Anda di halaman 1dari 22

CHAPTER 13

UTANG LANCAR
Susanti, S.E., M.Si.
PENGERTIAN
 Utang/kewajiban merupakan pengorbanan
manfaat ekonomi berupa penyerahan aset
atau penyediaan jasa yang harus dilakukan
oleh suatu entitas atau kewajiban kini
kepada entitas lain di masa yang akan datang
sebagai akibat dari transaksi masa lalu.
KARAKTERISTIK KEWAJIBAN

Kewajiban masa kini

Akibat peristiwa masa


lalu

Diukur dalam satuan


moneter
PENGGOLONGAN KEWAJIBAN

Kewajian
Lancar Kewajiban
tidak lancar
KEWAJIABAN LANCAR
 Suatu kewajiban yang terjadi dalam kaitanya
dengan operasi normal perusahaan harus
diklasifikasikan sebagai utang lancar.
 Apabila aset lancar akan digunakan untuk
menyelesaikan kewajiban dalam waktu satu
tahun/satu siklus akuntansi operasi normal
perusahaan, maka tergantung seberapa
panjang jangka pelunasan utang tersebut.
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
 Suatu kewajiban yang akan diselesaikan
dengan menggunakan aset tidak lancar yang
sengaja telah diakumulasikan, maka dalam
neraca kewajiban tersebut harus tetap
disajikan sebagai utang tidak lancar.
 Penggolongan kewajiban (lancar/tidak
lancar) sangat penting karena akan
berdampat langsung pada rasio modal kerja
(working capital ratio) atau current ratio.
 Sebagai indikator dalam pengukuran tingkat
likuiditas suatu perusahaan.
PENGUKURAN DAN PENGAKUAN
KEWAJIABAN

Pengukuran
utang

Nilai tunai
dari arus kas
masa datang
PENILAIAN/PENGAKUAN:

Utang Utang Utang


dengan estimasi. kontijensi.
nilai pasti. Misal utang Misal
Misal utang garansi tuntutan
dagang, atas hak
utang paten
wesel
AKUNTANSI KEWAJIBAN DENGAN
NILAI JATUH TEMPO PASTI
 Termasuk utang dengan jatuh tempo pasti
dan disajikan dalam neraca dan timbul dalam
kaitannya dengan operasi normal
perusahaan:
 Utang dagang, utang wesel, utang gaji dan
upah, utang PPH ps 21
UTANG DAGANG
 Mengacu pada jumlah utang yang harus
dibayarkan atas pembelian bahan baku dan
bahan penolong oleh perusahaan
manufaktur, atau barang dagangan oleh
perusahaan ritel.
 Cutoff (pisah batas) digunakan dalam
transaksi menjelang akhir periode tahun
buku dengan tujuan memastikan pengakuan
pelaporan utang, dan persediaan
CONTOH 1: PISAH-BATAS
 PT Ritelindo melakukan transakasi pembelin terakhir di tahun
2017 adalah tanggal 28 Desember 2017 dengan nilai transaksi
Rp250.000.000, barang tersebut baru akan sampai di gudang
perusahaan pada tanggal 5 Januari 2018.
Berikut saldo neraca PT Ritelindo pada 31 Desember 2017:
Persediaan Barang Dagang (Pembelian) Rp500.000.000
Utang Dagang Rp 375.000.000
 Diminta:
1. Buatlah jurnal
2. Buatlah Saldo Rekening
JAWAB:
 Jurnal:
Persediaan Barang Dagang Rp 250.000.000
Utang Dagang Rp 250.000.000

 Saldo Rekening: (dalam ribuan)


Rekening Dengan cutoff Tanpa cutoff

31 Des 2017 Januari 2018 31 Des 2017 Januari 2018

Pembelian (D) Rp250.000 Rp0 Rp0 Rp250.000

Persediaan Rp750.000 Rp750.000 Rp500.000 Rp750.000


Barang Dagang
(D)
Utang dagang (K) Rp625.000 Rp625.000 Rp375.000 Rp625.000
CONTOH 2: UTANG GAJI DAN
UPAH
 PT ICI memberlakukan 6 hari kerja dalam seminggu dan
mempekerjakan 100 orang karyawan yang gaji dan upahnya
dibayarkan secara mingguan pada setiap hari sabtu. Pada tanggal
31 Desember 2017 jatuh pada hari Rabu, sehingga gaji dan upah
selama 3 hari terakhir telah diakumulasi namun belum
dibayarkan. gaji dan upah 100 karyawan dalam 3 hari terakhir
adalah Rp2.500.000 per hari.
Berikut adalah rincian potongan atas gaji dan upah PT ICI:
PPH pasal 21 Rp 750.000
Iuran jamsostek Rp 300.000
Iuran tabungan hari tua Rp 225.000
Iuran pensiun Rp 450.000
 Diminta: Buatlah jurnal yang diperlukan PT ICI (sertakan
perhitungan Saudara)
JAWAB:
 Jurnal:
31/12/17 Biaya Gaji dan Upah Rp 7.500.000
utang gaji dan upah Rp7.500.000

1/1/18 utang gaji dan upah Rp 7.500.000


Biaya Gaji dan Upah Rp 7.500.000
LANJUTAN:
 Jurnal:
1 Jan 2018
SOAL 3: UTANG BONUS
 PT Sejahtera memperoleh laba sebelum pajak
dan bonus kepada direksi perusahaan sebesar
Rp500.000.000 dalam tahun buku 2017. dalam
tahun buku 2017, tarif efektif pph perusahaan
adalah 30%.
 Diminta: Buatlah Perhitungan dan Jurnal Bonus
beserta Pph jika:
1. Jika bonus ditetapkan 5% dari laba bersih
diatas Rp300.000.000
2. Jika bonus ditetapkan 5% dari laba diatas
Rp300.000.000 setelah dikurangi bonus tetapi
sebelum Pph
1. JIKA BONUS DITETAPKAN 5% DARI LABA
BERSIH DIATAS RP300.000.000
 Bonus: 0,05 ( Rp500.000.000 - Rp300.000.000 )
0,05 ( Rp200.000.000 )
Rp10.000.000

 Pajak Penghasilan: 0,3 ( Rp500.000.000 - Bonus )


0,3 (Rp500.000.000 - Rp10.000.000)
0,3 (490.000.000 )
Rp 147.000.000
LANJUTAN:
 Jurnal:
2. JIKA BONUS DITETAPKAN 5% DARI LABA DIATAS
RP300.000.000 SETELAH DIKURANGI BONUS TETAPI
SEBELUM PPH
LANJUTAN:
Jurnal:
Selesai...

Anda mungkin juga menyukai