Anda di halaman 1dari 12

Najib Mahfuzh Dosen Pengampu: Ibu Patimatu Jahra,S.Ag,M.

Si

Ekonomi Makro Islam

180105010171

Menjelaskan konsep dan definisi inflasi, sejarah inflasi, penyebab inflasi, Inflasi dalam
perspektif Islami dan ekonomi konvensional

A. PengertIan dan Konsep Inflasi


1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar
dari harga barang-barang lain, Boediono (1982: 155)

2. Konsep Inflasi
Pada Prinsipnya, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum, yang terjadi dalam
suatu periode tertentu.
Kenaikan harga tersebut bila dilhat dari dua sudut pandang, yaitu:
a) Perspektif Luas
Contohnya kenaikan harga pada produk barang/jasa, serta kenaikan biaya
hidup.

b) Perspektif Sempit
Misalnya kenaikan harga produk konsumsi seperti cabai, bawang, atau beras
Angka Inflasi diukur dalam satuan persen (rate). Salah satu metode pengukuran
inflasi adalah dengan mengetahui besarnya indeks harga konsumen (IHK) atau
consumer price index (CPI).

Angka (IHK)/(CPI) diperoleh dengan menghitung biaya kelayakan hidup konsumen


rumah tangga (terutasma yang tinggal di perkotaan), meliputi biaya konsumsi barang
dan jasa, biaya rumah (termasuk sewa), dan biaya hidup sehari-hari lainnya, dalam
periode tertentu.

B. Sejarah Inflasi
1. Inflasi di Dunia
Sejarah inflasi terjadi pertama sekali seiring dengan kerajaan Byzantium yang
berusaha mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak
mungkin ke Negara- Negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-
banyaknya.
Tetapi apa yang kemudian terjadi? Akhirnya orang- orang harus makan,
membeli pakaian, mengerluarkan biaya untuk transportasi, serta juga menikmati
sehingga mereka akan membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi
sehingga malah menaikkan tingkat harga komoditasnya sendiri.
Revolusi Harga di Eropa terjadi sepanjang beberapa abad, pola kenaikan
tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar tahun 1470. kemudian,
seperti penyakit menular, inflasi menyerang Eropa dimulai dari Inggris dan Perancis
pada tahun 1480-an, meluas ke semenanjung Iberia lalu ke Eropa Timur pada tahun
1500-an. Kenaikan harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama makanan.
Di Inggris,harga kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat 5 sampai 7 kali lipat
dari tahun 1480-1650, sementara manufaktur harganya meningkat 3 kali lipat.
Kenaikan 700% selama 170 tahun itu jika dihitung secara compound hanya sebesar
1,2% pertahunnya,tetapi disisi lain gaji hanya meningkat kurang dari ½-nya, sehingga
masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan inflasi. Daya beli uang dan
gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat mencemaskan.
Apa yang menyebabkan semua hal di atas? Tidak ada satu sebab utama yang
dapat disalahkan. Semuanya adalah akibat gabungan dari penurunan produksi
pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi, manipulasi pasar, high labour cost,
pengangguran, kemewahan yang berlebihandan sebab-sebab lainnya, seperti perang
yang berkepanjangan, embargo dan pemogokan kerja.
2. Inflasi di Indonesia
a) Sejarah inflasi di akhir masa orde lama (1963-1965)

Hiperinflasi Indonesia 1963-1965 adalah sebuah hiperinflasi yang terjadi


di Indonesia pada akhir masa Orde Lama, tepatnya di era Demokrasi
Terpimpin. Dengan latar belakang ambisi proyek mercusuarnya, Presiden
Indonesia Sukarno mencetak Rupiah hingga inflasi pada saat itu mencapai
600% sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan
penyederhanaan nilai rupiah (Redenominasi) dari 1000 Rupiah menjadi 1
Rupiah.

Pemerintahan Sukarno menerbitkan Rencana Delapan Tahun 1960


sebagai usaha untuk membuat negara ini memiliki swasembada makanan
(terutama beras), pakaian dan kebutuhan-kebutuhan dasar dalam periode 3
tahun. Lima tahun setelah itu direncanakan menjadi periode pertumbuhan
mandiri.

Pada tahun 1960an, ekonomi Indonesia dengan cepat hancur karena


hutang dan inflasi, sementara ekspor menurun. Pendapatan devisa dari sektor
perkebunan jatuh dari 442 juta dolar Amerika Serikat pada tahun 1958 ke 330
juta dollar AS pada tahun 1966. Puncak inflasi berada di atas 100% (year-on-
year) pada tahun 1962-1965 karena pemerintah dengan mudahnya mencetak
uang untuk membayar hutang dan mendanai proyek-proyek megah (seperti
pembangunan Monas).
Pendapatan per kapita Indonesia menurun secara signifikan (terutama
pada tahun 1962-1963). Sementara itu, bantuan asing yang sangat dibutuhkan
berhenti mengalir setelah Sukarno menolak bantuan dari AS dan
mengeluarkan Indonesia dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
karena masuknya Malaysia sebagai negara anggota PBB (Indonesia
menentang pendirian Malaysia pada tahun 1963). Sebaliknya, Sukarno
menjalin hubungan lebih erat dengan Republik Rakyat Tiongkok dan Korea
Utara.

Namun, Rencana Delapan Tahun 1960 ditinggalkan pada tahun 1964


karena ekonomi yang menurun dan target-target yang tidak bisa tercapai.
Faktanya, perekonomian jatuh bebas karena hiperinflasi, pengurangan sumber
pajak, dan juga larinya dari aset keuangan menjadi aset real. Politik
Konfrontasi yang mahal terhadap Malaysia juga menyerap porsi signifikan
dari pengeluaran pemerintah.

Namun hiperinflasi tetap tidak dapat dihindari akibat pencetakaan uang


yang terus menerus, sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah
melakukan pemotongan nilai uang dari 1000 rupiah menjadi 1 rupiah.
Kebijakan ini memberikan pukulan besar bagi perbankan nasional, terutama
yang telah menyetor modal tambahan karena tergerus drastis dalam sekejab.
Dana simpanan para nasabah perbankan juga menciut 1/1000. Segala usaha
pemotongan nilai uang ini ternyata tidak berhasil meredam inflasi, dan harga
tetap naik membumbung tinggi maka terjadilah hiperinflasi.

b) Sejarah Inflasi di masa Orde Baru (Krisis Moneter 1977) dan (Krisis
Moneter 1998)
1) Krisis Moneter 1977
Krisis Keuangan Asia, seperti banyak krisis keuangan lain
sebelum dan sesudahnya, dimulai dengan serangkaian gelembung
aset . Pertumbuhan ekonomi ekspor di kawasan itu menyebabkan
tingginya tingkat investasi langsung asing, yang pada gilirannya
menyebabkan melonjaknya nilai-nilai real estat, pembelanjaan
perusahaan yang lebih berani, dan bahkan proyek-proyek infrastruktur
publik yang besar – semuanya didanai oleh pinjaman besar dari bank-
bank. Tentu saja, investor yang siap dan pinjaman mudah sering
menyebabkan berkurangnya kualitas investasi dan kelebihan kapasitas
segera mulai terlihat di negara-negara ini.

Federal Reserve Amerika Serikat juga mulai menaikkan suku


bunganya sekitar waktu ini untuk melawan inflasi, yang menyebabkan
ekspor kurang menarik (bagi mereka dengan mata uang dipatok
terhadap dolar) dan investasi asing kurang.
Titik tipping adalah realisasi oleh investor Thailand bahwa pasar
properti tidak berkelanjutan, yang dikonfirmasi oleh default
Somprasong Land dan kebangkrutan Keuangan One pada awal 1997.
Setelah itu, pedagang mata uang mulai menyerang pasak baht Thailand
ke dolar AS, yang terbukti berhasil dan mata uang itu akhirnya
melayang dan terdevaluasi. Setelah devaluasi ini, mata uang Asia
lainnya termasuk ringgit Malaysia, rupiah Indonesia, dan dolar
Singapura semua bergerak turun tajam. Devaluasi ini menyebabkan
inflasi tinggi dan sejumlah masalah yang menyebar seluas Korea
Selatan dan Jepang.

Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi Tahun 1977 Di Indonesia

a) Stok Hutang Yang Tinggi

Penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indoensia adalah adanya


stok hutang luar negri yang amat besar dan biasanya dipatok harus di
bayar dalam jangka waktu yang amat singkat. Ini bahkan menjadi
pemicu awal terjadinya ketidak stabilan dari perekonomian di
Indonesia. Dimana adanya tindakan mengabaikan dan kepercayaan diri
yang berlebihan cenderung kian memperburuk situasi dari
ketidakstabilan perekonomian ini.
b) Kelemahan Perbankan
Perbankan kala itu masih sangat jauh di bawah standar nasional
dan tergolong sangat lemah dan ini juga yang memperburuk situasi
dari perekonomian yang memicu adanya krisis ekonomi tersebut.
Dengan lemahnya sistem perbankan yang ada di Indonesia maka
menyebabakan adanya masalah hutang swasta yang merambah ke
masalah dalam negeri.

c) Perubahan Sistem dan isu Politik


Dimana maraknya beragam isu tidak jelas yang pada akhirnya
menjadi sumber pemicu yang malah menjadi permasalahan di bidang
perekonomian di Indoensia seperti contoh pengangguran siklikal.

d) Kacaunya Sistem Politik


Beragam kabar yang simpang siur dan menyebabkan kekacauan
isu politik yang merambah pada perekonomian menjadi kian hangat
yang malah menyebabkan besarnya dampak dari krisis ekonomi
tersebut. Ini adalah dampak yang menyebabkan perburukan di sektor
apapun dan sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia kala itu.

2) Krisis Moneter 1997


Sejarah inflasi tahun 1998 itu diawali dan sudah dimulai sejak
awal tahun 90 an. Saat itu ( tahun 1990 an ) ekonomi Negara kita
sedang tumbuh dan berkembang dengan hangat-hangatnya. Ibarat
gadis cantik belia, Indonesia menarik mata banyak Negara dan
investor dalam mengembangkan bisnis mereka, dan karena itu tentu
saja mereka membutuhkan rupiah untuk memulai aktifitas bisnis
mereka di Indonesia. Jadilah rupiah menjadi primadona dan dicari
banyak pihak. Lalu seorang spekulan valas,
George Soros dengan dukungan korporasi internasionalnya
memborong rupiah dalam jumlah besar. Terjadilah kelangkaan rupiah
yang melanda tidak saja dunia tetapi juga di negara kita sendiri.
Mencari uang rupiah menjadi sangat sulit, sementara rakyat
membutuhkannya untuk digunakan sebagai alat pembayaran. Lalu
terjadilah apa yang disebut beberapa pengamat sebagai “kesalahan
Bank Indonesia”, BI atau otoritas keuangan yang saat itu masih
dibawah pemerintah mencetak ( lagi ) dan mengedarkan rupiah untuk
memenuhi kebutuhan akan rupiah.
Namun celakanya, kemudian Soros beserta kroni-kroninya
melepas rupiah yang mereka timbun dan sebaliknya menahan dollar
mereka, rupiah pun membanjiri pasar sementara dollar menjadi langka.
Hukum ekonomi pun berlaku, jika penawaran atau supplai barang
melebihi permintaan maka harga barang atau jasa itu akan cenderung
turun.
Nilai rupiah pun anjlok dan terus-menerus turun hingga pada
puncaknya sekitar tahun 1998 rupiah mencapai nilai terendahnya
terhadap dollar Amerika sepanjang sejarah, yakni sekitar 22 ribu setiap
dollarnya.
Selama beberapa dekade terakhir negara kita sangat
menggantungkan “diri” kepada Amerika.
Hampir semua segi kehidupan kita termasuk ekonomi kita
tergantung kepada Amerika. Hal demikian juga ditambah fakta bahwa
Amerika, dalam beberapa dekade terakhir ( mungkin sampai saat ini )
adalah negara yang bisa disebut “menguasai dunia”.
Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berdampak
kepada naiknya biaya produksi barang dan jasa dalam rupiah, karena
sebagian besar bahan baku produksi diimpor dari luar negeri yang
pembayarannya dilakukan dengan dollar Amerika.
Sebagai akibatnya produsen mau tidak mau menaikkan harga
barang dan jasa yang mereka produksi dan sejarah inflasi di Indonesia
pun terulang kembali.
Maka begitulah akhirnya inflasi melanda negeri kita yang
puncaknya terjadi pada pertengahan tahun 1998. Harga barang dan
jasa melonjak hingga tiga kali lipatnya. Sendi-sendi ekonomi runtuh,
kesejahteraan masyarakat merosot tajam dan kondisi sosial politik pun
bergolak. Puncaknya pemerintahan yang memimpin selama 32 tahun
pun tumbang.

C. Penyebab Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya inflasi antara lain
penurunan nilai tukar mata uang, permintaan yang tinggi terhadap suatu barang,
bertambahnya uang yang beredar, dan lain sebagainya.

1. Inflasi karena permintaan (Demand Pull inflation)

Demand Pull Inflation atau infalsi karena permintaan disebabkan karena permintaan
atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang. Inflasi tarikan permintaan
juga dikenal dengan nama Philips Curve Inflation. Secara umum inflasi ini disebabkan
karena penawaran dan permintaan terhadap jasa atau barang di dalam negeri untuk jangka
panjang yang di butuhkan masyarakat dengan jumlah besar.

Secara umum inflasi ini sering terjadi pada perekonomian negara yang memiliki
pertumbuhan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi di negara tersebut menyebabkan
tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi. Hal ini pengeluaran yang melebihi
kemampuan produksi suatu jasa atau barang. Kemampuan daya beli msyarakat yang
berlebih ini kemudian menyebabkan inflasi.

Di Indonesia, inflasi penarikan permintaan bisa terjadi karena permintaan terhadap


barang atau jasa yang reltif tinggi dibanding dengan ketersediaannya. Dalam pengertian
ekonomi makro inflasi jenis ini digambarkan sebagai aggregate demand yang lebih besar
atau melebihi kapasitas perekonomian. (Baca juga: Manfaat Ekonomi Mikro)

2. Inflasi karena bertambahnya uang yang beredar

Teori inflasi disebabkan karena bertambahnya uang yang beredar dikemukakan


oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang
beredar dengan harga-harga. Apabila jumlah barang tetap namun jumlah uang uang yang
beredar lebih besar dua kali lipat maka harga barang pun menjadi lebih mahal dua kali
lipat.

Jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa bertambah apabila suatu negara
menggunakan sistem anggaran defisit. Sehingga untuk menutup kekurangan anggaran
tersebut, negara mencetak uang baru yang menyebabkan harga naik. (Baca juga: Fungsi
Asli Uang)

3. Inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cost push inflation)

Inflasi kenaikan biaya produksi atau cost push inflation disebabkan karena adanya
dorongan kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus.
Secara umum inflasi kenaikan biaya produksi ini disebabkan karena desakan biaya faktor
produksi yang terus naik. Kenaikan Biaya faktor produksi biasanya diakibatkan oleh
beberapa hal:

Turunnya nilai tukar mata uang dalam negeri dengan mata uang asing atau
depresiasi. Kenaikan nilai tukar mata uang juga menyebabkan bahan baku atau barang
dari luar negeri menjadi semakin mahal.
Inflasi di luar negeri khususnya negara partner dagang menyebabkan barang dan
produk dari luar negeri juga semakin mahal.
Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan permintaan barang produksi
membuat pemerintah akan menaikkan harga produksi. Salah satu cara menikkan harga
produksi adalah dengan menaikkan upah atau gaji karyawan serta merekrut karyawan
baru dengan tawaran gaji atau upah yang lebih tinggi. Kebijakan yang seperti ini
menyebabkan biaya produksi meningkat, sehingga harga barang produksi juga menjadi
naik.
Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi biasanya terjadi di negara
dengan pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang atau tumbuh pesat namun
dengan angka pengangguran yang cukup rendah. Di negara yang seperti ini, supply
tenaga kerja terbatas namun permintaan akan suatu barang produksi tinggi.

Selain itu inflasi karena guncangan penawaran juga dapat terjadi karena faktor lain
seperti bencana alam dan lain sebagainya. Namun juga bisa terjadi karena pemerintah
menaikkan harga suatu barang tertentu.

4. Inflasi campuran (Mixed inflation)

Inflasi campuran atau mixed inflation terjadi karena adanya kenaikan penawaran
dan permintaan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan
permintaan. Ketika permintaan terhadap suatu barang atau jasa bertambah, kemudia
mengakibatkan penyediaan barang dan faktor produksi menjadi turun.
Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk barang dan jasa tersebut terbatas atau
tidak ada. Keadaan yang tidak seimbang ini akan menyebabkan harga barang dan jasa
menjadi naik. Inflasi jenis ini akan sangat sulit diatasi atau dikendalikan ketika kenaikan
supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau setidaknya setara dengan permintaan.

5. Inflasi ekspektasi (Expected inflation)

Expected inflation atau inflasi inspektasi terjadi sebagai akibat dari perilaku
masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi ekonomi di masa yang akan datang akan
menjadi lebih baik lagi. Harapan masyarakat akan kondisi ekonomi di masa yang akan
datang juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi permintaan atau juga inflasi biaya
produksi. Inflasi jenis ini tergolong sulit untuk dideteksi karena kejadiannya tidak terlalu
signifikan.

6. Kekacauan ekonomi dan politik

Situasi ekonomi dan politik di suatu negara juga mempengaruhi adanya inflasi. Bila
suatu negara dalam kondisi yang tidak aman, harga-harga barang di negara tersebut
cenderung mahal. Hal ini juga pernah terjadi di Indonesia ketika ada kekacauan politik
dan ekonomi pada tahun 1998. Pada masa tersebut, level inflasi di Indonesia mencapai
70% padalah level inflasi yang normal berkisar antara 3 hingga 4%.

Penyebab terjadinya inflasi dibagi menjadi banyak faktor dan beberapa diantaranya
juga terjadi di Indonesia. Secara umum, inflasi merupakan kejadian atau gejala ekonomi
yang tidak bisa dihilangkan secara tuntas. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
biasanya hanya pada sebatas mengendalikan atau mengurangi inflasi.

D. Perbedaan Perspektif Inflasi Antara Konvensional dengan Islam

Sebab-sebab inflasi secara konvensional yaitu :


1. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang bisa merefleksikan
deficit anggaran yang berlebihan.
2. Cost-push inflation, terjadi karena kenaikan biaya produksi.
3. Deman-full inflation, disebabkan oleh permintaan agrerat yang berlebihan yang
mendorong tingkat kenaikan harga umum.
4. Internal-inflation , untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai dengan ekonomi
yang menyebabkan berubah.
5. Domestic-inflation,ditimbulkan oleh faktor dalam negeri.
6. Imported inflation,ditimbulkan oleh kenaikan harga barang impor.
7. Inflasi tarikan permintaan, terjadi pada masa perekonomian berkembang pesat.
Kesempatan kerja tinggi menciptakan tingkat pendapatan tinggi selanjutnya
mengeluarkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi.
8. Inflasi desakan biaya, terjadi pada saat perekonomian berkembang pesat ketika
tingkat pengangguran sangat rendah.

Sedangkan menurut Taqiudin Ahmad bin Al-Maqrizi (1364-1441 SM) sebab-sebab


inflasi secara islam yaitu :

1. Natural cause inflation,terjadi karena kondisi alam.


2. Human error cause inflation,terjadi karena kesalahan manusia yang menurut Al-
Maqrizi disebabkan oleh korupsi, administrasi buruk, pajak berlebihan, peredaran
uang berlebihan.
3. Solusi dalam mengatasi inflasi secara konvensional yaitu :

4. Kebijakan moneter (pengaturan jumlah uang yang beredar, politik pasar terbuka,bank
sentral menggunakan tingkat diskonto/disconto rate).
5. Kebijakan fiscal (pengurangan pengeluaran pemerintah, menaikkan nilai pajak).
6. Kebijakan non-moneter (meningkatkan hasil produksi, kebijakan upah, pengawasan
harga).
7. kebijakan yang berkaitan dengan output (kebijakan penurunan bea masuk)

Sedangkan solusi mengatasi inflasi secara islam yaitu sama dengan solusinya yang secara
konvensional, hanya ada penambahan seperti :

1. Perbaikan perilaku masyarakat.


2. Reformasi terhadap system moneter menghubungkan antara kuantitas peredaran uang
dengan kuantitaas produksi.
3. Menjadikan emas perak sebagai standart nilai tukar uang dunia.
4. Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan.
5. Mencegah penimbunan barang komoditas.
6. Meningkatkan produksi.
7. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok

Anda mungkin juga menyukai