Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP (RETARDASI MENTAL)
2.1.1 Definisi retardasi mental
Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegansi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah ketidakmampuan individu untuk menunjukkan
kualitas, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak/berbuat atau
memecahkan masalah atau tugas yang dihadapinya (intelegansi yang
terbelakang). Yang disebut retardasi mental juga bisa di bilang dengan
oligrofenia, oligo adalah orang yang berkekurangan atau tidak mempunyai
banyak tingkat kejiwaan yang normal. Kemampuan atau keefektifan
seseorang dalam memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab
sosial yang diharapkan untuk usia dan budaya kelompoknya (Muhith, 2015).
Retardasi mental adalah anak yang memerlukan penanganan khusus
karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Berkaitan dengan istilah disability, maka anak retardasi mental adalah anak
yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu
bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis
seperti autism dan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas
motoric atau ADHD (Desiningrum, 2016).
Retardasi mental merupakan salah satu gangguan mental yang terjadi
pada anak. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal serta ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Mustikawati,
Anggorowati, & Mugianingrum, 2015).

5
6

Tabel 2-1 Klasifikasi Retardasi Mental


Menurut (Jamaris, 2018) klasifikasi dikelompokkan menjadi:
Table 2.1.2 Klarifikasi Retardasi Mental
Kelompok IQ Istilah Kemampuan
pendidikan
Sebelumnya Saat ini Stanford Wech
Binet sler
Moron Mild 52-68 55-75 Educable Dapat mencapai
(mampu kemampuan anak usia 7-
didik) 12 tahun
Dapat menguasai
kemampuan akademik
setingkat kls 4 sekolah
dasar
Dapat menolong diri
sendiri dan memiliki
keterampilan adaptasi
sosial
Dapat melakukan
pekerjaan yang sedehana
(unskilled work)
Imbecile Moder 36-51 40-54 Trainable Dapat mencapai
ate (mampu kemampuan anak usia usia
latih) 2-7 tahun
Dapat menguasai
keterampilan akademik
dasar secara terbatas
Dapat menolong diri
sendiri dan memiliki
keterampilan sosial secara
terbatas
7

Kelompok IQ Istilah Kemampuan


pendidikan
Dapat melakukan
pekerjaan sederhana dan
rutin dengan supervisi
penuh
Idiot Severe 20-35 25-39 Mampu Dapat mencapai
rawat kemampuan anak berusia
2 tahun
Selalu membutuhkan
bantuan orang lain dalam
segala bidang kebutuhan
hidup
Profou 19 ke 24 ke Mampu Tidak dapat mencapai
nd bawah bawa rawat kemampuan anak usia 2
h tahun
2.1.2 Epidemiologi
Menurut Riskesdas (2018) Angka kejadian yang sebenarnya anak yang
mengalami retardasi mental jauh lebih tinggi dari pada angka yang
dilaporkan, hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan, susahnya
mendeteksi retardasi mental ringan pada anak –anak karena keabsahan alat
tesnya, serta hanya kasus retardasi mental berat saja yang biasanya sering
terdeteksi. Prevalens retardasi mental pada tahun 2018 ada 3,6% terdapat di
perkotaan, 2,9% ada di pedesaan, dengan laki-laki 3,4% dan perempuan 3,1%.
pada anak-anak usia 5-9 tahun 2,5%, 10-14 tahun 3,5%, dan 15-17 tahun
4,2%.
2.1.3 Etiologi
Faktor-faktor penyebab Retardasi Mental menurut Anggraini (2019)
Adalah faktor keturunan (genetic) atau retardasi mental primer. Faktor yang
mempengaruhi bayi ketika masih di dalam kandungan biasa disebut faktor
sekunder. Adapun penyebab retardasi mental sebagai berikut:
8

1. Keadaaan dimana bayi mengalami kerusakan dibagian otak yang


mengakibatkan infeksi di intracranial disebabkan oleh beberapa obat,
serum ataupun zat-zat toksik.
2. Trauma atau penyebab fisik dapat menimbulkan kelainan yang berakibat
retardasi pada anak. Hal ini diakibatkan oleh rudapaksa atau kekerasan
fisik yang dilakukan sejak bayi baru lahir.
3. Gangguan yang dialami oleh anak misalnya pertumbuhan yang tidak
sesuai, kurangnya gizi seimbang, terganggunya metabolisme tubuh.
4. Neoplasma mengakibatkan anak mengalami retardasi mental hal ini
disebabkan oleh penyakit yang menyerang otak sewaktu postnatal.
Sehingga otak mengalami peradangan dan merusak beberapa sel di
dalamnya.
5. Bayi yang lahir prenatal sering mengalami efek kongenital yang sering
kali tidak dapat diketahui penyebabnya.
6. Kelainan yang dibawa sejak lahir (kromosom) juga memperlambat tumbuh
kembang anak sejak di dalam kandungan.
7. Retardasi pada anak sangat berkaitan dengan berat badan yang kurang dari
2500 gram, sehingga anak mengalami kekurangan gizi.
8. Sosial budaya mengakibatkan anak mengalami defripasi psikososial.

2.2 Konsep Peran Keluarga Terhadap Anak Retardasi Mental


Keluarga merupakan suatu kelompok yang dapat menimbulkan,
mencegah, memperbaiki atau mengabaikan masalah-masalah kesehatan
dalam kelompok sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal
sampai penyelesaiannya Akan dipengaruhi oleh keluarga. Salah satu tugas
keluarga di bidang kesehatan adalah memelihara kesehatan anggota
keluarganya dan memberi perawatan serta dukungan kepada anggota keluarga
yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia
yang terlalu mudah (Fithria, 2011).
Peran ibu dalam membimbing anak retardasi mental untuk mencapai
suatu penyesuaian diri sebagai landasan awal dalam menghadapi kehidupan
masyarakat yang lebih luas diantaranya yaitu, memberikan dorongan pada
anak yang berkaitan dengan berbagai keterampilan yang harus dimiliki,
9

membimbing anak untuk mengendalikan tingkah lakunya yang nantinya


dapat mendorong anak mampu berhubungan dengan orang lain dan yang
terpenting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar (Fithria,
2011).
Ayah Sebagai kepala keluarga berperan sebagai sumber penghasilan dan
pembentuk karakter keluarga. Selain itu ayah juga merupakan pelindung
anggota keluarganya sehingga terciptalah suasana nyaman dan aman bagi
isteri maupun anak-anaknya. Hal ini dikarenakan seorang ayah dianggap
sebagai contoh keberhasilan bagi seorang anak, terutama dalam
menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang dialami sang anak. Nilai-
nilai yang dimiliki seorang ayah, seperti tanggung jawab, gigih, kritis, serta
logis dapat terinternalisasi dalam diri anak ketika sang ayah turut berperan
dalam perkembangan anak (Novita et al., n.d.).
2.3 Perkembangan anak retardasi mental
Pada anak berkebutuhan khusus atau retardasi mental bersifat abnormal,
yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang yang biasanya tampak di usia
balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain yang menjadi dasar
anak tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri tumbuh-kembang anak
yang tidak muncul (absent) sesuai usia perkembangannya seperti belum
mampu mengucapkan satu katapun di usia 3 tahun, atau terdapat
penyimpangan tumbuh-kembang seperti perilaku echolalia atau membeo pada
anak retardasi mental (Desiningrum, 2016).
2.4 Strategi dalam mengasuh anak retardasi mental

Menurut (Ariani, Soeselo, dan Surilena 2014) mengasuh tumbuh


kembang anak dengan retardasi mental dapat dilakukan dengan beberapa
strategi antara lain
a. Tipe A
Orang tua dianjurkan untuk anak mendapatkan kebebasan dalam
melakukan segala hal yang dapat dipertanggung jawabkan oleh anak hal ini
dilakukan untuk melatih agar mampu mengetahui diri sendiri dan
10

bersosialisasi dengan orang lain, hal ini disebut dengan authoritative


(demokratis)
b. Tipe B
Orang tua dapat memberikan perintah kepada anak agar mampu melatih
kemandirian dan melatih anak berinteraksi dengan orang tuanya , ini sering
disebut otoriter
c. Tipe C
Sering disebut permissive yang dimaksud dengan orang tua memberikan
kebebasan penuh oleh anak segala keputusan dan tangung jawab diberikan
kepada anak
d. Tipe D
Orang tua mengasuh dengan kolabirasi tipe a, tipe b, tipe c. Dibedakan
menjadi 2, yang pertama adalah neglectful yaitu orang tua sama sekali tidak
melibatkan anak dalam kehidupannya. Yang kedua indulgent orang tua
memberikan kontrol yang sangat kurang. Pada tipe d ini anak cenderung
kurang memiliki hal positif untuk mengontrol dirinya.

2.4.1 Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi
mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).
Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma,
intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetic.
Retardasi mental dalam kebanyakan kasus tidak dapat dicegah. Pencegahan
dapat berupa pencegahan primer (mencegah timbulnya) dan pencegahan
sekunder (mengurangi perburukan gejala) (Sularyo & Kadim, 2016a).
Beberapa contoh pencegahan primer, mengobati gangguan metabolisme
seperti fenilketonuria (PKU), galaktosemia, dan hipotiroidisme bawaan dapat
diobati sebelum menyebabkan keterbelakangan mental. Kondisi ini dapat
diidentifikasi melalui pemeriksaan darah sederhana setelah bayi lahir. Tes
selama kehamilan juga dapat dilakukan untuk menilai apakah bayi memiliki
kelainan kromosom seperti sindrom Down atau tidak. Anak-anak yang
mengalami gangguan metabolisme biasanya mendapatkan perawatan dengan
obat-obatan atau melakukan diet khusus. Jika perawatan dimulai sejak dini,
11

maka kemungkinan terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Sindrom


Alkohol Janin (Fetal Alcohol Syndrome) juga dapat dicegah dengan tidak
mengonsumsi alkohol selama kehamilan(Sularyo & Kadim, 2016b).
2.4.2 Peran Keluarga
Anak retardasi mental akan sangat tergantung pada peran serta dan
dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dan penerimaan dari setiap anggota
keluarga akan memberikan energy dan kepercayaan dalam diri anak retardasi
mental untuk lebih berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Orang
tua memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik maupun
mental sehingga dalam hal ini anak yang mengalami retardasi mental sangat
membutuhkan peran orang tua dalam membentuk karakter, bersosialisasi
dengan orang lain, dan mendidik anak agar lebih mandiri (Syahda, 2018).
pentingnya peran keluarga atau orang tua bagi peningkatan pendidikan di
rumah, maka keluarga atau orang tua harus melakukan hal-hal sebagai berikut
(1) Membimbing dan menolong diri sendiri
(2) Membimbing hubungan sosial
(3) Membimbing kegiatan ekonomi produktif
(4) Memberikan teguran dan pujian
(5) Membimbing kesehatan
(6) Membimbing seksual
Dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan
peran keluarga dengan kemampuan merawat diri pada anak yang mengalami
gangguan perkembangan retardasi mental (Saifudin, 2013).
2.4.3 Hambatan keluarga dalam mengasuh anak retrdasi mental
Menurut Fithriya dan Lestari (2014) hambatan yang sering dialami orang
tua secara umum dapat dilihat bahwa anak sulit berinteraki sehingga orang
tua harus mengajarkan dengan kesabaran. Selain itu orang tua harus melatih
emosi dan fungsi kognitif pada anak menjadi salah satu tantangan yang cukup
besar karena keterbatasan anak.
Menurut (Empati, Rachmawati, & Masykur, 2016) Salah satu anak
retardasi mental / tunagrahita adalah down syndrome. Perkembangan yang
lambat merupakan ciri utama pada anak down syndrome. Selain itu
12

Penyandang down syndromememiliki fitur wajah yang khas, termasuk


lipatan-lipatan di sudut, mata sipit yang cenderung mengarah ke atas,
hidung yang rata, wajah seperti orang mongol, dan mulut kecil dengan
langit-langit datar sehingga lidah mereka sedikit terjulur keluar. Pada
anak down syndromepada umumnya dapat dengan mudah melipat dan
melengkungkan tubuhnya, padahal anak normal tidak dapat melakukan
hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai