Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN MIOMA UTERI

Disusun oleh kelompok 1

1. Chenie Anca Savira (F0H020003)


2. Widya Nur Holida (F0H020005)
3. Merisa Putri (F0H020007)
4. Rinda Purnama Sari (F0H020009)
5. Maryami (F0H020011)
6. Marda Tillah (F0H020013)
7. Jelsa Enggraini (F0H020015)
8. Tiara Destary (F0H020017)
9. Lidya Puspita Sari (F0H020017)
10. Puja Lestari (F0H020021)
11. Aprila Pratiwi (F0H020023)
12. Sintya Rilda Sari (F0H020025)

Dosen Pengampuh :

Sardaniah,SST.,M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi MahaPanyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan seminar proposal. Seminar
Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Olehkarena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik daripembaca agar kami dapat memperbaiki proposal ini.Akhir
kata kami berharap semoga proposal tentang istirahat tidur untuk dapat memberikan manfaat
maupun inpirasiterhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
D. Manfaat penulisan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. KONSEP DASAR MIOMA UTERI....................................................................................3
1. Pengertian..........................................................................................................................3
2. Etiologi..............................................................................................................................3
3. Fatofisologi.......................................................................................................................4
4. Jenis – jenis.......................................................................................................................4
5. Gejala................................................................................................................................4
6. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................5
7. Klasifikasi mioma uteri.....................................................................................................5
8. Degenerasi.........................................................................................................................6
9. Penatalaksanaan................................................................................................................7
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MIOMA UTERI.........................8
1. Pengkajian.........................................................................................................................8
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................10
3. Intervensi Keperawatan...................................................................................................10
4. Implementasi Keperawatan.............................................................................................12
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mioma uteri merupakan salah satu penyakit yang tumbuh di bagian organ
reproduksi wanita. Mioma uteri ialah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat (Mansjoer, dkk., 2009). Mioma uteri menimbulkan masalah besar dalam
kesehatan khususnya wanita. Mioma uteri sendiri berada pada sekitar rahim dan didalam
rahim. Mioma sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu mioma ringan dan mioma ganas,
dimana jika sudah pada tahap ganas maka penderita akan mengalami pengangkatan
rahim. Mioma uteri merupakan tumor terbanyak yang menyerang organ reproduksi
wanita (Tulandi, 2003).

Mioma uteri seringkali disangkut pautkan dengan kista dan kanker serviks, walau
pada dasarnya hal ini sangatlah berbeda. Mioma uteri dan kista merupakan sejenis tumor
namun berbeda dalam hal penempatan dan kandungan isinya. Mioma uteri sendiri berisi
gumpalan daging yang terus tumbuh dan hanya berada pada daerah sekitar rahim
maupun dalam rahim, sedangkan kista umumnya berupa cairan yang akan terus
membesar.

Kanker serviks ialah kanker yang berada pada dinding leher rahim dan termasuk
dalam kategori ganas dan mematikan. Seseorang yang menderita salah satu dari ketiga
penyakit ini akan merasa mengalami mimpi buruk yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, dan kesehatan seseorang yang bermasalah akan mempengaruhi tingkat
stresnya. Semakin stres seseorang, maka resiko keparahan penyakit yang dideritanya
menjadi semakin besar (Rich, 2007)

Masalah reproduksi merupakan suatu hal yang penting bagi wanita, karena wanita
pada tahap dewasa madya rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya miom atau
mioma uteri. Mioma uteri sendiri merupakan tumor jinak otot polos uterus yang terdiri
dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri dapat
dipengaruhi dari faktor usia, dan status haid. Tidak hanya itu, resiko mioma uteri
menyerang wanita juga meningkat seiring 3 3 meningkatnya umur seorang wanita.
Jumlah penyakit mioma uteri di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker
serviks (Pertiwi, dkk, 2012). Di Indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39-
11,7% pada semua pasien kebidanan yang dirawat (Wiknjosastro, 2010:338). Kasus
mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus mioma uteri di atas maka dirumuskan suatu rumusan
masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan pada pasien post operasi


histrektomi atas indikasi mioma uteri.
2. Bagaimana menegakan diagnosa keperawatan pada pasien Post operasi : Mioma
uteri.
3. Bagaimana menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan diagnosa pada pasien
post operasi mioma uteri.
4. Bagaimana mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sudah disusun
sesuai dengan diagnosa pada pasien post operasi mioma uteri.
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir asuhan keperawatan pada pasien dengan
post operasi mioma uteri.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini ialah untuk menggali dan mengetahui secara mendalam
mengenai gambaran resiliensi pada wanita dewasa madya pasca menjalani pengangkatan
rahim akibat mioma uteri.

D. Manfaat penulisan

6. Memberikan kontribusi bagi ilmu Psikologi Klinis dan Perkembangan mengenai


gambaran resiliensi pada wanita dewasa madya pasca menjalani pengangkatan
rahim akibat mioma uteri agar dapat menjadi literatur mengenai proses wanita
dewasa madya pasca pengangkatan rahim untuk melakukan atau menjalankan
resiliensi.
7. Menambah referensi dan pengetahuan untuk para ilmuwan psikologi untuk
menjadi salah satu sumber informasi mengenai resiliensi terhadap dewasa madya
maupun resiliensi pasca pengangkatan rahim akibat mioma uteri.
8. Menambah dan membuka wawasan bagi para ilmuwan yang meneliti mengenai
teori resiliensi terhadap wanita dewasa madya pasca pengangkatan rahim akibat
mioma uteri agar dapat menjadi referensi bagi perkembangan teori resiliensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MIOMA UTERI

1. Pengertian
Mioma uteri atau kista adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri,
bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas otot
polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95% berasal dari korpus uteri dan 5% dari
serviks. Hanya kadang-kadang saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum.
Mioma uteri adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi pada kira-kira 25% wanita
kulit putih dan 50% kulit hitam pada umur 50 tahun.

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan
tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun. Angka kejadiannya diperkirakan
3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun menderita mioma uteri ( Endjun, 2008 : 271). Mioma
uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari selsel jaringan otot polos jaringan
fibroid dan kolagen. Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274). 13 Mioma uteri adalah
neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menopangnya
(Unicef, 2013).

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut
juga dengan mioma uteri atau uterin fibroid. Mioma uteri umumnya terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun (Marmi, 2010). Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa
ganas, lebih sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya
tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa
juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan.
Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).

2. Etiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu insiator dan
promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum
diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phospatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniselular.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik
dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth
factor lokal.

3
3. Fatofisologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambatlaun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkinterdapat satu mioma, akan tetapi biasanya mioma banyak. Jika ada satu mioma
yangtumbuh intamural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat bila terletak pada dinding depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan
keluhan miksi.Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada
miomauteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan rasa nyeri dan
mual.
Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus
yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan
fisik, kondisi tubuh lemah sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu,dengan perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan
volume cairan.

4. Jenis – jenis

1. Miona Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam ± Angka kejadian rongga
uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan
sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya
degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa
bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering mengalami nekrose atau
ulserasi.

2. Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar
ataumultiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.

3. Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecahdan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua
lapisanligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel
pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum.

5. Gejala

Umumnya, mioma tidak menimbulkan gejala yang disadari pengidapnya. Beberapa


gejala umum yang dapat dirasakan, antara lain:

4
1. Menstruasi dalam jumlah banyak.
2. Perut terasa penuh dan membesar.
3. Gangguan berkemih akibat ukuran mioma yang menekan saluran kemih.
4. Keluarnya mioma melalui leher rahim yang umumnya disertai nyeri hebat,
sehingga menyebabkan luka dan terjadinya infeksi sekunder.
5. Konstipasi akibat mioma menekan bagian bawah usus besar.
6. Nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang dapat dirasakan
saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau saat terjadi penekanan pada
panggul.
7. Penimbunan cairan di rongga perut.

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap


Hemoglobin: turun
Albumin:turun
Lekosit: turun/meningkat
Eritrosit: turun
2. USGTerlihat massa pada daerah uterus.
3. SitologiMenentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut
4. RontgenUntuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambattindakanoperasi.
5. ECGMendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakanoperasi.Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai..
Padamioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati
masamenopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic
secararutin tiap tiga bulan atau enam bulan.Adapun cara penanganan pada mioma
uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu
dengan histerektomi dan umumnya dilakukanhisterektomi total abdominal.Tindakan
histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total AbdominalHisterektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ). TAH – BSO adalahsuatu tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii danovarium dengan
melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmaticdesease, leymyoma
dan chronic endrometriosis .Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
TAH-BSO adalah suatutindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding
perut untuk mengangkatuterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada
malignant neoplastic diseas,leymiomas dan chronic endometriosis.

7. Klasifikasi mioma uteri

Mioma uteri menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu:


1. Mioma submukosum : dibawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri
2. Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut miometrium

5
3. Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif & Hardi, 2013 :445 ).

1. Mioma submukosa : menempati lapisan dibawah endometrium dan menonjol ke


dalam kavum uteri.
2. Mioma intramural : mioma yang berkembang diantara miometrium.
3. Mioma subrerosa : mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosaa uterus dan dapat
bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai.

8. Degenerasi

Mioma kadang-kadang mengalami proses degenerasi sehingga tampak


menyerupai kantung gestasi (anekhoik), atau dapat pula mengalami proses kalsifikasi
sehingga tampak lebih hiperekhoik dibanding miometrium normal. Mioma yang cepat
membesar dan memiliki vaskularisasi yang baik, tampak hipoekhoik homogen. Mioma
uteri submukosum sering menimbulkan menometroragia, dismenorea, atau keguguran
berulang. Mioma serviks jarang terjadi, diperiksakan terjadi pada 8% dari semua jenis
mioma uteri, serviks tampak membesar dan kehilangan akhogenitas normalnya (Endjun,
2008). 16 Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhanya, maka mioma
dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut.

a. Degenerasi jinak

1. Atrofi : ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan atau
menopause.
2. Hialin : terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana bagian yang semula aktif
tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi da berubah warnanya
menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda
terjadinya degenerasi hialin.
3. Kistik : setengah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya gelatin
sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada

6
bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum
peritonium, atau retroperitoneum.
4. Klasifikasi : disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma
subrerosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan
pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
5. Septik : dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis dibagian tengah tumor yang
berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam
akut.
6. Kaneus : degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis yang yang diikuti dengan
terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna
mioma.
7. Miksomatosa : degenerasi lemak yang terjadi setelah proses degenerasi hialin dan kistik.
Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomati.

b. Degenerasi ganas
1. Transformasi ke arah keganasan : bisa menjadi miosarkoma terjadi pada 0,1% - 0,5%
penderita mioma uteri

9. Penatalaksanaan

1. 55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun,
terutama bila :
a. Tanpa keluhan
b. Menjelang menopause
c. Besar mioma < 12 minggu kehamilan
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan.Apabila
terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengancepat dan
dapat dilakukan tindakan segera.

2. Pengobatan OperatiF
a. Miomektomi (Enukliasi Mioma) adalah pengambilan sarang miomasaja tanpa
pengangkatan uterus.
b. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakantindakan
terpilih

7
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MIOMA UTERI

1. Pengkajian

a. Anamnesa

1. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma
uteri, misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid.
2. Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma
saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji
pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah
diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri,
tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota
keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental.
5. Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri
yang perlu diketahui adalah :

 Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami
atrofi pada masa menopause.
 Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa
hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan
dalam jumlah yang besar.

c. Faktor Psikososial
1. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktorfaktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri,

8
dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh
pasien mioma uteri.
2. Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma
uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri
dengan orang lain.

d. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji
adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.

e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan
pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.

f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain


Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi

g. Pola Istirahat dan Tidur


Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.

h. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri


b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe

 Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.


 Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
 Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak.
 Telinga : lihat kebersihan telinga.
 Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
 Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak. g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
 Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi:
terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi: timpani, pekak Auskultasi:
bagaimana bising usus
 Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri

9
 Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko syok berhubungan dengan pendarahan


b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Dan kriteria hasil
Resiko syok Tujuan : Setelah Pencegahan syok
berhubunga dilakukan tindakan  Agar syok dapat
n dengan keperawatan maka Observasi: ditangani sejak
pendarahan diharapkan Tingkat  monitor status awal. Dan tidak
Syok menurun dengan kardiopulmonal mengakib atkan
kriteria hasil : (frekuensi, dan kekuatan kematian.
nadi, frekuensi napas,  Karena alergi
 kekuatan nadi TD) juga dapat
meningkat  monitor status oksigenasi menimbul kan
 output urine  monitor status cairan syok.
meningkat  monitor tingkat kesadaran  Agar
 tingkat kesadaran dan respon pupil penyebabnya
meningkat  periksa riwayat elergi langsung diatasi
 saturasi oksigen dan terhindar
meningkat Terapeutik : dari syok
 akral dingin  jelaskan penyebab faktor  Agar klien dapat
menurun resiko syok memenuhi
 pucat menurun  jelaskan tanda dan gejala kebutuhan
 haus menurun awal syok bernafasn ya
 konfusi menurun  anjurkan melapor jika  Agar pasien
 letangi menurun merasakan tanda dan dapat berhati hati
 asiosis metabolic gejala awal syok dan agar
menurun  anjurkan memperbanyak terhindar dari
 tekanan darah asupan cairan oral syok.
membaik  anjurkan menghindari  Agar keluarga
 pengisian kapiler alergen juga dapat
membaik mengantisipasi
Kolaborasi: dan melakukan
 frekuensi nadi
pertolongan
membaik
 kolaborasi pemberian IV, pertama terhadap
 frekuensi napas
jika perlu syok.
membaik
 kolaborasi pemberian
transfuse darah, jika perlu

10
kolaborasi pemberian
antiinfalamasi, jika perlu
Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri:  Untuk
berhubunga Setelah dilakukan mengetahui
n dengan tindakan keperawatan Observasi : lokasi nyeri pada
agen cidera maka Tingkat Nyeri  Identifikasi
pasien
fisik menurun dengan lokasi,karakteristik,
kriteria hasil :  Untuk
duras,frekuensii,kualitas,i
 Keluhan nyeri mengetahui skala
ntensitas nyeri
menurun nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Meringis  Untuk mngetahui
 Identifikasi respons nyeri
menurun nyeri tekan
non verbal
 Sikap protektif  Untuk
 Monitor keberhasilan
menurun mengetahui
terapi komplemeter yang
 Gelisah respon pasien
sudah diberikan
menurun terhadap obat
 Perasaan takut Terapeutik : dan terapi yang
mengalami  Berikan teknik diberikan
cedera berulang nonfarmakologis  Memberikan
menurun untuk mengurangi teknik mengatasi
 Diaferosis rasa nyeri(terapi nyeri
menurun pijat,aromaterapi,kom  Mengontol
 Perasaan pres lingkungan yang
depresi hangat/dingin,menarik dapat
menurun napas dalam) menyebabkan
 Anoreksia  kontrol lingkungan nyeri bertambah
menurun yang memperberat  Memberiakn
 Ketegangan otot rasa nyeri(suhu teknik
menurun ruangan,pencahayaan, mengurangi
kebisingan) nyeri
 Mual dan
muntah  Fasilitas istirahat dan  Memberikan
menurun tidur obat pereda nyeri
dengan
 Frekuensi nadi Edukasi : kaloborasi
membaik  Jelaskan strategi dengan dokter
 Pola napas meredakan nyeri dan farmakologi
membaik  Anjurkan
 Tekanan darah mengguankan
membaik analgetik secara tepat
 Nafsu makan  Ajarkan teknik
membaik nonfarmakologis
 Pola tidur
11
membaik untuk menguranggi
 Fungsi nyeri
berkemih
Kaloborasi :
membaik
 Kaloborasi
pemberian
analgetik,jika
perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Dalam teori implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian,
dibanyak lingkungan keperawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai
secara langsung setelah pengkajian. Sebagai contoh implementasi segera
diperlukan ketika perawat mengidentifikasi kebutuhan klien yang mendesak,
dalam situasi seperti henti jantung, kematian mendadak dari orang yang dicintai,
atau kehilangan rumah akibat kebakaran.
 

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk


mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan
dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-
50% yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor.Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namundari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteridistimulasioleh hormon
esterogen dan siklus hormonal.

B. Saran

Jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, kami


mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penyusunan makalah yang
berikutnya dapat lebih baik lagi. Semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi
salah satu referensi untuk perkuliahan Keperawatan Maternitas

DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016.”Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia”.Jakarta: DPP PPNI


 
PPNI.2018.”Standar Luaran Keperawatan Indonesia”.Jakarta: DPP PPNI

13
 
PPNI.2018.”Standar intervensi Keperawatan Indonesia”.Jakarta: DPP PPNI

Hanifa, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Tridasa Printer

Arif, M.1999 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

Halminton, P. M . 1995. Patofisiologi : Jakarta : EGC

14

Anda mungkin juga menyukai