Anda di halaman 1dari 25

AANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Disusun dan diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Biologi Dasar Manusia
Dosen Pembimbing : Pudji Suryani, MKM

Disusun Oleh :
Adestya
Feranisa Ramdania (P17324216053)

Tingkat : IA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
TA. 2016-2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
karunianNya kami dapat mengerjakan tugas kelompok makalah anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan yang dimudahkan oleh-Nya. Tanpa pertolongan dan keridhoan-Nya mungkin kami
tidak bias menyelesaikan makalah ini.

Kami menyusun makalah ini berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami
peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti oleh pembaca. Selain itu, kami memperoleh sumber dari beberapa buku pilihan, kami
pun memperoleh informasi tambahan dari internet.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing kami Ibu Pudji
Suryani, MKM yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan pada tugas makalah-makalah
berikutnya.

          Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin

Bogor, 14 September 2016

Penyusun,

DAFTAR ISI

2
COVER………………………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………....2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………..5


1.2 TUJUAN……………………………………………………………………………………..5
1.3 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………….6

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 DESKRIPSI SISTEM PENCERNAAN……………………………………………………..7

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN…………………………………7

2.2.1 ANATOMI SISTEM PENCERNAAN…………………………………………..7

2.2.2 FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN………………………………………….8

2.3 GAMBARAN ANATOMI UMUM PADA SALURAN PENCERNAAN………………9

2.3.1 RONGGA ORAL DAN FARING…………………………………………….11

2.3.2 ESOFAGUS…………………………………………………………………..15

2.3.3 LAMBUNG…………………………………………………………………..15

2.3.4 USUS HALUS…………………………………………………………………..21

2.3.5 PRANKEAS…………………………………………………………………..24

2.3.6 HATI……………………………………………………………………………26

2.3.7 EMPEDU…………………………………………………………………..28

2.3.8 KANDUNG EMPEDU……………………………………………………………29

2.3.9 USUS BESAR………..…………………………………………………………………..30

2.4 KENDALI SARAF PADA SALURAN PENCERNAAN………………………………….32

3
2.5 REFLEKS
MUNTAH………………………………………………………………………..32

2.6 REFLEKS DEFEKASI………………………………………………………………………33

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..37

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….37

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cairyang terbentang mulai dari mulut (oral)
sampai anus. Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri dari organ-
organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. saluran pencernaan tersebut
terdiri dari Oral(mulut), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan) Ventrikulus(lambung), usus
halus,usus besar, rektum, anus. Selain itu alat penghasil getah cerna terdiri dari Kelenjar ludah,
kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas, kelenjar getah usus.

Selama dalam pankreas, pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang


sederhana yang hanya diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat
makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung di dalam berbagai cairan
pencernaan.

Setiap jenis zat mempunyai tugas khusus bekerja atas satu jenis makanan dan tidak
mempunyai pengaruh terhadap jenis lain.

1.2 TUJUAN

1. Menggambarkan bagian-bagian dari sistem pencernaan dengan benar


2. Menjelaskan fungsi utama sistem pencernaan dengan benar
3. Menjelaskan proses pencernaan dengan benar
4. Menjelaskan anatomi fisiologi hati, pancreas dan empedu dengan benar
5. Menjelaskan penganturan sistem pencernaan oleh saraf dan hormon dengan benar
6. Menjelaskan refleks muntah dengan benar
7. Menguraikan refleks defekasi dengan benar
8. Menguraikan sistem pencernaan hubungannya dengan kehamilan

5
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gambar bagian-bagian dari sistem pencernaan ?
2. Apa fungsi utama dari sistem pencernaan ?
3. Bagaimana proses pencernaan ?
4. Bagaimana anatomi fisiologi hati, pankreas dan empedu ?
5. Bagaimana penganturan sistem pencernaan oleh saraf dan hormon ?
6. Apa yang dimaksud dengan refleks muntah ?
7. Bagaimana menguraikan refleks defekasi ?
8. Bagaimana hubungan sistem pencernaan dengan kehamilan ?

BAB 2

PEMBAHASAN

6
A. SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan makanan adalah proses mengubah makanan, dari ukuran
besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus. Proses tersebut juga meliputi
pemecahan makanan yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan
bantuan enzim dan organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan
makanan yang akan dicerna oleh tubuh.
Zat makanan yang sudah dicerna akan diserap oleh tubuh. Proses pencernaan
pada tubuh manusia dapat dibedakan menjadi du macam yaitu.
a. Proses pencernaan mekanik
Proses mengubah makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk
kecil adan halus. Pada manusia dan mamalia umumnya, proses pencernaan
mekanik dilakukan dengan mengunakan gigi.
b. Proses pencernaan kimiawi
Proses mengubah zat yang kompleks menjad zat-at yang lebih sederhana
dengan bantuan enzim. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh dan
bekerja mempercepat reaksi-reaksi kima dalam tubuh.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat- alat
pencernaan makananan. Alat-alat penvcernaan makanan dibedakan menjadi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
B. ANOTOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Anotomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum, dan anus. System
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pancreas, hati dan kandung empedu.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat ke dalam
aliran serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut tubuh.

Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan

7
1. Kelenjar ludah
2. Parotis

3. Submandibularis (bawah rahang)

4. Sublingualis (bawah lidah)

5. Rongga mulut

6. Amandel

7. Lidah

8. Esofagus

9. Pankreas

10. Lambung

11. Saluran pankreas

12. Hati

13. Kantung empedu

14. duodenum

15. Saluran empedu

16. Kolon

17. Kolon transversum

18. Kolon ascenden

19. Kolon descenden

20. Ileum

21. Sekum

22. Appendiks/Umbai cacing

8
23. Rektum/Poros usus

24. Anus

Fisiologi Sistem Pencernaa

9
1. Mulut
Awal proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam
mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam proses perencanaan. Di dalam rongga
mulut, makanan dicerna, baik secara mekanik maupun kimiawi. Rongga mulut
merupakan bagian pertama dari tabung pencernaan. Fungsi utamanya adalah sebagai
pintu masuk dari saluran pencernaan dan untuk memulai proses pencernaan dengan air
liur dan tenaga penggerak dari pencernaan bolus ke faring. Mulut juga berfungsi sebagai
saluran pernapasan sekunder, modifikasi suara untuk menghasilkan bicara, dan organ
chmosensory.
Batas-batas rongga mulut meliputi pembukaan faring, langit-langit di atap mulut,
dan bibir didepan. Beberapa bagian dari anotomi mulut, terutama lidah dan bibir, yang
penting dalam produksi suara pembicaraan. Bagian lain dari dari mulut berkontribusi
untuk menguyah dan menelan maknan. Terdapat bagian-bagian di dalam mulut yaitu

a. Bibir

Bibir adalah dua struktur seluler otot yang membentuk pintu masuk
kemulut. Bibir menandai transisi dari kulit membrane mukosa lembab, dan
merupakan struktur berdaging sangat vascular yang memnjaga pintu masul ke
rongga mulut. Anotomi bibir terdiri dari:

1.) Zona vermilion, yaitu bagian merah pada bibir yang disebabkan karena bagian
ini kaya vaskularisasi yang dapat terlohat melalui epitelium tipis.
2.) Vermilion border, yaitu garis tepi zona vermilion yang merupakan batas
antara zona vermilion dengan kulit.
3.) Philtrum, turunan/lekukan kecil vertical yang dangkal di garis tengan hidung
ke perbatasan vermilion atas.
4.) Tuberkulum labial, tonjolan berdaging tepat bagian inferior dan philtrum.
5.) Comissura labial, lipatan tipis jaringan yang mudah terlihat Ketika bibir
terbuka yang menghubungkan bibir atsa dan bawah pada bagian lateral.
6.) Comissura lip pit, lekukan kecil di tengah-tengan comissura labial.
7.) Celah mulut, zona antara bibir superior dan inferior yang dapat dibuka atau
Ketika bibir kontak satu sama lain atau ditutup.
b. Rongga Mulut

Rongga mulut dibatasi oleh beberapa struktur. Lengkunagn alveolar


(struktur tulang yang mengandung gigi) mengelilingi rongga mulut didepan dan
di sisi, Adapun bagian yang keras dan lembut dan di bawah adalah lidah. Rongga
mulut tetap basah oleh sekresi dari kelenjar ludah submaksilaris dan sublingual
yang terletak di dasar mulut di bawah lidah.

2. Tenggorokan (Faring)
Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit dibagian bawah. Ke atas, faring berhubungan
dengan rongga hidung melalui koana, ke deoan berhubungan dengan rongga mulut
melalui isthmus faucium, sedangnkan dengan laring dibawah berhubungan melalui
aditus pharyngerus, dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Faring terdiri atas:
a. Nasofaring
Realtif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan
beberapa struktur penting, seperti adenoid, jarunagn limfoid pada diniding lateral
faring, torus tubarius, kantong rathke, choanae, foramen jagulare, muara tuba
eustachius.
b. Orofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil
palatina, fossa tonsilaris, arcus faring uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.

c. Tonsil
Tonsil massa yang terdiri dari jaringan limfoid, ditunjang oleh jaringan ikat an
ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal
(adenoid), tonsilpalatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya membentuk lingkaran
yang disebut cincin alder, epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa yang
juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemuka leukosit, limfosit,
epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan.
3. Kerongkongan

Kerongkongan
(esofagus) merupakan
saluran penghubung
antara rongga mulut
dengan lambung.
kerongkongan
berfungsi sebagai jalan
bagi makanan yang
telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot kerongkongan dapat berkontraksi
secara bergelombang, sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung titik
gerakan kerongkongan ini disebut gerak peristalsis gerak ini terjadi karena otot yang
memanjang dan melingkar dinding kerongkongan mengerut secara bergantian. Gerak
peristalsis mirip gerakan mengembang dan mengempis untuk mendorong makanan
masuk ke dalam lambung. makanan berada di dalam kerongkongan hanya sekitar 6
detik titik bagian pangkal kerongkongan otot lurik. Otot lurik pada kerongkongan
bekerja secara sadar menurut kehendak kita dalam proses menelan titik artinya kita
menelan jika makanan telah dikunyah sesuai kehendak akan tetapi sesudah proses
menelan hingga sebelum mengeluarkan feses kerja otot otot organ pencernaan
selanjutnya tidak menurut kehendak kita.
4. Lambung
Lambung (ventriculus) merupakan kantong besar yang terletak di sebelah kiri
rongga perut ini adalah tempat sejumlah proses pencernaan berlangsung lambu terdiri
dari tiga bagian yaitu:
1.) Bagian atas (kardiak),letaknya berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan
kerongkongan
2.) Bagian tengah (fundus), yang membulat.
3.) Bagian bawah (pilorus), yang berhubungan langsung dengan usus dua belas jari.
Di
bagian
ujung

kardiak dan pilorus terdapat klep atau sphincter yang mengatur masuk dan keluarnya
makanan ke dan dari lambung. Dinding lambung terdiri dari otot yang tersusun
melingkar, memanjang, dan mendorong. Otot tersebut menyebabkan lambung
berkontraksi sehingga makanan ter aduk dengan baik dan bercampur merata dengan
getah lambung. Ini menyebabkan makanan di dalam lambung berbentuk seperti
bubur.

Dinding lambung mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi sebagai


kelenjar pencernaan yang menghasilkan getah lambung. Getah lambung mengandung
air lendir (musin), asam lambung enzim renin dan enzim pepsinogen getah lambung
bersifat asam karena banyak mengandung asam lambung. asam Lambung berfungsi
membunuh kuman penyakit atau bakteri yang masuk bersama makanan dan juga
berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin titik pepsin berfungsi
memecah protein menjadi pepton dan proteosa. Enzim renin berfungsi
mengumpulkan protein susu (kasein), yang terdapat dalam susu. Adanya enzim renin
dan enzim pepsin menunjukkan bahwa di dalam lambung terjadi proses pencernaan
kimiawi. Selain menghasilkan enzim pencernaan dinding lambung juga menghasilkan
hormon gastrin yang berfungsi untuk pengeluaran (sekresi) getah lambung. di dalam
lambung terjadi gerakan mengaduk titik gerakan mengaduk dimulai dari cardiac
sampai daerah pilorus. Gerak mengaduk terjadi terus-menerus baik pada saat lambung
berisi makanan maupun pada saat lambung kosong. Jika lambung berisi makanan
gerak mengaduk lebih giat dibanding saat lambung dalam keadaan kosong. makanan
umumnya bertahan 3 sampai 4 jam di dalam lambung titik bahkan makanan berserat
dapat bertahan lebih lama dari lambung makanan sedikit demi sedikit keluar menuju
usus 12 jari melalui sfingter pilorus.

5. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik kurvatur besar


lambung. Sel-sel endokrin (pulaupulau Langerhans) pankreas mensekresi hormon
insulin dan glukagon (Lihat Bab 10. IV A-D). Sel-sel eksokrin (asinar) mensekresi
enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam
konsentrasi tinggi. Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas,
yang menyatu dengan duktus empedu komunis dan masuk ke duodenum di titik
ampula hepatopankreas, walaupun duktus pankreas dan duktus empedu komunis
membuka secara terpisah pada duodenum. Sfingter Oddi secara normal
mempertahankan keadaan mulut duktus agar tetap tertutup.

a. Kendali pada sekresi pancreas.


Sekresi eksokrin pankreas dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap
sefalik dan lambung pada sekresi lambung. Walaupun demikian, kendali utama
terletak pada hormon duodenum yang diabsorbsi ke dalam aliran darah untuk
mencapai pankreas.

1) Sekretin diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum dan diabsorpsi ke dalam


darah untuk mencapai pankreas. Sekretin akan dilepas jika kimus asam
memasuki usus dan mengeluarkan sejumlah besar cairan berair yang
mengandung natrium bikarbonat. Bikarbonat menetralisir asam dan
membentuk lingkungan basa untuk kerja enzim pankreas dan usus.

2) CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons terhadap


lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dan lambung. CCK ini
menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim pankreas.

b. Komposisi cairan pankreas.


Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein,
karbohidrat, dan lemak.
1) Enzim proteolitik pankreas (protease)
(a) Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin oleh
enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna protein dan
polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptida yang lebih
kecil.

(b) Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin


memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap protein.

(c) Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah enzim yang


melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam-asam
amino bebas.

2) Lipase pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol


setelah lemak diemulsi oleh garamgaram empedu.

3) Amilase pankreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amilase
saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa)
4) Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA menjadi
blok-blok pembentuk nukleotidanya.

6. Hati
a. Anatomi hati.
Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga.
Beratnya 1500 g (3 Ibs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya
akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dan arteri hepatika dan
darah yang tidak terokrigenasi tetapi kaya akan nutrien dan vena portal hepatika.
Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri.
1) Lobus kanan hati lebih besar dan lobus kirinya dan memiliki tiga bagian
utama: lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus.

2) Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dan lobus kiri. Di antara kedua
lobus terdapat porta hepatic, jalur masuk dan keluar pembuluh darah. saraf dan
duktus.

3) Dalam lobus lempengan sel-sel hati bercabang dan beranastomosis untuk


membentuk jaringan tiga dimensi. Ruang-ruang darah sinusoid terletak di
antara lempenglempeng sel. Saluran portal, masing-masing berisi sebuah
cabang vena portal, arteri hepatika, dan duktus empedu membentuk sebuah
lobulus portal.

b. Fungsi utama hati


1) Sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan
absorpsi lemak.

2) Metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.

a) Hati berperan penting dalam mempertahankan homeostatik gula darah. Hati


menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali
menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.

b) Hati mengurai protein dan sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak.
Organ ini membentuk urea dan asam amino berlebih dan sisa nitrogen.
c) Hati menyintesis lemak dan karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam
penyimpanan dan pemakaian lemak.

d) Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel

(lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid).

e) Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Organ


ini juga menyintesis bilirubin dad produk penguraian hemoglobin dan
mensekresinya ke dalam empedu.

c. Penyimpanan
Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut
lemak (A. D. E, dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya pestisida)
serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekskresikan.
d. Detoksifikasi
Hati melakukan inaktivasi hormon dan dektosifikasi toksin dan obat. Hati
memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah.
e. Produksi panas
Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber utama
panas tubuh, terutama saat tidur.
f. Penyimpanan darah
Hati merupakan reservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan, bersama
dengan limpa, mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.
7. Empedu
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang
kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. Duktus hepatika menyatu untuk
membentuk duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus
dan kandung empedu dan keluar dan hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus
empedu komunis, bersama dengan duktus pankreas. bermuara di duodenum atau
dialihkan untuk penyimpanan di kandung empedu.

a. Komposisi empedu
Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dan 97% air,
pigmen empedu dan garam-garam empedu.
1) Pigmen empedu terdiri dan bilirubin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen ini
merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dan sel darah merah
terdisintegrasi; Pigmen utamanya adalah bulirubin yang memberikan warna
kuning pada urine dan feses; Jaundice, atau warna kekuningan pada jaringan,
merupakan akibat dan peningkatan kadar bilirubin darah, ini merupakan
indikasi kerusakan fungsi hati dan dapat disebabkan oleh kerusakan sel hati
(hepatitis), peningkatan dekstruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus
empedu oleh batu empedu.

2) Garam-garam empedu terbentuk dan asam empedu yang berikatan dengan


kolesterol dan asam amino. Setelah disekresi ke dalam usus, garam tersebut,
direabsorpsi dan ileum bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang
kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu.

b. Fungsi garam empedu dalam usus halus.

1) Emulsifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi globulus lemak besar dalam


usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.

2) Absorpsi lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak dengan
cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.

3) Pengeluaran kolesterol dan tubuh. Garam empedu berikatan dengan kolesterol


dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle yang akan dibuang
melalui feses.

c. Kendali pada sekresi dan aliran empedu. Sekresi empedu diatur oleh faktor saraf
(impuls parasimpatis) dan hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang
mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus
halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung empedu dan merelaksasi
sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian didorong ice dalam duodenum.

8. Kandung empedu
Kandung empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan panjang
10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Kapasitas total kandung
empedu kurang lebih 30 ini sampai 60 ini. Kandung empedu mempunyai fungsi
menyimpan cairan empedu yang secara terus-menerus disekresi oleh sel-sel hati, sampai
diperlukan dalam duodenum. Di antara waktu makan, sfingter Oddi menutup dan cairan
empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks Pelepasan cairan ini dirangsang
oleh CCK; Kandung empedu mengkonsentrasi cairannya dengan cara mereabsorpsi air
dan elektrolit. Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi
empedu hati
9. Usus Halus
usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan
tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang titik usus halus terdiri dari:
1.) Usus dua belas jari (duodenum)
2.) Usus kosong (jejenum)
3.) Usus penyerap(ileum)
usus dua belas jari bermuara pada saluran getah pankreas dan saluran empedu
titik pankreas menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-enzim sebagai
berikut:

1.) Amilopsin (amilase pancreas), yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum)
menjadi gula lebih sederhana (maltose).
2.) Steapsin (lipase pancreas), atau enzim yang mengubah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
3.) Tripsinogen yaitu enzim yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida
dan asam amino yang siap diserap oleh usus halus
Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam kantung empedu.
Selanjutnya, empedu dialirkan melalui saluran empedu ke usus dua belas jari.
Empedu mengandung garam-garam empedu dan zat warna empedu (bilirubin).
Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak sedangkan zat warna empedu
(berwarna kecoklatan) dihasilkan dengan cara merombak sel darah merah yang telah
menua di hati. Zat warna empedu memberikan ciri warna coklat pada feses. Selain
enzim dari pancreas, dinding usus halus juga menghasilkan getah usus halus yang
mengandung enzim-enzim sebagai berikut:

1.) Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa.


2.) Laktase, berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
3.) Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
4.) Tripsin, berfungsi mengubah pepton menjadi asam amino.
5.) Enterokinase, berfungsi mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin.
Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi yang melibatkan
berbagai enzim pencernaan. karbohidrat dicerna menjadi glukosa titik lemak dicerna
menjadi asam lemak dan gliserol. Serta protein dicerna menjadi asam amino. Lalu
vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh
usus halus. Setelah seluruh proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein di
selesaikan, maka selanjutnya adalah proses penyerapan (absorbs) yang berlangsung
di usus kosong (jejenum) dan sebagian besar di usus penyerap (ileum).

Pada dinding usus penyerap terdapat jonjot jonjot usus yang disebut Vili. Vili
berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus sehingga sari-sari makanan
dapat terserap lebih banyak dan cepat titik dinding Vili banyak mengandung kapiler
darah dan kapiler limfa (pembuluh getah bening usus). agar dapat mencapai darah
sari-sari makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk
pembuluh darah atau pembuluh limfa.

Glukosa, asam amino, vitamin. dan mineral, setelah diserap oleh usus halus
melalui kapiler darah akan dibawa oleh darah melalui pembuluh vena porta hepatica
ke hati titik selanjutnya dari hati diedarkan ke jantung dan kemudian ke seluruh
tubuh. Asam lemak dan gliserol bersama empedu membentuk suatu larutan yang
disebut misel. Pada saat bersentuhan dengan sel Vili usus halus gliserol dan asam
lemak akan terserap. Selanjutnya asam lemak dan gliserol dibawa oleh pembuluh
getah bening usus (pembuluh kil), dan akhirnya masuk ke dalam peredaran darah.

di sisi lain, garam empedu yang telah masuk ke darah menuju ke hati untuk
dibuat empedu Kembali. Vitamin yang larut dalam lemak( vitamin, A,D,E, dan K)
diserap oleh usus halus dan diangkat melalui pembuluh getah bening. Selanjutnya
vitamin-vitamin tersebut masuk ke sistem peredaran darah titik umumnya sari
makanan diserap, saat mencapai akhir usus halus sisanya makanan yang diserap
secara perlahan-lahan bergerak menuju usus besar.
10. Usus Besar
Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa, Bersama dengan
lendir akan menuju ke usus besar menjadi fases. Disalam usus besar terdapat bakteri
Escherichia Coli. Bakteri ini membantu dalam proses pembusukan sisa makanan
menjadi fases. Selain membusukan sisa makanan, bakteri Escherichia Coli juga
menhgasilkan vitamin K. vitamin berperan penting dallam proses pembentukan darah.
Sisa makanan dalam usus besar yang masuk banyak mengandung air.
Tubuh memerlukan air, oleh karena itu Sebagian besar air diserap kembali ke
usus besar. Penyerapan Kembali air merupakan fungsi penting usus besar. Usus besar
terdiri dari bagian yang naik yaitu mulai usus buntu (apendiks), bagian menaar,
bagian menurun, dan berakhir pada anus.
Perjalanan makanan sampai di usus besar dapat mencapai antara empat sampa
lima jam. Naming, di usus besar makanan dapat disimpan sampai 24 jam. Di dalam
usus besar, fases di dorong secara teratur dan lambat oleh Gerakan peristaltis menuju
ke rectum (poros ruas). Gerakan peristaltis ini dikendalikan oleh otot polos (otot tak
sadar).
11. Rectum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama
anus.

C. KENDALI SARAF PADA SALURAN PENCERNAAN


Kendali saraf pada saluran pencernaan. SSO menginervasi keseluruhan
saluran pencernaan, kecuali ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara
volunter.

a. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X) mengeluarkan


efek stimulasi konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk
peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan
pencernaan.
b. Impuls simpatis yang dibawa medulla spinalis dalam saraf splanknik
menghambat kontraksi otot polos saluran. mengurangi motalitas, dan
menghambat sekresi cairan pencernaan.

Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut


praganglionik parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan, kontraktil
lokal dan aktivitas sekretori saluran.

D. REFLEKS MUNTAH
Muntah merupakan keadaan paling tidak menyenangkan dan terbagi atas dua
yaitu;
a. Muntah karena gangguan pencernaan diawali dengan mual.
b. Muntah proyektil, akibat gangguan fungsional otak, contohnya kecelakaan lalu
lintas, jika otak kecil cedera menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial.
Di bawah ini dapat dilihat skema yang menunjukkan reflex muntah. Pusat
Muntah berada di Medulla Oblongata, Kemoreseptor Triggerzone.

E. REFLEKS DEFEKASI

a. Defekasi
Defekasi merupakan kegiatan rutin terjadi pada pencernaan yang sehat. Jika
pencernaan mengalami gangguan maka defekasi akan terganggu. Bila
pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rectum, secara normal
timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rectum dan
relaksasi sfingter anus.

Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh
kontraksi dari; sfingter ani internus, penebalan otot polos sirkuler sepanjang
beberapa sentimeter yang terletak tepat di sebelah dalam anus, dan sfingter ani
eksternus yang terdiri dari otot lurik, volunteer yang mengelilingi sfingter
internus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter ani eksternus diatur oleh serat
serat saraf dalam nervus pudendus yang merupakan bagian dari saraf somatic,
sehingga atas pengaruh volunter, involunter sfingter biasanya secara terus
menerus mengalami kontriksi kecuali bila ada impuls kesadaran yang
menghambat kontriksi.

b. Refleks defekasi

Defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu diantaranya yaitu refleks


intrinsic yang diperantarai oleh system saraf enterik setempat.

c. Proses refleks defekasi;


Bila feses memasuki rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar
melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic di dalam
kolon desenden, sigmoid dan rektum, mendorong feses ke anus. Ketika
gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh
sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika sfingter ani eksternus
secara volunter berelaksasi sehingga, pada saat bersamaan akan terjadi
Defekasi.

Namun, refleks defekasi intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya


bersifat relative lemah. Supaya menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi,
refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain.

Refeks defekasi parasimpatis yang melibatkan segemen sacral medulla


spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal
dihantarkan pertama ke dalam medulla spinalis kemudian secara refleks kembali
ke kolon desenden, sigmoid, rektum dan anus melalui serat-serat saraf
parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat
memperkuat gelombang peristaltic dan juga merelaksasikan sfingter ani
internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi intrinsic dari suatu
gerakan yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang-
kadang efektif dalam pengosongan usus besar secara sekaligus dari fleksura
splenikus kolon sampai ke anus.

Sinyal-sinyal aferen yang masuk ke medulla spinalis menimbulkan efek-


efek lain; bernapas dalam, penutupan glottis, dan kontraksi otot-otot dinding
perut untuk mendorong feses dari kolon turun ke bawah dan pada saat yang
bersamaan menyebabkan dasar pelvis terdorong ke bawah dan menarik keluar
cincin anus untuk megeluarkan feses. Selain refleks defekasi, juga dapat dilatih
di toilet.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

3.2    DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai