Dosen Pengampuh :
Sardaniah,SST.,M.Kes
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi MahaPanyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan seminar proposal. Seminar
Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Olehkarena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik daripembaca agar kami dapat memperbaiki proposal ini.Akhir
kata kami berharap semoga proposal tentang istirahat tidur untuk dapat memberikan manfaat
maupun inpirasiterhadap pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
D. Manfaat penulisan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. KONSEP DASAR MIOMA UTERI....................................................................................3
1. Pengertian..........................................................................................................................3
2. Etiologi..............................................................................................................................3
3. Fatofisologi.......................................................................................................................4
4. Jenis – jenis.......................................................................................................................4
5. Gejala................................................................................................................................4
6. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................5
7. Klasifikasi mioma uteri.....................................................................................................5
8. Degenerasi.........................................................................................................................6
9. Penatalaksanaan................................................................................................................7
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MIOMA UTERI.........................8
1. Pengkajian.........................................................................................................................8
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................10
3. Intervensi Keperawatan...................................................................................................10
4. Implementasi Keperawatan.............................................................................................12
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri merupakan salah satu penyakit yang tumbuh di bagian organ
reproduksi wanita. Mioma uteri ialah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat (Mansjoer, dkk., 2009). Mioma uteri menimbulkan masalah besar dalam
kesehatan khususnya wanita. Mioma uteri sendiri berada pada sekitar rahim dan didalam
rahim. Mioma sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu mioma ringan dan mioma ganas,
dimana jika sudah pada tahap ganas maka penderita akan mengalami pengangkatan
rahim. Mioma uteri merupakan tumor terbanyak yang menyerang organ reproduksi
wanita (Tulandi, 2003).
Mioma uteri seringkali disangkut pautkan dengan kista dan kanker serviks, walau
pada dasarnya hal ini sangatlah berbeda. Mioma uteri dan kista merupakan sejenis tumor
namun berbeda dalam hal penempatan dan kandungan isinya. Mioma uteri sendiri berisi
gumpalan daging yang terus tumbuh dan hanya berada pada daerah sekitar rahim
maupun dalam rahim, sedangkan kista umumnya berupa cairan yang akan terus
membesar.
Kanker serviks ialah kanker yang berada pada dinding leher rahim dan termasuk
dalam kategori ganas dan mematikan. Seseorang yang menderita salah satu dari ketiga
penyakit ini akan merasa mengalami mimpi buruk yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, dan kesehatan seseorang yang bermasalah akan mempengaruhi tingkat
stresnya. Semakin stres seseorang, maka resiko keparahan penyakit yang dideritanya
menjadi semakin besar (Rich, 2007)
Masalah reproduksi merupakan suatu hal yang penting bagi wanita, karena wanita
pada tahap dewasa madya rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya miom atau
mioma uteri. Mioma uteri sendiri merupakan tumor jinak otot polos uterus yang terdiri
dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri dapat
dipengaruhi dari faktor usia, dan status haid. Tidak hanya itu, resiko mioma uteri
menyerang wanita juga meningkat seiring 3 3 meningkatnya umur seorang wanita.
Jumlah penyakit mioma uteri di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker
serviks (Pertiwi, dkk, 2012). Di Indonesia kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39-
11,7% pada semua pasien kebidanan yang dirawat (Wiknjosastro, 2010:338). Kasus
mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus mioma uteri di atas maka dirumuskan suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini ialah untuk menggali dan mengetahui secara mendalam
mengenai gambaran resiliensi pada wanita dewasa madya pasca menjalani pengangkatan
rahim akibat mioma uteri.
D. Manfaat penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Mioma uteri atau kista adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri,
bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas otot
polos dengan beberapa jaringan ikat. Kira-kira 95% berasal dari korpus uteri dan 5% dari
serviks. Hanya kadang-kadang saja berasal dari tuba fallopi atau ligamentum rotundum.
Mioma uteri adalah tumor pelvis yang paling sering terjadi pada kira-kira 25% wanita
kulit putih dan 50% kulit hitam pada umur 50 tahun.
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari miometrium dan merupakan
tumor jinak tersering pada wanita di atas usia 30 tahun. Angka kejadiannya diperkirakan
3 dari 10 wanita berusia > 30 tahun menderita mioma uteri ( Endjun, 2008 : 271). Mioma
uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari selsel jaringan otot polos jaringan
fibroid dan kolagen. Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274). 13 Mioma uteri adalah
neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menopangnya
(Unicef, 2013).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut
juga dengan mioma uteri atau uterin fibroid. Mioma uteri umumnya terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun (Marmi, 2010). Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa
ganas, lebih sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya
tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa
juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan.
Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
2. Etiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu insiator dan
promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum
diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phospatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniselular.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik
dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth
factor lokal.
3
3. Fatofisologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambatlaun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus
mungkinterdapat satu mioma, akan tetapi biasanya mioma banyak. Jika ada satu mioma
yangtumbuh intamural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat bila terletak pada dinding depan uterus, mioma uterus dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering menimbulkan
keluhan miksi.Tetapi, masalah akan timbul jika terjadi : kurangnya pemberian darah pada
miomauteri yang menyebabkan tumor membesar , sehingga menimbulkan rasa nyeri dan
mual.
Selain itu, masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus
yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini dapat mengakibatkan kelemahan
fisik, kondisi tubuh lemah sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu,dengan perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan
volume cairan.
4. Jenis – jenis
1. Miona Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam ± Angka kejadian rongga
uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan
histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan
sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya
degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa
bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering mengalami nekrose atau
ulserasi.
2. Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar
ataumultiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecahdan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua
lapisanligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel
pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum.
5. Gejala
4
1. Menstruasi dalam jumlah banyak.
2. Perut terasa penuh dan membesar.
3. Gangguan berkemih akibat ukuran mioma yang menekan saluran kemih.
4. Keluarnya mioma melalui leher rahim yang umumnya disertai nyeri hebat,
sehingga menyebabkan luka dan terjadinya infeksi sekunder.
5. Konstipasi akibat mioma menekan bagian bawah usus besar.
6. Nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang dapat dirasakan
saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau saat terjadi penekanan pada
panggul.
7. Penimbunan cairan di rongga perut.
6. Pemeriksaan Penunjang
5
3. Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif & Hardi, 2013 :445 ).
8. Degenerasi
a. Degenerasi jinak
1. Atrofi : ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan atau
menopause.
2. Hialin : terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana bagian yang semula aktif
tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi da berubah warnanya
menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda
terjadinya degenerasi hialin.
3. Kistik : setengah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya gelatin
sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada
6
bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum
peritonium, atau retroperitoneum.
4. Klasifikasi : disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma
subrerosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan
pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
5. Septik : dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis dibagian tengah tumor yang
berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam
akut.
6. Kaneus : degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis yang yang diikuti dengan
terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna
mioma.
7. Miksomatosa : degenerasi lemak yang terjadi setelah proses degenerasi hialin dan kistik.
Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomati.
b. Degenerasi ganas
1. Transformasi ke arah keganasan : bisa menjadi miosarkoma terjadi pada 0,1% - 0,5%
penderita mioma uteri
9. Penatalaksanaan
1. 55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun,
terutama bila :
a. Tanpa keluhan
b. Menjelang menopause
c. Besar mioma < 12 minggu kehamilan
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 – 6 bulan.Apabila
terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengancepat dan
dapat dilakukan tindakan segera.
2. Pengobatan OperatiF
a. Miomektomi (Enukliasi Mioma) adalah pengambilan sarang miomasaja tanpa
pengangkatan uterus.
b. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakantindakan
terpilih
7
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MIOMA UTERI
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma
uteri, misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid.
2. Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma
saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji
pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3. Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah
diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri,
tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota
keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental.
5. Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri
yang perlu diketahui adalah :
Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami
atrofi pada masa menopause.
Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa
hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan
dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktorfaktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri,
8
dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh
pasien mioma uteri.
2. Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma
uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri
dengan orang lain.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan
pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
h. Pemeriksaan Fisik
9
Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi
2. Diagnosa Keperawatan
10
kolaborasi pemberian
antiinfalamasi, jika perlu
Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri: Untuk
berhubunga Setelah dilakukan mengetahui
n dengan tindakan keperawatan Observasi : lokasi nyeri pada
agen cidera maka Tingkat Nyeri Identifikasi
pasien
fisik menurun dengan lokasi,karakteristik,
kriteria hasil : Untuk
duras,frekuensii,kualitas,i
Keluhan nyeri mengetahui skala
ntensitas nyeri
menurun nyeri
Identifikasi skala nyeri
Meringis Untuk mngetahui
Identifikasi respons nyeri
menurun nyeri tekan
non verbal
Sikap protektif Untuk
Monitor keberhasilan
menurun mengetahui
terapi komplemeter yang
Gelisah respon pasien
sudah diberikan
menurun terhadap obat
Perasaan takut Terapeutik : dan terapi yang
mengalami Berikan teknik diberikan
cedera berulang nonfarmakologis Memberikan
menurun untuk mengurangi teknik mengatasi
Diaferosis rasa nyeri(terapi nyeri
menurun pijat,aromaterapi,kom Mengontol
Perasaan pres lingkungan yang
depresi hangat/dingin,menarik dapat
menurun napas dalam) menyebabkan
Anoreksia kontrol lingkungan nyeri bertambah
menurun yang memperberat Memberiakn
Ketegangan otot rasa nyeri(suhu teknik
menurun ruangan,pencahayaan, mengurangi
kebisingan) nyeri
Mual dan
muntah Fasilitas istirahat dan Memberikan
menurun tidur obat pereda nyeri
dengan
Frekuensi nadi Edukasi : kaloborasi
membaik Jelaskan strategi dengan dokter
Pola napas meredakan nyeri dan farmakologi
membaik Anjurkan
Tekanan darah mengguankan
membaik analgetik secara tepat
Nafsu makan Ajarkan teknik
membaik nonfarmakologis
Pola tidur
11
membaik untuk menguranggi
Fungsi nyeri
berkemih
Kaloborasi :
membaik
Kaloborasi
pemberian
analgetik,jika
perlu
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan
penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-
50% yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor.Sampai saat ini
penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namundari hasil penelitian
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteridistimulasioleh hormon
esterogen dan siklus hormonal.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
13
PPNI.2018.”Standar intervensi Keperawatan Indonesia”.Jakarta: DPP PPNI
14