Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara
mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik
disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Ketidakmutlakan dalam
menerapkan aspek di atas dalam menentukan penataan alat sangat nampak sekali dalam mata
pelajaran sains lainnya seperti fisika dan biologi. Dalam laboratorium fisika penataan alat
seringkali dikelompokkan atas dasar jenis percobaan seperti alat-alat untuk percobaan listrik,
magnet, optik, panas, cahaya dst. Upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penanganannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki
pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung
jawabnya, dan mengikuti peraturan.
a. Penataan dan penyimpanan alat dan bahan didasarkan pada:
1. Alat dapat dikelompokkan atas jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa
sering alat tersebut digunakan, atau jenis percobaan.
2. Bahan atau zat tersebut dapat dikelompokkan pada jenis bahan (fasa,wujud
zat,sifat asam basa dari zat), seberapa bahaya bahan tersebut, dan seberapa sering
bahan tersebut digunakan.
c. Langkah-langkah penyimpanan:
1. Alat-alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat- alat
yang mahal harganya penyimpanannya dipisah.
2. Alat-alat untuk percobaan fisika biasanya dikumpulkan menurut golongan percobaannya
3. Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan disimpan tersendiri ditempat
khusus.
Langkah-langkah Penyimpanan :
1. Bersihkan Ruang dan Penyimpanan Alat dan Bahan
2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada
3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan di
atas
4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas Laboratorium,
keadaan alat dan bahan diatas.
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan
percobaan dan bahan pembuat alat :
Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering
dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat – alat yang boleh
diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja
demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yang
dapat diletakkan di meja demonstrasi adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi.
Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan alat dan
bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal – hal berikut :
1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini
memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti
tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas seprti
dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak
dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi.
Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan,
gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan
kecelakaan dan keracunan.
2. Air dan Asam – Basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam
dan basa.Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif
dan berubah fungsinya.Bahan kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan
tersebut tidak berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan
terjadinya ledakan.
3. Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut, memacu
terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar.gangguan
mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara
langsung.Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari
langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup.Bahan kimianya sebaiknya disimpan dalam
botol yang berwarna gelap.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api.
Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya
oksigen.Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus memperhatikan
komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut.
Lindungi dari karat, dengan cara dicoating, dicat, atau dibungkus plastik bila tidak digunakan.
Usahakan selalu kering, simpan ditempat kering.Jauhkan dari bahan kimia korosif. Bersihkan
dan kering setelah digunakan
3. Merawat Alat dari Kayu
Usahakan kering agar tidak cepat rapuh, Dicat.Disemprot dengan bahan insektisida.Simpan
ditempat yang kering.
4. Merawat Alat dari Bahan Porselen
Alat optik umumnya mahal. Perlu dirawat seksama.Gunakan bahan pengaman higroskopis untuk
menjaga agar alat selalu kering.Simpan diruang ber-AC dan kering.Bersihkan alat-alat dengan
cara yang benar sesuai SOP alat.
8. Cara Merawat Lemari
Asam Dinding dalam lemari dicat tahan asam/ uap pelarut organik/panas Bagian kaca
dibersihkan berkala.Botol bahan kimia ditutup rapat.Cek blower secara berkala. Gunakan
switch : 110-220 volt. Bagian lantai lemari asam terbuat dari bahan tahan asam, tahan pelarut
organik dan tahan panas.
Rusaknya alat-alat kadang-kadang disebabkan karena salah menangani alat itu, misalnya, baterai
karena arus pendek, amperemeter rusak karena arus terlalu tinggi. Oleh karena itu, sebelum
siswa menggunakan alat yang mudah pecah atau rusak harus diberi perhatian khusus cara
penggunaan alat itu.
1. Pelepasan semua komponen/bagian optik yang menempel pada bagian mekanik seperti
lensa, kondensor dan atau diafragma, cermin, seperti gambar di bawah ini.
4. Pembersihan bagian bodi dengan pengkilap atau pembersih lainnya sesuai dengan tingkat
kekotoran mikroskop.
7. Pemberian label/tanda bahwa mikroskop sudah diservice (tanggal service, dan identitas
reparator).
Pertolongan Pertama Pada Mikroskop yang Kena Jamur Ketika kita mengamati
benda/objek dengan mikroskop, noda/bintik-bintik hitam, banyak seperti serat-serat halus,
buram, dan lain sebagainya, maka mikroskop Anda sudah terinfeksi jamur atau mungkin sistem
lensanya sudah rusak.Berikut yang harus Anda lakukan ketika mikroskop sudah terinfeksi
jamur:
a. Siapkan alkohol 70%
b. Siapkan tissue lensa
c. Siapkan cotton bud
Caranya :
Lepas lensa okuler secara hati-hati, kemudian bersihkan permukaan lensa atas dan bawah
dengan cotton bud yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke alcohol.Setelah itu gosok dengan
tissue lensa, dan masukkan kembali ke dalam tabung mikroskop. Setelah dibersihkan kemudian
kita cek dengan menggunakan slide preparat mikroskop. Untuk melihat lensa tersebut sudah
bersih atau belum dengan cara putar lensa okuler tersebut, kalau ada bintik/selain objek ada yang
ikut memutar berarti okuler tersebut masih kotor (kotoran masih nempel di bagian dalam lensa).
Lensa objektif, keluarkan dengan hati-hati lensa dari revolver, kemudian bersihkan
dengan cotton bud ujung lensa bagian bawah dan terakhir dengan tisu lensa. Kemudian secara
kasat mata lensa tersebut bisa diterawang terlihat “bening jernih” atau tidak. Kalau masih terlihat
buram berarti kotoran tersebut nempel pada lapisan lensa bagian dalam. Apa yang harus
dilakukan kalau seperti tersebut di atas? Yaitu dengan cara membongkar sistem lensa
menggunakan alat tertentu. Bila belum terampil atau tidak memiliki pengalaman dalam
membongkar bagian lensa jangan dilakukan sendiri, lebih baik penggil teknisi yang
berpengalaman untuk meminimalkan resiko lensa menjadi rusak karena“human error”dari trial
and error. Kalau tabung mikroskop turun sendiri, makro/micrometer longgar, penjepit objek
tidak baik, dll.Itu termasuk kerusakan bagian mekanik. Untuk kerusakan tersebut lebih baik
panggil teknisi yang berpengalaman. Karena dengan mencoba-coba mikroskop biasanya malah
menjadi tambah rusak.
1. Kerusakan biasanya ditandai dengan munculnya karat yang ada pada poros geser/putar
sehingga praktis sulit untuk digerakkan.
2. Bila ini yang terjadi, sediakan minyak tanah dan minyak goreng masing masing satu
sendok, selanjutnya campurkan dan aduk sampai betul-betul bercampur
3. Teteskan hasil minyak campuran tersebut ke bagian poros geser/putar yang berkarat, dan
tunggu kira-kira 1-2 jam.
4. Cobalah putar pada bagian poros dengan cara memutar pada bagian pemutar. Bila ini
masih sulit coba gunakan tang yang dilapisi kain untuk menggerakkan bagian poros geser/putar.
Neraca ini seringkali rusak atau tidak dapat digunakan dikarenakan faktor kelalaian dalam
penggunaan, penyimpanan, maupun proses kesetimbangan (menunjuk angka nol).
Apabila proses kesetimbangan ternyata tidak dapat tercapai atau tetap tidak dapat menun-
juk angka nol, maka ada 2 cara. Cara pertama geser beban kecil skala paling depan ke kanan
sampai mencapai keseimbangan dan berilah tanda yang menunjukkan angka berapa dari beban
kecil yang telah digeser tersebut. Ketika digunakan untuk menimbang, maka nilai /angka tersebut
nantinya sebagai pengurang. Jadi, massa beban yang ditim¬bang dikurangi angka/skala dari
beban kecil yang telah digeser itu. Cara kedua, pada bagian dudu¬kan piring penimbang yang
menggantung, anda lepas dan bagian bawahnya anda buka menggu¬nakan obeng +, dan diisi
atau dikurangi beban (berupa gotri, paku, besi kecil/bubuk).
2.3 Kartu Reparasi
Gambar 2.4 Contoh kartu reparasi
Keterangan:
1. No. Kartu: diisi dengan no. surat kartu reparasi. Contoh: 001/Lab. Fisika/SMA Rofa Yulia
Azhar/IV/2014
2. Jenis Kerusakan: diisi dengan jenis kerusakan yang diperbaiki
3. Komponen: diisi jika memang terdapat penggantian komponen
4. Harga: diisi dengan biaya reparasi dan biaya komponen yang diganti
5. Keterangan: diisi dengan keterangan tambahan yang bisa dicantumkan
6. *dilampirkan pula kuitansi perbaikan dan pergantian komponen
7. **Ditandatangani oleh teknisi (atau laboran) dan koordinator lab. IPA