Anda di halaman 1dari 21

2.

1  Pengertian Penataan, Perawatan dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium


2.1.1 Pengertian Penataan Alat-Alat Laboratorium
 Penataan (ordering) alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar tertata
dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan   dalam penyimpanan
(storing)  maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan
pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas laboratorium (teknisi dan
laboran)  dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja laboratorium,
juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan
alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang
(estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu
peralatan lain,  terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan
(Amien, 1984: 78).
  Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain :lokasi
bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
  Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang
menuju bangunan lain, dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya.
Bangunan laboratorium tidak berdekatan dengan lokasi sumber air.Lokasi laboratorium harus
mudah dijangkau untuk pengontrolan dan mempermudah tindakan lainnya.
  Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sains umumnya terdiri dari ruang utama, dan ruang-
ruang pelengkap.Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan
praktikum.Ruangan pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang
penyimpanan.Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang
dipakai dalam praktikum. Ruang penyimpanan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
persediaan  (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaanya tidak setiap saat. Selain
ruangan tersebut, mungkin juga sebuah laboratorium memiliki ruanagan gelap, ruangan
spesimen, ruangan khusus untuk penyimpanan bahan-bahan kimia dan ruangan administrasi/staf.

2.1.2    Pengertian Perawatan Alat-Alat Laboratorium


  Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan
mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai.Dalam kaitannya dengan
perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau
pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi.
Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel atau memperbaiki
kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak atau kurang layak sehingga siap
digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa (Moejadi, 2002: 115).
  Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasarana penting untuk penunjang
proses pembelajaran di sekolah. Dikemukakan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan pasal 42 ayat  (2) serta pasal 43 ayat (1) dan ayat (3).
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis,
pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi
kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Departemen Pendidikan
Nasional, 2002).

2.1.3 Pengertian Reparasi Alat-Alat Laboratorium


  Reparasi merupakan suatu upaya untuk memperbaiki (menservice) kerusakan-kerusakan ringan
yang terjadi pada alat-alat.Setelah direparasi diharapkan alat-alat dapat digunakan/berfungsi lagi
seperti semula. Untuk hal tersebut di atas tentunya dibutuhkan keterampilan dasar
mereparasi/menservis alat-alat laboratorium atau diperlukan keterampilan minimal bagaimana
merawat alat-alat tersebut (Moejadi, 2002: 120).
  Berikut beberapa contoh alat yang sering mengalami kerusakan dan mudah diraparasi.
Berdasarkan jenis bahannya, reparasi alat dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1)   Mereparasi alat-alat gelas
2)   Mereparasi alat dari logam
3)   Mereparasi alat dari kayu
4)   Mereparasi alat dari bahan porselen
5)   Mereparasi alat dari karet/plastik
6)   Mereparasi alat listrik
7)   Mereparasialat optik
2.2  Tata Cara Penataan, Perawatan, dan Reparasi Alat-Alat Laboratorium
2.2.1 Tata Cara Penataan Alat-Alat Laboratorium
  Penyimpanan alat-alat  di dalam gedung tidak boleh disatukan dengan bahan kimia. Demikian
pula penyimpanan alat-alat gelas tidak boleh disatukan dengan alat-alat yang terbuat dari
logam.Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruangan persiapan. Contohnya apabila
luas lantai 100 m2, 70-80 m2 digunakan sebagai ruang utama praktikum.
  Suatu laboratorium yang perlu diingat adalah bahwa ruang-ruang penunjang laboratorium
tersebut tidak mutlak harus ada atau tempat serta fasilitas-fasilitas lainnya.Supaya cahaya
matahari langsung tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan laboratorium dan untuk
mencegah masuknya air hujan, maka disekelilingnya laboratorium hendaknya diberi selokan
yang luas lebih kurang 20% dari luas seluruh laboratorium (Nyeneng, 2010).
Di laboratorium terdapat berbagai macam fasilitas umum laboratorium maupun peralatan.
Beberapa contoh penataan fasilitas umum laboratorium sudah dikemukakan sebelumnya, pada
bagian ini pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :
1.      Fungsi alat, apakah  sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan   bahan kimia saja
2.      Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
3.      Keperangkatan
4.      Nilai atau harga alat
5.      Kuantitas alat termasuk kelangkaannya
6.      Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan
7.      Bahan dasar penyusun alat
8.      Bentuk dan ukuran alat
9.      Bobot  atau berat alat

      Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara
mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik
disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidakmutlakan dalam
menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak sekali dalam mata
pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam laboratorium fisika penataan alat
seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat untuk percobaan listrik,
magnet, optik, panas, cahaya dst. Upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penanganannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki
pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung
jawabnya, dan mengikuti peraturan.
a.    Penataan dan penyimpanan alat dan bahan didasarkan pada:

1. Keadaan laboratorim yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, dan


keadaan alat dan bahan.
2. Kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan digapai,
keamanan dalam penyimpanan dan pengambilannya

b. Keadaan alat dan bahan berdasarkan keadaannya:

1. Alat dapat dikelompokkan atas jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa
sering alat tersebut digunakan, atau jenis percobaan.
2. Bahan atau zat tersebut dapat dikelompokkan pada jenis bahan (fasa,wujud
zat,sifat asam basa dari zat), seberapa bahaya bahan tersebut, dan seberapa sering
bahan tersebut digunakan.

c. Langkah-langkah penyimpanan:

1. Bersihkan ruang dan penyimpanan alat dan bahan.


2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada.
3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan.
4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas
laboratorium, keadaan alat dan bahan.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat penyimpanan alat yaitu:


1. Bahan dasar pembuatan alat.
2. Bobot alat.
3. Kepekaan alat terhadap lingkungan.
4. Pengaruh alat yang lain.
5. Kepekaan perangkat alat dalam suatu set.
e. Penyimpanan alat dan bahan :

1. Alat-alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat- alat
yang mahal harganya penyimpanannya dipisah.
2. Alat-alat untuk percobaan fisika biasanya dikumpulkan menurut golongan percobaannya
3. Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan disimpan tersendiri ditempat
khusus.

f. Perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti :


1. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan
2. Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
3. Menjaga kebersihan alat
4. Menyimpan alat
g. Tata letak dan pengaturan perabot laboratorium :
1.        Prinsip Keamanan
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan
mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.Aman juga berarti tidak
menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
2.        Prinsip Kemudahan
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu
dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
3.        Prinsip Keleluasaan
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci
yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

Langkah-langkah Penyimpanan :
1. Bersihkan Ruang dan Penyimpanan Alat dan Bahan
2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada
3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan di 
atas
4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas Laboratorium,
keadaan alat dan bahan diatas.
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan
percobaan dan bahan pembuat alat :

1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti :


Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet,
Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
2. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut
seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.

         Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering
dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat – alat yang boleh
diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja
demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yang
dapat diletakkan di meja demonstrasi adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi.
Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan alat dan
bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal – hal berikut :
1. Udara
         Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini
memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti
tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas seprti
dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak
dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi.
Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan,
gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan
kecelakaan dan keracunan.
2. Air dan Asam – Basa
       Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam
dan basa.Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif
dan berubah fungsinya.Bahan kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan
tersebut tidak berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan
terjadinya ledakan.
3. Suhu
      Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut, memacu
terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.gangguan
mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
      Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara
langsung.Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari
langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup.Bahan kimianya sebaiknya disimpan dalam
botol yang berwarna gelap.
6. Api
         Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api.
Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya
oksigen.Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus memperhatikan
komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut.

2.2.2 Tata Cara Perawatan Alat-Alat Laboratorium       


       Aspek ini merupakan aspek yang membutuhkan personalia untuk menjalankannya. Untuk
memenuhi aspek ini, biasanya laboratorium di sekolah terdapat berbagai personil yaitu: kepala
sekolah, wakasek bidang sarana, wakasek bidang kurikulum, penanggung jawab teknis
laboratorium, koordinator laboratorium, dan laboran.
Untuk mengelola Laboratorium yang baik kita harus mengenal perangkat-perangkat apa yang
harus dikelola. Semua perangkat-perangkat laboratorium ini jika dikelola secara optimal, akan
memberikan optimalisasi manajemen lab yang baik. Dengan demikian manajemen laboratorium
itu adalah suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata
ruang (lab-lay-out) sampai dengan semua perangkat - perangkat penunjang lainnya.
a. Jenis Perawatan
Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.Secara
jelas dapat dilihat pada skema dibawah ini.
1.  Perawatan Terencana
Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal,
dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi.
Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Perawatan Terencana yang Bersifat Perawatan Preventif
Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan, adalah
sistemperawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan peralatan laboratorium.
b. Perawatan Terencana yang Bersifat Korektif
Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi, yakni sistemperawatan
peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan
peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi normal.

2. Perawatan Tidak Terencana           


Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan
yang tidak diperkirakan sebelumnya.Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak
dijadwalkan.Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan
berat.Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebutperawatan darurat.

b.  Tujuan Perawatan Laboratorium


Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang mencakup:
1.       Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal
2.       Memperpanjang umur pemakaian
3.       Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran
4.       Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai
5.       Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan
6.       Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak
7.       Menghindari terjadinya kerusakan fatal.
c. Sistem Perawatan Laboratorium
Dalam perawatan Laboratorium, sebelum penyusunan jadwal dan rencana kebutuhan biaya
perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini:
1.         Obyek laboratorium yang akan dirawat.
2.         Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan.
3.         Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya perawatan.

d.  Pemeliharaan Peralatan Laboratorium


            Pemeliharaan alat-alat di laboratorium sebenarnya mempunyai andil besar dalam
menanggulangi banyaknya kecelakaan kerja di dalam laboratorium. Pemeliharaan alat-alat
laboratorium secara berkala dapat mengantisipasi kecelakaan yang timbul secara lebih dini.
Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan peralatan laboratorium:

1. Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih terlebih dahulu.


2. Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya
3. Bersihkan meja dan lantai laboratorium
4. Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang memerlukan
perbaikan.
5. Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam kondisi buruk.
6. Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar menjaga kestabilan
alat tersebut.
7. Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat tersebut
tidak di gunakan kembali.

e. Sumber Daya sistem perawatan Laboratorium


1.    Tenaga Perawat ( Man )
  Tenaga laboran/teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang
dikelolanya.Salah satu tugas seorang laboran/teknisi adalah melaksanakan
perawatanlaboratorium yang meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan,
memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan
penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak, untuk peralatan khusus
dengan tingkat kerusakan yang sudah parah, dan perbaikannya juga memerlukan kemampuan
profesional yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar. Misalnya, untuk
perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur elektronik, yang konstruksinya sangat rumit,
untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan siswa praktikan.Misalnya
dalam menjaga kebersihan ruang dan tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, membantu
dalam penyimpanan peralatan, untuk keperluan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan
akibat kesalahan pemakaian sekaligus sebagai upaya pembinaan tanggungjawab mahasiswa,
dapat peraturan dan tata tertip penggunaan peralatan di laboratorium.
2.        Biaya Perawatan ( Money )
Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan
perawatan sangat mahal. Biaya perawatan dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain:
a. Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun, carbol,kain lap, perekat, cat,
bahan pengawet, pencegah jamur, dan sebagainya.
b. Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer,
dan sebagainya.
c. Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak, kuas, solder, tang, obeng,
gunting, dan sebagainya.
d. Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan perawatan terpaksa harus
mengundang pihak luar, misalnya ahli komputer.
e.  Biaya perawatan di atas perlu dihitung dan dimasukkan dalam usulan anggaran, sehingga
tersedia dana untuk perawatan laboratorium secara rutin.

3. Bahan Perawatan ( Materials )


       Bahan perawatan adalah seluruh jenis bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan
pekerjaan perawatan peralatan laboratorium.Bahkan untuk pekerjaanperawatan ini harus tersedia
dengan jumlah yang memadai, Karena bahan ini merupakan salah satu sumber daya yang sangat
urgen untuk merawat semua peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan
perawatan peralatan laboratorium, antara lain:
Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti: sabun, carbol, kain lap, tinner, bahan pembersih alat-
alat laboratorium, tempat sampah, kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya.
b. Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak pelumas, bahan pelapis, bahan
pelindung, pembungkus, dan sebagainya.
c.  Suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya.
4.   Peralatan Perawatan ( Machines )
     Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan perawatan laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan
perawatan lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatanperalatan
laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan, tergantung dari jenis sarana atau fasilitas
yang dirawat serta jenis kegiatan perawatannya. Peralatan perawatanla boratorium antara lain
meliputi:
a.       Peralatan penyimpanan, misalnya lemari, rak
b.      Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis
c.      Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran
d.      Peralatan penyetelan kembali
e.       Peralatan perbaikan
Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan secara rutin sering dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan perawatan peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium.
5.   Cara Perawatan ( Methodes)
Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium yang dapat
dilakukan antara lain dengan cara:
a. Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan,
peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet.
b.  Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar terhindar dari kerusakan.
c. Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari kotoran yang dapat merusak,
misalnya debu dan uap air yang dapat menyebabkan terjadinya korosi.
d.  Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis, memberi makan hewan
percobaan.
e. Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala
kerusakan.
f.  Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam kondisi
normal atau standar.
g. Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan peralatan laboratorium pada batas
tingakat kerusakan tertentu yang masih mungkin dapat diperbaiki sendiri, sehingga siap dipakai
untuk praktikum mahasiswa.
h.  Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium yang sudah rusak.
6.      Waktu Perawatan ( Minutes )
Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari tersedianya kesempatan atau
waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan
tersebut secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatanperawatan. Dari sisi obyek yang
dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatanlaboratorium dapat ditetapkan berdasarkan
pada:
a.       Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan perawatan alat yang sama
peroleh pengalaman mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukanperawatan
seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko kerusakan alat tersebut.
Bagi laboran/teknisi yang telah berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan
laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu dalam menyusun jadwal
perawatan.
b.      Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan peralatan laboratorium.
Untuk obyek atau alat yang sering digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak
orang, maka obyek atau alat tersebut akancepat kotor atau rusak. Untuk menjaga agar tetap
bersih dan menghindari kerusakan, mestinya jadwalperawatannya harus dibuat tinggi
frekuensinya. Artinya obyek atau alat tersebut harus sering dilakukan perawatan.
c.       Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang dimiliki laboratorium.
Biasanya peralatan laboratorium yang baru dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual
yang memuat petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut. Informasi tersebut
dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun jadwal perawatan.

f. Cara Merawat Alat-Alat Laboratorium


1.      Merawat Alat Gelas
Simpan di tempat aman, terpisah dari alat lain, tersusun sesuai jenis
Jangan memanaskan alat yang bukan terbuat dari gelas tahan api (pyrex, Yena, durex)Jangan
memanaskan alat-alat ukur gelas.Simpan dalam keadaan bersih dan kering.
2.      Merawat Alat Logam

Lindungi dari karat, dengan cara dicoating, dicat, atau dibungkus plastik bila tidak digunakan.
Usahakan selalu kering, simpan ditempat kering.Jauhkan dari bahan kimia korosif. Bersihkan
dan kering setelah digunakan
3.      Merawat Alat dari Kayu

Usahakan kering agar tidak cepat rapuh, Dicat.Disemprot dengan bahan insektisida.Simpan
ditempat yang kering.
4.      Merawat Alat dari Bahan Porselen

Simpan ditempan yang aman, hindarkan dari benturan


5.      Merawat Alat dari Karet/Plastik

a. Jauhkan dari panas, asam, basa atau garam


b. Hindarkan dari bahan/pelarut organic
6.      Merawat Alat Listrik
Gunakan kabel yang baik.Kontrol selalu sekeringnya secara berkala.Jangan menumpuk steker
listrik.Gunakan stabilisator untuk menghindari fluktuasi tegangan. Putuskan hubungan alat
dengan sumber listrik bila tidak digunakan
7.      Merawat Alat Optik

Alat optik umumnya mahal. Perlu dirawat seksama.Gunakan bahan pengaman higroskopis untuk
menjaga agar alat selalu kering.Simpan diruang ber-AC dan kering.Bersihkan alat-alat dengan
cara yang benar sesuai SOP alat.
8.      Cara Merawat Lemari
Asam Dinding dalam lemari dicat tahan asam/ uap pelarut organik/panas Bagian kaca
dibersihkan berkala.Botol bahan kimia ditutup rapat.Cek blower secara berkala. Gunakan
switch : 110-220 volt. Bagian lantai lemari asam terbuat dari bahan tahan asam, tahan pelarut
organik dan tahan panas.
Rusaknya alat-alat kadang-kadang disebabkan karena salah menangani alat itu, misalnya, baterai
karena arus pendek, amperemeter rusak karena arus terlalu tinggi. Oleh karena itu, sebelum
siswa menggunakan alat yang mudah pecah atau rusak harus diberi perhatian khusus cara
penggunaan alat itu.

2.2.3 Tata Cara Reparasi Alat-Alat Laboratorium


Perbaikan (reparasi) suatu alat laboratorium sebaiknya dilakukan oleh orang atau lembaga yang
dilakukan oleh orang atau lembaga yang kompeten untuk suatu alat tertentu. kompeten untuk
suatu alat tertentu.
Perbaikan ringan peralatan laboratorium itu terbatas misalnya, mengganti kabel daya, mengganti
colokan listrik (steker), mengganti sekering yang sesuai dengan nilai amperenya, mengganti
dawai pada alat sonometer atau gelombang transversal, untuk mengganti komponen-komponen
perangkat keras sebaiknya dikirim pada instansi yang berwenang saja seperti mengganti
transistor pada CRO dan lain sebagainya.
Kerusakan pada multimeter analog, misalnya jarum tidak bergeser, kemungkinan kerusakan
terjadi karena sekering 500 mA putus atau diode proteksinya terbakar.Pelaporan Pekerjaan
Laboratorium  Fisika. Pelaporan ada dua macam, yaitu laporan harian dan laporan tahunan.
a. Reparasi Mikroskop
Reparasi/service mikroskop dilakukan dengan memperhatikan jenis dan kerusakan yang dialami
mikroskop. Hal pertama yang perlu diketahui adalah bagian-bagian mikroskop manakah yang
mengalami kerusakan sehingga fungsi dari bagian mikroskop itu tidak optimal. Pada umumnya
sebagaimana diketahui bahwa mikroskop terdiri dari bagian mekanik dan bagian optik.
Komponen-komponen mikroskop lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar Komponen-komponen mikroskop Mikroskop biasanya mengalami ketidak berfungsian


pada bagian-bagian berikut :
1.         Bagian bodi/badan mikroskop, yaitu di bagian tombol pengatur kasar (makrometer)
tempat tabung lensa objektif menempel. Tabung tersebut akan selalu merosot ke bagain bawah
sehingga fokus pengamatan tidak akan tercapai (seperti pada gambar 2 tanda panah, pada contoh
mikroskop cahaya). Sedangkan pada mikroskop listrik (gambar 1 bagian kiri), tombol
makro/mikrometer terletak di bagian bawah bodi/di bawah meja objektif) yang sering merosot ke
bagian bawah juga. Bagian bodi yang lain adalah engsel, penyatu/penghubung antara bagian bodi
mikroskop dengan bagian kaki (kasus pada mikroskop cahaya) sering terlalu longgar, dan
penyetelan-penyetelan sistem mikroskop yang melemah sehinga bagian mikroskop yang satu
dengan yang lainnya menjadi tidak kuat.
2.         Bagian lensa, Bagian lensa inilah yang sangat sensitif baik lensa okuler maupun lensa
objektif dengan kondisi lingkungan baik lingkungan perilaku pemakai/user ataupun dimana
mikroskop tersebut di simpan sangat berpengaruh terhadap kebersihan lensa.Lensa okuler
umumnya terdiri dari 2 lapis lensa (atas-bawah). Lensa objektif mulai dari 2 lapis lensa sampai
dengan 4 atau 5 lapis lensa di dalamnya tergantung ukuran pembesaran berapa kali.
3.         Sistem aliran listrik(untuk tipe mikroskop listrik), Mikroskop listrik adalah mikroskop
yang dalam sumber cahaya pemantulannya menggunakan arus listrik. Komponen/bagian inilah
mulai dari sumber listrik, sekring, sistem penaik/turun arus, lampu, dan komponen lain yang
terkadang mengalami kerusakan.
4.         Bagian-bagian lain, kenapa disebutkan bagian lain? karena poin 1,2,3 tersebut di atas
hanya keruskan umum, sementara di lapangan/pada kenyataannya jenis kerusakan lebih dari poin
tersebut di atas karena itu hanya untuk salah satu tipe mikroskop. Sedangkan tipe mikroskop
cahaya dan listrik itu beranekaragam dan beranekaragam pula komponen lain yang biasanya
mengalami kerusakan. Kerusakan mikroskop yang biasanya terjadi adalah:
a.       Kotornya lensa prisma. Lensa prisma ini, di bawah lensa okuler. Jadi setelah lensa okuler
dibersihkan lensa prisma ini harus dipastikan tidak kotor dengan cara membongkar dan
membersihkannya.
b.      Bagian makrometer dan mikrometer berbeda dengan mikrsokop cahaya. Ketika bagian ini
mengalami kerusakan/turun sendiri harus distel dan dibongkar bila tidak terselesaikan.
c.       Bagian lain dari yang sering mengalami kerusakan pada mikroskop listrik tentunya sistem
listrik itu sendiri. Apa yang harus kita periksa bila menemukan mikroskop listrik mati? Pertama
kita cek lampu/bohlam tersebut putus atau tidak dengan cara mengecek menggunakan AVO.
Kedua, cek sekring, ketiga cek bagian dalam sistem listrik yang lain (misal sistem trafo,
potensio, dimer, dll).
            Berikut teknis pengerjaan bagaimana memperbaiki mikroskop baik yang mekanik rusak
atau optik berjamur.

1. Pelepasan semua komponen/bagian optik yang menempel pada bagian mekanik seperti
lensa, kondensor dan atau diafragma, cermin, seperti gambar di bawah ini.

2. Perbaikan dan penyetelan fungsi-fungsi bagian mekanik yang mengalami kerusakan


seperti tabung turun sendiri (untuk jenis mikroskop cahaya), makrometer/pengatur kasar dan
mikrometer/pengatur halus yang mengalami kerusakan.

3. Pembersihan bagian-bagian optik/lensa dengan cara di bongkar bagian-bagian lensa baik


lensa okuler, lensa objektif, kondensor, dan cermin.

4. Pembersihan bagian bodi dengan pengkilap atau pembersih lainnya sesuai dengan tingkat
kekotoran mikroskop.

5. Pemasangan bagian optik ke bagian mekanik.

6. Pengecekan dengan menggunakan slide preparat mikroskop

7. Pemberian label/tanda bahwa mikroskop sudah diservice (tanggal service, dan identitas
reparator).

8.  Memberi penutup dengan plastik untuk meminimalkan kena debu/pengotor/jamur.

            Pertolongan Pertama Pada Mikroskop yang Kena Jamur Ketika kita mengamati
benda/objek dengan mikroskop, noda/bintik-bintik hitam, banyak seperti serat-serat halus,
buram, dan lain sebagainya, maka mikroskop Anda sudah terinfeksi jamur atau mungkin sistem
lensanya sudah rusak.Berikut  yang harus Anda lakukan ketika mikroskop sudah terinfeksi
jamur:
a.       Siapkan alkohol 70%
b.      Siapkan tissue lensa
c.       Siapkan cotton bud
Caranya :
            Lepas lensa okuler secara hati-hati, kemudian bersihkan permukaan lensa atas dan bawah
dengan cotton bud yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke alcohol.Setelah itu gosok dengan
tissue lensa, dan masukkan kembali ke dalam tabung mikroskop. Setelah dibersihkan kemudian
kita cek dengan menggunakan slide preparat mikroskop. Untuk melihat lensa tersebut sudah
bersih atau belum dengan cara putar lensa okuler tersebut, kalau ada bintik/selain objek ada yang
ikut memutar berarti okuler tersebut masih kotor (kotoran masih nempel di bagian dalam lensa).
            Lensa objektif, keluarkan dengan hati-hati lensa dari revolver, kemudian bersihkan
dengan cotton bud ujung lensa bagian bawah dan terakhir dengan tisu lensa. Kemudian secara
kasat mata lensa tersebut bisa diterawang terlihat “bening jernih” atau tidak. Kalau masih terlihat
buram berarti kotoran tersebut nempel pada lapisan lensa bagian dalam. Apa yang harus
dilakukan kalau seperti tersebut di atas? Yaitu dengan cara membongkar sistem lensa
menggunakan alat tertentu. Bila belum terampil atau tidak memiliki pengalaman dalam
membongkar bagian lensa jangan dilakukan sendiri, lebih baik penggil teknisi yang
berpengalaman untuk meminimalkan resiko lensa menjadi rusak karena“human error”dari trial
and error. Kalau tabung mikroskop turun sendiri, makro/micrometer longgar, penjepit objek
tidak baik, dll.Itu termasuk kerusakan bagian mekanik. Untuk kerusakan tersebut lebih baik
panggil teknisi yang berpengalaman. Karena dengan mencoba-coba mikroskop biasanya malah
menjadi tambah rusak.

b.       Reparasi Mikrometer Skrup untuk kerusakan ringan


Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda dengan tingkat ketelitian
0.01 mm.

1. Kerusakan biasanya ditandai dengan munculnya karat yang ada pada poros geser/putar
sehingga praktis sulit untuk digerakkan.
2. Bila ini yang terjadi, sediakan minyak tanah dan minyak goreng masing masing satu
sendok, selanjutnya campurkan dan aduk sampai betul-betul bercampur

3. Teteskan hasil minyak campuran tersebut ke bagian poros geser/putar yang berkarat, dan
tunggu kira-kira 1-2 jam.

4. Cobalah putar pada bagian poros dengan cara memutar pada bagian pemutar. Bila ini
masih sulit coba gunakan tang yang dilapisi kain untuk menggerakkan bagian poros geser/putar.

c. Reparasi Neraca Empat Lengan

Neraca ini seringkali rusak atau tidak dapat digunakan dikarenakan faktor kelalaian dalam
penggunaan, penyimpanan, maupun proses kesetimbangan (menunjuk angka nol).
          Apabila proses kesetimbangan ternyata tidak dapat tercapai atau tetap tidak dapat menun-
juk angka nol, maka ada 2 cara. Cara pertama geser beban kecil skala paling depan ke kanan
sampai mencapai keseimbangan dan berilah tanda yang menunjukkan angka berapa dari beban
kecil yang telah digeser tersebut. Ketika digunakan untuk menimbang, maka nilai /angka tersebut
nantinya sebagai pengurang. Jadi, massa beban yang ditim¬bang dikurangi angka/skala dari
beban kecil yang telah digeser itu. Cara kedua, pada bagian dudu¬kan piring penimbang yang
menggantung, anda lepas dan bagian bawahnya anda buka menggu¬nakan obeng +, dan diisi
atau dikurangi beban (berupa gotri, paku, besi kecil/bubuk).

2.3 Kartu Reparasi
Gambar 2.4 Contoh kartu reparasi 
Keterangan:
1.      No. Kartu: diisi dengan no. surat kartu reparasi. Contoh: 001/Lab. Fisika/SMA Rofa Yulia
Azhar/IV/2014
2.      Jenis Kerusakan: diisi dengan jenis kerusakan yang diperbaiki
3.      Komponen: diisi jika memang terdapat penggantian komponen
4.      Harga: diisi dengan biaya reparasi dan biaya komponen yang diganti
5.      Keterangan: diisi dengan keterangan tambahan yang bisa dicantumkan
6.      *dilampirkan pula kuitansi perbaikan dan pergantian komponen
7.      **Ditandatangani oleh teknisi (atau laboran) dan koordinator lab. IPA

 Contoh: Aturan penggunaan kartu reparasi, sebagai beikut :


a.       Kartu reparasi merupakan kartu yang memuat informasi menganai perbaikan atau reparasi
suatu alat
b.       Pencatatan di buku catatan harian lab. dilakukan oleh teknisi bila ada perbaikan terhadap
barang yang rusak dan dilaporkan kepada koordinator lab.

Anda mungkin juga menyukai