagai contoh DDT, aldrin, endrin, dan fosfor organik bila
mencemari tanah pertanian akan merugikan sebab zat-zat ini bisa membunuh
mikroorganisme/ jasad renik yang sangat penting bagi tanah untuk proses
bahwa pestisida organo-klorin seperti DDT, Aldrin dan Dieldrin yang bersifat
tahan lama di dalam tanah akan tersalir ke dalam danau, sungai dan aliran air
sehingga dapat meracuni ikan. Pada akhirnya pestisida itu masuk dan terkumpul
II. PENCEMARAN
Bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau
bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem
Manusia dan semua mahkluk hidup membutuhkan air sebagai salah satu
bumi. Semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya
1988). Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air mudah
terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan untuk tujuan yang
Wardhana (2001) mengatakan bahwa air tercemar apabila air tersebut telah
menyimpang dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada
faktor penentu yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Ukuran air
disebut bersih dan tidak tercemar tidak ditentukan oleh kemurniaan air. Indikator
atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan yang
dapat diamati melalui adanya perubahan suhu air, pH, warna, bau, rasa, timbulnya
virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air
tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri
peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari
kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang
621
yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut water-
borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus, kolera dan disentri.
dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan
dilain pihak nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau dan lautan. Sumber
pencemaran nitrat tidak hanya berasal dari pupuk pertanian karena di udara
atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat
dan petir, di udara akan terbentuk amonia dan nitrogen (NH4-, NO3-) dan terbawa
air hujan menuju permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen
yang kompleks lainnya (Soetrisno, 1988). Pupuk juga mengalir ke dalam sungai
dan ke dalam aliran air lewat sitem pengaliran pada tanah. Meningkatnya nitrat
dan fosfat di dalam sungai ataupun danau dapat menyebabkan perubahan kualitas
air sehingga banyak diantara unsur yang dikehendaki pada flora dan fauna
menjadi semakin berkurang dan khususnya ikan tidak akan mampu bertahan.
Kandungan nitrat yang tinggi dalam air minum akan dapat menyebabkan
gangguan sisitem peredaran darah pada bayi berumur dibawah 3 bulan. Penyakit
ini disebut gejala bayi biru dengan gejala yang khas yaitu terlihat warna kebiruan
pada daerah sekitar bibir dan pada beberapa bagian tubuh. Hal ini disebabkan oleh
sejenis bakteri di dalam lambung (karena minum botol yang tidak steril) yang
mengubah nitrat menjadi nitrit. Hemoglobin darah dari bayi mengambil nitrit
(Darmono, 2001).
622
Nitrat ternyata juga dapat menjadi pupuk pada tanaman air. Bila terjadi
hujan lebat, air akan membawa nitrat dari tanah masuk kedalam aliran air sungai,
danau dan waduk kemudian menuju lautan dalam kadar yang cukup tingggi. Hal
ini kan merangsang tumbuhnya algae dan tanaman air lainnya. Kelimpahan unsur
nitrat ini dalam air disebut euthrophication. Pengaruh negatif dari eutrofikasi ini
hewan air sehingga beberapa spesies ikan akan musnah dan tanaman air akan
organik yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan
dekomposisi oleh bakteri aerob sehingga lama kelamaan oksigen yang terlarut
dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen tersebut
hanya spesies organisme tertentu saja yang dapat hidup (Sunu, 2001).
1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga
dengan lainnya.
tumpah di perairan.
4. Tidak membuang air limbah rumahtangga langsung ke dalam perairan. Hal ini
5. Limbah radioktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
umum.
bahan padat tersuspensi dan bahan kimia toksik yang akhirnya mengendap di
bahkan beratus tahun pada danau alami, sehingga proses pandangkalan tidak
kontaminasi terjadi dari unsur nutrisi tanaman, minyak, pestisida dan substansi
toksik yang dapat merusak kehidupan di dasar danau dan ikan yang hidup di
dalamnya. Kondisi hujan asam dan asamdari aliran air yang tumpah ke danau
merupakan masalah serius pada danau karena asam dapat tertimbun di dalamnya
(Soetrisno, 1988).
bila terjadi kontaminasi fosfat dan nitrat karena aktivitas manusia yang
danau terutama bila danau tersebut berdekatan dengan daerah urban atau daerah
pertanian (Effendi, 2003). Danau akan mulai mendangkal dan dipenuhi unsur
nutrisi tanaman sehingga ganggang atau tanaman air lainnya akan tumbuh subur
terutama di tepi danau. Algae dapat tumbuh dengan cepat terutama algae yang
menyebabkan bau dan rasa air tidak enak, dan beracun terhadap hewan air
624
(Darmono, 2001). Hal tersebut juga menyebabkan kadar air oksigen terlarut
sangat menurun pada daerah permukaan air di tepi danau dan dasar danau
sehingga banyak bahan organik seperti algae yang mati tenggelam di dasar danau.
Algae yang mati didasar danau diuraikan oleh bakteri aerob sehingga kadar
oksigen terlarut dalam air menjadi sangat menurun. Beberapa jenis ikan akan
menderita kekurangan oksigen sehingga banyak spesies ikan yang peka terhadap
konsumsi oksigen akan mati. Jika pencemaran terus berlanjut, bagian dasar air
akan menjadi kotor dan penuh dengan organisme yang mati. Dalam kondisi ini
bakteri anaerob mulai tumbuh subur dan menyebabkan bau yang tidak sedap,
Dalam usaha penanggulangan eutrofikasi dalam danau dan waduk ada dua
cara yang perlu dilakukan yaitu sistem input dan sistem output. Sistem input
dilakukan dengan mencegah bahan pencemar nutrisi masuk ke dalam air danau
atau waduk sedangkan sistem output dilakukan dengan membersihkan danau atau
adalah :
1. Menggunakan sarana pengolahan limbah yang baik dan memadai yang dapat
menyaring fosfat dari aliran limbah industri atau sarana pengolah limbah
dan digunakan dalam rumah tangga dan bahan pencuci lainnya untuk
pupuk, kotoran hewan dan tanah tercemar yang terbawa arus air dan mengalir
tanahnya dengan danau untuk menahan larutan tanah dari lahan yang mengalir
ke dalam danau.
4. Melindungi dan menjaga lahan sekitar danau dengan jalan menanam pohon
adalah :
mengemdap bersama algae yang tumbuh subur di atasnya. Hal ini sulit untuk
dilakukan terhadap danau yang luas dan dalam. Hasil kerukan harus dibuang
2. Memanen atau mengambil tanaman air yang tumbuh di dalam danau. Hal ini
dapat merusak suatu bentuk kehidupan air. Selain itu sulit dilakukan pada
algaesida. Hal ini dapat mencemari air danau sehingga dapat membunuh ikan
5. Memberantas spesies ikan yang mencari makan didasar air seperti ikan karper,
dilakukan dan lebih murah biayanya. Jika danau tercemar dapat mengakibatkan
pengaruh buruk terhadap konsumennya, memerlukan dana yang cukup besar dan
sangat diperlukan untuk beberapa spesies tanaman air, biasanya salah satu unsur
jumlahnya sedikit sekali. Seperti halnya fosfor, yang merupakan unsur dengan
unsur ini karena mudah dilakukan daripada mengontrol unsur nitrogen. Penelitian
dari total fosfat dapat menghasilkan pengaruh yang baik terhadap kualitas air. Di
limit kandungan fosfat dalam deterjen dapat mengurangi proses eutrofikasi secara
pengurangan input fosfat karena fosfat merupakan unsur nutrisi dalam jumlah
yang kecil. Jika kelebihan unsur limit dapat dihentikan danau akan dapat kembali
normal. Akan tetapi unsur nutrisi nitrogen sangat sulit dikontrol daripada fosfat
karena nitrat sangat mudah larut dalam air dan jumlahnya besar dari berbagai
oksigennya sangat rendah. Hal ini karena oksigen yang terlarut di dalam air
mengatakan bahwa penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah
limbah organik yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami
yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya
oksigen tersebut hanya spesies organisme tertentu yang dapat hidup. Kehidupan
mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air tidak terlepas dari kandungan oksigen
yang terlarut di dalam air. Air yang tidak mengandung oksigen tidak akan
memberikan kehidupan bagi miroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen
yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan perairan
(Wardhana, 2001).
sangat subur bila mendapat pupuk nitrat sehingga akan menghambat sinar
matahari yang masuk ke dalam air sehingga tanaman yang tumbuh di bawahnya
akan mati. Bakteri pembusuk akan menguraikan organisme yang mati, baik
tanaman maupun hewan yang terdapat di dasar air. Proses pembusukan tersebut
banyak menggunakan oksigen terlarut dalam air, sehingga kadar oksigen akan
menurun secara drastis dan pada akhirnya kehidupan biologis di daerah tersebut
Tanaman yang ada di dalam air dengan bantuan sinar matahari melakukan
ini akan larut di dalam air. Oksigen yang ada di udara dapat juga masuk ke dalam
air melalui proses difusi yang secara lambat menembus permukaan air.
Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan
air itu sendiri. Kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di
dalam air maupun oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air. Suhu air
juga mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara
dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan udara
2001).
629
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 258 hal.
OLEH :
LINDA WARNI
I. PENDAHULUAN
dampak negatif terhadap lingkungan dan sasaran paling utama pencemaran logam
berat adalah lingkungan akuatik. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
Jinzu (Jepang) mencemari air, tanah dan makanan di lingkungan sungai tersebut.
Pencemaran Kadmium ini telah menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai ―itai-
Darmono, 1995) mempelajari pengaruh kronis toksisitas timbal (Pb) pada anak
umur 6-7 tahun yang tinggal di tepi sungai dengan resiko pencemaran Pb yang
tinggi yang. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pada anak yang mempunyai gigi
pikir, lamban dan sulit menangkap pelajaran. Dari penelitian ini dapat
dikarenakan tingkat keracunan yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan
makluk hidup. Beberapa ion logam seperti arsenic, timbal, cadmium dan merkuri
(Darmono, 2001). Walaupun dalam konsentrasi yang rendah efek logam berat
dapat langsung berpengaruh dan terikat pada rantai makanan. Seperti sumber –
sumber polusi lingkungan lainnya logam dapat ditransper dalam jangkauan yang
dan akhirnya berpangaruh terhadap manusia walaupun dalam jangka waktu yang
Sumber logam yang ditemui di lingkungan berasal dari proses alam seperti
minyak, emas dan batu bara, pembangkit listrik, peptisida , keramik, peleburan
logam, pabrik - pabrik pupuk dan kegiatan industri lainya. Kontaminasi ini akan
pabrik baik pabrik cat, aki/baterai sampai produksi alat alat listrik. Bahan yang
digunakan oleh pabrik dapat berbentuk logam murni, bahan anorganik maupun
tergantung jenis pabriknya. Pengunaan logam berat oleh manusia dalam berbagai
yang berbahaya.
dimana diproduksi klorin (Cl2) dan kautik soda (NaOH) dengan elektrolisis
larutan garam NaCl. Penggunaan merkuri dalam proses ini didasarkan pada
sebagai katode dari sel elektrolisis (Pramudya, 2001). Logam merkuri dapat
digunakan sebagai katalis dalam proses berbagai industri kimia seperti pada
industri vinil chloride yang merupakan bahan dasar dari berbagai plastik, industri
pulp dan kertas menggunakan fenil merkuri asetat untuk mencegah pembentukan
lendir pada pulp kertas yang masih basah sekarang sudah dilarang pengunaannya,
634
industri baterai, cat, pabrik-pabrik alat alat listrik yang menggunakan lampu-
lampu merkuri untuk penerangan jalan raya. dan katalisator dalam pembuatan
Logam yang sangat popular dan banyak dikenal oleh orang awan.
Mempunyai sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan lapisan logam untuk
mencegah karatan. Dalam pertambanga logam ini berbentuk sulfide logam (PbS)
sampai saat ini masih digunakan. Elektroda dari baterai biasanya mengandung 93
berbahan kuningan untuk pipa yang bersifat korosif, produk mainan, lapisan kaca
keramik, campuran pembuatan cat sebagai pewarna, karena daya larut yang
secara elektrolisis, zat warna plastik, cat, industri elektroplanting dan tinta,
sebagai bahan paduan dalam dengan logam nikel dalam baterai. Bentuk garam
635
cadmium dari asam lemah sangat bagus untuk stabilisator pada pembuatan PVC
dan industri lainnya. Pengunaan dan penataan industri yang tidak menindahkan
secara elektrolisis.
Logam arsen ditemukan dalam bentuk senyawa kimia baik dengan logam
lain, oksida maupun sulfur. Arsen digunakan untuk campuran dalam insektisida,
bahan konduktor listrik tetapi tidak sebagus logam lain, pembasmi gulma dan
arsenat mudak diabsorsi oleh hewan yang memakan pakan yang tercemar
pestisida.
anorganik, logam ini banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat – alat
listrik, gelas dan zat warna yang biasa dicampur dengan logam sebagai alloi
dengan perak (Ag), cadmium dan seng, sedangkan garam tembaga banyak
besi yang meripakan produk anti karat, zat warna untuk cat, lampu, gelas,
bercampur dengan logam lain sebag alloi, industri kimia lainya yang
Kontaminasi logam berat merupakan masalah besar saat ini karena logam
tanah, udara dan air mengningkat. Suatu organisme akan kronis apabila produk
dalam jumlah yang kecil, tetapi dengan adanya kegiatan industri elemen ini dapat
rata –rata sebasar 0,03 – 0,031 ppb, endapan lumpur sebasar 1,3 – 12,7 ppm, pada
air sungai levelnya 0,09 -0,86 ppb (Jenkins, et.al, 1998). Sifat racun antimony
setara dengan arsenic dan bismuth, antimony valensi tiga lebih beracun
sebagai elemen yang berbahaya, ke-14 di lautan dan unsur ke 12 berbahaya bagi
manusia. Senyawa ini labil dalam bentuk oksida dan tingkat recunnya sama
seperti yang dielemen lain sangat tergantung pada bentuk struktur kimianya.
Arsenik dapat berikatan kuat dengan gugus thiol dan protein, penyebab penurunan
namun demikian arsenik tidak menghambat sistem enzim. Proses alam seperti
638
dari sumber-sumber lain seperti ; pertambangan minyak, emas dan batu bara,
dalamnya. Oleh karenanya beberapa Negara seperti Jepang dan Jerman pada tahun
perairan dari 0,05 menjadi 0,01 ppm sedangkan Indonesia dan Negara Asia anka
Kadmium (Cd). Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang
berbahaya kerena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium
terkontaminasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Pada konsentrasi rendah
berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal teubalar disease
yang kronis. Jumlah normal kadmium di tanah berada di bawah 1 ppm. Kadmium
lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan logam berat lainnya seperti
timbal. Logam berat cadmium ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai
the big three heavy metal yang memiliki tingkat berbahaya tertinggi pada
konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400 – 500 ug per
bumi dan dijumpai dalam bentuk oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI), hanya
639
kromium valensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologi. Kromium
valensi tiga umum dijumpai di alam dan dalam material biologis. Krom valensi
eman merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi. Pada bahan
harian komponen ini pada manusia di bawah 100 ug, kebanyakan dari makanan,
Kobal (Co). Kobal memiliki tingkat racun yang tinggi terhadap tumbuhan.
kompomem essensial. Dosis kematian bagi tikus sebasar 1,3 x 10‾3 mol/kg
(Wardana, 2004). Kobal diperlukan dalam tubuh manusia dalam jumlah yang
konsentrasi larutan diatas 0,1 ppm. Konsentrasi aman untuk air minum manusia
tidak lebih dari 1 ppm. Bersifat racun bagi Domba pada konsentrasi di atas 20
lambat karena ikatan yang sangat kuat dengan material organik dan mineral tanah
liat. Kehadiran Tembaga dalam limbah industri dalam bentuk ion bivalen Cu(II)
Timbah (Pb). Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat
dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem
biologis. Sumber utama timbal berasal dari komponen gugus alkyl timbal yang
digunakan sebagai aditive bensin. Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek
ginjal. WHO toleransi dewasa adalah 50 ug/kg berat badan dan untuk bayi 25
dengan kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5 – 3, 0 ppm (Barchan, et all.,
1998).
Jepang pada tahun 1953. Kontaminasi serius juga pernah diukur di Surabaya
kondisi terbatas membentuk satu dari sekian banyak elemen berbahaya, karena
dalam bentuk methyl merkuri sangat mudah terakumulasi pada rantai makanan.
Nikel (Ni). Elemen ini cenderung lebih beracun pada tumbuhan, selama
masih mudah diambil oleh tamanan dari tanah, pembuangan limbah sangat perlu
perhatian. Total nikel yang terkandung dalam tanah biasanya berkisar 0,005 –
0,05 ppm dan tumbuhan tidak lebih dari 1 ppm berat kering (Darmono, 2001 dan
Suhendrayatna, 2001).
Seng (Zn). Penggunaan seng pada proses galvinasi besi sangat luas. Di
calsium pada tulang dan bahkan aktif dibandingkan dengan kalsium dan dapat
2001).
merupakan prioritas utama pencemar yang dapat didegradasi pada system akuatik.
641
Proses passive uptake dikenal dengan proses biosorpsi, Proses ini terjadi
ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan cara yang berbeda yaitu :
a. Pertukaran Ion, dimana ion monovalen dan divalent seperti Na, Mg dan Ca
Biosorpsi ini bersifat bolak balik dan cepat (Haris,1990). Ion – ion Na,
Mg dan Ca yang terdapat pada dinding sel dipertukarkan dengan ion-ion logam
berat, aktivitas pertukaran ini tergantung kepada ikatan logam dalam air, pH air
dan sifat mikroorganime. Ikatan logam pada permukaan sel ini dapat terjadi pada
Pada pH tertentu dan kehadiran ion-ion lain proses biosorpsi dapat lebih
efektif dimana logam berat terendap sebagai garam yang tidak larut
pada pH rendah efektifitas biosorpsi logam tinggi dan ada sebagian mioorganisme
biosorpsi timbal (II), nikel (II) dan tembaga (II) oleh Zoogloea ramegera adalah
4,0 – 4,5, sedangkan untuk besi (II) adalah 2,0. Fungus juga dapat digunakan
untuk menyerap nikel dan timbal. Secara umum biosorpsi logam berat
643
berlangsung cepat, bolak balik dan tidak tergantung terhadap faktor kinetik
Aktif uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini
migroorganisme atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat yang
terakumulasi pada sel dapat diendapkan pada proses metabolisme dan jika
terhadap parameter – parameter seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya
dan lain- lain(Suhendrayatna, 2001). Pada suhu rendah, tidak tersedianya energi
Passive Uptake dan Aktif Upteke berjalan serentak. Ikatan cadmium pada
akumulasinya di sel. Sedangkan arsenik pada dinding sel Chlorella vulgaris rata-
rata 26 %, uptake ion logam hampir sama antara sel hidup dan sel mati.
biosorpsi ion logam berat dimana terjadi ikatan kovalent pada gusus amino dan
group carbonil. Pengambilan ion logam oleh Chlorella vulgaris secara selaktif
kerana adanya ikatan yang kuat antara pasangan ion logam berat dan komponen
Biosorpsi logam berat dengan sel hidup terbatas karena akumulasi ion
tercapai.
secara alami akan menjadi lebih tinggi akibat erosi daratan. Derajat protteksi
yang tahan terhadap efek ion logam akan dihasilkan berdasarkan seleksi yang
ion logam.
air yang tercemar ion-ion logam berat. Pengontakan dilakukan dengan jangka
waktu tertentu ini bertujuan agar mikroorganisme dapat berinteraksi dengan ion-
ion logam, sehingga logam – logam berat tersebut dapat terabsorpsi pada
yang mengandung logam berat. Mikroorganisme yang terikat pada logam berat
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makluk Hidup. UI Press, Jakarta.
Jenkins. R. O., Craig, P.J, Miler, D.P, Stoop, L.C, Osttah.N and Morris, T.A.,
1994, Aplication Organometal Chemistry. 12 : 449-445.
OLEH :
TRI MARTINI
I. PENDAHULUAN
Masalah erosi di Indonesia, dalam hal ini erosi akibat campur tangan
dengan pembukaan lahan untuk usaha pertanian oleh nenek moyang bangsa ini
ribuan tahun yang lalu. Namun demikian, kepedulian manusia terhadap proses ini
luas hutan di masa yang akan datang. Pengurangan luas hutan sampai saat ini
disamping akibat kebakaran hutan dan juga sebab-sebab lain di dalam pengelolaan
hutan. Hingga awal PELITA VI, luas lahan yang tidak produktif di Indonesia
telah mencapai lebih kurang 33,9 juta ha, dan sebagian besar dapat dikategorikan
yang tidak produktif seperti padang alang-alang, semak belukar dan lahan-lahan
kemungkinan besar dapat berubah menjadi lahan kritis, yang terutama diakibatkan
oleh kejadian erosi tanah (Sudarmadji, 1995). Sebagai antisipasi meluasnya lahan
rehabilitasi lahan.
kurang menyadari akibat dari perbuatan ini, bahwa hutan dengan tanaman-
berfungsi melindungi permukaan tanah dari pukulan air-air hujan dan daya kikis
aliran permukaan.
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik
pendapatan petani.
Umum (PU), maupun pemerintah daerah. Namun demikian, hingga sekarang sulit
erosi.
adalah sisa-sisa tanaman atau materi lainnya yang diperoleh dari alam atau buatan
ketersediaannya yang relatif melimpah, biaya yang tidak terlalu mahal serta
efektivitasnya dalam upaya pengendalian erosi pada lahan kritis yang memiliki
kelayakan metoda tersebut berdasarkan pertimbangan unjuk kerja dan proses serta
faktor-faktor yang mempengaruhi laju erosi tanah pada lahan-lahan kritis tanpa
penutupan vegetasi.
II. MULSA
Mulsa adalah sisa – sisa tanaman (crop residues) yang ditebarkan diatas
Sampai saat ini, masih banyak kita jumpai di lapangan bahwa para petani
kita kurang bisa mengelola limbah pertanian yang melimpah. Sisa – sisa tanaman
biasanya dibakar begitu saja, atau dikeluarkan dari lahan pertanian untuk berbagai
Hal ini jika berlangsung terus menerus akan mengurangi kandungan bahan
organic tanah, dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas lahan. Oleh
adanya suatu lapisan penutup permukaan tanah maka tumbukan butir-butir hujan
tidak akan mencapai permukaan agregat tanah. Jadi dengan adanya lapisan mulsa
pada permukaan tanah, tumbukan butir-butir hujan yang tertahan olehnya akan
(erosi).
permukan tanah.
652
mulsa tersebut pada permukaan lahan. Akan tetapi dalam hal ini berdasarkan
hasil-hasil percobaan pemulsaan pada berbagai jenis tanah serta jumlah faktor lain
tanah, terutama sekali ditentukan oleh jumlah bahan yang dipakai dan derajad
kemiringan lahan. Factor kemiringan lahan ini banyak berkaitan dengan berbagai
lahan kritis dari masa ke masa, tanaman penutup tanah yang ditanam diantara
pohon-pohonan adalah sumber bahan mulsa, sisa – sisa tanaman setelah panen,
daun tebu, jerami, pohon jagung, dan lain-lain. Selain itu gulma yang telah
dipotong atau disiangi dapat digunakan juga untuk mulsa. Hanya dalam
pemulsaan tanah ini perlu diperhatikan agar mulsanya jangan sampai menyentuh
pohon buah-buahan, kulit pohon mudah kena penyakit dan pohon bis amati, selain
itu perlu diperhatikan pula akan kemungkinan timbulnya hama dan penyakit serta
bahaya kebakaran.
653
Bahan mulsa yang baik untuk tujuan konservasi tanah adalah sisa tanaman
yang sukar lapuk seperti batang jagung, shorgum, atau jerami padi. Sedangkan
Mulsa harus menetap 70 sampai 75% dari permukaan tanah (kira-kira 5 ton/ha
permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses
erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung anah
Kerusakan tanah pada suatu lahan sampai pada tingkat kritis seperti
penurunan produktivitas tanah, banjir yang terjadi setiap tahun, merosotnya debit
suatu tempat karena proses erosi. Ini merupakan salah satu indicator kecepatan
proses perusak. Perhitungan laju erosi dapat dilakukan secara nisbi (relative),
Kerusakan tanah dapat terjadi oleh : 1) kehilangan unsur hara dan bahan
racun bagi tanaman, 3) penjenuhan tanah oleh air dan 4) erosi. Kerusakan tanah
Untuk mengetahui tingkat laju erosi yang terjadi pada penelitian ini
apakah berada pada tingkat yang membahayakan atau masih dalam batas yang
pengukuran terhadap laju erosi yang terjadi dibandingkan dengan standar ambang
kritis itu. Hal ini bisa dilihat dari kenyataannya bahwa terjadinya erosi umumnya
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas, mlai
(El-swaify dalam Effendi, 2000) mengatakan bahwa pada kondisi belum ada
dengan cepat sejak adanya campur tangan manusia. Diperkirakan apabila tanpa
Dengan hilangnya lapisan tanah atas itu maka terjadi pula kehilangan unsur hara,
yang merupakan nutrisi tanaman yang tumbuh di tanah itu. Berapa besarnya
656
kehilangan tanah dan unsur hara dari beberapa tanaman telah diteliti oleh Carson
Tabel 1. Kehilangan Tanah dan Hara Tanaman karena Erosi oleh Air Hujan
Jagung (Teras Ubi kayu (teras Kentang (tanpa
Kehilangan
jagung bangku) gulu) teras)
Tanah (ton/ha/th) 4 16 80
Bahan Organik (kg/ha/th) 250 600 3.000
N (kg/ha/th) 7,5 30 150
P (kg/ha/th) 5 20 100
K (kg/ha/th) 10 40 200
Sumber : Carson (dalam Utomo, 1989)
Pada Tabel 1 terlihat bahwa erosi yang disebabkan oleh air pada tanaman
jagung, ubi kayu, dan kentang dapat mengakibatkan kehilangan tanah, bahan
organik dan unsur hara, pada tabel 1 terlihat bahwa bahan organik yang sangat
Terjadinya erosi pada lahan yang terbuka yang diikuti oleh hilangnya
kapasitas infiltrasi tanah. Akibatnya hujan yang terjadi selanjutnya akan dengan
sembarangan terbukti dengan tingginya laju erosi, oleh sebab itu penggunaan
lahan secara baik menghasilkan laju erosi yang rendah. Laju erosi dan konsentrasi
sedimen dari beberapa penggunaan lahan di daerah Riau dapat dilihat pada
(Tabel 2).
657
Tabel 2. Laju Erosi Tahunan dan Konsentrasi Sedimen Terlarut selama Musim
Hujan untuk Enam Wilayah
Tipe KS
Jumlah KS rerata Laju erosi
Wilayah penggunaan maksimal
observasi (mg/l) ton/ha/th
lahan (mg/l)
Pegagas Hutan primer 79 5 72 0,126
Togan Hutan tebangan 83 59 580 0,51
Sekuyam Hutan belukar 81 47 700 3,88
Putihan Kebun karet 81 4 25 0,057
Sago Kebun Sawit 61 24 228 0,16
Tanatan Sawah 60 1 5 0,013
Sumber : Skarbovik (dalam Effendi, 2000).
Dari Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan lahan untuk kebun karet dan
kelapa sawit apalagi sawah mengalami erosi dengan laju yang sangat rendah. Laju
erosi tersebut bahkan lebih kecil dibandingkan dengan laju erosi pada hutan
primer. Dengan demikian maka persoalan lahan kritis tidak ditemui di daerah
Atas dasar itu semakin nyata bahwa masalah lahan kritis sebetulnya tidak
bisa dipisahkan dengan kualitas pengelolaan lahan dan atautanaman. Dan memang
telah banyak bukti menunjukkan bahwa lahan yang tidak dikelola sebagaimana
melalui pengurasan unsur hara melaui pembakaran pada waktu pembukaan lahan,
juga sering terjadi melaui erosi tanah oleh air hujan, angin dan atau di beberapa
adanya suatu lapisan penutup permukaan tanah maka tumbukan butir-butir hujan
tidak akan mencapai permukaan agregat tanah. Jadi dengan adanya lapisan mulsa
pada permukaan tanah, tumbukan butir-butir hujan yang tertahan olehnya akan
(erosi).
permukaan tanah;
Dalam suatu jumlah yang sama, bila digunakan untuk mengendalikan erosi
Seperti yang terlihat pada Tabel 3, makin besar jumlah bahan pemulsaan
ditempatkan dipermukaan tanah maka ternyata hasilnya akan lebih efektif dalam
pengawetan lahan dari serangan erosi, oleh karena itu pemberian bahan mulsa
dalam jumlah optimal perlu diperhatikan. Pemberian bahan – bahan mulsa secara
optimal selain sangat berpengaruh optimal dalam mengurangi tingkat erosi, juga
tanaman. Persentase keberhasilan tersebut didapat setelah setengah tahun dari saat
pemberian mulsa pada tanah dengan derajat erosi ≤ 200 ton per hektar per tahun,
pemulsaan untuk mengendalikan derajat erosi pada lahan yang setiap tahunnya
mengalami kehilangan lebih dari 200 ton per hektar tanah permukaannya
Dengan demikian pada lahan yang demikian selain usaha pemulsaan perlu
dilakukan, juga harus dibantu dengan penterasan (pembuatan teras ini akan
660
merupakan alat penahan agar bahan – bahan mulsa dapat dipertahankan tetap
New South Wales bagian Utara menggunakan bonggol, Bonggol tanaman sangat
efektif pula jika dimanfaatkan sebagai bahan mulsa unuk mengendalikan erosi dan
aliran permukaan. Yang dimaksud dengan bonggol tanaman ialah sisa atau bagian
misalnya bonggol jerami padi sawah, padi gogo, jagung, gandum, sorghum, dan
lain-lain, ang biasanya tetap terbenam dalam tanah. Nantinya apabila pengelolaan
sejumlah bonggol sisa tanaman pada permukaan tanah selama masa bera. Segera
tanah pada musim tanam berikutnya. Dengan cara ini dapat tersedia sejumlah
besar bonggol tanaman yang sangat efektif dalam mengendalikan bahaya erosi.
sebagai berikut :
atas permukaannya, pada suatu dataran, ancaman erosi tanah oleh aliran
permukaan adalah relatif kecil. Dengan adanya tanggul (galengan) jumlah tanah
yang terangkut akan lebih kecil lagi, sehingga keadaanya akan lebih terkendali.
661
Pada lahan – lahan kering ancaman erosi relatif besar. Tidak saja karena
keadaan tanahnya yang peka terhadap daya rusak hujan ataupun aliran
permuakaan akibat kurang mantapnya agregasi tanah yang ada, tetapi juga karena
letak lahannya yang tidak selalu berupa dataran. Pemulsaan dengan bonggol
tanaman pada lahan kering dapat dilakukan pada derajat kemiringan 0% - 15%.
tanaman tersebut, maka yang perlu lebih diperhatikan agar pada waktu panen
pengolahan tanah memilih sistem pengolahan tanah yang tepat yang dapat
benih.
permukaan lahan, dalam jumlah yang cukup dan selama mungkin, asal dalam hal
tersebut.
Suripin, 2002) pada tanah silt-loam dengan kemiringan lahan 70. Hasil serupa
diperoleh oleh (Lal dalam Suripin, 2001), pada tanah alfisol dengan kemiring 60.
Disamping pengaruh mulsa terhadap laju erosi, (Lal dalam Suripin, 2002) juga
semakin rendah pula terjadinya kehilangan tanah (erosi) dan aliran permukaan.
agregat dan aerasi tanah. Suhu tanah maksimum pada kedalaman tanah 5 cm turun
naik rata-rata 10 C.
kritis di Desa Gunung Lingai, Samarinda Ilir. Kondisi topografi lapangan yang
dipilih adalah variasi tiga kelerengan yang berbeda, yaitu untuk kelerengan datar
(<8%), landai (8~25%), dan kelerengan curam (25~40%). Seperti terlihat pada
Tabel 5.
663
Tabel 5. Total Massa Tanah Tererosi dan Limpasan Permukaan untuk Masing-
masing Petak Ukur pada Ketiga Kelas Kelerengan
Petak Ukur (PU)
Lereng Kontrol (PU-K) Ditebar (PU-T) Di Parit (PU-P)
LP MTE LP MTE LP MTE
Datar 426,33 3,26 117,66 0,23 219,63 0,50
Landai 1421,01 16,76 830,25 2,72 1140,08 5,22
Curam 1841,37 26,21 941,70 8,67 1280,55 13,12
Sumber : Sudarmadji dan Rachman (1996).
mulsa alang-alang berperan dalam menekan atau menurunkan jumlah massa tanah
tingkat laju erosi tanah, yang berarti pula menekan/mengurangi volume dan laju
limpasan permukaan. Hal ini serupa dengan beberapa hasil penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa mulsa dari berbagai sisa bahan tanaman mempunyai
kemampuan untuk mengurangi daya rusak energi kinetik curah hujan pada waktu
Pada beberapa kejadian hujan, untuk intensitas curah hujan yang sama
ternyata menimbulkan massa tanah tererosi yang beragam. Hal ini dapat terjadi
karena adanya perbedaan perioda lama waktu untuk setiap kejadian hujan,
sama dengan penanaman anakan-anakan pohon terpilih sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan penanaman. Dengan kombinasi ini, maka pada saat anakan belum
mampu untuk berperan dalam menekan laju limpasan permukaan dan erosi tanah,
Peningkatan ini diperkirakan akibat penambahan unsur hara yang dilepaskan oleh
mulsa yang telah mengalami dekomposisi. Informasi ini mungkin bermanfaat agar
nantinya tanaman yang digunakan untuk tujuan pengendalian erosi selain tahan
yang baik terhadap perubahan pH yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mulsa
alang-alang.
665
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, S., 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta. 148 hal.
Kartasapoetra, G., 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Rineka Cipta.
Jakarta. 194 hal.
Sudarmadji, T., 1995. Studi tentang Upaya Stabilisasi Lereng Lahan Rusak Secara
Vegetatif untuk Pencegahan dan Pengendalian Erosi. Pusat Studi
Reboisasi dan Rehabilitasi Hutan Tropis Basah. Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset. Yogyakarta.
208 hal.
Tjitrosoedirjo, S., dan Efendi, S., 1983. Pengelolaan Padang Alang-Alang ke Arah
Sistem yang Produktif, Pertemuan Teknis Pengelolaan Padang Alang-
Alang di Daerah Perkebunan, BPP Sembawa, Tirta Yasa. Palembang.