Anda di halaman 1dari 6

BAB II

AL-QUR’AN DAN ASTRONOMI


A. Prinsip-Prinsip Astronomi
Astronomi berasal dari kata Yunani artinya bintang (star), atau bintang di
langit (heavenly body). Astronomi, yang dalam khazanah pengetahuan Islam dikenal
dengan ilmu falak ini, merupakan ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit,
matahari, oulan, bintang, dan planet-planetnya, asal usul, evolusi, sifat fisik dan
kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar bumi), juga proses yang
melibatkan mereka. Dengan kata lain, astronomi adalah ilmu yang berkaitan dengan
pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda benda langit karyanya ini
diterjemahkan ke dalam bahasa latin di abad ke 12.
Di indonesia ilmu falak juga berkembang pesat. Ulama yang pertama kali
terkenal sebagai ahli ilmu falak Indonesia adalah Syaikh Taher Jalaludin. Di antara
murid-murid Saadoe'ddin yang menjadi tokoh ilmu falak di antaranya H. Abdur
Rachim, staf pengajar Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Wakil
Ketua Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama RI. Jabatan lainnya adalah Ketua
Bagia Hisab dan Pengembangan Tafsir Majelis Tarih dan Pengembangan Pemikiran
Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 1995-2000. Karya-karyanya yang
berkaitan dengan ilmu falak di antaranya:" Mengapa Bilangan Ramadhan 1389 H
ditetapkan 30 hari (1969); Menghitung Permulaan Tahun Hijirah (1970); Ufuq Mar'I
sebagai Lingkaran Pemisah antara Terbit dan Terbenamnya Benda-Benda Langit
(1970),; Ilmu Falak (1983); dan Kalender Internasional.

Objek astronomi sangatlah luas untuk bisa dieksplorasi atau didatangi dengan
wahana antariksa untuk diamati lebih rinci dalam sebuah laboratorium di Bumi.
Meskipun demikian, astronomi dapat dikembangkan dengan cara melakukan
pengukuran, pengamatan, dan menganalisa kuriu informasi yang dipancarkan oleh
benda langit. Informasi benda langit bisa diperoleh melalui pengamatan, informasi
astromerry (posisi, gerak diri, presesi, paralaks, dan sebagainya), spektroskopi (unsur
kimia, proses fisika tempat materi berada), forometri (pengukuran kuat cahaya, variasi
kuat cahaya, warna). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan kaidah hukum
alam yang telah teruji untuk menjelaskan fenomena alam. Akhirnya, struktur proses
kelahiran fenomena alam itu dapat dipahami. Pemahaman itu memperluas khazanah
ilmu pengetahuan astronomi.

B. Penciptaan Alam Semesta (Langit dan Bumi)


Dalam penciptaan alam semesta, waktu merupakan sesuatu yang sangat relatif.
Satu hari di Bumi akan berbeda dengan satu hari di Merkurius atau venus. Dengan
adanya waktu, berarti alam semesta memiliki permulaan. Hal ini dikukuhkan dengan
pengukuran menggunakan Radiostop. Dengan adanya permulaan, berarti alam
semesta ini memiliki penciptanya.
Dr. Manshur Hasabunnabi menegaskan bahwa dengan memanfaatkan
peluruhan radioaktif uranium dan pengubahannya menjadi timah, para ilmuwan
mampu mengukur/ menakar usia bebatuan bumi dan meteor. Mereka memperoleh
data bahwa pembentukan kerak bumi (mengerasnya kerak bumi) dimulai sejak 4,5
milyar. Inipun sama dengan usia bebatuan bulan. Akhir-akhir ini, para ilmuwan
memanfaatkan karbon untuk menentukan usia fosil tumbuh-tumbuhan, binatang dan
sejarah kehidupan di bumi. Dengan media ini, ditemukan bahwa pembentukan planet
bumi dan pngerasan keraknya terjadi sejak 4.500 juta tahun yang lalu dan ummat
manusia adalah pengunjung planet bumi yang terlambat (jauh setelah itu) setelah
Allah Swt. menundukkan segala fasilitas yan ada di bumi untuk kepentingan manusia.
Firman Allah Swt.: "Bukankah pernah dating kepada manusia waktu dari masa, yang
ketika itu belum merupakan ssuatu yang dapat disebut (QS:al-Insan (76): 1).

Lebih lanjut Dr. Manshur Hasabunnabi mengisyaratkan bahwa hingga saat ini,
ilmu pengetahuan belum mampu melakukan pembagian enam fase penciptaan alama
semesta. Penelitian-penelitian yang ada hanya berkisar seputar seputar penentuan usia
alam semesta mulai sejak dentuman besar yang dalam istilah astrofisika disebut
dengan Big Bang. Para ilmuwanpun akan memperkirakan usia alam semesta ini
dengan cara dan metode yang beragam. Ada sebagian ilmuwan yang memperkirakan
usia alam semesta berdasarkan fenomena pemuaian alam semesta dan pergeseran
merah (redshift), yaitu sekitar 10 sampai 18 miliar tahun, sedangkan perkiraan usia
alam semesta berdasarkan dua metode nuklir yang berbeda milik Fowler dan Fred
Hoyle, mendapatkan kesimpulan bahwa usia alam semesta ini adalah 13 atau 15
miliar tahun.
Pembahasan tentang makrokosmos sampai saat ini masih menjadi
perbincangan yang hangat para Astronom, di samping mengenai masa penciptaan
alam semesta, juga mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini bermula?,
Dan ke mana muaranya?, Dan kapan berakhirnya?

C. Pelanet Bumi, Planet Unik di Alam Semesta


Seorang pakar astronomi, Donald Brownlee (NASA, Stardust Mission),
mengemukakan pendapatnya dalam buku yang berjudul Rare Earth: Why Complex
Life is Uncommon in the Universe. Menurutnya, ada kesan bahwa semesta ingin
membuat planet yang serupa dengan bumi sehingga akan berkembang kehidupan di
dalamnya seperti di planet kita. Namun ternyat kondisi alam yang mendukung
kehidupan makhluk kompleks, seperti manusia, tumbuhan, dan hewan sangatlah
langka di jagat raya.

Jadi keberadaan Planet Bumi sangatlah istimewa di alam semesta. Sebagai


contoh, kehidupan mikroba yang relative sederhana memang dapat berkembang
dalam planet-planet di alam semesta. Tetapi, planet yang dapat menunjang kehidupan
kompleks sangatlah sulit dijumpai diseluruh penjuru galaksi ini.

Sesungguhnya, kondisi seluruh alam semesta cenderung tidak mendukung


kehidupan. Jika kita mencoba membandingkan bumi dengan semua tempat di alam
semesta, rernyata tak satupun yang sebanding dengannya. Kita hidup dalam sebuah
lingkungan yang istimewa yang menyediakan segala kebutuhan kita. Di bumi terdapat
udara, makanan, kondisi stabil, dan lainnya sehingga bumi ini seperti "Jasad Raksasa"
dengan sistem yang menopang makhluk-makhluknya untuk terus bertahan hidup.

D. Penciptaan Tujuh Langit dan Bumi


Penyebutan tujuh langit di dalam al-Qur’an yang di ulang tujuh kali dalam
tujuh ayat tersebut merupakan suatu kemukjizatan, mesti dimaksudkan pembatasan
atau limit tapi bukan sekadar ungkapan ulangan dan jumlah, Allah Swt. Maha
Mengetahui apa yang diciptakan-Nya. Begitu juga pada akhir surat at-Thalaq (65):12
tersebut terdapat petunjuk penyamaan bumi dengan langit. Hal ini sebagai penegasan
bahwa bumi rujuh lapis seperti langit.
Kalimat Al-Qur’an mengenai tujuh langit, juga bisa diartikan tujuh apisan,
tujuh dimensi yang berbeda-beda, atau tujuh bidang yang berbeda. Analisis lebih
dekat terhadap atmosfir, yang dengan mata telanjang terlihat sebagai sesuatu yang
seragam, membuatnya menjadi jelas bahwa tidaklah demikian adanya.
Dalam bahasa Arab "tujuh" menggambarkan kemajemukan, penggambaran
"tujuh langit", selain berarti tujuh sebagai jumlah lapisan langit, juga menggambarkan
kemajemukan langit. Disepanjang sejarah penggunaan kata "tujuh" dalam bahasa
Arab telah diulas dengan berbagai penafsiran. Sebagai contoh: QS. Luqman (31):27
terdapat frasa "tujuh lautan”, dan QS. al-Taubah (9):80 mencantumkan: "Walaupun
engkau memohon ampunan bagi mereka cujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi
ampunan kepada mereka. Jadi, "tujuh" dan "tujuh puluh" meng gambarkan
kemajemukan. Angka tujuh juga sama-sama digunakan untuk menggambarkan
kemajemukan pada zaman Yunani dan Romawi kuno.
Al-Qur'an menggambarkan gerak di dalam satu langit dan di tujuh angit
dengan kata Al- Uruuj yang artinya benda bergerak pada garis melengkung. Terbukti
secara ilmiah bahwa benda langit tertangkap tidak mungkin bergerak pada garis lurus,
tapi melengkung (berbelok-belok), karena tersebarnya zat dan energy di seluruh
kosmos dan pengaruh zat (dengan segala bentuknya) terhadap gerak benda langit di
bagian kosmos tampak. Maha Suci Allah Swt. yang telah berfirman:
“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu)
langit, maka mereka akan menempuh garis yang berbelok-belok di langit” (QS.al-
Hijir (15):14).

E. Lapisan-Lapisan Atmosfir
Atmosfir terbuat dari lapisan-lapisan yang memungkinkan terjadina kchidupan
di bumi. Ketiadaan salahsaru lapisan atmosfir berarti ahir dant dunia ini. Dalam ayat
tersebut di atas, Allah menyeburkan tujuh langi dan tujuh bumi, ternyata atmosfir
bumipun terbentuk dari tujuh lapisan
Menurut Encyclopedia Americana, di atmosfer terdapat suatu bidang yang
memisahkan lapisan dengan lapisan. Lapisan-lapisan tersebut bertumpukan
bergantung pada suhunya. Lapisan pertama (1) Troposfer lapisan terbawah, paling
dekat ke permukaan bumi. Lapisan ini mencapai ketebalan 8 km di kutub dan 17 km
di khatulistiwa, dan mengandung sejumlah besar awan. Setiap kilometer suhu turun
sebesar 6,5° C, bergantung pada ketinggian. Pada salah satu bagian yang disebut
tropause, yang dilintasi arus udara yang bergerak cepat, suhu tetap konstan pada -57C.
75%6 gas diatmosfer terdapat pada lapisan ini. Lapisan kedua (2) Stratosfers, lapisan
ini mencapai ketinggian 50 km. Di sini sinar ultravioler diserap, sehingga panas
dilepaskan dan suhu mencapai 0°C. Selama penyerapan ini, dibentuklan lapisan ozon
yang penting bagi kehidupan. Lapisan ketiga (3) Mesosfer, lapisan ini mencapai
ketinggian 85 km. Di sini suhu turun hingga -100 derajat Celcius. Lapisan keempat
(4) Termosfer, peningkatan suhu berlangsung lebih lambat. Lapisan kelima (5)
Ionosfer, gas pada lapisan ini berbentuk ion. Lapisan ini terletak lebih atas yan
tingginya mencapai 500 km dari bumi. Gelombang radio di pantulkan oleh lapisan ini,
yang membuat kita bisa melakukan komunikasi. Lapisan keenam (6) Eksosfer karena
berada pada ketinggian 500 km-1.000 km bahkan 10.000 km. karakteristik lapisan
berubah sesuai aktivitas matahari. Lapisan ketujuh (7) Magnetosfer, di sinilah letak
medan magnit bumi. Penampilannya seperti suatu bidang besar yang kosong. Partikel
subatom yang bermuatan energi tertahan pada suaru daerah yang disebur Sabuk
Radiasi Ván Allen.
Bagaimanapun, adalah hal yang menarik untuk mendapati bahwa
pengelompokan lapisan atmosfir yang disepakati bersama mendukung informasi
dalam Al-Qur'an. Dan lebih dari kesenangan belaka ketika kita mempelajarinya
berbarengan dengan semua data ilmiah lain di dalam AlQur'an. Memisahkan atmosfer
menurut lapisan-lapisan yang serasi merupakan penemuan modern. Tingkat ilmu
pengetahuan pada saat AlQur'an diturunkan belum memungkinkan manusia
membedakan lapisan diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap
langit. Dia mewahyukan urusan masing-masing ... Ayat ini menjelaskan bahwa setiap
lapisan memiliki fungsi masing-masing, dan karena Dia-lah kehidupan dibumi ini
menjadi ada.

F. Substansi Galaksi (Gugusan Bintang-Bintang)


Galaksi adalah kumpulan besar dari bintang-bintang, nebula, dan benda-benda
ruang angkasa yang tersebar di antara bintang-bintang" Alam semesta berisi
sekumpulan benda-benda langit (al-Arjam al Ulwiyyah) yang luar biasa banyaknya
(bahkan miliaran) sebagaimana yang diucapkan oleh ahli astronomi Carl Sagan.
Para pakar Astronomi berpendapat bahwa pusat galaksi kita adalah Black
Hole, bahkan lebih dari satu Black Hole, dengan massa diperkirakan ratusan hingga
ribuan kali lipat massa matahari. Pada umumnya galaksi galaksi tersebut berbentuk
gugusan disebut Galactic Group (Galactic Clusters) yang jumlahnya kira-kira puluhan
ribu. Gugusan galaksi seperti ini pada bagian Kosmos Tertangkap menurut pakar
Astronomi jumlahnya ribuan. Ada gugusan galaksi lain yang disebut Galactic
Superclusters, di mana galaksi kita merupakan salah satu dari bagiannya, galaksi ini
nencakup lebih dari 100 gugusan yang bebrbentuk tablet datar dengan diameter
mencapai 100.000.000 tahun cahaya dan tebalnya 10,000.000 tahun cahaya dengan
bentuk yang mirip dengan Milky Way dengan dimensi seribu kali lipat. Akhir-akhir
ini, ditemukan seratus kumpulan galaksi yang besar dengan diameter mencapai 1,5
miliar tahun cahaya dan dimensi terdekatnya mencapai 200.000.000 tahun cahaya.

Anda mungkin juga menyukai