Anda di halaman 1dari 42

LIABILITAS DAN

EKUITAS
NAMA : AGUS SUMEDIANTO
NIM : 213300854
KELAS : 3AKKA
LIABILITAS
(KEWAJIBAN)
PENGERTIAN

Liabilitas atau Kewajiban merupakan


utang masa kini perusahaan yang
timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus kas keluar dari
sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi
PENGERTIAN (lanjutan…)
Kewajiban
dibagi
menjadi dua,
yaitu:

Kewajiban
Jangka
Pendek

Kewajiban
Jangka
Panjang
PENGERTIAN (lanjutan…)
Kewajiban Jangka Pendek adalah
kewajiban yang akan dibayar dalam
waktu satu siklus operasional atau
kurang dari satu tahun pada tanggal
neraca

Kewajiban Jangka
Panjang adalah
kewajiban semua
kewajiban selain dari
kewajiban jangka pendek
KATEGORI
1) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus
normal operasional perusahaan
2) Dimiliki untuk diperdagangkan
3) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah akhir periode pelaporan
4) Perusahaan tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian kewajiban, setidaknya 12 bulan setelah akhir
periode
KATEGORI (lanjutan…)
 Kewajiban jangka pendek berhubungan langsung dengan
kegiatan operasional perusahaan sehingga harus memperhatikan
kondisi kesehatan keuangan, yaitu dengan memperhatikan
tingkat likuiditas
 Likuiditas adalah rasio antara aset lancar dan kewajiban
jangka pendek (utang lancar)
KLASIFIKASI
Berdasarkan Transaksi Usaha
 Utang Usaha
 Utang Non Usaha

Berdasarkan ada tidaknya surat perjanjian (promes)


 Utang Wesel
 Utang Tanpa Wesel

Berdasarkan Kepastian Timbulnya


Utang yang sudah pasti (determinable liability)
Utang kontijensi (contingent liability)
KLASIFIKASI (lanjutan…)
Utang yang sudah pasti (determinable liability)  utang yang
keberadaannya sudah pasti dan tidak tergantung pada kondisi di
masa yang akan datang
Utang kontijensi (contingent liability)  utang potensial yang
belum pasti atau utang yang timbul saat ini yang tidak diakui
karena tidak memenuhi persyaratan
Persyaratan kewajiban kontijensi:
a. Kemungkinan perusahaan akan diwajibkan untuk mentransfer
manfaat ekonomi pada saat penyelesaian
b. Jumlah kewajiban dapat diestimasi secara andal, misalnya
utang yang timbul karena gugatan oleh pihak lain dalam
perkara pelanggaran hak paten
UTANG PAJAK

Kewajiban membayar pajak dilakukan oleh wajib


pajak orang pribadi maupun badan
Jenis-jenis pajak:
1. PPN
2. PPh Badan
3. PPh Pasal 21
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
 Aktivitas perusahaan dagang adalah membeli barang dagang dari
pemasok dan meyimpan barang tersebut untuk kemudian dijual
kembali kepada pelanggan
 Tarif yang dikenakan sebesar 11%

PPN dibagi menjadi dua, yaitu:


a) PPN Keluaran  pajak yang dipungut oleh perusahaan
kepada pelanggan
b) PPN Masukan  pajak yang dipungut oleh pemasok kepada
perusahaan
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
Contoh:
Pada tanggal 10 Maret 2017, PT. Indotama membeli barang
dagang secara tunai sebesar Rp 15.000.000,- dan barang tsb
merupakan Barang Kena Pajak (BKP) yang dikenakan pajak
sebesar 11%
Perusahaan menggunakan sistem perpetual dalam pencatatan
barang dagangan
Pada tanggal 25 Maret 2017, PT. Indotama menjual seluruh
barang dagangnya (yang dibeli pada tanggal 10 Maret 2017)
Barang dagang tsb dijual secara kredit dengan harga Rp
20.000.000
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
Berdasarkan informasi tsb, besarnya nilai kas yag harus dibayar oleh perusahaan
adalah:
Harga beli Rp 15.000.000
PPN: Rp 1.650.000
11% x Rp 15.000.000
Kas Rp 16.650.000
Jurnal 10 Maret 2022:
Persediaan Barang Dagang Rp 15.000.000
PPN Masukan Rp 1.650.000
Kas Rp 16.650.000

(pencatatan pembelian barang dagang secara tunai)


Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
Besarnya nilai piutang yang dicatat oleh perusahaan:
Harga jual Rp 20.000.000
PPN: Rp 2.200.000
11% x Rp 20.000.000
Piutang Rp 22.200.000
Jurnal 25 Maret 2022:
Piutang Rp 22.200.000
HPPRp 15.000.000
Penjualan Rp 20.000.000
Persediaan brng dgng Rp 15.000.000
PPN Keluaran Rp 2.200.000
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
PT. Indotama harus menghitung, menyetor, dan melaporkan PPN pada akhir periode (31 Maret
2022)
Perhitungan PPN:
PPN Keluaran Rp 2.200.000
PPN Masukan Rp 1.650.000
PPNRp 550.000
Jurnal 31 Maret 2022:
PPN Keluaran Rp 2.200.000
PPN Masukan Rp 1.650.000
Utang PPN Rp 550.000
(pencatatan utang PPN masa pajak Maret 2022)
Pembayaran PPN:
Utang PPN Rp 500.000
Kas Rp 500.000
Pajak Penghasilan Badan
(PPh Badan)
 PPh Badan adalah pajak yang dikenakan kepada Badan
(perusahaan) atas laba yang diperoleh selama 1 tahun
 Perhitungan PPh Badan berdasarkan laba menurut perpajakan
dan bukan laba menurut standar akuntansi keuangan
 PPh Badan dibayarkan pada masa pajak 4 bulan tahun
berikutnya
Pajak Penghasilan Badan
(PPh Badan)
Contoh:
Pada akhir tahun 2017, PT. Puspa melaporkan laba sebelum pajak
menurut perpajakan sebesar Rp 500.000.000,- dengan tarif pajak
25%
Pada akhir periode akuntansi (31 Des 2017), perusahaan harus
mengakui adanya utang PPh Badan
Pajak Penghasilan Badan
(PPh Badan)
Berdasarkan informasi tsb, besarnya nilai PPh Badan adalah:
25% x Rp 500.000.000 = Rp 125.000.000
Jurnal 31 Des 2017:
Beban PPh Badan Rp 125.000.000
Utang PPh Badan Rp 125.000.000
(pencatatan pengakuan utang PPh Badan)
Jurnal 25 April 2018:
Utang PPh Badan Rp 125.000.000
Kas Rp 125.000.000
Pajak Penghasilan
Karyawan (PPh 21)
 Perusahaan memiliki kewajiban memotong pajak atas
penghasilan karyawannya
 Penghasilan karyawan tidak semuanya dikenakan pajak, tetapi
hanya sebatas pada Penghasilan Kena Pajak
Contoh:
PT. Galaxy memiliki kebijakan rekapitulasi penggajian karyawan
dilakukan setiap tanggal 20 dan pembayaran gaji dilakukan setiap
tanggal 25.
Penyetoran pajak dilakukan setiap tanggal 5 bulan berikutnya
Pajak Penghasilan
Karyawan (PPh 21)
Pada tanggal 20 Oktober 2017, gaji dan upah karyawan
perusahaan adalah sebesar Rp 755.000.000, dan besarnya PPh
adalah sebesar Rp 11.325.000
Berdasarkan transaksi tsb, besarnya nilai utang PPh dan gaji
adalah:
Rp 755.000.000 – Rp 11.325.000 = Rp 743.675.000
Jurnal 20 Oktober 2017:
Beban Upah dan Gaji Rp 755.000.000
Utang Upah dan Gaji Rp 743.675.000
Utang PPh Karyawan Rp 11.325.000
Pajak Penghasilan
Karyawan (PPh 21)
Jurnal 25 Oktober 2017:
Utang Upah dan Gaji Rp 743.675.000
Kas Rp 743.675.000
Jurnal 5 Nov 2017:
Utang PPh Karyawan Rp 11.325.000
Kas Rp 11.325.000
UTANG DIVIDEN
o Dividen adalah laba perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham
o Jenis dividen yang dibagikan bisa berupa kas dan aset non kas

Contoh:
Pada tanggal 25 Des 2017, PT. Citra mengumumkan adanya
pembagian dividen tunai sebesar Rp 25 per lembar saham
Saham yang beredar adalah 1.750.000 lembar
Dividen tsb akan dibayarkan pada tanggal 20 Januari 2018
UTANG DIVIDEN
(lanjutan…)
Berdasarkan informasi tsb, besarnya nilai dividen yang diumumkan
adalah:
Rp 25 x 1.750.000 = Rp 43.750.000

Jurnal 25 Des 2017:


Laba Ditahan Rp 43.750.000
Utang Dividen Rp 43.750.000
Jurnal 20 Jan 2018:
Utang Dividen Rp 43.750.000
Kas Rp 43.750.000
UTANG GARANSI
 Strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan barang atau jasa sangat
beragam
 Salah satu strateginya adalah memberikan garansi kepada pelanggan, seperti
jaminan reparasi gratis, jaminan penggantian suku cadang gratis
Contoh:
Selama tahun 2016, PT. Bidadari mampu menjual secara tunai AC sebanyak 2.000
unit dengan rata-rata harga Rp 3.500.000 per unit. Harga tsb sudah termasuk
garansi untuk suku cadang selama 1 tahun. Berdasarkan pengalaman pada tahun
sebelumnya, perusahaan mengestimasi bahwa1% (20 unit) dari produk akan rusak
dan beban reparasi yang muncul sebesar Rp 200.000 per unit
Pada tahun 2016, perusahaan menerima tuntutan sebanyak 5 unit AC yang rusak
dan melakukan reparasi dengan beban Rp 875.000
Pada tanggal 31 Des 2016, perusahaan melakukan estimasi terhadap kemungkinan
beban garansi akan dikeluarkan pada periode berikutnya yang berasal dari
penjualan tahun 2016
UTANG GARANSI
(lanjutan…)
Berdasarkan data tsb, besarnya nilai penjualan AC:
2.000 unit x Rp 3.500.000 = Rp 7.000.000.000
Beban reparasi sebesar Rp 875.000
Jurnal:
Kas Rp 7.000.000.000
Penjualan Rp 7.000.000.000
(pencatatan penjualan AC selama tahun 2016)

Beban Garansi Rp 875.000


Persediaan Suku Cadang Rp 875.000
UTANG KONTIJENSI
 Utang kontijensi belum muncul pada tanggal penyusunan neraca
karena tergantung dari peristiwa di masa yang akan datang
 Utang kontijensi dicatat sebagai kewajiban dan disajikan dalam
Laporan Keuangan
Contoh:
PT. Tiara merupakan perusahaan yang bergerak di bidang cleaning
service untuk perkantoran dan apartemen.
Perusahaan bersengketa dengan KPP hingga 31 Des 2016 di peradilan
pajak terkait besarnya pajak terutang yang disampaikan melalui SPT
Berdasarkan penyelidikan dan penyidikan, perusahaan dinyatakan
kurang bayar sebesar Rp 250.000.000,-
Apakah sengketa pajak harus diakui oleh perusahaan sebagai kewajiban?
UTANG KONTIJENSI
(lanjutan…)
Hal tersebut tergantung dari keputusan peradilan pajak terkait
dengan kemungkinan timbulnya kewajiban dan besarnya nilai
yang akan dibayar
Sengketa kurang bayar tersebut memiliki potensi untuk menjadi
kewajiban yang sesungguhnya di masa yang akan datang
EKUITAS
PENGERTIAN
Hak residual atas aset
perusahaan setelah
dikurangi dengan
kewajiban
• Struktur permodalan keuangan sangat
tergantung dari bentuk perusahaan
• Bentuk perusahaan: perusahaan perorangan,
perusahaan persekutuan, perusahaan
perseroan
EKUITAS PERUSAHAAN
PERORANGAN
 Pendirian perusahaan berawal dari keinginan seseorang untuk melakukan usaha
dengan ketersediaan dana yang terbatas
 Perusahaan ini dikendalikan oleh satu orang
 Karakteristik perusahaan ini adalah pemilik bertanggungjawab penuh atas
seluruh aktivitas perusahaan, termasuk kewajiban perusahaan hingga aset
pribadinya
 Ekuitas dicatat dalam akun Modal yang diikuti dengan nama pemiliknya
 Ekuitas pertama kali dicatat dalam akun Modal Pemilik ketika perusahaan
menerima setoran modal dari pemilik perusahaan
 Modal diukur sebesar Kas atau Setara Kas yang diterima pada tanggal setoran
 Apabila setoran Modal dalam bentuk non Kas, maka Modal diukur dengan
menggunakan nilai wajar (fair value) pada tanggal setor
 Pemilik boleh mengambil aset perusahaan yang bersifat sementara untuk
keperluan pribadi, yang disebut sebagai Prive
EKUITAS PERUSAHAAN
PERORANGAN (lanjutan…)
Contoh:
Pada tanggal 1 Jan 2015, Novita mendirikan perusahaan jasa salon
bernama NOVITA SALON dengan menyetor modal berupa Kas sebesar
Rp 5.000.000,- dan peralatan salon dengan nilai wajar pada saat
penyetoran modal sebesar Rp 10.000.000,-
Jurnal 1 Jan 2015:
Kas Rp 5.000.000
Peralatan Salon Rp 10.000.000
Modal – Novita Rp 15.000.000

(Pencatatan penyetoran modal Novita)


EKUITAS PERUSAHAAN
PERORANGAN (lanjutan…)
Pada tanggal 15 Agustus 2015, Novita mengambil kas sebesar Rp
500.000 dari NOVITA SALON untuk keperluan pribadinya

Jurnal 15 Agt 2015:


Prive – Novita Rp 500.000
Kas Rp 500.000
(Pencatatan pengambilan kas)
EKUITAS PERUSAHAAN
PERORANGAN (lanjutan…)
Pada tanggal 31 Des 2015, NOVITA SALON melakukan proses penutupan akun Prive –
Novita sebesar Rp 500.000
Selama tahun 2015 perusahaan memperoleh laba neto sebesar Rp 3.500.000
Jurnal 31 Des 2015:
Modal – Novita Rp 500.000
Prive – Novita Rp 500.000

(Pencatatan penutupan prive pemilik)


Jurnal 31 Des 2015:
Ikhtisar Laba Rugi Rp 3.500.000
Modal – Novita Rp 3.500.000

(Pencatatan penutupan laba neto perusahaan pada akhir periode)


EKUITAS PERUSAHAAN
PERSEKUTUAN
 Perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dan dijalankan
bersama
 Suatu perjanjian antara dua orang atau lebih, mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan atau manfaat yang diperoleh
Karakteristik:
a. Umur perusahaan yang terbatas
b. Kewajiban yang tidak terbatas
c. Kepemilikkan bersama atas aset persekutuan
Bentuk:
a) Persekutuan Firma
b) Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap – CV)
Ekuitas Persekutuan Firma
 Firma adalah perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau lebih
yang memiliki tanggungjawab renteng, yaitu tanggungjawab
secara pribadi untuk keseluruhan hal yang berkaitan dengan
kewajiban dari persekutuan
 Setiap sekutu bertanggungjawab atas perikatan yang dibuat
dalam persekutuan
Ekuitas Persekutuan Firma
(lanjutan…)
 Pengambilan aset pribadi masing-masing sekutu diperkenankan
sesuai dengan perjanjian antarsekutu (antarfirma)
 Setoran modal awal untuk masing-masing sekutu tidak harus
sama, tergantung dari perjanjian yang dibuat, termasuk
pembagian laba atau rugi
Ekuitas Persekutuan Firma
(lanjutan…)
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
pembagian Laba Rugi:
1. Jumlah modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh
masing-masing sekutu
2. Jasa atau jumlah waktu yang dicurahkan oleh masing-masing
sekutu
3. Kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing sekutu yang
bersangkutan
Ekuitas Persekutuan Firma
(lanjutan…)
Contoh:
Pada tanggal 1 Jan 2015, Bambang dan Edy sepakat untuk
mendirikan perusahaan persekutuan dalam bentuk firma dengan
nama Mandiri Tour & Travel.
Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang perjalanan wisata
Ekuitas Persekutuan Firma
(lanjutan…)
Bambang menyetorkan modalnya dalam bentuk Kas sebesar Rp
100.000.000 dan aset tetap berupa kendaraan (bus) senilai Rp
500.000.000.
Edy menyetorkan modalnya dalam bentuk Kas sebesar Rp
100.000.000 dan peralatan kantor senilai Rp 50.000.000
Jurnal 1 Jan 2015:
Kas Rp 200.000.000
Peralatan Kantor Rp 50.000.000
Aset Tetap – Kend Rp 500.000.000
Modal – Bambang Rp 600.000.000
Modal – Edy Rp 150.000.000
Ekuitas Persekutuan
Komanditer
 Sekutu komanditer adalah sekutu yang sifatnya pasif
 Sekutu Pasif hanya menyetorkan modal tanpa ikut campur
dalam kepengurusan (manajemen) persekutuan
 Sekutu Aktif secara langsung mengelola persekutuan
 Tanggungjawab para sekutu secara berkesinambungan dilakukan
berdasarkan kewajiban persekutuan
 Sekutu Pasif bertanggungjawab hanya sebatas pada aset yang
disetorkan ke perusahaan
 Para sekutu masih diperkenankan melakukan prive dengan
perjanjian yang telah disepakati
Ekuitas Perusahaan
Perseroan Terbatas
 PT merupakan perusahaan yang berbadan hukum tersendiri yang
kepemilikkannya terbagi atas saham-saham
 Perusahaan menarik modal dari calon pemilik dengan cara
mengeluarkan saham dan pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan
 Modal yang disetor oleh pemilik PT dicatat dalam akun Modal
Saham (capital stock)
 PT bertindak atas namanya sendiri dan bukan atas nama
investor (pemegang saham)
 Secara akuntansi PT merupakan suatu entitas yang terpisah dari
pemiliknya
Thanks

Anda mungkin juga menyukai