Disusun Oleh:
Teteh Intan Lestari
XI MIA 2
MAN 2 MATARAM
Tahun Pelajaran 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Apabila ada kesalahan pada
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Daftar Isi
2
HALAMAN JUDUL………………………………………….(1)
KATA PENGANTAR ……………………………………….(2)
DAFTAR ISI……………………………………………………
(3)
ISI………………………………………………………………
…(4)-(13)
PENUTUP……………………………………………………..
(14)
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………
(15)
3
BIOGRAFI DAN KONTRIBUSI ABU
HASAN
AL-ASYARI
Abu al-Hasan bin Isma'il al-Asy'ari (Bahasa Arab ن بنCCو الحسCCاب
عريCCماعيل اﻷشCC( )إسlahir: 873- wafat: 935), atau lebih dikenal
sebagai Imam Asy'ari merupakan seorang mutakallim yang
berperan penting sebagai filsuf muslim sekaligus pendiri Mazhab
Asy'ariyah atau Asya'irah, mazhab kalam ahlussunnah wal
jama'ah di samping Mazhab Al-Maturidiyah. Berbeda dengan
mazhab fikih yang memiliki empat imam besar yang dianggap
sebagai ahlussunnah wal jama'ah, yaitu Imam Syafi'i, Imam
Hambali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi, mazhab besar dalam
ilmu kalam ada dua, yaitu Asy'ariyah (oleh Imam Abu Al-Hasan
Al-Asy'ari) dan Al-Maturidiyah (oleh Imam Abu Mansur Al-
Maturidi), di mana ajaran keduanya sejalan dan hampir sama
alias sangat sedikit perbedaannya, sehingga sering kali dianggap
memuat ajaran yang sama. Perbedaan itu hanyalah dari sisi
istilah ataupun hal-hal kecil saja. Namun ada yang menyangka
kalau mazhab Asy'ariyah adalah mazhab kalam ahlussunnah wal
jama'ah, hal ini dikarenakan kelompok yang banyak melawan
mu'tazilah pada masa itu adalah Asy'ariyah. Hal itu dikarenakan
Asy'ariyah adalah mazhab kalam terbesar sejak satu milenia
terakhir dan paling banyak dianut oleh umat muslim, baik di
Indonesia maupun di beberapa belahan dunia. Ajaran Imam
Asy'ari yang menjadi ciri khas dari aliran Asy'ariyah yang paling
terkenal adalah tentang pembagian sifat Allah dan Nabi
4
menggunakan hukum akal yang dikenal sebagai akidah 50, di
mana Allah memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan 1 sifat
ja'iz, sementara nabi memiliki 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan
1 sifat ja'iz. Ajaran ini juga dikenal dengan sifat 20 ketika
dinisbatkan kepada Allah. Meski dahulunya berasal dari
golongan Mu'tazilah, Imam Asy'ari meninggalkan paham-paham
Mu'tazilah (seperti mendahulukan akal daripada dalil dalam Al-
Qur'an dan Hadis; menganggap Al-Qur'an sebagai makhluk;
memfasikkan pelaku dosa besar; dan memungkiri kemungkinan
melihat Allah karena beranggapan bila melihat Allah adalah
mungkin, maka Allah bertempat) lalu kembali ke arah
ahlussunnah wal jama'ah dan menghancurkan Teologi
Mu'tazilah.
Latar Belakang
6
pesantren-pesantren yang berbasiskan Nahdhatul Ulama (NU)
khususnya, dan sekolah-sekolah formal pada umumnya.
A. Doktrin-doktrin Teologi Al-asy’ari
Formulasi pemikiran Al-Asy’ari, secara esensial menampilkan
sebuah upaya sintesis antara formulasi ortodoks extrim pada satu
sisi lain. Dari segi etosnya, pergerakan tersebut memiliki
semangat ortodoks. Aktualitas formulasinya jelas menampakkan
sifat yang reaksonis terhadap Mu’tazilah, sebuah reaksi yang
tidak bisa 100% menghindarinya.
Pemikiran-pemikiran Al-asy’ari yang terpenrinng adalah ,
sebagai berikut :
Tuhan dan sifat-sifatnya
Al-asy’ari dihadapkan pada dua pandangan yang ekstrim. Pada
satu pihak, ia berhadapan dengan klompok sifatiah (pemberi
sifat), klompok mujassimah (antropomorfis), dan klompok
musyabbihah.
Menghadapi kelompok yang berbeda tersebut, Al-asy’ari
berpendapat bahwa Allah memiliki sifat-sifat (bertentangan
dengan Mu’tazilah), sperti mempunyai tangan dan kaki, tidak
boleh diartikan secara harfiah, tetapi secara simbolis. selanjutnya
beliau berpendapat bahwa sifat-sifat Allah unik dan tidak dapat
dibandingkan dengan sifat-sifat manusia pada umumnya. Sifat-
sifat Allah berbeda dengan Allah, tetapi sejauh menyangkut
realitasnya (haqiqah) tidak terpisah dara esensi-Nya. Dengan
demikian, tidak berbeda dengan-Nya.
Qadimnya Al-qur’an
Al-Asy’ari dihadapkan pada dua pandangan eksterm dalam
personal qadimnya Al-qur’an : Mu’tazilah mengatakan bahwa
Al-Qur’an mahluk, dan tidak Qodim ; serta pandangan Madzhab
Hambali dan zahiriah yang mengatakan bahwa Al-qur’an adalah
kalam Allah. Bahkan zahiriah berpendapat bahwa semua huruf,
kata-kata, dan bunyi Al-qur’an adalah qadim. Al-asy’ari
mengatakan bahwa walaupun Al-qur’an terdiri atas kata ,huruf,
dan bunyi, tetapi hal itu tidak melekat pada esensi Allah dan
8
tidak qadim. Nasuton mengatakan bahwa Al-qur’an bagi Al-
asy’ari tidak diciptakan, sesuai dengan Q.S. An Nahl : 16.
“Sesungguhnya firman kami terhadap sesuatu apabila kami
menghendakinya, kami hanya mengatakan kepadanya, jadilah !
maka jadilah sesuatu itu. “
Melihat Allah
Al- asy’ari tidak sependapat dengan kelompok otodoks ekstrem,
terutama zahiriah yang mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di
akhirat dan memercayai bahwa Allah bersemayam di ‘arsy.
Selain itu, Al-asy’ari tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang
mengingkari ru’yatullah (melihat Allah) di akhirat. Al-asy’ari
yakin bahwa Allah dapat dilihat di Akhirat, tetapi tidak dapat
digambarkan. Kemungkinan ru’yat dapat terjadi ketika Allah
yang menyebabkan dapat dilihat atau ia menciptakan
kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.
Keadilan
Pada dasarnya Al-asy’ari dan Mu’tazilah setuju bahwa Allah itu
adil. Mereka hanya berbeda dalam cara pandang makna
keadilan. Al-asy’ari tidak sependapat dengan ajaran Mu’tazilah
yang mengharuskan Allah berbuat adil sehingga ia harus
menyiksa orang salah dan memberi pahala kepada orang yang
berbuat baik. Al-asy’ari berpendapat bahwa Allah tidak memiliki
keharusan apapun karena ia adlah penguasa Mutlak. Jika
Mu’tazilah mengartikan keadilan dari visi manusia yang
memiliki dirinya, sedangkan Al-asy’ari dari visi bahwa Allah
adalah pemilik mutlak.
9
Kedudukan orang berdosa
Karya-karyanya
1 Maqalat al-Islamiyyin
3 Al-Luma[1]
Kitab-kitab lainnya:
11
8 Al-Qāmi' likitāb al-Khālidi fi al-Irādah
12 Kitāb al-Imāmah
15 Al-'Amdu fi ar-Ru'yah
16 Kitāb al-Maujiz
18 Kitāb ash-Shifāt
23 Kitāb fi ash-Shifāt
12
24 Adab al-Jidal
PENUTUP
13
KESIMPULAN
Abu Musa Al-Asy’ari adalah salah seorang sahabat Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam yang masyhur. Beliau -Abul Hasan
Al-Asy’ari- Rahimahullah dilahirkan pada tahun 260 H di
Bashrah, Irak. Beliau Rahimahullah dikenal dengan
kecerdasannya yang luar biasa dan ketajaman pemahamannya.
Demikian juga, beliau dikenal dengan qana’ah dan
kezuhudannya. Al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari wafat di
Baghdad pada tahun 324 H. Semoga Allah meridhoinya dan
menempatkannya dalam keluasan jannahNya.
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari bermadzhab fiqih kepada Madzhab
Imam Syafi’i. Demikian tertulis dalam kitab Al-Habaik Fi
Akhbar Al-Malaik karangan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Dan
Ustadz Abu Ishaq dan Abubakar al-Furak dalam kitab “Thabaqat
Mutakallimin”.
Abu Hasan Al-Asy’ari meninggalkan karangan-karangan, kurang
lebih berjumlah 90 buah dalam berbagai lapangan. Kitabnya
yang terkenal ada empat :
1. Maqalat al-Islamiyyin
2. Al-Ibanah 'an Ushulid Diniyah
3. Kitab Al-Luma’ Fi al-Raddi ‘ala ahli al-zaighi wal al-bida
4. Risalah Fi isthisan al-kahaudl fi ilm Kalam
Daftar Pustaka
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Hasan_al-Asy%27ari
http://mytnt13.blogspot.com/2015/03/makalah-ilmu-kalam-abu-
hasan-al-asyari.html
15