Dalam kamus bahasa Indonesia perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Dapat disimpulkan bahwa,
perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang
memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat
pembelajaran dibuat sebagai salah satu penunjang agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran yang berupa, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Secara rinci, masing-
masing perangkat tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Buku panduan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku panduan fisika untuk
peserta didik. Buku panduan praktikum IPA fisika yang dibuat merupakan bahan ajar yang
didalamnya membahas tentang percoban -percobaan pesawat sederhana dan disertai dengan
latihan soal.
Lembar Kegiatan Peserta didik adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta didik, yang digunakan sebagai sarana untuk mengoptimalkan hasil belajar peserta
didik dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar- mengajar. LKPD ini
dilengkapi dengan petunjuk praktikum tentang pesawat sederhana. Struktur komponen LKPD
(Depdiknas B, 2007) adalah sebagai berikut :
1. Topik
2. Petunjuk belajar
5. Langkah-langkah kerja
6. Tugas-tugas
Laboratorium ialah tempat untuk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan melakukan
praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium
yang dimaksud di sini tidak hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk
percobaan ilmiah, misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan
sebagainya; melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik berupa
percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demontrasi yang terkait dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dengan kata lain “laborary work” adalah kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu
tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau guru/dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum,
observasi, penelitian, demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang
dilakukan dalam rangka kegiatan belajar-mengajar (Mustaji, 2009).
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan
praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah.
b. Memberikan ketrampilan kerja ilmiah bagi siswa.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu
obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
d. Menambah ketrampilan dalam menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari
dan menemukan kebenaran.
e. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang calon ilmuwan.
Percobaan di laboratorium dilakukan dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
secara langsung, sehingga baik ketrampilan psikomotorik maupun intelektual dapat berkembang.
Hal ini berarti bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak dapat dipisahkan dari kerja
praktik, sehingga laboratorium merupakan sumber belajar yang efektif. Oleh karena itu maka
fungsi laboratorium harus dioptimalkan. Keberadaan laboratorium yang dikelola dengan baik
akan mendorong guru-guru IPA untuk menggunakannya sebagai sarana dan sumber
pembelajaran
Hal ini juga diucapkan oleh Ibrahim dan Nur (Trianto, 2011: 96) bahwa pembelajaran
berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan banyak informasi
kepada siswa, tetapi untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, keterampilan intelektual, mempelajari peran orang dewasa juga belajar
mandiri dan mandiri. Melalui PBL yang diterapkan diharapkan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas, dapat menumbuhkan keterampilan komunikasi matematis dan mampu
membentuk kepribadian siswa menjadi belajar mandiri dalam berbagai masalah yang
dihadapi siswa. PBL juga mencoba membantu siswa untuk menjadi pembelajar mandiri dan
diatur sendiri, dibimbing oleh guru yang selalu memberikan semangat dan penghargaan
ketika mereka mengajukan pertanyaan dan menemukan solusi mereka sendiri untuk masalah
nyata, akankah siswa belajar untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri.
Menurut Sheryl (dalam Rustam dkk, 2017), Pembelajaran berbasis masalah sebagai
metode pembelajaran, dibangun dengan ide konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran
berpusat pada siswa. Bila menggunakan pembelajaran berbasis masalah, guru membantu
siswa fokus pada pemecahan masalah dalam konteks dunia nyata yang akan mendorong
siswa untuk memikirkan situasi masalah ketika siswa mencoba untuk memecahkan masalah.
Model pembelajaran ini dilakukan melalui kerjasama siswa dalam kelompok-kelompok kecil,
menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru bertindak sebagai
fasilitator dan menggunakan situasi kehidupan nyata sebagai fokus pembelajaran. Siswa akan
bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah nyata dan kompleks yang akan
mengembangkan pemecahan masalah keterampilan, penalaran, komunikasi, dan keterampilan
evaluasi diri melalui pembelajaran berbasis masalah.
Karakteristik PBM
Karakteristik atau ciri-ciri Problem Based Learning (PBL) menurut Akınoglu dan
Tandogan (dalam Wardono et al, 2016) sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran harus dimulai dengan masalah yang didominasi masalah nyata;
2. Bahan dan kegiatan belajar harus memperhatikan keadaan agar dapat menarik
perhatian siswa;
3. Guru adalah seorang supervisor selama proses pembelajaran;
5. Tingkat kesulitan dari materi yang dipelajari tidak pada tingkat tinggi yang dapat
membuat siswa putus asa;
Langkah-langkah PBL
Ibrahim dan Nur (dalam Nurul, 2017) menambahkan bahwa langkah-langkah Problem
Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
No Fase Tingkah laku Guru
1 Orientasi Siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan kebutuhan logistic yang
diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat
dalam pemecahan masalah
Polya (dalam Edy, 2014) Proses pembelajaran matematika di kelas telah mengikuti
pembelajaran berbasis masalah. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah didasarkan
pada empat langkah pemecahan masalah oleh Polya (1971), yaitu: (1) memahami masalah,
(2) merencanakan solusi, (3) memecahkan masalah berdasarkan perencanaan pada langkah
kedua , (4) melihat kembali hasilnya. Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam
pemecahan masalah ini, guru harus merancang proses pembelajaran dengan memberikan
pengalaman pemecahan masalah yang membutuhkan strategi yang berbeda untuk masalah
yang diberikan.
Implementasi konkret dari langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dapat
dibagi sebagai berikut: (1) menulis aspek apa yang diketahui dalam masalah, aspek ini
sebagai modal awal untuk menyelesaikan masalah, (2) menulis apa yang ditanyakan dalam
masalah, aspek ini adalah tujuan, (3) menulis model matematika dari masalah dengan
menggunakan aspek apa yang diketahui dari masalah, (4) menyelesaikan model pada langkah
ketiga, (5) melihat kembali hasilnya.
KESIMPULAN
Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan suatu permasalahan
sebagai sumber pembelajaran. Dengan sistem ini siswa belajar untuk memecahkan suatu
masalah dengan pengetahuan yang dia miliki dan siswa juga akan berusaha mengingat
kembali pengetahuan yang pernah dia dapat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam PBL siswa dituntut untuk berpikir secara luas dan cerdas agar mendapatkan
solusi untuk permasalahan yang diajukan oleh guru.Siswa juga dituntut untuk aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran.Dengan sistem PBL ini maka kegiatan belajar akan lebih
bermakna bagi siswa dan siswa akan lebih memahami dan mengerti bahwa ilmu yang
mereka dapat bisa mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada siswa,
salah satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu ditingkatkan karena tantangan kehidupan
masa sekarang dan masa yang akan datang akan semakin kompleks dan menuntut setiap
orang secara individual mampu menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang relevan.
SARAN
PBM harus diterapkan dalam pembelajaran karena menuntut kesiapan baik pihak guru
sebagai seorang fasilitator sekaligus bagi pembimbing. Dan guru diharuskan memiliki skill
atau kemampuan dan kreatifitas untuk bisa menjadi pendidik yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aman S, dkk. 2018. The Improving Mtahematical Communication Ability and Students Self-
Regulation Learning Through on Batak Toba Culture. American Journal of Education
Research. Vol. 6. No. 10:1397
Nurullita, dkk. 2017. The Effect of Problem BasedLearning to Students Mathematical
Problem Solving Ability . International Journal of Advance Reasearch and Ideas In
Education.Vol. 3. Issue.2 :3341-3346.
Nurul R, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Brbasis Masalah (Problem Based
Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa.ResearchGate:1-
10
Edy S,dkk. 2018. Effect of Problem Based Learning Toward Mathematical Communication
Ability and Self-Regulated Learning. Journal of Education and Practice. Vol 9. No. 6 :
14-23.
Edy S,dkk. 2013. Improving of Junior High School Thinking Representation Ability in
Mathematical Problem Solving by CTL. Vol 4. No. 1 : 113-126.
Edy S,dkk. 2014. The Development of Problem Based Learning Model to Construct High
Order Thinking Skill Students’ on Mathematcal Learning in SMA/MA. Journal of
Education and Practice.Vol.5. No 39:52-
Pinta Y, dkk. 2017. Aplication of Problem Based Learning to Students’ Improving on
Mathematics Concept of Ability . International Journal of Science: Bassic Applited
Research (IJSBAR).Vol. 33. No. 3 :261-26955.
Rosmawati, dkk. 2017.Pengaruh Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa. ResearchGate:1-9
Reny R, dkk. 2019.Penerapan ModelBased Learning (PBL) Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa. Journal for Research
in Mathematics Learning. Vol.2, No.1:049-057.
1
0