TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP (RETARDASI MENTAL)
2.1.1 Definisi retardasi mental
Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegansi yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah ketidakmampuan individu untuk menunjukkan
kualitas, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak/berbuat atau
memecahkan masalah atau tugas yang dihadapinya (intelegansi yang
terbelakang). Yang disebut retardasi mental juga bisa di bilang dengan
oligrofenia, oligo adalah orang yang berkekurangan atau tidak mempunyai
banyak tingkat kejiwaan yang normal. Kemampuan atau keefektifan
seseorang dalam memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab
sosial yang diharapkan untuk usia dan budaya kelompoknya (Muhith, 2015).
Retardasi mental adalah anak yang memerlukan penanganan khusus
karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Berkaitan dengan istilah disability, maka anak retardasi mental adalah anak
yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu
bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis
seperti autism dan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas
motoric atau ADHD (Desiningrum, 2016).
Retardasi mental merupakan salah satu gangguan mental yang terjadi
pada anak. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal serta ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Mustikawati,
Anggorowati, & Mugianingrum, 2015).
5
6
2.4.1 Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi
mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).
Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma,
intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetic.
Retardasi mental dalam kebanyakan kasus tidak dapat dicegah. Pencegahan
dapat berupa pencegahan primer (mencegah timbulnya) dan pencegahan
sekunder (mengurangi perburukan gejala) (Sularyo & Kadim, 2016a).
Beberapa contoh pencegahan primer, mengobati gangguan metabolisme
seperti fenilketonuria (PKU), galaktosemia, dan hipotiroidisme bawaan dapat
diobati sebelum menyebabkan keterbelakangan mental. Kondisi ini dapat
diidentifikasi melalui pemeriksaan darah sederhana setelah bayi lahir. Tes
selama kehamilan juga dapat dilakukan untuk menilai apakah bayi memiliki
kelainan kromosom seperti sindrom Down atau tidak. Anak-anak yang
mengalami gangguan metabolisme biasanya mendapatkan perawatan dengan
obat-obatan atau melakukan diet khusus. Jika perawatan dimulai sejak dini,
11