Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULA I

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Amniyatul Auliya Amimi ( 180103006 )


2. Ani Mayang Sari ( 180103008 )
3. Indri Fitria Listi ( 180103016 )
4. M.Taufiq Adrian ( 180103030 )
5. Siti Rahayu ( 180103045 )
6. Wardan ( 180103054 )
7. Yohanes Novriadi.N.S ( 180103056 )

Dosen Pembimbing: Apt. Heri Wijaya, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin atas rahmat Allah SW. Kami dapat menyelesaikan tugas


pembuatan Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Padat. Makalah ini kami buat
selain untuk menyelesaikan tugas pembelajaran juga kami harapkan menjadi pembelajaran
bagi yang membaca.

Laporan Praktikum Teknologi Sediaan Padat ini berisi tentang teori sediaan
padat,preformulasi, metode pembuatan granul sampai tablet dan evaluasinya. Melalui
pembuatan laporan praktikum ini kami dapat belajar mengenai sediaaan padat karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing teknologi sediaan padat kami
Bapak Apt.Heri Wijaya, M.Si

Kami menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing
teknologi sediaan padat kami, Bapak Apt.Heri Wijaya, M.Si. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih dan selamat membaca karya kami ini.

Samarinda, 24 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................................5
C. Tujuan Praktikum....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tablet....................................................................................................7
B. Kriteria Tablet.........................................................................................................7
C. Keuntungan dan Kerugian Tablet...........................................................................8
D. Jenis –jenis Tablet...................................................................................................9
E. Metode Pembuatan Tablet.....................................................................................10
1) Granulasi basah.........................................................................................11
2) Granulasi kering........................................................................................12
3) Metode kempa langsung...........................................................................13
F. Masalah dalam pembuatan tablet...........................................................................14
G. Evaluasi sediaan ....................................................................................................15
H. Evaluasi granul......................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apabila obat harus pemakaian secara oral dalam bentuk kering. Dari sudut pandang
farmasetik bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga
bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat obat yang kurang stabil. Serbuk kering
yang di gunakan melalui mulut untuk minum (biasanya setelah di campur dengan air)
kurang begitu umumm di bandingkan dengan kapsul dan tablet, tetapi di senangi oleh
sebagian pasien yang tidak dapat menelan obat dengan bentuk sediaan padat lainnya akan
tetapi kebanyakan obat dengan bentuk serbuk per se dalam pengobatan terbatas, tetapi
penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup luas. Kebanyakan bahan-bahan obat yang
di pakai sekarang terdapat dalam bentuk serbuk dan kristal dan di campur dengan pengisi
dan penghancur sebelum di buat menjadi bentuk sediaan padat. Obat bentuk serbuk juga di
tambahkan ke dalam pasta, salep, suppositoria dan bentuk sediaan lainnya pada waktu
pengolahannya. Demikian pula granul yang merupakan gumpalan gumpalan bahan dari
bentuk serbuk di olah menjadi partikel yang dapat mengalir dengan bebas, pada dasarnya
di siapkan bentuk cair sebelum di pakai, dengan penambahan bahan pembantu yang tepat
sebagai bahan pengisi.
Tablet merupakan bahan obat yang dalam bentuk sediaan padat yang biasanya di
buat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet- tablet dapat
berbeda dalam ukuran,bentuk,berat,kekerasan,ketebalan,daya hancur dan dalam faktor
lainnya tergantung pada cara metode pembuatan tablet dan dengan cara pemakaian nya.
Kebanyakan tablet di gunakan pada pemberian obat secara oral dan tablet ini juga di buat
dengan penambahan zat warna,zat pemberi rasa, lapisan-lapisan dalam berbagai jenis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pembuatan sediaan tablet dalam metode granulasi basah?
2. Bagaimana membuat komposisi serta preformulasi sediaan padat ?
3. Bagaimana membuat preformulasi dalam pembuatan sediaan padat ?
4. Bagaimana metode pembuatan granul dan tablet ?
5. Bagaimana evaluasi granul dan tablet ?

C. TUJUAN PRAKTIKUM
Formulasi sediaan yang kami buat bertujuan :
1. Mengetahui masalah yang di hadapi dalam pembuatan sediaan tablet dan
bagaimana cara pemecahan masalahnya
2. Dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan
3. Dapat menganalisis sifat fisiko kimia,khasiat,stabilitas zat aktif yang di
gunakan dalam sediian tablet
4. Dapat menganalisis sifat fisiko kimia pada zat tambahan yang di gunakan
dalam sediaan tablet
5. Untuk memenuhi laporan praktikum teknologi sediaan padat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang di buat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dan menggunakan zat tambahan. Zat tambahan yang di gunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi,zat pengembang, zat pengikat,zat pelicin ,zat
pembasah atau zat lain yang cocok (menurut FI III).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat di goolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa (menurut FI IV).
Tablet di buat terutama dengan cara kompresi. tablet tertentu di buat dengan
mencetak. Tablet yang di buat secara kompresi menggunakan mesin yang mampu
menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan punch dan die. Alat
kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas di pilih sesuai dengan
dasar dari jenis tablet yang akan di buat serta produksi rata-rata yang di inginkan.
Tablet yang di cetak di buat dengan tangan atau alat mesin tangan,dengan cara
menekan bahan ke tablet ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah
terbentuk akan di keluarkan dari cetakan dan di biarkan sampai kering.

B. KRITERIA TABLET
Suatu tablet harus memenuhi kriteria yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat
4. Keseragaman bobot dan penamplan yang memnuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan disolusi
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama dalam penyimpanan
8. Zat aktif harus dpat di lepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
9. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia yang berlaku

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TABLET

Sediaan tablet banyak di gunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Tidak dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak di pilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan,pengemasan,pengangkutan,dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat di cegah /di peerkecil.
5. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat
6. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil
7. Pelepasan zat aktif nya dapat di atur(lepas tunda,lepas lambat,lepas terkendali)
8. Tablet dapat di salut untuk melindungi zat aktif menutupi rasa dan bau tidak
enak (salut enterik)
9. Dapat di produksi besar besaran,sederhana,cepat,dan biaya produksi lebih
ekonomis
10. Praktis dan efisien
11. Secara alami ; tablet tidak mengandung alkohol dan dapat di buat berbagai
macam dosis.

Di samping itu keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa


kerugian,antara lain:

1. Ada pasien tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit,yaitu:
 Beberapa zat aktif sulit di kempa mejadi kompak padat,karena sifat
amorf nya,flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob) lamat melarut, dosisya cukup
besar dan tinggi, absorbsi optimum nya tinggi melalui saluran cerna
atau kombinasi dari sifat tersebut akan sulit di formulasi
 Zat aktif yang rasa nya pahit dan baunya tidak enak, atau zat aktif
yang peka terhadap oksigen dan atmosfer,dan kelembapan udara,
memerlukan enkapsulasi sebelum di kempa. Dalam hal ini sediaan
kapsul menjadi lebih baik daripada sediaan tablet (the Theory
&practice of industrial Pharmacy,Lachman Hal 294).

Tetapi jika di lihat dan di bandingkan dengan keuntungannya, kerugian jauh lebih
sedikit di banding keuntungan sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak di jumpai perdagangan.

D. JENIS JENIS TABLET


1) Tablet Kempa adalah tablet tidak bersalut yang dibuat dengan siklus pengempaan
tunggal dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau kombinasi dengan eksipien.
2) Tablet Multikempa adalah tablet yang dibuat dengan lebih dari satu siklus kempa
tunggal. Terdiri atas dua atau lebih lapisan sehingga disebut tablet berlapis.
3) Tablet Salut Kempa adalah tablet kempa yang dibuat dengan mengempa granulasi
tablet tambahan di sekeliling tablet kempa (inti).
4) Tablet Lepas Lambat adalah tablet yang memberikan sejumlah zat aktif awal yang
cukup untuk menimbulkan kerja dengan cepat terhadap respon terapi yang diinginkan
dan sejumlah zat aktif tambahan yang mempertahankan respon terapi yang
ditimbulkan oleh konsentrasi awal selama beberapa jam yang diinginkan melebihi
masa kerja yang diberikan dari suatu dosis konvensional.
5) Tablet Kunyah adalah tablet kempa yang didesain untuk dikunyah sebelum ditelan.
Sebagai tambahan pada zat aktif, tablet kunyah harus mengandung eksipien dasar
yang mempunyai rasa dan aroma yang menyenangkan.
6) Tablet Salut Enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan suatu
bahan/senyawa yang tidak terdisolusi dalam lambung tetapi terlarut dalam saluran
usus.
7) Tablet Dispensing adalah tablet kempa yang digunakan untuk meracik bentuk
sediaan solid. Eksipien tablet biasanya larut dalam air sehingga menghasilkan larutan
jernih.
8) Tablet Salut Gula/Coklatadalah tablet konvensional yang disalut dengan beberapa
lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuannya untuk melindungi
zat aktif terhadap lembab udara, menutupi aroma atau rasa yang tidak menyenangkan
dan menyempurnakan penampilan tablet.
9) Tablet Salut Filmadalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis
polimerik larut-air diberi warna atau tidak yang terdisintegrasi segera dalam saluran
cerna.
10) Tablet Efervesenadalah tablet yang secara konvensional dikempa dan berbuih
(pelepasan CO2) jika kontak dengan air.
11) Tablet Hisap adalah tablet kempa berbentuk piringan dan solid yang dibuat dari zat
aktif dengan zat pemberi rasa dan aroma yang menyenangkan serta dimaksudkan
terdisolusi lambat dalam mulut atau efek local pada mukosa mulut (King , 1984).
12) Tablet Bukal dan Sublingual kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk ditahan
dalam mulut dan melepaskan zat aktif yang dikandungnya dan diabsorpsi langsung
melalui mulut.
13) Tablet Implantasi disebut juga tablet depot yaitu tablet yang didesain dan dibuat
secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya
untuk memberi efek zat aktif yang diperlama sekitar 1-12 bulan (Lieberman, 1986)
14) Tablet Rektal adalah pemberian obat secara rectal dengan tujuan pengobatan untuk
absorpsi sistemik atau local (Lieberman, 1989).
15) Tablet diagnostic adalah tablet yang dimaksudkan untuk mendiagnosis penyakit
tertentu.
16) Tablet Vaginalatau tablet sisipan adalah tablet yang didesain untuk terdisolusi dan
pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vaginal.

E. METODE PEMBUATAN TABLET


1. Granulasi Basah
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan caitan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat di granulasi. Metode ini
biasanya di gunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya zat
aktif yang sulit di cetak langsung karena sifat aliran dan komprebilitasnya tidak baik.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan
pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa
basah tersebut di granulasi.
Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau dubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke cairan serbuk, namun demikian
bahan pengikat itu dapat dimasukan kering kedalam campuran serbuk dan cairan
dapat ditambahkan tersendiri. (Lachman,2008)
Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dihaluskan
terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-sama
dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat. Setelah itu massa
lembab diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan
dalam lemari pengering pada suhu 50-60 derajat celcius. Setelah kering diayak lagi
untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan
ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi
tablet dengan mesin tablet (Ansel, 1989).

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini


ialah:
1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
2. Pembuatan granulasi basah
3. Pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul
4. Pengeringan
5. Pengayakan kering
6. Pencampuran bahan pelincir
7. Pembuatan tablet dengan kompressi Biasanya bahan obat yang
digunakan dalam metode ini tidak tahan air dan pemanasan.

Keuntungan metode granulasi basah :


1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan komprebilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:


1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus di validasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat di
kerjakan dengan cara ini.

2. Metode Granulasi Kering


Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga
menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan yang
tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan (Syamsuni,
2006).
Pada metode granul dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan pengikat
kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang
jumlahnya berat dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkan dan
menjadikan pemecahan granul yang lebih kecil metode ini khususnya untuk bahan
yang tidak dapat diolah dengan metode basah karena kepekaananya terdapat, uap
air atau karena untuk mengeringkannya temperatur yang tinggi, langkah-langkah
ini adalah: (Ansel, 1989).

1. Penimbangan dan pencampuran bahan


2. Serbuk dari “ Slayyed” atau kompressi menjadi tablet lubar dan datar
3. Tablet dipecahkan dan diayak

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

I. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin


pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu Baik untuk zat aktif
yang sensitif terhadap panas dan lembab Mempercepat waktu hancur karena
tidak terikat oleh pengikat.

Kekurangan cara granulasi kering adalah:


I. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug Tidak dapat
mendistribusikan zat warna seragam Proses banyak menghasilkan debu
sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
3. METODE KEMPA LANGSUNG
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,praktis, dan
cepat pengerjaan nya,namun hanya dapat di gunakan pada kondisi zat aktif yang
kecil dosis nya,serta zat aktif nya tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.
Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl,NaBr,dan KCl yang mungkin
langsung di kempa, selain zat aktif tunggal yang langsung di kempa untuk di
jadikan tablet kebanyakan sulit untuk di pecah jika terkena air(cairan tubuh).
Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah;
alirannya baik,komprebilitasnya baik,bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.

Keuntungan metode kempa langsung:


1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang di lakukan lebih sedikit,waktu
mesin singkat.
3. Dapat di gunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
4. Waktu hancur disolusi lebih baik karena tidak melewati proses granul tetapi
langsung menjadi partikel. Tablet kempa langsung berisi partikel halus
sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung:

1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi
dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat
menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
2. Zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk di kempa langsung karena itu
biasanya di guanakan 30% dari formula agar memudah kan proses
pengempaan sehingga pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa
amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan
pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang di gunakan harus bersifat
mudah mengalir,komprebilitas yang baik;kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

F. MASALAH DALAM PEMBUATAN TABLET


1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruh nya atas dan bawah yang di sebabkan
terlalu banyak tekanan pada saat pencetakan,adanya udara yang terperangkap
saat granulasi, granulasi terlalu kering,pemasangan punch dan die tidak pas.

2. Laminasi /lamination
tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompressi atau beberapa hari kemuadian. Penyebabnya adalah udara yang
terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau
overlubrikasi dengan stearat.

3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah
tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet di
kompressi pada kelembapan tinggi.

4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang di kompressi berminyak /lengket.

5. Flimming
Adanya kelembapan tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan dengan
titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch kehilangan
pelicin. Hal ini dapat di atasi dengan me
ngencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik leleh nya
tinggi sehingga mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet di sebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup
8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering dan bawah masih basah).

G. Evaluasi Sediaan & Evaluasi Granul


1. Kadar Lembab
Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan
laminasi, sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan
terjadinya penempelan pada dinding die sehingga tablet menjadi gumpil.

W 0−¿W
% MC = X 100 % ¿
1

W0

2. Ukuran & Distribusi Ukuran Partikel


Pengukuran partikel dapat dilakukan dengan metode ayakan yaitu
suatu metode yang mengklasifikasikan ukuran partikel berdasarkan massa
partikel. Jumlah ayakan yang digunakan adalah sekitar lima sampai delapan.
(Heng & Chan, 1997)
Contoh cara pengukuran : Lima puluh gram serbuk ditimbang dan
dimasukkan ke dalam ayakan yang disusun bertingkat mulai dari ayakan no.
12, 14, 16, 18, 20, 30, 45, 70, 100 dan penampung.Pengayakan dilakukan
dengan sieving machine dengan kecepatan 20 rpm selama 15 menit. Serbuk
yang tertinggal pada penampung ditetapkan sebagai jumlah fines.Bobot
serbuk yang tertinggal pada setiap nomor ayakan ditimbang dan dihitung
diameter rata-ratanya.
3. Berat Jenis
Didefinisikan sebagai perbandingan antara massa suatu obyek terhadap
volumenya. Parameter ini berpengaruh terhadap sifat alir dan juga proses
pencampuran dimana perbedaan densitas yang cukup besar akan
menyebabkan terjadinya segregasi. (Wadke & Jacobson, 1980) Gelas ukur
100 ml ditimbang, granul dimasukkan kedalam gelas ukur hingga volumenya
mencapai 100 ml lewat tepi gelas ukur.Gelas ukur yang sudah diisi granul
tersebut kemudian ditimbang.Densitas granul tersebut dihitung dengan rumus
berikut.
P = (bobot gelas ukur + granul) - bobot gelas ukur
Volume gelas ukur
Semakin besar berat jenisnya maka sifat alir semakin bagus.

4. Sifat Alir
a. Metode Langsung
Metode corong merupakan metode pengukuran sifat alir yang sangat
sederhana dan langsung dapat diketahui kecepatan atau waktu yang
dibutuhkan sejumlah serbuk untuk mengalir.Serbuk dikatakan mempunyai
sifat alir yang baik jika 100 g serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤
10 detik atau kecepatan alir ≥10 g/detik (Fudholi, 1983).
Cara Pengukuran : Granul seberat 100 gram dituang perlahan-lahan
kedalam corong yang tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong. Buka
tutup corong secara perlahan-lahan biarkan granul mengalir keluar.
Dicatat waktu yang diperlukan (detik) dengan stop watch sampai semua
granul melewati corong (Parrott, 1971).
Semakin kecil waktu alirnya, maka sifat alirnya semakin bagus.
Semakin besar kecepatan alirnya, maka semakin bagus kecepatannya.

b. Metode Tidak Langsung Sudut Diam


Sudut diam merupakan sudut tetap yang terbentuk antara timbunan
partikel yang membentuk kerucut dengan bidang horizontal bila sejumlah
serbuk atau granul dituang ke dalam alat pengukur.Granul atau serbuk
dapat mengalir dengan baik jika mempunyai sudut diam antara 25-450
(Wadke & Jacobson, 1980).
c. Metode Pengetapan
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan melakukan
penghentakan (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan
alat volumeter (mechanical tapping device). Pengetapan dilakukan dengan
mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume
setelah pengetapan (Vt). Serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik
jika indeks pengetapannya (tapping index) kurang dari 20%. (Sulaiman,
2007)

5. Kompaktibilitas
Kompaktibilitas adalah kemampuan serbuk untuk dikempa menjadi tablet
dengan kekerasan tertentu. Uji kompaktibilitas dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan serbuk membentuk padatan dengan massa
yang kompak.

Uji kompaktibilitas digunakan dengan mesin tablet single punch dengan


berbagai tekanan, mulai dari yang terendah sampai tertinggi dengan
mengatur kedalaman punch.Kompaktibilitas digambarkan dengan kekerasan
tablet yang dihasilkan (Nystrom & Karehill, 1996)

6. Daya Serap Air


Faktor yang mempengaruhi masuknya air adalah porositas, dimana hal ini
tergantung oleh kompresi dan kemampuan menyerap air dari material. Air
dapat berpenetrasi ke dalam pori-pori tablet karena adanya aksi kapiler bahan
penghancur (Lerk & Doombos, 1987)

H. Evaluasi tablet

Evaluasi tablet di lakukan untuk mengetahui apakah tablet yang di hasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Di perlukan beberapa pengujia, diantaranya adalah:

1. Uji penampilan
Tablet di amati secara visual meliputi; warna (homogenitas, bentuk
(bundar, permukaaan rata/cembung), cetakan garis
patah,tanda,logo,pabrik.dll.

2. Uji keseragaman ukuran


Kecauli di nyatakan diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.uji diameter dan ketebalan tablet ini di
lakukan terhadap 20 tablet.

3. Uji kekerasan
Di lakukan dengan alat hardness tester. Kekerasan tablet di ukur terhadap
luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang di nyatakan
dalam kilogram satuan kekerasan adalah newton.

4. Uji Friabilitas
Di lakukan dengan alat friabililator menggunakan 20 tablet. Parameter
yang di uji adalah kerapuhan tabket terhadap gesekan atau bantingan
selama waktu tertentu. Uji friabilitas biasanya di lakukan selama 15-20
menit tergantung sfesifikasi alat. Tablet yang baik mempunyai friabilitas
<1%

5. Uji keseragaman bobot


Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasar pada banyaknya
penyimpangan bobot tiap tablet terhadap bobot rata-rata seluruh tablet.
Variasi bobot tablet dapat disebabkan oleh ukuran dan distribusi ukuran
granul serta sifat alir granul.
Keseragaman bobot diuji dengan menimbang satu persatu tablet
sebanyak 20 tablet yang diambil secara acak.
Ex: Tablet yang tidak bersalut dengan bobot rata-rata lebih dari 300 mg
penyimpangan bobot dari bobot rata-ratanya tidak boleh lebih dari 2
tablet yang penyimpangan bobotnya lebih dari 5% dan tidak satu tablet
pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih dari 10% (Anonim,
1979)
Farmakope Indonesia:
Bobot rata- rata

2 5 mg atau kurang
2 6 mg - 1 5 0 mg
1 5 1 mg - 3 0 0 mg

Persyaratan: tidak boleh 2 tablet yang bobot rata rata nya menyimpang dari
bobot rata rata tablet lebih besar dari harga yang di tetapkan kolom A dan
tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata rata klom B.

6. Uji waktu hancur


Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6
tablet. Persyaratan Farmakope Indonesia III : Kecuali di nyatakan lain
semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak
bersalut) dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet
salut selaput.
7. Uji keseragaman kandungan
Uji ini biasanya di lakukan jika tablet mengandung zat aktif <50 mg.
Pengujian di lakukan terhadap 10 tablet. Persyaratan Farmakope
Indonesia IV: Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang kadar nya di luar
rentang 85-115% dari kadar rata rata.
8. Uji disolusi Uji ini di lakukan untuk mengetahui apa kapan zat aktif
mulai di lepaskan dan kapan tercapai kadar maksimum di dalam media
disolusi serta bagaimana profil zat aktif secara in vitro.
BAB III

STUDI PRA FORMULASI

PRAFORMULASI

1. Antalgin

Pemerian: Serbuk hablur putih atau putih kekuningan

Kelarutan: Larut dalam air dan HCL 0,02 N

Kadar: Metampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%,
C13H16N3NaO4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Golongan: Antiinflamasi nonsteroid (OAINS) antipiretik (Obat penurun panas).

2. Laktosa

Pemerian: Serbuk hablur putih tidak berbau rasa agak manis.

Kelarutan: Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih: sukar larut
dalam etanol (95%) p; praktis tidak larut dalam kloroform p dan dalam eter p.

Rumus struktur: C12H22O11.H2O

Kelarutan dalam air: 21,6g/100 mL

3. Avicel (Microcrystaline celulose)

Pemerian: Serbuk kristalin dengan partikel berpori; berwarna putih; tidak ada dan tidak
berasa.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam udara larutan asam dan sebagian besar pelarut
organik.

Konsentrasi: 20-50% (pengisi); 5-15% (penghancur); 5-20% (anti lengket).

4. Mg Stearat
Pemerian: Serbuk ringan berwarna agak putih; bau samar asam siporat; rasa khas

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam etanol, etanol 95% eter dan udara.

Konsentrasi: 0,25-5% (lubrikan)

Sifat alir: Buruk: serbuk kohesif

5. Gelatin

Pemerian: Gelatin berwarna agak kuning, bening rapuh praktis tidak berbau dan tidak
berasa serta dapat berbentuk lembaran dan butiran tembus pandang atau sebagai serbuk.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform etanol (95%) eter dan metanol.

6. Aerosil

Pemerian: Terhidrat sebagian amorf terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan
berbagai ukuran.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam solven organic aor dan asam kecuali HCL larut
dalam larutan panas alkali hidroksida membentuk diporae kaloid.

Konsentrasi: 2-10%

Rumus molekul: SiO2

PH: 3,8-4,2

7. Talk

Pemerian: Serbuk hablur sangat halus mudah melekat pada kulit bebas dari butiran
warna putih atau kelabu.

Kelarutan: Tidak larut dalam hampir setiap larutan.

8. Zat warna

Penggunaan zat warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika, sebagai pembantu
sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan untuk tujuan kekhasan produk. Ada
beberapa keuntungan penggunaan zat warna dalam tablet yaitu:

a. Dapat menutupi warna obat yang kurang baik.

b. Membantu identifikasi hasil produksi.

c. Membuat suatu produk menjadi lebih menarik.

d. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang
ditujukan untuk larut di dalam mulut. Sedangkan penggunaan pemanis dibatasi terutama pada
tablet yang dikunyah untuk mengurangi penggunaan gula di dalam tablet.
BAB IV

PERHITUNGAN BAHAN

 Berat total = 300 x 300 = 90000mg = 90g


 Komponen dalam = 96,5% x 90g = 86,85g
 Komponen luar = 3,5% x 90g = 3,15

Komponen dalam :
 Antalgin = 250mg x 300 = 75000mg = 75g
 Avicel = 5% x 90 g = 4,5g
 Gelatin = 7% x 90g = 6,3
 Zat warna = 0,1% x 90g = 0,09 g
 Total = 85,89 g
 Laktosa = 86,85 g – 85,89 g = 0,96 g

Komponen luar :
 85,89 – 2% = 84,17 (granul yang diperoleh setelah hasil pengeringan)
 Aerosol = 0,3% x 84,17 = 0,252 g
 Talk = 1,5% x 84,17 = 1,262 g
 Mg steart = 1% x 84,17 = 0,841 g

Anda mungkin juga menyukai