PENDAHULUAN
Etiologi tuli mendadak masih belum diketahui secara pasti namun terdapat
banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli sebagai faktor resiko terjadinya tuli
mendadak. Prevalensi tuli mendadak 5- 30 tiap 100.000 orang pertahun. Distribusi
laki-laki dan perempuan hampir sama, dengan puncak usia 50- 60 tahun. 1-3
Insiden tuli mendadak di poli THT-KL RS. M. Djamil Padang pada satu tahun
terakhir periode Agustus 2010 sampai Agustus 2011 berkisar 37 orang pasien.1
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Anatomi Telinga
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga bagian dalam.2
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula) dan liang
Telinga sampai membran timpani. Rangka daun telinga ini terdiri dari tulang
rawan elastic dan kulit yang berfungsi untuk mengumpulkan getaran suara
menuju saluran telinga luar. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan 1/3
bagian luar dengan rangka tulang rawan dan 2/3 bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjang liang telinga luar ini ±2,5-3 cm. Saluran ini
memiliki sejenis kelenjar sebaceae (sejenis minyak) yang menghasilkan
kotoran teling (cerumen). Cerumen dan rambut telinga ini dapat mencegah
masuknya benda asing ke dalam telinga.2
2
2.1.2 Anatomi Telinga Tengah
Telinga bagian tengah ini dibatasi dan dimulai dari membran timpani
(gendang telinga) yang didalamnya terdapat rongga kecil berisi udara yang terdiri
atas tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan)
dan stapes (sanggurdi). Pada bagian telinga tengah ini juga terdapat saluran
eustacius yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan faring. Antara
3
telinga bagian dalam dan telinga bagian tengah dibatasi oleh tingkap oval
(fenestra ovalis) dan tingkap bulat (venestra rotundra).2
Bagian dalam telinga ini terdapat organ pendengaran yang terdiri atas
koklea (rumah siput) dan organ keseimbangan(vestibuler)yang terdiri atas kanalis
semi sirkularis, sakulus dan ultrikulus. Koklea ini terdiri atas dua ruangan atau
saluran, canal vestibulat bagian atas dan canal timpanik pada bagian bawah.
Kedua ruangan tersebut berisikan cairan perilimfe dan dibatasi oleh duktus
koklea. Sedangkan duktus koklea berisikan cairan endolimfe. Pada bagian dasar
duktus koklea ini lah terdapat reseptor pendengaran yang disebut dengan organ
corti.2
4
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan
kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang diliputi
oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa
yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolityang
mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe.
Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-
sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan
dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran
menuju sakusendolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak
lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada
utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyaiseatu ujung yang melebar
membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut Krista. Sel-sel rambut
menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis
semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan
membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang sel reseptor.2
5
Gambar Vaskularisasi Telinga Dalam
Tuli mendadak ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya
adalah sensorineural, penyebab tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi
pada satu telinga. Kerusakan terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen,
keadaan ini dimasukan kedalam darurat neurologi.3
Tuli mendadak atau Sudden Hearing Loss (SHL) merupakan keluhan yang
perlu mendapat penanganan cepat dan tepat agar dapat memperbaiki fungsi
pendengaran dan kualitas hidup penderita. Tuli atau penurunan pendengaran
secara umum dibagi menjadi tiga yaitu tuli konduksi, tuli sensorineural dan tuli
campuran. Tuli konduksi disebabkan oleh gangguan struktur yang menghantarkan
gelombang suara ke koklea antara lain akibat dari abnormalitas telinga luar,
membran timpani, rongga udara, telinga tengah atau tulang pendengaran.
Sedangkan tuli sensorineural akibat dari abnormalitas koklea, saraf koklearis dan
struktur yang mengolah impuls neural menuju korteks auditorik di otak. 4
6
mendadak (SSNHL/sudden sensorineural hearing loss) merupakan bagian dari tuli
mendadak dengan kriteria berdasarkan pemeriksaan audiometri yaitu adanya
penurunan pendengaran >30 desibels (dB) minimal pada 3 frekuensi pemeriksaan
berturut-turut. Umumnya pasien tidak memiliki data audiometri sebelumnya,
sehingga tuli mendadak dibuat berdasarkan ambang pendengaran telinga
kontralateral. Tuli sensorineural mendadak idiopatik (SSNHL idiopatik)
merupakan SSNHL dengan penyebab yang tidak jelas walaupun dengan
pemeriksaan yang adekuat.4
2.3 Epidemiologi
Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga
(unilateral) dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga
(bilateral). DiAmerika Serikat terjadi 5-20 kasus tuli mendadak per
100.000 penduduk pertahun. Hadjar E melaporkan di sub bagian Neurotologi
THT FKUI. RS CiptoMangunkusumo Jakarta pada tahun 1999 sampai dengan
tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24 % dari
seluruh penderita ketulian dan10% dari tuli sensorineural dan 36% dari
penderita tuli akibat kelainan vaskuler.5
Diperkirakan sekitar 4000 kasus sudden sensorineural hearing
loss (SSNHL) terjadi di USA setiap tahunnya. Insidens kejadian di US ini berkisar
antara 5-20 kasus per 100.000 orang. Banyak kasus yang tidak
dilaporkan, sehingga sangat besar kemungkinan angka tersebut bisa lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan tuli mendadak dapat teratasi sebelum pasien
tersebut mengunjungi tempat pelayanan kesehatan.6
Distribusi antara pria dan wanita terlihat hampir sama. Berdasarkan data
dari beberapa penelitian, menyimpulkan bahwa sekitar 53% pria terkena
tuli mendadak dibandingkan wanita. Jenis kelamin bukan merupakan
suatu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kasus ini.6
Tuli mendadak dapat mengenai semua golongan usia, walaupun
pada beberapa penelitian, hanya sedikit ditemukan pada anak-anak dan lansia.
Puncak insidensi muncul pada usia 50an. Dewasa muda memiliki angka kejadian
7
yang hampir sama dengan dewasa pertengahan-tua. Usia rata-rata sekitar 40-54
tahun.6
2.4 Etiologi
Kerusakan terutama dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain oleh
iskemia koklea, infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan
tekanan atmosfir, autoimun dan obat ototoksik, penyakit maniere dan neuroma
akustik.tetapi biasanya dianggap sebagai etiologi dan sesuai dengan definisi
diatas adalah iskemia koklea dan infeksi virus.3
Beberapa jenis virus , seperti virus parotis, virus campak, virus influenza B
dan Mononukleosis menyebabkan keruksakan pada organ korti, membran tektoria
dan selubung myelin saraf akustik. Ketulian yang terjadi biasanya berat, terutama
pada frekuensi sedang dan tinggi.3
8
2.5 Patofisiologi
9
dapat mengakibatkan tuli mendadak. Kebocoran cairan perilimfe ke ruang telinga
tengah lewat foramen rotundum dan foramen ovale telah diyakini sebagai
mekanisme penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea membolehkan
bercampurnya perilmfe dan endolimfe dan merubah potensi endokoklea secara
efektif.8
Teori yang terakhir yaitu penyakit autoimun pada telinga dalam. Ketulian
sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun telinga dalam masih belum
jelas, tapi aktivitas imunologik koklea menunjukkan fakta yang tinggi.9
2.6 Tanda dan Gejala
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga,
dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda
penyakit virus seperti parotis varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh
dari penyakit virus tersebut. Pada pemeriksaan klinis/otoskopis tidak terdapat
kelainan telinga.10
Pada iskemia koklea, tuli dapat bersifat mendadak atau menahun secara
tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan,
tetapi biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan
tidak berlangsung lama. Kemungkinan sebagai pegangan harus diingat bahwa
perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat. Tuli dapat unilateral atau
bilateral, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.10
2.7 Diagnosis
10
Gejala pertama adalah berupa tinitus.
Pusing mendadak (vertigo) merupakan gejala awal terbanyak dari
tulimendadak yang disebabkan oleh iskemik koklear dan infeksi
virus,dan vertigo akan lebih hebat pada penyakit meniere,
tapi vertigo tidak ditemukan atau jarang pada tuli mendadak
akibat neuroma akustik,obat ototoksik.
Mual dan Muntah
Demam tinggi dan kejang
Riwayat infeksi virus seperti mumps, campak, herpes zooster
CMV,influenza B.
Riwayat Hipertensi dan Penyakit metabolik seperti DM
Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere.
Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam
kedasar laut.
Riwayat trauma Kepala dan Bising yang keras.
B. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang 3,9
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan
kelainan ada telinga yang sakit. Sementara dengan pemeriksaan
pendengaran didapatkan hasil sebagai berikut.
Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat,
Schwabach memendek. Kesan : Tuli sensorieura.
Audiometri nada Murni : Tuli Sensorineura ringan dan berat.
Tes SISI(Short Incriment Sensitivity Index) Skor : 100%
atau kurang dari 70%. Kesan dapat ditemukan rekrutment
Tes Tone decay atau Refleks Kelelahan Negatif kesan
Bukan tuli retrokokleal.
Audiometri Tutur (speech audiometry) : SDS (Speech
discrimination score) kurang dari 100% kesan tuli Sensorineural
11
Audiometri Impenden : Timpanogram Tipe A (Normal) Stapedius
ipsilateral negatif dan positif, sedangkan kontralateral positif.
Kesan Tuli sensorineural koklea.
BERA (Brainstem Evolved Responce Audiometry) Menunjukkan
tuli sensori neural ringan sampai berat.
Pemeriksaan tomografi computer (CT-scan) dan pencitraan
resonan magnetic (MRI) dengan kontras diperlukan untuk
menyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan malformasi
tulang temporal. Bila diduga kemungkinan adanya neuroma
akustik, pasien dikonsulkan ke bagian Saraf. Pemeriksaan
arteriografi diperlukan untuk kasus yang diduga akibat
thrombosisis.
Pemeriksaan Laboratorium dapat digunakan untuk
memeriksa kemungkinan infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia,
hiperfibrinogen, hipotiroid, penyakit autoimun, dan faal
hemostasis.
Untuk mengetahui ada tidaknya koagulasi darah pada pasien tuli
mendadak dapat dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan tes
penyaring pembekuan darah.
Penderita perlu dikonsulkan ke sub bagian hematologi penyakit
dalam dan bagian kardiologi untuk mengetahui adanya kelainan
darah dan hal-hal yang mengakibatkan Penyumbatan pembuluh
darah.
2.8 Penatalaksanaan 3,10
Tirah baring sempurna (Total bed Rest) istirahat fisik dan mental selama
dua minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stress yang besar
pengaruhnya pada keadaan kegagalan neurovaskular.
Vasodilantasia injeksi yang cukup kuat disertai dengan pemberian tablet
vasodilator oral tiap hari.
12
Prednison 4 x 10 mg (tablet) tapering off 3 hari (hati hati pada diabetes
melitus).
Vitamin C 500 Mg 1x1 tablet/hari vitamin E 1x1.
Neurobion 3x1 tablet/hari.
Diit rendah garam dan rendah kolesterol.
Inhalasi oksigen 4 x 15 menit (2 liter /menit) obat anti virus sesuai dengan
virus penyebab.
Hiperbarik oksigen terapi (HB)
Saat ini telah dikenal terapi oksigen bertekanan tinggi dengan teknik
pemberian oksigen hiperbarik adalah dengan memasukan pasien kedalam suatu
ruangan (Chamber) yang bertekanan 2 ATA.11
13
Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan diatas, dapat
dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Apabila dengan alat
bantu dengar juga masih belum dapat berkomunikasi secara adekuat dilakukan
psikoterapi dengan tujuan agar dapat menerima keadaan. Rehabilitas pendengaran
agar dengan sisa pendengaran yang ada dapat digunakan secara maksimal bila
memakai alat bantu dengar dan rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan
volume nada dan intonasi oleh karena pendengarannya tidak cukup untuk
mengontrol hal tersebut.11
2.9 Prognosis
14
lebih mudah hilang dibandingkan dengan gejala tinnitus. Ada ahli yang
berpendapat bahwa adanya tinnitus menunjukan prognosis yang lebih baik. 13
15
BAB III
KESIMPULAN
Tuli mendadak ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya
adalah sensorineural, penyebab tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi
pada satu telinga. Kerusakan terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen,
keadaan ini dimasukan kedalam darurat neurologi.
Kerusakan terutama dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain oleh
iskemia koklea, infeksi virus, trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan
tekanan atmosfir, autoimun dan obat ototoksik, penyakit maniere dan neuroma
akustik.tetapi biasanya dianggap sebagai etiologi dan sesuai denga definisi diatas
adalah iskemia koklea dan infeksi virus.
16
Daftar Pustaka
1. Munilson,J. Diagnosis dan penatalaksanaan Tuli Mendadak. Departemen
Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Unand/ RS. Dr. M. Djamil Padang tahun 2014.
2. Meyerhoff WL, Carter JB. Anatomy and physiology of hearing. In:
Meyerhoff WL eds. Diagnosis and management of hearing loss.
Philadelphia: WB Saunders. p: 1 - 12.
3. Soepardi.E.A, Iskandar .N, Bashirudin .J. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung dan tenggorok kepala dan leher. Edisi 6. FKUI Jakarta 2007.
4. Bashiruddin J, Soetirto I. Tuli mendadak. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Bashiruddin J, Restuti R D, editor (penyunting). Buku ilmu ajar
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Vol. 6; 2012.
hlm.39-41.
5. Hedo H. Gambaran Pasien Tuli Mendadak di Bagian THT-KL RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Bagian THT-KL FK UNAND, 3. Bagian Patologi
Anatomi FK UNAND tahun 2016.
6. Schreiber BE, Agrup C, Haskard DO, Luxon LM. Sudden sensorineural
hearing loss. Lancet. 2010;375:1203-11.
7. Lin HC, Lee HC, Chao PZ, Wu CS. The effects of weather on the
incidence of sudden sensorineural hearing loss: a 5-year population-based
study. Audiol Neurotol. 2006;11:165-71.
8. Merchant SN, Durand ML, Adams JC. Sudden deafness: is it viral? ORL.
2008;70:52-62.
9. Kasapoglu F, Tuzemen G, Hizalan I, Erisen L, Basut O, Onart S, et al.
Prognosis in sudden hearing loss: is it the disease or the treatment that
determines the prognosis ? Int. Adv. Otol. 2009;5(2): 187-94
10. Magliulo G, Stasolla A, Colicchio mg, Gagliardi S. Enlarged Internal
Auditory Canal and Sudden Deafness. The Journal of Otolaryngology &
Otology. 2010;124:931-33.
11. Mulk JU, Frils S, Hahn CH. Tympanotomy and Sealing of the Round
Window for Treatment of Sudden Deafness. Danish Medical Bulletin.
May 2011; 1-4.
12. Lopes-Gonzales MA, LopesLorente C, Abrante A, Benaixa P, Esteban F.
Sudden Deafness Caused by Lifestyle Stress: Pathophysiological
Mechanisms and New Therapeutic Perspectives.Otorhinolaryngology .
2009;3: 1-4
13. Tiong TS. Prognostic indicators of management of sudden sensorineural
hearing loss in an Asian hospital. Singapore Med J. 2007; 48-49.
17